• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Penelitian

Dalam dokumen peran orang tua dalam mengatasi dampak (Halaman 103-134)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian

Untuk mengetahui peran orang tua dalam mengatasi dampak negatif penggunaan gadget (handphone) pada anak usia Sekolah Dasar di Kelurahan Bumi Ayu Kota Bengkulu, maka berdasarkan hasil penelitian penulis dilapangan melalui observasi, wawancara serta dokumentasi sebagai pelengkap penyajian hasil penelitian ini. Maka dapat penulis deskripsikan temuan-temuan sebagai berikut :

1. Peran Orang Tua

a. Memberi Kesempatan Kepada Anak

Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan N sebagai berikut :

“Alasan saya memberi atau membiarkan anak bermain gadget (handphone) dapat melatih imajinasi anak dan agar anak dapat mengetahui teknologi digital masa kini. Tetapi hal itu juga tidak luput dari pengawasan saya sebagai orang tuanya.”45 Sejalan dengan hasil wawancara dengan R dan SKsebagai berikut :

“Selaku orang tua, kami memberikan anak bermain gadget (handphone) supaya anak dapat mengenal teknologi, dan juga dapat belajar melalui aplikasi video yang sangat membantu, untuk menyenangkan anak dan tentunya agar anak lebih betah di rumah tetapi kami periksa terlebih dahulu aplikasi tersebut baik atau tidak untuk anak kami.” 46

Sementara itu hasil wawancara dengan E sebagai berikut :

“Memberikan anak bermain atau menggunakan gadget supaya anak dapat mengenal teknologi canggih, dan memanfaatkan handphone dengan

45 Wawancara dengan informan, N. Pada 8 April 2022.

46 Wawancara dengan informan, R dan SK. Pada 12 April 2022.

baik. Tentunya saya juga membatasi anak ketika bermain gadget tersebut.”47

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa sebagai orang tua mereka memberi anak bermain gadget supaya anak tidak ketinggalan zaman di era digital masa kini dan mereka juga harus bisa memilih aplikasi atau fitur-fitur yang cocok dan pantas serta aman untuk di gunakan anak saat menggunakan gadget tersebut.

b. Mengawasi Ketika Anak Bermain

Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan SK dan E sebagai berikut :

“Selaku ibu dari anak-anak saya yang sering bersama dengan anak-anak maka yang paling terlibat dalam menemani anak bermain menggunakan gadget itu saya sendiri dikarenakan saya memiliki waktu yang cukup banyak untuk bersama dengan anak saya dibandingkan dengan bapaknya karena sibuk mencari nafkah untuk keluarga. Sangatlah penting bagi saya untuk mengawasi anak bermain ataupun belajar.”48

47 Wawancara dengan informan, E. Pada 16 April 2022.

48 Wawancara dengan informan, SK dan E. Pada 16 April 2022.

Berbeda hasil wawancara langsung dengan M sebagai berikut:

”Sama-sama terlibat dalam urusan anak apalagi soal gadget. Saya atau ayahnya sering bergantian dalam menemani anak bermain gadget, Untuk mencegah hal yang tak diinginkan dan untuk kebaikan anak juga supaya dengan mudah mengontrol anak, Baik itu dalam kedisiplinan waktu maupun kedisiplinan anak saat bermain dengan gadget.”49

Orang tua yang baik untuk anak-anak mereka dan untuk mencegah hal-hal tidak diinginkan dengan demikian mereka ikut terlibat secara langsung dalam menemani anaknya bermain agar dapat mengontrol apa saja yang digunakan anak saat bermain gadget (handphone).

c. Orang Tua Membatasi Anak Bermain Gadget (Handphone)

Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan K sebagai berikut:

“Selaku orang tua, saya tidak ingin anak saya bermain gadget terlalu lama karena jika terlalu

49 w Wawancara dengan informan, M. Pada 1 Mei 2022.

menggunakannya mata anak dapat mengalami kerusakan jadi, saya kasih waktu untuk anak saya bermain gadget minimal 30 menit sudah lebih dari cukup.”50

Berbeda hasil wawancara langsung dengan E sebagai berikut:

