• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODUL STOIKIOMETRI BERDASARKAN KONSEP SUKAR DAN KESALAHAN KONSEP

Rohmatul Maghfiroh, dkk.

Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya (SNKP) 2014 163

PENGEMBANGAN MODUL STOIKIOMETRI BERDASARKAN KONSEP SUKAR DAN

164 Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya (SNKP) 2014

Konsep sukar dan kesalahan konsep dapat bersumber dari bahan ajar yang digunakan peserta didik. Konsep dalam bahan ajar yang kurang tepat dapat menyulitkan peserta didik dalam memahami konsep serta menyebabkan kesalahan konsep (Mondal & Chakraborty, 2013:12). Oleh karena itu, diperlukan modul stoikiometri yang mengacu pada pencegahan konsep sukar dan kesalahan konsep.

Pemilihan modul didasarkan pada karakteristiknya yang mampu membelajarkan peserta didik secara mandiri.

Pada pembelajaran dengan modul, guru tidak bertindak sebagai pemberi informasi. Guru merupakan mediator dan fasilitator sehingga peserta didik berperan aktif dalam proses pembelajaran (Depdiknas, 2008:8). Hal ini sesuai dengan teori konstruktivistik yang memandang pembelajaran sebagai suatu proses pembentukan pengetahuan melalui aktivitas yang dilakukan peserta didik. Peran guru adalah membantu agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. (Piaget dalam Iskandar, 2011:15).

Keefektifan proses pembelajaran juga didukung dengan penyajian materi secara lengkap dan sistematis sehingga peserta didik dapat mempelajari materi dengan tuntas. Pada modul stoikiometri, pemilihan materi mengacu pada hasil penelitian konsep sukar dan kesalahan konsep yang telah diidentifikasi oleh Anjarwati (2008), Vaudhi (2008), Nilawati (2012) dan Roikah (2012). Materi dipilah menjadi materi utama dan materi prasyarat serta disajikan dalam modul secara utuh sehingga peserta didik dapat mempelajari materi dengan tuntas (Depdiknas, 2008:8).

Selain penyajian materi secara utuh, materi pada modul disusun secara menarik dan menggunakan bahasa yang sederhana. Hal ini bertujuan agar modul dapat digunakan sebagai sumber belajar yang dapat mencegah konsep sukar dan kesalahan konsep pada materi stoikiometri.

METODE PENELITIAN Model Pengembangan

Pengembangan modul stoikiometri menggunakan model pengembangan 4D yang terdiri dari empat tahap yaitu pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (develop) dan penyebarluasan (disseminate). Namun, tahap keempat tidak dilakukan.

Prosedur Pengembangan

Tahap pendefinisian terdiri dari lima langkah. Langkah pertama adalah

analisis ujung depan. Pada langkah ini diidentifikasi konsep sukar dan kesalahan konsep hasil penelitian Anjarwati (2008), Vaudhi (2008), Nilawati (2012) dan Roikah (2012). Langkah kedua yaitu analisis peserta didik. Analisis dilaksanakan dengan mengkaji penyebab konsep sukar dan kesalahan konsep stoikiometri. Setelah analisis ujung depan dan analisis peserta didik, disusun peta pemikiran. Dasar penyusunan peta pemikiran adalah peta konsep yang disusun oleh Roikah (2012) dan Nilawati (2012). Selanjutnya, dikaji materi utama yang disajikan dalam modul berdasarkan peta pemikiran. Langkah terakhir pada tahap pendefinisian adalah merumuskan tujuan pembelajaran agar peserta didik mengetahui pengetahuan yang dikuasai setelah mempelajari modul.

Setelah tahap pendefinisian adalah tahap perancangan. Tahap ini terdiri dari empat langkah, sebagai berikut: (1) penyusunan tes acuan patokan, langkah ini tidak dilakukan karena modul menggunakan soal diagnostik yang disusun oleh Nilawati (2012) dan Roikah (2012). Soal diagnostik disajikan sebagai soal evaluasi pada akhir modul; (2) Pemilihan media yaitu modul sebagai salah satu jenis bahan ajar cetak; (3) Pemilihan format penyajian materi pada modul. Penyajian materi melalui komponen yang disediakan pada modul. Komponen tersebut meliputi sekilas kimia, materi utama, kemampuan prasyarat, analogi, analisis konsep, dan uji diri; (4) Rancangan awal, pada langkah ini modul disusun sesuai dengan materi dan format yang telah ditentukan.

Selanjutnya, pada tahap ketiga, yaitu pengembangan, dilaksanakan validasi isi dan uji keterbacaan. Validasi isi pertama dilakukan oleh seorang dosen kimia. Hasil validasi oleh dosen digunakan sebagai acuan merevisi modul yang dikembangkan. Hasil revisi modul divalidasi lagi oleh tiga orang guru kimia SMA yang bertindak sebagai praktisi.

