• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II METODE PRAKTIKUM

4.1.2 Glukosa

Gambar sebelum dipanaskan

Tabel hasil benedict glukosa No Gambar (konsentrasi

pengenceran)

Keterangan

1. 1 × pengenceran Sebelum dipanaskan dan penambahan 2 ml benedict Tidak ada endapan larutan terlihat berwarna biru terang

2. 10× pengenceran Sebelum dipanaskan dan penambahan 2 ml benedict Tidak ada endapan larutan terlihat berwarna biru terang

3. 20× pengenceran Sebelum dipanaskan dan penambahan 2 ml benedict Tidak ada endapan larutan terlihat berwarna biru terang

Setelah dipanaskan No Gambar (konsentrasi

pengenceran)

Keterangan

1. 1 × pengenceran Setelah dipanaskan adanya endapan larutan berwarna orange pucat

10× pengenceran Setelah dipanaskan larutan berwarna hijau pucat

20× pengenceran Setelah dipanaskan larutan berwarna hijau terang

4.2 Pembahasan

Adapun pada praktikum uji Benedict ini didapat hasil untuk fruktosa yang sebelum dipanaskan untuk tabung reaksi pengenceran 1×

memiliki warna hijau muda dan untuk dua tabung reaksi pengenceran 10× dan 20× berwarna biru kehijauan terang. Setelah dipanaskan menggunakan waterbath 5 menit ketiga tabung reaksi mengalami perubahan, untuk tabung reaksi pengenceran 1× didapat perubahan warna menjadi merah bata, tabung reaksi pengenceran 10× perubahan warna menjadi orange keruh, dan Tabung reaksi 20× menunjukkan perubahan warna menjadi orange cerah, ditunjukkan bahwa fruktosa mengandung karbohidrat yang tinggi ditunjukkan dengan adanya perubahan warna menjadi orange hingga merah bata.

Selanjutnya untuk hasil glukosa pada saat sebelum dipanaskan didapat hasil bahwa ketiga tabung reaksi pengenceran belum terdapat reaksi perubahan warna dan endapan yaitu larutan dengan warna biru terang. Setelah dipanaskan kembali menggunakan waterbath 5 menit, tentu ketiga tabung reaksi pengenceran mengalami perubahan warna,

pada tabung reaksi pengenceran 1× menjadi warna orange yang dimana terkandung karbohidrat yang cukup tinggi, tabung reaksi pengenceran 10x dengan warna hijau sedikit endapat orange dan tabung reaksi pengenceran 20× berwarna hijau muda jumlah karbohidrat sangatlah sedikit.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, hasil reaksi menunjukkan hasil yang berbeda. Dimana pada percobaan uji karbohidrat dengan menggunakan pereaksi benedict 2 ml, larutan sampel hasil yang diperoleh warna tidak berubah yang mengindikasikan bahwa tidak terjadi reduksi oleh gula (Cu2+ Cu+).

Pada uji larutan Glukosa di tabung reaksi dengan pengenceran 1x dan uji larutan glukosa pada ketiga tabung reaaksi, hasil yang diperoleh menunjukkan perubahan warna menjadi merah batu bata dan warna orange dari warna awal larutan. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi reduksi Cu2+ menjadi Cu+ dalam hal ini glukosa mengandung gula yang dapat mereduksi.

Berdasarkan hal tersebut, menurut Hikmah (2012) bahwa Mosakarida segera mereduksi sneyawa-senyawa pengoksidasi seperti ferisianida, hydrogen peroksida, atau ion cupri (Cu2+). Pada reaksi sepreti ini, guka dioksidasi pada gugus karbonil, dan senyawa pengoksidasi menjadi tereduksi dimana senyawa senyawa pereduksi adalah pemberi electron dan senyawa pengoksidasi adalah penerima electron. Glukosa dan gula-gula lain yang mampu mereduksi senyawa pengoksidasi disebut gula pereduksi. Sifat ini berguna dalam analisis gula.