“Saya selalu membatasi waktunya dalam bermain gadget, dalam sehari saya izinkan anak untuk bermain gadget (handphone) paling lama sampai 1 jam, lebih dari waktu yang saya tentukan untuk anak saya bermain gadget tentunya akan saya ambil hanphone meskipun terkadang anak saya menangis.”51

Sementara itu hasil wawancara langsung dengan S sebagai berikut:

“Anak saya tidak saya larang bermain gadget tapi saya selaku orang tuanya membatasi waktu dalam penggunaan gadget tersebut. Saya izin kan dia bermain selama 1 jam, bahkan terkadang tidak sampai 1 jam.”52

Sebagai orang tua mereka tidak melarang anaknya bermain menggunakan gadget (handphone), tetapi mereka juga membatasi waktu anak dalam menggunakan

50 Wawancara dengan informan, K. Pada 14 April 2022.

51 Wawancara dengan informan, E. Pada 20 April 2022.

52 Wawancara dengan informan, S Pada 14 April 2022.

gadget (handphone). untuk membiasakan anak supaya tidak terlalu keseringan bermain gadget yang dapat mengakibatkan anak kecanduan untuk terus-menerus meggunakanya.

d. Orang Tua Bersikap Tegas Dalam Mengatasi Penggunaan Gadget (Handphone) Pada Anak.

Berdasarkan hasil wawancara secara langsung dengan H sebagai berikut:

“Tapi kalau dibilang tegas, kami tidak terlalu tegas pada anak, karena jika terlalu tegas maka nanti mereka merasa dikekang oleh kami. dan juga kami tidak terlalu membebaskannya dalam waktu penggunaan gadget (handphone) tersebut.”53

Berbeda dengan R saat diwawancarai secara langsung sebagai berikut:

“Sebagai orang tua kami harus tegas kepada anak kami terutama dalam hal penggunaan gadget (handphone) jika sering kali anak dibiarkan bermain handphone terlalu lama maka perkembangan akan kurang bagus.”54

53 Wawancara dengan informan, H Pada 10 April 2022.

54 Wawancara dengan informan, Rudiah. Pada 10 Mei 2022.

Dalam mendidik anak menggunakan gadget (handphone) itu hendaknya jangan teralu tegas dan juga jangan terlalu bebas. Sebagai orang tua kita harus memahami anak sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

e. Memberi Contoh Perilaku Yang Baik

Menurut hasil dari wawancara secara langdung dengan S sebagai berikut:

“Sebagai ibu pastinya memberikan contoh yang baik untuk anak, apalagi masalah gadget (handphone) itu sudah pasti. Contohnya seperti menggunakan gadget (handphone) saat anak sudah tidur atau anak tidak ada di rumah sedang bermain, dan saya juga termasuk orang yang jarang membuka gadget (handphone) jika tidak ada hal yang berkepentingan.”55

Hal yang senada dengan M dan F sebagai berikut:

“Sebagai orang tua kita harus menjadi panutan atau contoh yang baik untuk anak-anak. Lebih baik menggunakan gadget (handphone) seperlunya atau apabila memang ingin bermain sosial media tunggu saat anak sekolah atau saat anak sudah tidur.”56

55 Wawancara dengan informan, Susilawati Pada 3 Mei 2022.

56 Wawancara dengan informan, Mutrika dan Fitriani. Pada 1 Mei 2022.

Sebagai orang tua yang baik mereka berusaha memberikan contoh yang baik kepada anak. Misalnya, tidak bermain gadget (handphone). saat anak berada disampingnya kecuali ada telepon masuk. Karena orang tua merupakan pendidikan pertama bagi anak dengan begitu mereka berusaha memberikan contoh yang baik unuk anak.

f. Orang Tua Memberi Nasehat Kepada Anak Saat Menggunakan Gadget (Handphone).

Menurut hasil wawancara secara langsung dengan R dan E mengatakan bahwa:

“Saya sering menasehati anak saya, misal seperti saat anak sedang menonton video itu harus jaga jarak antara mata dan gadget (handphone) untuk kebaikan mata anak. Serta saat anak bermain game mobil-mobilan saat itu juga saya memberikan gambaran tentang cara mengemudi dengan baik, seperti mematuhi aturan dalam bekendara. Kenapa ia harus saya nasehati seperti itu supaya dia bisa berinteraksi langsung dengan saya dan tidak hanya melihat dan mendengarkan dari gadget (handphone).tersebut.”57

57 Wawancara dengan informan, R dan E . Pada 5 Mei 2022.

Memberi nasehat kepada anak itu sangat penting, kalau bukan orang tua siapa lagi yang mau menasehati anak mereka. Menasehati bukan berarti memarahi anak tetapi memberi arahan atau penjelasan kalau yang sedang anak lakukan suatu hal yang kurang bagus.