Modul direvisi kembali berdasarkan hasil validasi guru kimia SMA. Modul yang telah direvisi kemudian diuji keterbacaan oleh peserta didik kelas XI dan XII SMAN 5 Malang. Hasil uji keterbacaan menunjukkan kemudahan dan ketertarikan peserta didik dalam mempelajari modul yang dikembangkan.

Validasi Isi dan Uji Keterbacaan

Data hasil validasi isi dan uji keterbacaan meliputi data kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan teknik persentase sedangkan teknik analisis data kualitatif adalah teknik deskriptif. Data kualitatif diperoleh dari komentar, ktitik dan saran validator dan digunakan sebagai acuan merevisi modul yang dikembangkan. Skor rata-rata dihitung dengan menggunakan data kuantitatif yang berasal dari angket validasi isi dan angket uji keterbacaan. Kelayakan modul ditentukan dengan jenjang kriteria perhitungan persentase yaitu kriteria sangat valid pada rentang 80,01–100%; valid pada rentang persentase 70,01–80,00%; cukup valid dinyatakan dengan rentang 50,01–70,00%; dan kriteria kurang valid terletak pada rentang 0,00–50,00%.

Rohmatul Maghfiroh, dkk.

Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya (SNKP) 2014 165 HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Modul Stoikiometri

Produk akhir dari pengembangan adalah modul stoikiometri. Modul dilengkapi komponen yang dapat memudahkan peserta didik dalam memahami konsep dan diharapkan dapat mencegah konsep sukar dan kesalahan konsep. Komponen tersebut adalah (1) peta pemikiran menampilkan konsep pokok yang disajikan pada modul dan menunjukkan hirarki konsep, (2) kemampuan prasyarat diberikan untuk mengingatkan peserta didik tentang materi yang telah dipelajari sebelumnya, (3) materi utama yang dijabarkan secara bertahap agar peserta didik lebih mudah memahami materi, (4) sekilas kimia berisi pengetahuan tambahan yang terkait dengan materi, (5) fokus disajikan agar peserta didik dapat mengingat konsep penting yang dipelajari, (6) analogi menjelaskan contoh pada kehidupan sehari- hari yang memiliki prinsip sama dengan konsep materi, (7) analisis konsep bertujuan membimbing peserta didik untuk membangun konsep secara mandiri, (8) uji diri diberikan agar peserta didik dapat menerapkan materi yang telah dipelajari, (9) rangkuman berisi materi pokok yang dijelaskan secara singkat, dan (10) latihan soal. Contoh tampilan komponen kemampuan prasyarat, analogi, analisis konsep dan uji diri berturut-turut ditunjukkan pada Gambar 1.1, 1.2, 1.3 dan 1.4. Seluruh komponen pada modul disusun secara berurutan sehingga peserta didik dapat menggunakan modul sebagai sumber belajar yang dapat mencegah konsep sukar dan kesalahan konsep.

Gambar 1.1 Tampilan Komponen Kemampuan Prasyarat

Gambar 1.2 Tampilan Komponen Analogi

166 Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya (SNKP) 2014 Gambar 1.3 Tampilan Komponen Analisis Konsep

Gambar 1.4 Tampilan Komponen Uji Diri Hasil Validasi Isi

Sebelum dapat digunakan sebagai sumber belajar, modul perlu divalidasi isi oleh seorang dosen kimia FMIPA UM dan tiga guru kimia SMA. Penilaian validasi isi meliputi tiga aspek utama pada modul yang dijabarkan hingga menjadi 16 aspek penilaian. Hasil validasi isi ditunjukkan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Data Hasil Validasi Isi Modul Stoikiometri

No Aspek Skor

X1 X2 X3 X4

1 Kelayakan isi 3,5 3,375 4 3,875

2 Bahasa 3 3,75 4 3,25

3 Penyajian 3,5 4 3,5 4

Rata-rata 3,37 3,75

Persentase Kelayakan 84% 94%

Kriteria Kelayakan Sangat valid Sangat valid Keterangan : X1 = Dosen Kimia FMIPA UM; X2 = Guru Kimia SMAN 5 Malang;

X3 = Guru Kimia SMAN 8 Malang; X4 = Guru Kimia yang Sedang Menempuh S2

Berdasarkan validasi isi oleh dosen kimia FMIPA UM diperoleh persentase kelayakan sebesar 84% dengan kriteria sangat valid. Hal ini menunjukkan bahwa modul stoikiometri layak digunakan sebagai sumber belajar. Selain itu, validator dosen kimia memberikan komentar, kritik dan saran terhadap sejumlah bagian pada modul. Komentar, kritik dan saran digunakan sebagai acuan merevisi modul.

Setelah direvisi, modul kemudian divalidasi oleh tiga guru kimia SMA. Berdasarkan Tabel 1.1, modul stoikiometri memperoleh persentase kelayakan sebesar 94% dengan kriteria sangat valid. Modul dinyatakan layak untuk digunakan sebagai sumber belajar. Namun, modul perlu direvisi berdasarkan komentar, kritik dan saran yang diperoleh dari guru kimia SMA.