Dengan mengukur jumlah dari senyawa pengoksidasi yang tereduksi oleh suatu larutan gula tertentu, dapat dilakukan dengan pendugaan konsentrasi gula. Gula yang mengandung gugus aldehid atau keton bebas mereduksi indicator-indikator seprti kompleks ion kupri (Cu2+) menjadi bentuk kupro (Cu+). Bahan pereduksi pada reaksi-reaksi ini adalah bentuk rantai terbuka aldosa dan ketosa. Ujung peruduksi dari suatu gula adalah ujung yang mengandung ggus aldehida atau keto

bebas.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa larutan seperti Glukosa dengan

pengenceran 1x dan larutan fruktosa pada ketiga tabung reaksi yang mengandung gula dengan struktur monosakarida dapat mereduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang terdapat pada larutan Benedict.

5.2 saran

Diharapkan untuk ke depannya agar lebih kondusif dan lebih disiplin dalam melakukan praktikum. Saat praktikum, mahasiswa harus menjaga keamanan dan keselamatan kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Anna Poedjiadi, Dasar-Dasar Biokimia, (Jakarta: Universitas Indonesia press, 1994), halaman. 10.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Akademik. 1996. Pengantar Praktikum Kimia Organik.

Fessenden dan Fessenden.1992. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.

Girindra, Aisjah. 1986. BIOKIMIA I. Jakarta: Gramedia.

Golla S., dan Galung, F.S.,2021. ANALISIS KANDUNGAN

KARBOHIDRAT (GLUKOSA). Journal of Agritech Science, 5(1).

Suharsini, Maria. 2007. Kimia dan Kecakapan Hidup. Jakarta: Ganeca exact Wulandari, D., & Kurnianingsih, W. (2018). Pengaruh usia, stres, dan diet

tinggi karbohidrat terhadap kadar glukosa darah. Infokes: Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika Kesehatan, 8(1)

LAMPIRAN

Larutan fruktosa &

glukosa

Larutan glukosa

Larutan fruktosa

Memasukkan 2ml larutan benedict

Larutan di sheker

Larutan sebelum dipanaskan Dipanaskan,dalam waterbath selama 5menit

Larutan,sesudah dipanaskan

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA TANAMAN

“ANALISIS AKTIVITAS ENZIM AMILASE DALAM HIDROLISIS PAT”

DISUSUN OLEH :

NAMA : Elisabet Simarmata NIM : D1022138

KELAS : K/Agroekoteknologi DOSEN PENGAMPU : 1. Ir.Neliyati,M.Si.

2. Dr. Ir.Aryunis ,M.P ASISTEN DOSEN : 1. Rahmat Hidayat, S.P

2. Andi Yana Putra PRODI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI

2023 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Amilase diklasifikasikan sebagai saccharidase (enzim yang memotong polisakarida). Amilase merupakan enzim pencernaan, terutama dilakukan oleh pankreas dan kelenjar ludah. Fungsi utama dari enzim amilase adalah untuk memecah pati dalam makanan sehingga mereka dapat digunakan oleh tubuh. Amilase juga disintesis dalam buah tanaman selama pematangan, menyebabkan buah menjadi l ebih manis. Enzim amilase banyak digunakan dalam industri. Hal ini digunakan dalam industri pembuatan dan fermentasi bir untuk konversi pati menjadi gula terfermentasi.

Amilase adalah enzim yang mengkatalisis hidrolisis dari alpha- 1,4-glikosidik polisakarida untuk menghasilkan dekstrin,

oligosakarida, maltosa, dan D-glukosa. Ada beberapa tipe amilase yang berbeda Enzim ini diklasifikasikan sesuai dengan cara memotong ikatan glysosidic. Alpha-amilase menghidrolisis alpha 1,4- glikosidik, secara acak menghasilkan dekstrin, oligosakarida dan monosakarida. Alpha- amilase adalah endo-amilase. Exoamylases menghidrolisis alpha1,4-glikosidik linkage hanya dari non- pereduksi ujung rantai polisakarida luar. Exoamylases termasuk beta- amilase dan glucoamylases (gamma-amilase, amyloglu-cosidases) (Aiyer, 2005).

Mekanisme kerja enzim α-amilase terdiri dari dua tahap, yaitu : tahap pertama degadasi amilosa menjadi maltosa dan maltotriosa yang terjadi secara acak. Degadasi ini terjadi sangat cepat dan diikuti dengan menurunnya viskositas dengan cepat.