Dengan memberikan anak nasehat maka anak akan mengerti apa saja hal yang baik boleh dilakukan.

g. Termasuk Orang Tua Yang Kreatif

Berdasarkan hasil wawancara dengan Z mengatakan bahwa:

“Saya tidak begitu kreatif, tapi saya berinisiatif untuk memberikan anak permaianan edukatif yang sederhana dan juga lebih menarik, seperti pulang dari sekolah saya ajak bermain tanya jawab soal mata pelajaran yang anak saya pelajari pada saat sekolah tadi.”58

Sedangkan menurut SK mengatakan bahwa:

“Kalau dibilang kreatif bukan saya orangnya, karena saya tahu saya tidak kreatif maka saya tinggal beli saja permainan yang menurut saya akan disukai oleh anak saya tanpa harus bermain gadget dan juga di dalam gadget pun tidak ada satu pun permainan,

58 Wawancara dengan informan, Z .Pada 5 Mei 2022.

sehingga anak dengan mudahnya merasa bosan bermain menggunakan gadget dan lebih memilih ke permainan seperti bermain diluar rumah dengan teman sebayanya.”59

Jadi kesimpulan hasil dari wawancara di atas adalah meskipun mereka bukan orang tua yang kreatif tetapi mereka berusaha memberikan yang terbaik yaitu mengalihkan anaknya agar tidak menggunakan gadget yang berlebihan.”

h. Orang Tua Membiarkan Anak Bermain Diluar Rumah Menurut hasil wawancara secara langsung dengan S menyatakan bahwa:

“Kalau anak saya memang saya biarkan dia bermain diluar rumah bersama dengan teman-temannya selagi masih bisa saya jangkau dari rumah dan saya tahu dia bermain dan perginya sama siapa. Bukan berarti kami selaku orang orang tua tidak menjaga anak-anaknya, tetapi disini menurut kami cara melatih anak unuk bersosial dengan teman-teman dan lingkungan nya untuk kebaikan anak dimasa yang akan datang”60

59 Wawancara dengan informan, SK. Pada 12 April 2022.

60 Wawancara dengan informan, S Pada 14 April 2022.

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpukan bahwa menurut orang tua yang ada di Kelurahan Bumi Ayu yaitu mereka tidak melarang anak bermain diluar rumah, asalkan mereka tahu anaknya bermain dimana dan sama siapa serta melatih kebiasaan bersosialisasi anak.

i. Permainan Yang Dilakukan Anak Usia SD Kecuali Bermain Gadget (Handphone)

Menurut hasil wawancara secara langsung dengan M menyatakan bahwa :

“Menurut saya sebagai orang tua permainan yang boleh dilakukan anak usia SD seperti permainan tradisional yaitu, kelereng, petak umpat, bermain bola dan ada juga yang menyediakan permainan congklak, ulat tangga dirumah. Tetapi untuk zaman sekarang cenderung anak lebih memilih bermain gadget (hanphone) dan sudah jarang sekali anak- anak terutama anak saya bermain permainan tradisiomal”61

Selain bermain gadget (handphone) anak-anak juga masih sering bermain permainan tradisional,

61 Wawancara dengan informan, M Pada 1 Mei 2022.

meskipun permainan tradisonal sudah jarang sekali digunakan oleh anak-anak tetapi di Kelurahan Bumi Ayu ini masih menggunakan permainan tradisonal dan ada juga orang tua yang menyediakan permainan-permainan edukatif di rumah masing-masing.