Rohmatul Maghfiroh, dkk.

Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya (SNKP) 2014 167 Uji Keterbacaan

Setelah revisi modul, dilakukan uji keterbacaan pada 10 peserta didik kelas XI dan 10 peserta didik kelas XII SMAN 5 Malang. Tiap kelas dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok peserta didik dengan tingkat kognitif tinggi dan rendah. Data hasil uji keterbacaan pada setiap kelas disajikan pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Data Hasil Uji Keterbacaan Peserta didik No Kelas Tingkatan Kemampuan

Kognitif Persentase Kriteria

1 XI Tinggi 81% Sangat valid

Rendah 76% Valid

2 XII Tinggi 89% Sangat valid

Rendah 79% Valid

Berdasarkan Tabel 1.2, dapat diketahui bahwa modul stoikiometri layak digunakan sebagai sumber belajar di kelas maupun secara mandiri. Selain itu, Tabel 1.2 juga menunjukkan bahwa nilai persentase kelayakan paling besar diperoleh dari peserta didik dengan tingkat kognitif tinggi pada kelas XI dan XII. Hal ini sesuai dengan kemampuan kognitifnya yang ditunjukkan dengan hasil ulangan kimia.

KESIMPULAN

Hasil validasi isi dan uji keterbacaan menunjukkan bahwa modul stoikiometri layak digunakan dalam pembelajaran di kelas. Hal ini dapat dijelaskan melalui hasil validasi isi dosen yang menyatakan sangat valid dengan persentase sebesar 84%, sedangkan berdasarkan validasi isi oleh dua guru kimia diperoleh nilai kelayakan sebesar 94%

dengan kriteria sangat valid. Hasil uji keterbacaan pada peserta didik kelas XI menghasilkan persentase kelayakan sebesar 81% (sangat valid) dan 76% (valid) berturut-turut untuk kelompok peserta didik dengan tingkat kognitif tinggi dan rendah. Uji keterbacaan pada peserta didik kelas XII berturut-turut diperoleh persentase sebesar 89% (sangat valid), dan 79% (valid).

Modul stoikiometri yang telah dikembangkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar di kelas maupun secara mandiri. Pada pembelajaran di kelas, guru sebaiknya memberikan penekanan dan penguatan terhadap konsep yang dianggap sukar dan dapat menimbulkan kesalahan konsep sesuai dengan data yang telah dilampirkan pada modul.

Saran untuk tahap penyebarluasan (disseminate) adalah menerapkan modul pada pembelajaran. Melalui tahap ini, dapat diketahui keefektifan modul dalam mencegah konsep sukar dan kesalahan konsep. Komentar, kritik dan saran yang diperoleh dapat digunakan untuk memperbaiki modul. Saran yang diajukan untuk pengembangan produk lebih lanjut yaitu mengembangkan modul berdasarkan konsep sukar dan kesalahan konsep pada materi lain.

DAFTAR RUJUKAN

1. Anjarwati, N. L. 2008. Identifikasi Konsep Sukar dan Kesalahan Konsep Stoikiometri pada Peserta didik SMA Laboratorium Universitas Negeri Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang.

2. Depdiknas. 2008. Penulisan Modul. Jakarta: Depdiknas.

3. Devinta, A. 2011. Identifikasi Persepsi Konsep Sukar dan Salah Konsep Sifat Unsur pada Peserta didik SMA Negeri 8 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang.

4. Iskandar, S.M. 2011. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Konstruktivis. Malang: Bayumedia Publishing.

5. Mondal, B. & Chakraborty, A. 2013. Misconception in Chemistry: Its Identification and Remedial Measures.

Saarbrucken: LAP Lambert Academic Publishing.

6. Nilawati, P. A. 2012. Identifikasi Konsep Sukar Dan Kesalahan Konsep Stoikiometri pada Peserta didik Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Malang Tahun Ajaran 2012-2013. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang.

7. Roikah, R. 2012. Identifikasi Persepsi Konsep Sukar Dan Kesalahan Konsep Mol dan Tetapan Avogadro pada Peserta didik Kelas XI IPA SMAN 2 Malang Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang.

8. Taber, K. S. 2002. Alternative Conceptions In Chemistry: Prevention, Diagnosis And Cure? London: The Royal Society of Chemistry.

9. Thiagarajan, S., Semmel, D., & Semmel, M. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children. Bloomington: Central for Innovation on Teaching and Handicapted.

10. Vaudhi, F. 2009. Identifikasi Konsep Sukar dan Kesalahan Konsep Mol pada Peserta didik SMA Negeri 1 Malang.

Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang.

168 Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya (SNKP) 2014

Dyta Ferdiana, dkk.

Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya (SNKP) 2014 169

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA-KIMIA BERBASIS LEARNING CYCLE 3-E PADA

Dokumen terkait