• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

SKT1-10 : Tinggal ku masukkan ke dalam rumus Bu, U20 = a + (n-1) b

= 8 + (10-1) 3 = 8 + 9.3 = 8 + 27 = 35.

P-11 : dalam pemecahan masalah informasi mana yang dipakai?

SKT1-11 : itu ibu, diketahui bel pertama 4, bel kedua 8, bel ketiga 7, bel keempat 11, bel kelima 10 baru kususunmi polanya

4,8,7,11,10 baru yang ditanyakan bel kedua puluh

P-13 : oke dek lanjut pertanyaannya, ditauji itu istilah – istilah dalam jawaban yang kita kerja misalnya a itu apa? b itu apa?

SKT1-13 : a itu ibu suku pertama, b itu selisih ibu P-14 : kalau Un itu apa?

SKT1-14 : suku yang mau kucari ibu

P-15 : Ok dek pertanyaan selanjutnya yakin maki dengan jawaban ta SKT1-15 : Yakin ibu

P-17 : Coba cara yang adek gunakan diuji dengan suku yang lain.

Coba cari suku ke-19?

SKBK1-17 : U19 = a + (n-1) b

a = 4 karena 19 adalah suku ganjil, dan b tetap 3 nilainya jadi U19 = 4 + (10-1) 3

= 4 + (9) 3

= 4 + 27 = 31. Jadi suku ke-19 adalah 31.

Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil wawancara menunjukkan bahwa SKT1 mampu memenuhi semua indikator kemampuan berpikir kritis berdasarkan teori Ennis. SKT1 mampu memenuhi indikator focus karena mampu memahami maksud soal sehingga mampu menentukan unsur yang diketahui yaitu menuliskan barisan genap 8, 11 dan barisan ganjil 4, 7, 10 dan unsur yang ditanyakan pada soal tersebut U20. SKT1 juga mampu memenuhi indikator reason dan inference karena mampu menentukan cara atau rumus yang tepat dengan menuliskan rumus a + (n-1) b dan indikator situation mampu menggunakan informasi pada soal dengan tepat sehingga SKT1 mampu memecahkan masalah pola bilangan tersebut dengan benar. SKT1 mampu mengidentifikasi soal tersebut, dan menganggap masalah pola bilangan tersebut termasuk jenis pola bilangan barisan 2 larik, sehingga SKT1 memisah barisan bilangan ganjil dan barisan bilangan genap.

SKT1 juga cenderung memahami istilah-istilah yang terdapat pada soal, dimana simbol a adalah nilai deret pertama yaitu 8 (barisan genap) dan b adalah beda yaitu pola pada barisan bilangan yaitu 3, sehingga memenuhi indikator clarity.

SKT1 juga terlihat mampu memenuhi indikator overview, hal tersebut terlihat pada proses wawancara dimana mampu mengecek dan membuktikan kembali bahwa rumus yang digunakan sudah benar. SKT menguji cara tersebut dengan mencari U19, dan SKT1 mampu memecahkan masalah tersebut dengan benar.

Keterangan

P: pertanyaan peneliti

SKT: Subjek Kemampuan Tinggi TSKT: Tes Subjek Kemampuan Tinggi

b. Paparan Data Hasil Penelitian Subjek Kemampuan Tinggi 2 (SKT 2) Berikut ini dipaparkan hasil tes tertulis SKT2 dalam memecahkan masalah pada TSKT.

Gambar 4.2 Hasil TSKT SKT2

Hasil Wawancara Berdasarkan Subjek Kemampuan Tinggi (SKT 2) P-01 : Dek, kita pahami ini soal yang ibu berikan?

SKT2-01 : Iye ibu

P-02 Ini soal dek, soal cerita untuk menyelesaikan soalkan harus ditulis apa yang ditanyakan dan apa yang diketahui?

SKT2-02 : yang diketahui itu ibu bel pertama 4 orang, bel kedua 8 orang, bel ketiga 7 orang, bel keempat 11 orang dan bel kelima 10 orang

P-03 : Kalau yang ditanyakan?

SKT2-03 : kalau yang ditanyakan ibu berapa banyak tamu undangan datang pada saat bel ke dua puluh

P-04 : bagaimana carata selesaikan ini soal cerita yang ibu berikan baru diubah dalam bentuk soal matematika?