2. Dampak Negatif Gadget (Handphone) Pada Anak a. Gangguan Kesehatan

Berdasarkan hasil wawancara secara langsung dengan E sebagai berikut:

”Tentu mata anak akan mengalami gangguan pada kesehatan matanya jika terlalu sering menggunakan gadget (handphone). Oleh karena itu peran orang tua sangat dibutuhkan seperti memberi nasehat kepada anak ketika anak menggunakan gadget jangan terlalu lama, jangan terlalu dekat dan juga saya selalu mengatur cahaya layar supaya tidak terlalu terang yang dapat merurak mata anak.”62

Sedangkan menurut hasil wawancara secara langsung dengan N dan K sebagai berikut :

“Mungkin sudah termasuk gejala-gejala gangguan kesehatan mata pada anak karena setelah menggunakan gadget (handphone) anak saya sering

62 Wawancara dengan informan, E. Pada 28 April 2022.

mengucek-ngucek matanya dan terkadang sampai berair-air. Padahal dia menggunakan gadget itu tidak terlalu lama karena selalu saya batasi waktunya.”63

Jika anak terlalu sering menggunakan gadget (handphone) dengan layar yang cukup terang maka stelah anak bermain mata anak terlihat sedikit merah dan berair ditambah lagi dengan anak mengucek-ngucek matanya dikarenakan perih. Oleh karena itu peran meraka sebagai orang tua dalam mendampingi anak sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya dampak negatif dari gadget.

b. Menghambat Kemampuan Berbahasa

Berdasarkan hasil wawancara secara langsung dengan Y sebagai berikut:

“Hal itu bisa saja terjadi apalagi anak sering menggunakan gadget (handphone). Karena jika anak terlalu sering menggunakan gadget dan banyak menghabiskan waktu bermain gadget (handphone).

seperti menonton video, anak hanya dapat mendengarkan dan melihat tanpa berinteraksi secara langsung. Untuk menghindari hal tersebut saya

63 Wawancara dengan informan, N dan K Pada 14 April 2022.

selalu mendampingi dan selalu menjaga komunikasi dengan anak saya.”64

Disimpulkan bahwa jika anak keseringan bermain menggunakan gadget (handphone). yang melampaui batas maka akan menghambat kemampuan bahasa anak.

Dikarenakan anak teralu banyak mendengarkan dan melihat apa yang ada di dalam gadget (handphone).

tanpa berinteraksi secara langsung dengan orang diskitar.

Dengan begitu tugas orang tua yaitu selalu menjaga komunikasi dengan anaknya.

c. Menghambat Perkembangan Kognitif

Berdasarkan hasil wawancara secara langsung dengan M sebagai berikut:

“Tentu saja, jika anak terlalu sering menggunakan handphone maka perkembangan kognitif anak dapat terhambat karena anak merasa malas untuk belajar bahkan juga malas untuk melakukan kegiatan yang lainnya dan yang ada dipikirannya selalu tentang handphone ntah itu game, youtube atau hal lainnya yang mengakibatkan terhambatnya perkembangan kognitif anak. Maka dengan begitu kami menydiakan media pembelajaran yang kreatif

64 Wawancara dengan informan, Y. Pada 10 April 2022.

sehingga kegiatan anak tidak terfokuskan pada handphone saja.”65

Hal senada dengan E dan SK menyatakan bahwa:

Gadget (handphone) adalah alat komunikasi yang canggih dan bisa mempermudah untuk berkomunikasi, tetapi untuk anak usia SD terlalu sering menggunakan gadget (handphone) sangat mempengaruhi perkembangan kognitifnya. Anak jadi malas belajar, maka disini saya sebagai orang tua sangat berperan dalam hal ini.”66

Upaya orang tua yaitu dengan menyediakan media pembelajaran di rumah sehingga perkembangan kognitif anak tetap berkembang dengan belajar media yang sudah disediakan oleh orang tua dan tentunya juga didampingi oleh orang tua. Menjadi orang tua harus kretif agar anak bisa mengembangakan kemampuannya.

d. Dapat Menghilangkan Ketertarikan Beraktivitas

Berdasarkan hasil wawancara secara langsung dengan R sebagai berikut:

“Menurut saya itu bisa iya dan bisa juga tidak , seperti halnya pada anak saya saat ia sedang

65 Wawancara dengan informan, M. Pada 1 Mei 2022.

66 Wawancara dengan informan, E dan SK Pada 16 April 2022.

bermain didalam rumah tiba-tiba temannya memanggil dan mengajak main di halaman rumah dengan sendirinya anak saya langsung menerima ajakan temannya untuk bermain. Begitupun sebaliknya jika dia lagi asyik bermain meskipun sudah dipanggil berkali-kali sama temannya masih tetap saja dengan gadgetnya tadi. Tetapi lebih sering dia memilih untuk bermain bersama dengan teman- temannya dari pada diam di rumah.”67

