• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jumlah 48 orang responden Melalui Tabel 3, diketahui jumlah responden sebanyak 48 orang, namun 3 orang responden hasilnya digolongkan

KAJIAN PERMASALAHAN UJI KOMPETENSI GURU (UKG) BIDANG STUDI KIMIA DI KOTA BANDA ACEH

Jumlah 48 Jumlah 48 orang responden Melalui Tabel 3, diketahui jumlah responden sebanyak 48 orang, namun 3 orang responden hasilnya digolongkan

tidak valid karena kesalahan dalam pengisian angket, sehingga jumlah responden secara keseluruhan yang dinyatakan valid ialah 45 orang responden.

Hasil Angket Guru

116 Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya (SNKP) 2014

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat dirangkum secara keseluruhan bahwa hasil angket valid dari 45 orang responden ialah sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Angket Berdasarkan Jumlah Responden untuk Setiap Permasalahan Kode

Alternatif Permasalahan Jumlah Responden untuk Skor Alternatif Permasalahan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A

Menerapkan pre-test sebelum proses belajar mengajar

6 6 21 4 2 2 2 1 0 1

B

Melaksanakan model pembelajaran kooperatif

4 22 4 3 5 1 1 3 2 0

C

Mengembangkan RPP untuk kegiatan di laboratorium

0 0 3 4 5 4 21 4 3 1

D

Menggunakan komputer dalam proses belajar mengajar

4 2 7 18 7 1 0 2 3 1

E Melakukan refleksi pembelajaran

0 4 0 7 2 22 4 3 1 2

F Membuat evaluasi proses belajar mengajar

2 1 0 1 0 4 2 1 4 30

G

Melaksanakan remedial pada materi yang tidak tuntas

0 1 3 1 1 5 6 4 22 2

H Melakukan penelitian tindakan kelas

1 5 2 0 1 2 3 23 5 3

I

Materi perkuliahan proses belajar mengajar kurang lengkap

2 4 2 4 20 2 5 0 4 2

J

Waktu perkuliahan proses belajar mengajar tidak cukup

26 0 3 3 2 2 1 4 1 3

Adapun hasil angket penelitian terhadap responden yang memberikan respon terhadap urutan permasalahan yang yang menjadi prioritasnya, bila diurutkan dengan skala prioritas tersebut dari nilai 1 (bukan suatu masalah) hingga nilai 10 (masalah yang paling mempengaruhi) dapat terlihat melalui Tabel 5.

Tabel 5. Urutan Permasalahan Rendahnya Nilai Hasil UKG Tahap I Skala

Prioritas

Permasalahan Persentase

Responden (%) 1 Waktu perkuliahan proses belajar mengajar tidak cukup 57,78

2 Melaksanakan model pembelajaran kooperatif 48,89

3 Menerapkan pre-test sebelum proses belajar mengajar 46,67

4 Menggunakan komputer dalam proses belajar mengajar 40,00

5 Materi perkuliahan proses belajar mengajar kurang lengkap 44,44

6 Melakukan refleksi pembelajaran 48,89

7 Mengembangkan RPP untuk kegiatan di laboratorium 46,67

8 Melakukan penelitian tindakan kelas 51,11

9 Melaksanakan remedial pada materi yang tidak tuntas 48,89

10 Membuat evaluasi proses belajar mengajar 66,67

Permasalahan utama yang mempengaruhi rendahnya nilai hasil UKG tahap I dikelompokkan mulai dari skala prioritas 6 sampai 10. Melalui frekuensi jumlah responden yang menjawab skala prioritas 6-10 di masing-masing pilihan masalah, dapat diketahui persentase hasil secara keseluruhan untuk kategori pilihan yang paling bermasalah hingga bukan suatu masalah yang tergambar melalui Grafik 1.

Abdul Gani Haji, dkk.

Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya (SNKP) 2014 117

13.3 15.6

73.3

15.6

71.1

91.1 86.7 80

28.9 24.4

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

A B C D E F G H I J

Kode Permasalahan

Persentaseresponden (%)

Grafik 1. Persentase Permasalahan Secara Keseluruhan Permasalahan Penyebab Rendahnya Nilai Hasil UKG Tahap I

Berdasarkan Tabel 5, diketahui adanya permasalahan yang dihadapi para guru selama mengikuti UKG dalam menjawab soal-soal pedagogi sesuai dengan skala prioritas yang diberikan oleh responden. Menurut skala prioritas yang digunakan, masalah yang memiliki nilai 6-10 adalah masalah utama yang mempengaruhi rendahnya nilai UKG tahap I. Pada skala prioritas 10 (masalah yang paling mempengaruhi) diketahui soal-soal UKG seputar evaluasi pembelajaran dipilih oleh responden dengan persentase sebesar 66,67%. Hal ini juga ditegaskan melalui hasil wawancara dengan 14 orang responden yang mengakui kesulitan dalam menjawab soal-soal yang berkaitan dengan prinsip, instrumen, dan proses evaluasi pembelajaran. Permasalahan evaluasi yang diungkapkan responden sesuai dengan kisi-kisi soal dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 yang menjelaskan kriteria kompetensi pedagogi guru untuk penyelenggaraan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar ialah kemampuan guru untuk memahami dan menjelaskan prinsip-prinsip evaluasi, menentukan aspek-aspek proses untuk dievaluasi, dan menentukan prosedur serta instrumen evaluasi selama proses dan hasil belajar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Da Ponte (2011) dan Martinez, dkk. (2012).

Kesulitan soal-soal yang terkait dengan evaluasi pembelajaran disebabkan pilihan jawaban untuk soal tersebut dirasa benar secara keseluruhan pilihannya atau tingkat pengecoh jawaban yang sangat baik. Adapun sebagian responden juga menjelaskan bahwa kesulitan di bagian ini dikarenakan guru-guru menjawab sesuai dengan proses evaluasi yang dijalankan selama proses belajar mengajar di sekolahnya masing-masing, tanpa mengingat jawaban yang diharapkan sesuai dengan teori evaluasi tersebut.

Jika disesuaikan dengan teorinya, evaluasi sendiri berarti memiliki makna suatu proses yang selalu dijalankan baik sebelum, selama, hingga akhir pengajaran dengan penggunaan alat ukur yang akurat dan informatif untuk membuat keputusan yang senantiasa diarahkan untuk tujuan memperbaiki pengajaran (Hamalik, 2004:210). Melalui pengertian di atas, soal yang berkaitan dengan prinsip penilaian dan evaluasi proses hasil belajar kimia tidak terlalu sulit bagi responden, akan tetapi soal-soal yang menyangkut proses dan penggunaan alat ukur evaluasi yang dianggap sulit. Bentuk soal yang menyangkut penyusunan dan penggunaan alat ukur dipadukan dengan materi profesional sehingga dibutuhkan pemahaman yang lebih tepat.

Masalah yang mendapat skala prioritas 9 (masalah yang sangat mempengaruhi) erat kaitannya dengan masalah evaluasi, yakni soal-soal UKG tentang kegiatan remedial yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Kegiatan remedial yang dilakukan berdasarkan hasil konfirmasi responden diketahui berbeda penanganannya untuk setiap guru.

Jawaban yang didasari dengan kebiasaan guru melaksanakan remedial sesuai dengan caranya masing-masing inilah yang mengakibatkan kesalahan dalam menjawab soal UKG.

Menurut hasil wawancara yang diperoleh, soal UKG yang berkenaan dengan remedial dalam proses belajar mengajar mengacu pada pemahaman guru terhadap variasi kondisi siswa yang harus melakukan remedial. Kondisi guru di sekolah pada umumnya menerapkan satu macam proses remedial untuk berbagai kondisi siswa tanpa memperhatikan bentuk kegiatan remedial yang dijalankan dengan pendekatannya. Hal ini sesuai dengan penelitian Johar dkk.

(2006:196) beberapa bentuk kegiatan remedial seperti re-teaching, bimbingan, pemberian PR, pemberian bahan

118 Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya (SNKP) 2014

pelajaran, dan penggunaan alat bantu audio-visual disesuaikan dengan jenis pendekatan dalam kegiatan remedialnya.

