• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan Hasil Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan Hasil Penelitian

SKT menguji cara tersebut dengan mencari U19, dan SKT1 mampu memecahkan masalah tersebut dengan benar.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Setiana &

Purwoko, 2020) dengan judul “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Ditinjau Dari Gaya Belajar Matematika Siswa”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis berdasarkan aspek kemampuan berpikir kritis siswa dari keseluruhan siswa diperoleh informasi bahwa aspek focus memiliki rata-rata nilai 92,4 dan termasuk dalam kategori sangat baik, aspek reason memiliki rata- rata nilai 84,3, dan termasuk dalam kategori sangat baik, aspek inference memiliki rata-rata 77,1 dan termasuk dalam kategori baik, aspek situation mempunyai rata- rata nilai 97,1 dan termasuk dalam kategori sangat baik dan aspek overview memiliki rata-rata nilai 71,4 dan termasuk dalam kategori baik. Pada penelitian tersebut menggunakan 5 indikator kemampuan berpikir kritis, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan 6 indikator, dimana indicator clarity tidak digunakan dalam penelitian tersebut. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa presentase siswa dalam memenuhi setiap indicator berpikir kritis relative tinggi, hal tersebut sejalan dengan temuan pada penelitian ini yang menunjukkan bahwa Subjek Kemampuan Berpikir Kritis 1 dan Subjek Kemampuan Berpikir Kritis 2 mampu memenuhi semua indicator kemampuan berpikir kritis yang terdiri dari focus, reason, inference, situation, clarity, dan overview.

Selanjutnya subjek kemampuan tinggi kedua dengan hasil tes tertulis dan hasil wawancara menunjukkan bahwa SKT2 mampu memenuhi semua indikator kemampuan berpikir kritis. SKT2 mampu memenuhi indikator focus karena

mampu menentukan unsur yang diketahui dan unsur yang ditanyakan pada soal tersebut. SKT2 juga mampu memenuhi indicator reason dan inference karena mampu menentukan cara atau rumus yang tepat dan indikator situation mampu menggunakan informasi pada soal dengan tepat untuk memecahkan masalah pola bilangan tersebut dengan benar. SKT2 memisah barisan bilangan ganjil dan barisan bilangan genap. SKT2 juga cenderung memahami istilah-istilah yang terdapat pada soal, dimana simbol a adalah nilai deret pertama yaitu 8 (barisan genap) karena yang ditanyakan pada soal adalah U20 (genap) dan b adalah beda yaitu selisih U1 dengan U2 (U2-U1) pada barisan bilangan yaitu 7-4 = 3, sehingga memenuhi indikator clarity. SKT2 juga terlihat mampu memenuhi indikator overview, hal tersebut terlihat pada proses wawancara dimana mampu mengecek dan membuktikan kembali bahwa rumus yang digunakan sudah benar. SKT menguji cara tersebut dengan mencari U15, dan SKT2 juga mampu memecahkan masalah tersebut dengan benar. Maka dapat disimpulkan bahwa SKT2 tergolong berpikir kritis dalam memecahkan masalah matematika.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fridanianti, dkk (2018) dengan judul “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Menyelesaikan Soal Aljabar Kelas VII SMPN 2 Pangkah Ditinjau Dari Gaya Kognitif Reflektif Dan Kognitif Implusif” dengan hasil penelitiannya peneliti menggunakan indikator FRISCO menurut Ennis (2011) siswa dengan gaya kognitif reflektif mampu memenuhi keseluruhan kriteria berpikir kritis FRISCO (focus, reason, inference, situation, clarity and overview) dalam menjawab pertanyaan sangat berhati-hati sehingga waktunya lama, sedangkan siswa dengan

gaya kognitif implusif dapat menjawab keseluruhan kriteria FRISCO (focus, reason, inference, situation, clarity, overview) namun hanya dapat memenuhi dua kriteria yang benar yaitu focus dan reason dalam menjawab setiap pertanyaan cenderung cepat. Dalam hal tersebut sejalan dengan temuan pada penelitian ini yang menunjukkan bahwa subjek kemampuan tinggi 1 dan subjek kemampuan tinggi 2 mampu memenuhi semua indikator kemampuan berpikir kritis yang terdiri dari focus, reason, inference, situation, clarity, dan overview.

Dan yang terakhir subjek kemampuan tinggi ketiga dengan hasil tes tertulis dan hasil wawancara menunjukkan bahwa SKT3 hanya mampu memenuhi indikator focus kemampuan berpikir kritis. Hal tersebut dikarenakan SKT3 mampu memahami maksud soal sehingga mampu menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan pada soal tersebut. Namun SKT3 tidak mampu memenuhi semua indikator kemampuan berpikir kritis berikutnya yang terdiri dari reason, inference, situation, clarity, dan overview. Hal tersebut karena SKT3 tidak mampu menemukan cara atau rumus yang tepat serta tidak mampu menggunakan informasi pada soal dengan tepat sehingga SKT3 tidak mampu memecahkan masalah matematika tersebut. SKT3 juga cenderung tidak memahami istilah- istilah yang terdapat pada soal, hal tersebut terlihat pada proses wawancara dimana SKT3 tidak mampu menjelaskan istilah-istilah pada soal secara tepat.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa SKT3 tergolong tidak memiliki kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah matematika.

Penelitian ini sejalan dengan Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat &

Bernard (2019) termasuk penelitian relevan dengan judul “Analisis kemampuan

berpikir kritis matematika serta kemandirian belajar siswa smp terhadap materi SPLDV”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis matematika siswa secara keseluruhan berada pada kategori rendah, jawaban siswa dalam menyelesaikan soal berpikir kritis masih sangat rendah, kemandirian belajar siswa secara keseluruhan berada pada tingkat sedang dan siswa belum terbiasa menggunakan indikator kemandirian pembelajaran dengan benar, dan terdapat hubungan yang erat antara kemandirian belajar dengan kemampuan berpikir kritis siswa. Temuan pada penelitian tersebut berbeda pada temuan pada penelitian ini yaitu kemampuan berpikir kritis siswa tergolong tinggi karena Subjek 1 dan Subjek 2 mampu memenuhi indikator kemampuan berpikir kritis, dan hanya Subjek 3 yang tidak tergolong berpikir kritis.

Berdasarkan paparan hasil penelitian ini diatas, Hal tersebut karena SKT1 dan SKT2 mampu memahami maksud soal dan dapat menentukan unsur yang diketahui dan unsur yang ditanyakan pada soal serta mampu menentukan rumus yang tepat. SKT1 dan SKT2 juga mampu menyimpulkan jsawaban dengan benar serta mampu memberikan alasan yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut. SKT1 dan SKT2 juga cenderung memahami istilah-istilah yang terdapat pada soal, dan mampu mengecek kembali kebenaran jawaban serta rumus yang digunakan. Sedangkan SKT3 hanya mampu memenuhi indikator focus kemampuan berpikir kritis dan tidak mampu memenuhi indikator lainnya yaiu reason, inference, situation, clarity, dan overview. Dalam hal ini dari 3 subjek kemampuan tinggi hanya 2 subjek yang mampu menyelesaikan soal kemampuan berpikir kritis yaitu focus, reason, inference, situation, clarity, overview. Sehingga

SKT1 dan SKT2 dapat dikategorikan mampu memenuhi indikator kemampuan berpikir kritis menurut ennis (1991, 1996).

Dokumen terkait