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa anak lebih memilih bermain bersama dengan teman-temannya dari pada diam di rumah, karena bermain di luar rumah bagi anak- anak itu sangat menyenangkan dan lebih seru karena banyak orang yang bermain tidak. Berungtungnya juga para orang tuanya juga tidak melarang anak-anaknya bermain di luar rumah dan yang terpenting di Kelurahan Bumi Ayu ini anak- anak masih banyak bermain permainan tradisional yang sudah hampir tidak dimainkan lagi.

67 Wawancara dengan informan, R Pada 12 April 2022.

e. Dapat Mempengaruhi Perilaku Anak

Berdasarkan hasil wawancara secara langung dengan S sebagai berikut:

“Kalau anak saya iya, contohnya saat dia lagi main gadget tiba-tiba ia mengatakan mau salah satu benda yang ada di gadget tersebut, karena keadaan ekonomi yang pas-pasan dan keinginan nya tidak dipenuhi maka ia menangis dan marah bahkan sampai memukul-mukul orang yang berusaha untuk membujuknya supaya berhenti menangis.”68

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dari apa yang lihat melalui gadget dapat mempengaruhi perilaku seorang anak yang belum tahu apa-apa yang dapat menyakiti diri mereka sendiri.

Oleh karena itu orang tua harus bisa menasehati anak dengan sabar dan memberi contoh yang baik.

f. Mempengaruhi Kemampuan Sosial

Berdasarkan hasil wawancara secara langsung dengan H sebagai berikut:

“Sebenarnya iya, karena gadget (handphone) anak lebih memilih untuk menyendiri dari pada

68 Wawancara dengan informan, S. Pada 1 Mei 2022.

bergabung atau bermain bersama orang terdekat.

Sehingga kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya itu sangat minim. Maka dengan demikian selaku orang tua saya membiarkan anak saya bermain di luar rumah yang membuat ia dapat mengetahui hal-hal baru dari lingkungan bermainnya dan juga dapa memudahkan anak untuk bersosial dengan lingkungan Sekitarnya.”69

Salah satu upaya orang tua untuk mengatasi dampak negatif dari gadget (handphone) yang dapat mempengaruhi kemampuan sosial anak yaitu dengan cara membiarkan anak bermain dengan teman-temannya di luar rumah dan lingkungan sekitarnya, agar kemampuan sosial anak dengan orang-orang disekiarnya tetap terjaga.

Berdasarkan data yang diperoleh terungkap ada beberapa orang tua yang memiliki anak usia Sekolah Dasar. Peneliti mewawancarai N yang mempunyai anak bernama MI dan berusia 11 tahun. Menurut hasil pengamatan peneliti bahwa ini ilham sering menggunakan gadget sewaktu pulang dari sekolah, dalam kesehariannya yang selalu izin dan selalu main

69 Wawancara dengan informan, H Pada 10 April 2022.

disamping orang tuanya saat menggunakan gadget tersebut dalam waktu maksimal 30 menit, setelah itu MI beralih ke kegiatan yang misalnya bermain sepedah dengan teman dengan sebayanya.

Selajutnya peneliti juga mewawancarai R yang mempunyai anak bernama A berusia 9 tahun. Menurut hasil pengamatan oleh peneliti terhadap A ini sering bermain menggunakan gadget pada waktu sore atau malam hari dan bapak atau ibunya selalu ikut terlibat dalam mendampingi bermain gadget dan paling lama waktunya satu 1 jam dengan mode data online di nonaktifkan, hanya ada beberapa aplikasi permainan yang dapat mengembangkan kognitif anak seperti (permaianan lempar bola sesuai warna atau menyusun puzzle).

Peneliti mewawancarai SK yang mempunyai anak bernama ZA berusia 10 tahun. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan terhadap ZA ini merupakan anak mematuhi setiap perkataan orang tuanya. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan atau perilaku keseharian seperti mulai disiplin waktu

misalnya sebelum bermain gadget harus belajar membaca serta mengulang kembali atau menceritakan kembali apa yang ia lakukan disekolah tadi. Pada saat ia dibolehkan main gadget dan ia selalu ingat pesan dari orang tuanya jika main gadget (handphone) itu jangan terlalu lama karena akan merusak mata dan dapat mnyebabkan ia buta.