Adapun jenis pendekatan dalam remedial ialah pendekatan yang bersifat preventif, kuratif, dan pengembangan (Calik, dkk., 2011).

Kendala selanjutnya yang dialami responden ialah soal-soal UKG yang berkaitan dengan penelitian tindakan kelas (PTK). Adapun permasalahan PTK mendapatkan nilai 8 dalam skala prioritas dengan persentase pemilih sebesar 51,11%. Menurut hasil konfirmasi dengan 14 orang responden, guru-guru yang menguasai dan suka menulis PTK tidak memiliki masalah yang serius selama menjawab soal. Akan tetapi banyak pula guru yang menjelaskan bahwa kesulitan dialami karena hanya pernah sekali membuat penelitian sehingga banyak soal seputar tujuan, manfaat, dan langkah- langkah penulisan PTK yang terlupakan saat UKG berlangsung. Adapun soal-soal PTK selama UKG berpusat pada kemampuan guru dalam menyusun proposal dan instrumen untuk PTK. Keterbatasan guru dalam menulis PTK sendiri diakui responden karena kesibukan dan kurangnya motivasi diri untuk melaksanakan PTK.

Skala prioritas dengan nilai 7 (masalah yang cukup mempengaruhi) dipilih responden sesuai untuk permasalahan pengembangan RPP khususnya kegiatan di laboratorium. Sesuai dengan hasil wawancara, sebanyak 21 orang guru menyatakan soal UKG yang berhubungan dengan RPP dan kegiatan di laboratorium dirasa cukup mempengaruhi rendahnya nilai hasil UKG tahap I. Adapun kesalahan menjawab soal dikarenakan jawaban yang dipilih disesuaikan dengan cara dan bentuk masing-masing guru membuat RPP pembelajaran tanpa mengingat pedoman pembuatan RPP yang berlaku. Keterbatasan penguasaan materi di tiap tingkatan kelas juga sangat mempengaruhi kesalahan dalam menjawab soal tentang pembuatan RPP. Berdasarkan konfirmasi responden diketahui pula bahwa masih ada sekolah yang tidak memiliki laboratorium atau jarang sekali melaksanakan kegiatan praktikum dikarenakan kurangnya bahan/alat dan kondisi guru yang tidak mendukung. Pernyataan tersebut didukung oleh Lopes, dkk. (2011).

Refleksi pembelajaran dipilih responden dengan skala prioritas 6 (masalah yang ikut mempengaruhi). Refleksi pembelajaran seharusnya selalu dilaksanakan disetiap akhir pertemuan, namun pada praktek lapangannya masih sulit untuk dijalankan. Hal ini diungkapkan banyak responden dalam wawancaranya bahwa kegiatan refleksi pembelajaran dilaksanakan jika memungkinkan saja di akhir pertemuan. Kondisi ini jelas akan ikut mempengaruhi kecakapan guru selama menjawab soal-soal yang berkaitan dengan refleksi pembelajaran. Hal ini didukung oleh pernyataan Miranda dan Damico (2013) dan (Calik, dkk., 2011).

Adapun yang menjadi masalah pendukung bagi para guru terkait pengetahuan dan penguasaan kompetensi pedagogi ialah materi perkuliahan proses belajar mengajar yang dirasa masih kurang berkaitan, jika disesuaikan dengan kebutuhan guru saat ini. Ketatnya persaingan dalam hal kompetensi guru tentunya menuntut sumber pembelajaran yang lebih komplit. Namun dalam hal ini para guru juga menegaskan bahwa tekad dan motivasi diri ikut menentukan apakah materi perkuliahan seputar proses belajar mengajar bisa sangat bermanfaat bagi seorang guru.

Terlepas dari permasalahan yang diuraikan di atas, tentu kegagalan hasil yang diperoleh saat mengikuti UKG tahap I juga didukung oleh kondisi persiapan dan keterbatasan guru dalam mengaplikasikan komputer selama menjawab soal-soal UKG. Tidak adanya pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak penyelenggara membuat banyak guru yang kebingungan dalam mengoperasikan komputer saat ujian, sehingga tidak mampu berkonsentrasi penuh untuk menjawab soal.