Tahap kedua terjadi pembentukan glukosa dan maltosa sebagai hasil akhir dan tidak acak. Keduanya merupakan kerja enzim α- amilase pada molekul amilosa. Pada molekul amilopektin kerja α- amilase akan menghasilkan glukosa, maltosa dan satu seri α-limit dekstrin, serta oligosakarida yang terdiri dari empat atau lebih

glukosa yang mengandung ikatan α-1,6-glikosidik (Winarno, 2010).

Reaksi yang terjadi pada hidrolisis pati adalah sebagai berikut:

(C6H10O5)x + x H2O → x C6H12O6

Enzim amilase dapat memecah ikatan pada amilum hingga terbentuk maltosa. Ada tiga macam enzim amilase, yaitu α amilase, β amilase dan γ amilase. Yang terdapat dalam saliva (ludah) dan pankreas adalah α amilase. Enzim ini memecah ikatan 1-4 yang terdapat dalam amilum dan disebut endo amilase sebab enzim ini memecah bagian dalam atau bagian tengah molekul amilum (Poedjiadi, 2006).

Oleh karena itu, untuk lebih mengetahui dan memahami kerja suatu enzim, khususnya kerja enzim amilase yang terdapat pada saliva yang dilarutkan pada pati, maka percobaan ini dilakukan.

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah

 untuk melihat pengaruh kelarutan enzim amilase saliva terhadap pati

 Mengetahui mekanisme percepatan reaksi oleh enzim amylase saliva

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Enzim adalah sekelompok protein yang berperan sebagai pengkatalis dalam reaksi-reaksi biologis. Enzim dapat juga

didefenisikan sebagai biokatalisator yang dihasilkan oleh jaringan yang berfungsi meningkatkan laju reaksi dalam jaringan itu sendiri. Semua enzim yang diketahui hingga kini hampir seluruhnya adalah protein.

Berat molekul enzim pun sangat beraneka ragam, meliputi rentang yang sangat luas (Suhtanry & Rubianty, 1985).

Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikutinya, sedangkan masingmasing enzim diberi nama menurut nama substratnya, misalnya urease, arginase dan lain-lain. Di samping itu ada pula beberapa enzim yang dikenal dengan nama lama misalnya pepsin, tripsin dan lain-lain.

Oleh Commision on Enzymes of the International Union of

Biochemistry, enzim dibagi dalam enam golongan besar. Penggolongan ini didasarkan atas reaksi kimia di mana enzim memegang peranan.

Enam golongan tersebut ialah (Poedjiadi, 2006):

1. Oksidoreduktase 2. Transferase 3. . Hidrolase 4. . Liase 5. Isomerase 6. Ligase

Dalam mempelajari mengenai enzim, dikenal beberapa istilah diantaranya holoenzim, apoenzim, kofaktor, gugus prostetik, koenzim, dan substrat. Apoenzim adalah suatu enzim yang seluruhnya terdiri dari protein, sedangkan holoenzim adalah enzim yang mengandung gugus protein dan gugus non protein. Gugus yang bukan protein tadi dikenal

dengan istilah kofaktor. Pada kofaktor ada yang terikat kuat pada protein dan sukar terurai dalam larutan yang disebut gugus prostetik dan adapula yang tidak terikat kuat pada protein sehingga mudah terurai yang disebut koenzim. Baik gugus prostetik maupun koenzim,

keduanya merupakan bagian yang memungkinkan enzim bekerja pada substrat. Substrat merupakan zat-zat yang diubah atau direaksikan oleh enzim (Poedjadi, 2006).

Enzim sebagai katalisator, suatu enzim berikatan dengan substrat rekasi dan mengubah substrat menjadi prodak. Substrat berikatan dengan tempat pengikatan substrat spesifik yang terdapat di enzim melalui interaksi dengan residu asam amino enzim. Geometri ruang yang diperlukan untuk semua interaksi antara substrat dan enzim menyebabkan setiap enzim selektif bagi substratnya, dan memastikan bahwa yang dihasilkan hanyalah prodak spesifik (Marks, dkk., 2000).

Enzim memiliki kemampuan katalis yang sangat efisien dan kuat meskipun dalam konsentrasi yang rendah. Enzim adalah protein spesifik yang dapat dimanfaatkan kembali karena enzim akan selalu muncul kembali dalam keadaan utuh setelah substrat diubah menjadi produk. Untuk mempercepat reaksireaksi dapat dilakukan dengan menaikkan suhu, namun hal tersebut tidak sesuai sebagai sumber energi pengaktif bagi organisme (Setowati dan Furqonita, 2007).