Peneliti mewawancarai E yang mempunyai anak bernama MR berusia 10 tahun Berdasarkan hasil pengamatan yag sudah dilakukan oleh peneliti terhadap MR yaitu ia tidak boleh menyentuh gadget (handphone) sama sekali jika ia belum belajar. Tetapi jika sudah belajar orang tuanya memperbolehkan ia bermain permainan yang ada di dalam gadget itu, tidak boleh terlalu lama dan ibunya selalu yang mengingatkan jika bermain gadget (handphone) jangan terlalu lama karena usia kalian belum cukup untuk menggunakan gadget (handphone) lebih dari satu 1 jam, maka dengan begitu sangat mudah bagi gadget (handphone) untuk merusak mata.

Peneliti mewawancarai SK yang mempunyai anak bernama YA berusia 7 tahun Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan terhadap YA ini termasuk anak yang jarang bermain gadget (handphone) karena orang tuanya juga jarang bermain gadget (handphone) tersebut kecuali seperlunya saja.

Dalam kesehariannya setelah pulang dari sekolah ia langsung pulang kerumah, ganti baju sendiri, makan setelah itu bermain di halaman rumah biasanya dengan sepupu, dan juga sering langsung main di rumah teman sekolahnya. Maka dari itu dalam kesehariannya ini jarang bermain menggunakan gadget (handphone) karena dia bahagia dengan kegiatan yang ia lakukan bersama temannya. Meskipun begitu ada saatnya dia bermain gadget (handphone) dan itu pun tidak lepas dari pengawasan ibunya.

Selajutnya peneliti juga mewawancarai Y yang mempunyai anak bernama N berusia 9 tahun.Menurut hasil pengamatan peneliti bahwa N ini juga termasuk jarang bermain gadget (handphone) karena ia lebih memlilih untuk

bermain dengan teman-temannya dari pada harus bermain gadget (handphone) di dalam rumah yang membuat ia merasa bosan dengan hal itu, sering menggunakan gadget (handphone) pada waktu malam hari bersama orang tuanya menggunakan gadget (handphone).

Peneliti juga mewawancarai M yang mempunyai anak bernama RJ berusia 8 tahun.Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan terhadap RJ yaitu Jika tidak memegang gadget (handphone) maka ia tidak mau makan, maka mau tidak mau ibunya memeberikan RJ menonton video animasi anak-anak. Tetapi meskipun begitu ibunya cukup tegas dalam menghadapi sifat dari anaknya ini, seperti mengingatkan kepada RJ jika sudah selesai makannya maka nonton nya juga selesai dan RJ pun di bolehkan untuk bermain bersama temanya maupun diluar dan didalam rumah.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan K bahwa W anaknya yang berusia 9 tahun ini adalah anak yang sangat sholeh, nurut dengan orang tua. Jika ibunya

sudah bilang tidak boleh bermain gadget (handphone) lebih baik belajar atau main mainan yang lain, lalu tidur siang jikia sudah bangun dari tidur maka baru di perbolehkan bermain gadget (handphone).

Peneliti juga mewawancarai E yang mempunyai anak bernama A berusia 9 tahun.Menurut pengamatan yang dilakuakan oleh peneliti terhadap A ini yaitu saat disiang hari sampai sore biasanya selalu bermain bersama dengan teman yang ada di lingkungan rumahnya. Dan jika memungkinkan baru bisa bermain gadget (handphone) pada waktu malam hari itu pun jika di bolehkan oleh ibunya.

Selajutnya peneliti juga mewawancarai N yang mempunyai anak bernama AL berusia 9 tahun. Menurut hasil pengamatan yang peneliti lakukan terhadap AL ini yaitu anak yang manja, apa yang diinginkannya harus didapati. Apalagi soal bermain gadget (handphone), nah disinilah peran orang tuanya itu sangat dibutuhkan dalam menyikapi sikap anaknya dengan cara memberi dan selalu mendampingi anak bemain

Dalam dokumen peran orang tua dalam mengatasi dampak (Halaman 103-134)

Dokumen terkait