Upaya Guru dalam Mengatasi Permasalahan Nilai Hasil UKG

Hasil kurang memuaskan yang diperoleh para guru setelah mengikuti UKG tahap I memacu guru-guru untuk lebih aktif lagi dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang mampu meningkatkan kualitas pendidik baik dalam kompetensi profesional maupun pedagogi. kegiatan-kegiatan seperti talk show, seminar, diskusi terbuka menjadi tempat bagi para guru untuk memperoleh ilmu tambahan, bahkan beberapa guru menjelaskan bahwa hasil tersebut memotivasi guru untuk bisa melanjutkan studi ke jenjang S-2.

Media global layaknya internet dijadikan guru-guru tersebut sebagai lahan untuk sumber informasi tambahan yang dapat meningkatkan kompetensi. Berdasarkan pengakuan para guru, kurangnya kemahiran dalam penggunaan komputer juga membuat guru berupaya untuk belajar dalam menguasai fasilitas-fasilitas yang ada pada komputer sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kegiatan pembelajaran. Usaha para guru ini hendaknya mendapatkan respon positif dari pihak terkait dalam pemberian pelatihan ataupun penataran seputar penguasaan teknologi dan informatika.

Melalui wawancara pula didapatkan hasil bahwa belum semua sekolah memiliki sarana dan prasarana yang menunjang guru dalam mengaplikasikan kemampuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini berkaitan dengan hasil penelitian Maeng, dkk. (2013).

Musyawarah guru mata pelajaran atau yang lebih dikenal dengan MGMP merupakan bentuk upaya para guru kimia guna meningkatkan kompetensi guru secara pedagogi dan profesional. Kegiatan yang sebelumnya pernah vakum ini digalakkan kembali guna tercapainya mutu pendidikan yang diidam-idamkan dengan meningkatkan kualitas pendidik. Kegiatan seperti ini sudah secara nyata mampu memberikan manfaat yang besar bagi semua guru.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Devi dkk. (2008:31) MGMP merupakan wadah kegiatan dari guru, oleh guru dan untuk guru, yang nantinya dapat dikembangkan di sekolah masing-masing. Semua permasalahan terkait proses pembelajaran didiskusikan bersama disertai solusi dan informasi tambahan oleh pakar pendidikan dari lembaga pendidikan di wilayah seperti perguruan tinggi. Adanya kegiatan MGMP ini tentu harus diiringi dengan keikutsertaan

Abdul Gani Haji, dkk.

Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya (SNKP) 2014 119

semua guru kimia untuk saling berbagi ilmu dan pengalaman sehingga dapat dibentuknya keseragaman yang selama ini dirasa kurang dan menjadi salah satu penyebab rendahnya nilai hasil UKG tahap I di Kota Banda Aceh.

KESIMPULAN

1) Masalah-masalah yang mempengaruhi rendahnya nilai hasil UKG tahap I guru kimia SMA di Kota Banda Aceh dari aspek pedagogi ialah masih kurangnya pemahaman dan pengetahuan guru seputar kegiatan evaluasi, remedial, penelitian tindakan kelas, perancangan RPP, dan refleksi pembelajaran. Sedangkan aspek professional antara lain terbiasa hanya mengajar di kelas X, XI, atau XII saja, tidak terbiasa memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri dalam proses pembelajaran disekolah, kurangnya penguasan dalam mengaitkan antar konsep dalam ilmu kimia, dan tidak pernah melakukan praktikum di sekolah.