SKT2-04 : begini ibu kubaca dulu ini soal baru kupahamiki kemudian informasi yang dari soal seperti bel pertama itu 4 orang, bel kedua 8 orang, bel ketiga 7 orang, bel keempat 11 orang, bel kelima 10 orang baru kususunmi polanya 4, 8,7,11,10

P-05 : dalam pemecahan masalah adek informasi yang mana adek pakai?

SKT2-05 : itu ibu, kalau sudahmi kususun polanya 4,8,7,11,10 barumi ku

pisah yang ganjil dan genap bu, baru cari selisihnya. 4, 7, 10 selisihnya 3 Bu, dan 8, 11 selisihnya juga 3 bu, jadi b = 3.

Kalau nilai a = 8 bu, karena suku ke-1 barisan genap adalah 8.

P-06 : Kenapa ambil yang barisan genap?

SKT2-06 : Karena yang ditanyakan suku ke-20 bu, dan 20 adalah genap P-07 : coba jelaskan cara kerja ta?

SKT2-07 : kan tadi nilai a = 8, dan b = 3

baru masukan ke dalam rumus yaitu U20 = a + (n-1) b yaitu 8 + (10-1) 3 = 8 + 9.3 = 35

P-08 : Kenapa bisa n nya 10?

SKT2-08 : Karena tadi saya sudah pisah barisan ganjil dan genap. Jadi barisan genap = 20 dibagi 2 = 10

P-09 : Ibu tanya lagi yakin jaki jawaban ta?

SKT2-09 : Iye ibu

P-10 : jadi apa kesimpulan ta?

SKT2-10 : nilai a = 8, dan b = 3

dan rumusnya yaitu U20 = a + (n-1) b

= 8 + (10-1) 3 = 8 + 9.3 = 35 jadi U20 = 35.

P-11 : Dalam pemecahan masalah informasi mana yang dipakai?

SKT2-11 : Itu ibu, diketahui bel pertama 4, bel kedua 8, bel ketiga 7, bel keempat 11, bel kelima 10 baru kususunmi polanya

4,8,7,11,10 baru yang ditanyakan bel kedua puluh?

P-12 : Digunakan semuaji informasi yang ada soal deka?

SKT2-12 : Iye ibu

P-13 : oke dek lanjut pertanyaannya, ditauji itu istilah – istilah dalam jawaban yang kita kerja misalnya a itu apa? b itu apa?

SKT2-13 : a itu ibu suku pertama, b itu selisih ibu P-14 : kalau Un itu apa?

SKT2-14 : suku yang mau kucari ibu

P-15 : Ok dek pertanyaan selanjutnya yakin maki dengan jawaban ta?

SKT2-15 : Iye ibu, in syaa allah ibu benar mi

P-16 : Tidak mauki periksa kembali jawaban ta dulu?

SKT2-16 : (memeriksa kembali jawaban) yakin ma kak

P-17 : Kalau semisal U15 yang dicari, bagaimana cara kerjanya?

SKT2-17 : Suku ke-15 itu termasuk barisan ganjil, jadi a = 4, dan b tetap 3 bu.

Jadi rumusnya tadi U15 = a + (n-1) b =

= 4 + (8-1) 3

= 4 + 21 = 25. Jadi suku ke-15 adalah 25.

Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil wawancara menunjukkan bahwa SKT2 mampu memenuhi semua indikator kemampuan berpikir kritis. SKT2 mampu memenuhi indikator focus karena mampu menentukan unsur yang diketahui dan unsur yang ditanyakan pada soal tersebut. SKT2 juga mampu memenuhi indicator reason dan inference karena mampu menentukan cara atau rumus yang tepat dan indikator situation mampu menggunakan informasi pada soal dengan tepat untuk memecahkan masalah pola bilangan tersebut dengan benar. SKT2 memisah barisan bilangan ganjil dan barisan bilangan genap. SKT2

juga cenderung memahami istilah-istilah yang terdapat pada soal, dimana simbol a adalah nilai deret pertama yaitu 8 (barisan genap) karena yang ditanyakan pada soal adalah U20 (genap) dan b adalah beda yaitu selisih U1 dengan U2 (U2-U1) pada barisan bilangan yaitu 7-4 = 3, sehingga memenuhi indikator clarity. SKT2 juga terlihat mampu memenuhi indikator overview, hal tersebut terlihat pada proses wawancara dimana mampu mengecek dan membuktikan kembali bahwa rumus yang digunakan sudah benar. SKT menguji cara tersebut dengan mencari U15, dan SKT2 juga mampu memecahkan masalah tersebut dengan benar. Maka dapat disimpulkan bahwa SKT2 tergolong berpikir kritis dalam memecahkan masalah matematika.