Secara umum, amilase adalah enzim,yakni biomolekul yang berfungsisebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi)dalam suatu rekasi kimia. Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa factor, terutama adalah substrat,suhu, keasaman,

kofaktor, dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH(tingkat keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah

protein,yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah.

Saliva merupakan cairan biologis yang kompleks, disekresikan ke dalam rongga mulut oleh kelenjar kelenjar ludah (glandula parotis, submandibularis, dan sublingualis, yang merupakan cluster dari sel-sel yang dikenal sebagai acini atau sel-sel acinar. Sel-sel acinar ini

mensekresikan berbagai senyawa dan molekul yang membangun saliva seperti air, elektrolit, mucus, enzim, protein, dan peptida

(DepamedeMet al. 2014). Di dalam saliva terdapat enzim bernama Ptialin (enzim amilase) yang berfungsi menghancurkan makanan yang sedang dikunyah menjadi gula yang kemudian diproses oleh organ tubuh lainnya dan mengubah gula tersebut sebagai sumber energi.

Saliva memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja amilase yang memecah polisakarida menjadi disakarida

BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu pelaksanaan praktikum biokimia tanaman tentang “Analisis

Aktivitas Enzim Amilase Dalam Hidrolisis Pati” ini dilakukan pada hari Jumat, 3 September 2023 jam (07.30 s/d selesai ). Di tempat laboratorium Ekofisiologi tanaman Fakultas Pertanian Universitas Jambi.

3.2 Alat dan Bahan Alat

Alat yang digunakan adalah

 Tabung reaksi,

 gelas beaker,

 suntikan,

 rak tabung reaksi,

 gelas ukur,

 beaker glass

 waterbath Bahan

bahan yang digunakan yakni, air liur, pati (Bahan penyangga ( Na2H2PO4, dengan kandungan timbang NH2PO4 11,6 gram lalu larutkan dengan aquades 150 ml, dan tambahkan tepung beras sebayak 1,5 gram) , aquades 9 ml.dan larutan iod

3.3 Cara Kerja

1) Siapkan 5 tabung reaksi beserta raknya dan beri label 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4

ml, dan 8 ml.

2) Siapkan suntikan sebagai media untuk pengambilan air liur.

3) Masukkan air liur ke dalam suntikan sebanyak 1 ml.

4) Lalu tuangkan ke dalam tabung reaksi lalu tambahkan 9 ml aquades 5) Kemudisn lsrutan tersebut dipindshkan ke dalam tabung reaksi masing-

masing sebanyak 1 ml

6) Kemudian sediakan larutan NaH2PO4 yang telah di buat dengan bahan pati lalu masukkan ke dalam gelas ukur sesuai ukuran yang telah di beri lanel yang telah ditetapkan

7) Kemudian tabung reaksi ditutup dengan tisu

8) Inkubasi di waterbath selama 15 menit dengan suhu 37o C

9) Tetesi larutan iod sebanyak 2 tetes ke dalam masing masing tabung reaksi 10) Foto sebelum dan sesudah ditetesi larutan iod

11) Amati perubahan yang terjadi.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

a) Gambar Setelah diinkubasi dan sebelum diberi iod b). setelah diberi iod

Gambar 1 gambar 2.

1. 2.

Tabel hasil enzim amilase

No Gambar sebelum Setelah diberi iod hasil

diberi iod

1. Setelah diinkubasi

dan sebelum diberi iod larutan belum ada perubahan warna dan berwarna putih keruh

Setelah diberi iod didapat hasil : Pada tabung 1 ml : larutan masih berwarna putih keruh

Tabung 2 ml, 3 ml , dan 4 ml mulai berawarna putih pucat Dan tabung 8 ml berwarna putih lebih keruh

Setelah diinkubasi dan sebelum diberi iod larutan belum ada perubahan warna dan berwarna putih keruh

Setelah diberi iod didapat hasil : Pada tabung 1 ml : larutan masih berwarna keruh

Tabung 2 ml, 3 ml , dan 4 ml mulai berawarna putih pucat. Dan tabung 8 ml berwarna putih lebih keruh

Dokumen terkait