2) Peningkatan kualitas kompetensi guru bidang studi kimia tingkat SMA dapat diupayakan melalui kegiatan- kegiatan seperti seminar pendidikan, MGMP, penataran dan pelatihan untuk mengimplementasikan model-model pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

1. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

2. BPSDMPK-PMP. 2012. Laporan Singkat Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) Online Tahap I. Jakarta:

Kemdikbud

3. Calik, M., M. Okur, dan N. Taylor. 2011. A comparison of different conceptual change pedagogies employed within the topic of sound propagation. Journal of Science Education Technology: DOI 10.1007/s10956-010-9266-z 4. Daryanto, M. 2010. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

5. Da Ponte, J.P. 2011. Teachers’ knowledge, practice, and identify: essential aspects of teachers’ learning. Journal of Math. Teachers Education: DOI 10.1007/s10857-011-9195-7

6. Devi, P.K., Hinduan, A.A., Trisnamansyah, S., dan Liliasari. 2008. Upaya Peningkatan Kompetensi Guru Kimia Melalui Kegiatan “MGMP Wilayah”. Jurnal Pendidikan, 6(6): 30-37

7. Gabel, D. 1999. Improving Teaching and Learning through Chemistry Education Research: A Look to the Future.

Journal of Chemical Education, VXXVI (4): 548-554

8. Hamalik, O. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.

9. __________. 2004. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara

10. Jamian, A.R. 2011. Permasalahan Kemahiran Membaca dan Menulis Bahasa Mela Murid-Murid Sekolah Rendah di Luar Bandar. Jurnal Pendidikan Bahasa Melayu, 1(1): 1-12

11. Johar, R., Nurfadhilah, C., dan Hanum, L. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Banda Aceh: Unsyiah

12. Kunandar. 2010. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada

13. Lopes, J.B., J. Branco, dan M.P. Jimenez-Aleixandre. 2011. Learning experience provided by science teaching practice in a classroom and the development of students competences. Research Science Education: DOI 10.1007/s11165-010-9190-5

14. Maeng, J.L., B.K. Mulvey, L.K. Smetana, dan R.L. Bell. 2013. Preservice teacher’ TPACK: using technology to support inquiry instruction. Journal of Science Education Technology: DOI 10.1007/s10956-013-9434-z

15. Mahamod, Z. dan Magdelaine. 2012. Penguasaan Pengetahuan Pedagogi Kandungan Guru Bahasa Iban. Journal of Language Studies, 12(2): 593-608

16. Mahsunah, D., Wahyuni, D., Antono, A., dan Ambarukmi, S. 2012. Kebijakan Pengembangan Profesi Guru.

Jakarta: Kemdikbud

17. Malcolm, C., Knighting, K., Forbat, L., dan Kearney, N. 2009. An Assessment to Identify the Future Research Priorities for the Children’s Hospice Association Scotland. Final Report. Department of Nursing and Midwifery.

University of Stirling. Scotlandia

18. Margono, S. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka cipta

19. Martinez, J.F., H. Borko, dan B.M. Stecher. 2013. Measuring instructional practice in science using classroom artifacts: lesson learned from two validation studies. Journal of Research Science Teaching, 49(1): 38-67

20. Miranda, R.J. dan J.B. Damico. 2013. Science teachers’ beliefs about the influence of their summer research experience on their pedagogical practices. Journal of Science Teachers Education: DOI 10.1007/s10972-012- 9331-y

21. Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung:

Remaja Rosdakarya

22. __________. 2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya

23. Metianing, D. 2009. Analisis Pemahaman Konseptual dan Algoritmik Materi Stoikiometri Gas Melalui Tes Pilihan Ganda dan Tes Essay pada Siswa Kelas X Madrasah Aliyah Al Khairat Tolitoli Serta Upaya Perbaikannya

120 Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya (SNKP) 2014

Menggunakan Pendekatan Mikroskopik-Simbolik. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang

24. Moleong, L.J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya 25. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru

26. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

27. Sudijono, A. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press 28. Soetjipto dan Kosasi R. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta

29. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta 30. Sukmadinata, N.S. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

31. Yusniati, R. 2008. Lingkungan Sosial dan Motivasi Belajar dalam Pencapaian Prestasi Akademik Mahasiswa (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor). Skripsi. Bogor: IPB

Dyan Nur Andiyana, dkk.

Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya (SNKP) 2014 121

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN

Dokumen terkait