Keterangan

P : pertanyaan peneliti

SKT : Subjek Kemampuan Tinggi TSKT : Tes Subjek Kemampuan Tinggi

c. Paparan Data Hasil Penelitian Subjek Kemampuan Tinggi 3 (SKT3) Berikut ini dipaparkan hasil tes tertulis SKT3 dalam memecahkan masalah pada TSKT.

Gambar 4.3 Hasil TSKT SKT3

Hasil Wawancara Berdasarkan Subjek Kemampuan Tinggi (SKT 3):

P-01 : Apakah Anda memahami maksud soal?

SKT3-01 : Iya Bu

P-02 : Dalam soal cerita tersebut, apa yang ditanyakan dan apa yang diketahui?

SKT3-02 : yang diketahui itu ibu bel pertama datang 4 orang, bel kedua datang lagi 8 orang, bel ketiga 7 orang, bel keempat 11 orang dan bel kelima 10 orang

P-03 : kalau yang ditanyakan apa?

SKT3-03 : kalau yang ditanyakan ibu berapa banyak tamu undangan datang pada saat bel ke dua puluh.

P-04 : Bagaimana carata selesaikan ini soal cerita yang ibu berikan

baru diubah dalam bentuk soal matematika SKT3-04 : Saya lupa ibu, tidak bisa saya kerja soalnya ibu?

P-05 : Tapi pernah ki belajar materi pola bilangan?

SKT3-05 : Iya ibu, tapi bingungka dengan polanya bu P-06 : Yakin tidak bisaki kerja soalnya?

SKT3-06 : Iye ibu Keterangan

P : pertanyaan peneliti

SKT : Subjek Kemampuan Tinggi TSKT : Tes Subjek Kemampuan Tinggi

Pada gambar 4.3 hasil SKT3 menuliskan jawabannya dengan yang diketahui 4,8,7,11,10 dan ditanyakan U20 sehinggapada langkah penyelesaiannya SKT3 kebingungan menjawabnya. Berdasarkan hasil tes tertulis dan hasil wawancara menunjukkan bahwa SKT3 hanya mampu memenuhi indikator focus kemampuan berpikir kritis. Hal tersebut dikarenakan SKT3 mampu memahami maksud soal sehingga mampu menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan pada soal tersebut . Namun SKT3 tidak mampu memenuhi semua indikator kemampuan berpikir kritis berikutnya yang terdiri dari reason, inference, situation, clarity, dan overview. Hal tersebut karena SKT3 tidak mampu menemukan cara atau rumus yang tepat serta tidak mampu menggunakan informasi pada soal dengan tepat sehingga SKT3 tidak mampu memecahkan masalah matematika tersebut. SKT3 juga cenderung tidak memahami istilah- istilah yang terdapat pada soal, hal tersebut terlihat pada proses wawancara dimana SKT3 tidak mampu menjelaskan istilah-istilah pada soal secara tepat.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa SKT3 tergolong tidak memiliki kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah matematika.

Selanjutnya peneliti melakukan triangulasi untuk menguji keabsahan data tes subjek kemampuan tinggi dalam memecahkan masalah pola bilangan (TSKT).

Triangulasi dilakukan untuk mencari kesesuaian data pada subjek. Triangulasi yang dimaksud terdapat pada tabel 4.3 sebagai berikut.

Tabel 4.3 Triangulasi Sumber Kemampuan Berpikir Kritis SKT1 dan SKT 2

SKT 1 SKT 2

SKT1 mampu memecahkan masalah pola bilangan dengan benar. SKT1 mengidentifikasi masalah tersebut ke dalam barisan 2 larik, sehingga memisah barisan ganjil dan genap.

Nilai a = 8, yaitu U1 bilangan genap, dan b adalah 3, sehingga U20 = 35.

SKT2 mampu memecahkan masalah pola bilangan dengan benar. SKT2 memisah barisan ganjil dan genap.

Nilai a = 8, yaitu U1 bilangan genap, dan b adalah selisih U1 dan U2 (U2- U1) yaitu 7-4 = 3. Maka dari itu suku kedua puluh (U20) = 35.

Berdasarkan hasil pemaparan SKT1 dan SKT 2 pada indikator focus, reason, inference, situation, clarity, dan overview cenderung konsisten. Sehingga dapat disimpulkan bahwa SKT 1 dan SKT 2 dalam memecahkan masalah pola bilangan dapat memenuhi indikator berpikir kritis menurut Ennis (1991,1996)

SKT menguji cara tersebut dengan mencari U19, dan SKT1 mampu memecahkan masalah tersebut dengan benar.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Setiana &

Purwoko, 2020) dengan judul “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Ditinjau Dari Gaya Belajar Matematika Siswa”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis berdasarkan aspek kemampuan berpikir kritis siswa dari keseluruhan siswa diperoleh informasi bahwa aspek focus memiliki rata-rata nilai 92,4 dan termasuk dalam kategori sangat baik, aspek reason memiliki rata- rata nilai 84,3, dan termasuk dalam kategori sangat baik, aspek inference memiliki rata-rata 77,1 dan termasuk dalam kategori baik, aspek situation mempunyai rata- rata nilai 97,1 dan termasuk dalam kategori sangat baik dan aspek overview memiliki rata-rata nilai 71,4 dan termasuk dalam kategori baik. Pada penelitian tersebut menggunakan 5 indikator kemampuan berpikir kritis, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan 6 indikator, dimana indicator clarity tidak digunakan dalam penelitian tersebut. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa presentase siswa dalam memenuhi setiap indicator berpikir kritis relative tinggi, hal tersebut sejalan dengan temuan pada penelitian ini yang menunjukkan bahwa Subjek Kemampuan Berpikir Kritis 1 dan Subjek Kemampuan Berpikir Kritis 2 mampu memenuhi semua indicator kemampuan berpikir kritis yang terdiri dari focus, reason, inference, situation, clarity, dan overview.

Selanjutnya subjek kemampuan tinggi kedua dengan hasil tes tertulis dan hasil wawancara menunjukkan bahwa SKT2 mampu memenuhi semua indikator kemampuan berpikir kritis. SKT2 mampu memenuhi indikator focus karena

mampu menentukan unsur yang diketahui dan unsur yang ditanyakan pada soal tersebut. SKT2 juga mampu memenuhi indicator reason dan inference karena mampu menentukan cara atau rumus yang tepat dan indikator situation mampu menggunakan informasi pada soal dengan tepat untuk memecahkan masalah pola bilangan tersebut dengan benar. SKT2 memisah barisan bilangan ganjil dan barisan bilangan genap. SKT2 juga cenderung memahami istilah-istilah yang terdapat pada soal, dimana simbol a adalah nilai deret pertama yaitu 8 (barisan genap) karena yang ditanyakan pada soal adalah U20 (genap) dan b adalah beda yaitu selisih U1 dengan U2 (U2-U1) pada barisan bilangan yaitu 7-4 = 3, sehingga memenuhi indikator clarity. SKT2 juga terlihat mampu memenuhi indikator overview, hal tersebut terlihat pada proses wawancara dimana mampu mengecek dan membuktikan kembali bahwa rumus yang digunakan sudah benar. SKT menguji cara tersebut dengan mencari U15, dan SKT2 juga mampu memecahkan masalah tersebut dengan benar. Maka dapat disimpulkan bahwa SKT2 tergolong berpikir kritis dalam memecahkan masalah matematika.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fridanianti, dkk (2018) dengan judul “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Menyelesaikan Soal Aljabar Kelas VII SMPN 2 Pangkah Ditinjau Dari Gaya Kognitif Reflektif Dan Kognitif Implusif” dengan hasil penelitiannya peneliti menggunakan indikator FRISCO menurut Ennis (2011) siswa dengan gaya kognitif reflektif mampu memenuhi keseluruhan kriteria berpikir kritis FRISCO (focus, reason, inference, situation, clarity and overview) dalam menjawab pertanyaan sangat berhati-hati sehingga waktunya lama, sedangkan siswa dengan

gaya kognitif implusif dapat menjawab keseluruhan kriteria FRISCO (focus, reason, inference, situation, clarity, overview) namun hanya dapat memenuhi dua kriteria yang benar yaitu focus dan reason dalam menjawab setiap pertanyaan cenderung cepat. Dalam hal tersebut sejalan dengan temuan pada penelitian ini yang menunjukkan bahwa subjek kemampuan tinggi 1 dan subjek kemampuan tinggi 2 mampu memenuhi semua indikator kemampuan berpikir kritis yang terdiri dari focus, reason, inference, situation, clarity, dan overview.

Dan yang terakhir subjek kemampuan tinggi ketiga dengan hasil tes tertulis dan hasil wawancara menunjukkan bahwa SKT3 hanya mampu memenuhi indikator focus kemampuan berpikir kritis. Hal tersebut dikarenakan SKT3 mampu memahami maksud soal sehingga mampu menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan pada soal tersebut. Namun SKT3 tidak mampu memenuhi semua indikator kemampuan berpikir kritis berikutnya yang terdiri dari reason, inference, situation, clarity, dan overview. Hal tersebut karena SKT3 tidak mampu menemukan cara atau rumus yang tepat serta tidak mampu menggunakan informasi pada soal dengan tepat sehingga SKT3 tidak mampu memecahkan masalah matematika tersebut. SKT3 juga cenderung tidak memahami istilah- istilah yang terdapat pada soal, hal tersebut terlihat pada proses wawancara dimana SKT3 tidak mampu menjelaskan istilah-istilah pada soal secara tepat.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa SKT3 tergolong tidak memiliki kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah matematika.

Penelitian ini sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat &

Bernard (2019) termasuk penelitian relevan dengan judul “Analisis kemampuan

berpikir kritis matematika serta kemandirian belajar siswa smp terhadap materi SPLDV”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis matematika siswa secara keseluruhan berada pada kategori rendah, jawaban siswa dalam menyelesaikan soal berpikir kritis masih sangat rendah, kemandirian belajar siswa secara keseluruhan berada pada tingkat sedang dan siswa belum terbiasa menggunakan indikator kemandirian pembelajaran dengan benar, dan terdapat hubungan yang erat antara kemandirian belajar dengan kemampuan berpikir kritis siswa. Temuan pada penelitian tersebut berbeda pada temuan pada penelitian ini yaitu kemampuan berpikir kritis siswa tergolong tinggi karena Subjek 1 dan Subjek 2 mampu memenuhi indikator kemampuan berpikir kritis, dan hanya Subjek 3 yang tidak tergolong berpikir kritis.

Berdasarkan paparan hasil penelitian ini diatas, Hal tersebut karena SKT1 dan SKT2 mampu memahami maksud soal dan dapat menentukan unsur yang diketahui dan unsur yang ditanyakan pada soal serta mampu menentukan rumus yang tepat. SKT1 dan SKT2 juga mampu menyimpulkan jsawaban dengan benar serta mampu memberikan alasan yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut. SKT1 dan SKT2 juga cenderung memahami istilah-istilah yang terdapat pada soal, dan mampu mengecek kembali kebenaran jawaban serta rumus yang digunakan. Sedangkan SKT3 hanya mampu memenuhi indikator focus kemampuan berpikir kritis dan tidak mampu memenuhi indikator lainnya yaiu reason, inference, situation, clarity, dan overview. Dalam hal ini dari 3 subjek kemampuan tinggi hanya 2 subjek yang mampu menyelesaikan soal kemampuan berpikir kritis yaitu focus, reason, inference, situation, clarity, overview. Sehingga

SKT1 dan SKT2 dapat dikategorikan mampu memenuhi indikator kemampuan berpikir kritis menurut ennis (1991, 1996).

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa SKT1 dan SKT2 dapat memenuhi semua indikator berpikir kritis yang terdiri dari fokus, reason, inference, situation, clarity dan overview. Hal tersebut karena SKT1 dan SKT2 mampu memahami maksud soal dan dapat menenutkan unsur yang diketahui dan unsur yang ditanyakan dalam soal serta mampu menentukan rumus yang benar yang disertai alasan untuk memecahkan masalah tersebut. SKT1 dan SKT2 juga cenderung memahami istilah-istilah yang terdapat pada soal, dan mampu mengecek Kembali kebenaran jawaban serta rumus yang digunakan.

Dokumen terkait