• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Penelitian

Dalam dokumen UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR (Halaman 61-71)

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Hasil Penelitian

Penghasilan Tetap dan Tunjangan Kepala Desa

51.000.000,00 51.000.000,00 0,00 Penghasilan Tetap dan Tunjangan

Perangkat Desa

355.200.000,00 355.200.000,00 0,00 Jaminan Sosial Kepala Desa dan

Perangkat Desa

20.448.768,00 20.448.768,00 0,00

Tunjangan BPD 37.800.000,00 37.800.000,00 0,00

Belanja Barang dan Jasa 498.547.662,00 341.463.462,00 157.084.200,00 Belanja Barang Perlengkapan 24.416.197,00 22.016.997,00 2.399.200,00 Belanja Jasa Honorarium 174.095.000,00 172.150.000,00 1.945.000,00

Belanja Perjalanan Dinas 43.200.000,00 43.200.000,00 0,00

Belanja Jasa Sewa 5.140.000,00 0,00 5.140.000,00

Belanja Operasional Perkantoran 81.700.000,00 75.700.000,00 6.000.000,00 Belanja Pemeliharaan 144.596.465,00 2.996.465,00 141.600.000,00 Belanja Barang dan Jasa yang Diserahkan

kepada

25.400.000,00 25.400.000,00 0,00

Belanja Modal 1.106.948.129,00 1.106.948.129,00 0,00

Belanja Modal Pengadaan Peralatan, Mesin dan Al

118.149.296,00 118.149.296,00 0,00

Belanja Modal Kendaraan 282.660.000,00 282.660.000,00 0,00

Belanja Modal Gedung, Bangunan dan Taman

321.048.983,00 321.048.983,00 0,00 Belanja Modal Jalan/Prasarana Jalan 384.689.850,00 384.689.850,00 0,00

Belanja Modal Lainnya 400.000,00 400.000,00 0,00

Belanja Tidak Terduga 317.610.000,00 267.610.000,00 50.000.000,00 Belanja Tidak Terduga 317.610.000,00 267.610.000,00 50.000.000,00 JUMLAH BELANJA 2.387.554.559,00 2.180.470.359,00 207.084.200,00 SURPLUS / (DEFISIT) (292.597.537,00) (287.571.927,00) (5.025.610,00) PEMBIAYAAN

Penerimaan Pembiayaan SILPA Tahun Sebelumnya Pengeluaran Pembiayaan Penyertaan Modal Desa

322.597.537,00 322.597.537,00 30.000.000,00 30.000.000,00

322.597.537,00 322.597.537,00 30.000.000,00 30.000.000,00

0,00 0,00 0,00 0,00

PEMBIAYAAN NETTO 292.597.537,00 292.597.537,00 0,00

SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN 0,00 5.025.610,00 (5.025.610,00)

Sumber : Laporan realisasi anggaran Desa Bontosunggu

Berdasarkan tabel laporan APBDes di atas menunjukkan bahwa jumlah anggaran pendapatan Desa Bontosunggu sebesar Rp.

2.094.957.022,00 yang bersumber dari pendapatan asli desa, pendapatan transfer, dan pendapatan lain-lain. Dengan jumlah belanja sebesar Rp.

2.387.554.559,00. Untuk menutupi surplus/defisit anggaran sebesar Rp.292.597.537,00 maka diambil dari SiLPA tahun sebelumnya. Sehingga Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) untuk tahun 2020 Desa Bontosunggu adalah sebesar Rp. 0. Dan telah menunjukkan bahwa laporan realisasi anggaran tahun 2020 telah terpakai 100% karena tidak ada SiLPA dalam APBDes tahun 2020 Desa Bontosunggu.

1. Proses Perencanaan APBDes

Perencanaan merupakan tahap awal dalam pengelolaan APBDes yang merupakan proses menentukan kegiatan yang akan diselenggarakan oleh pemerintah desa dengan mengikutsertakan masyarakat desa melalui Musyawarah Desa (Musdes) untuk menampung usulan-usulan masyarakat mengenai program kerja yang akan dilaksanakan untuk tahun berkenaan. Dalam musyawarah ini, pemerintah desa mengundang pendamping desa dari kabupaten, kepala dusun, RT/RW, tokoh masyarakat, pemuda dan beberapa masyarakat sebagai perwakilan dengan melibatkan seluruh aparat desa. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Kepala urusan keuangan yang menyatakan bahwa:

“ Dalam proses pembuatan APBDes ini kita kan adakan musyawarah, musyawarahnya itu penetapan RKP dengan mengundang pendamping desa dari kabupaten, tokoh masyarakat, kepala dusun, RT/RW, pemuda dan beberapa masyarakat sebagai perwakilan. Setelah itu dilakukan RAPBDes (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa), kemudian dimusyawarahkan dan disampaikan kepada BPD. Dalam hal ini pemerintah desa menyerahkan kepada BPD untuk dianalisis dan mengkaji usulan yang prioritas. Setelah dimusyawarahkan kepada BPD dan mendapat kesepakatan maka ditetapkanlah yang namanya APBDes. ”

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa menjelaskan bahwa pemerintah

desa setiap tahun wajib menyusun APBDes yang ditetapkan oleh kepala desa dan BPD yang berdasarkan aspirasi masyarakat desa. Sekretaris desa menyusun rancangan peraturan desa tentang APBDes berdasarkan RKP dan disampaikan kepada kepala desa. Kemudian disampaikan kepada BPD untuk dibahas dan disepakati bersama dalam musyawarah BPD paling lambat bulan Oktober tahun berjalan.

“ Melalui musyawarah, segala apapun yang berhubungan dengan dana desa selalu dirapatkan dengan masyarakat. Agar masyarakat bisa paham untuk apa dana desa itu digunakan dan seberapa besar dana desa yang diterima juga kita informasikan d l m p t te eb t.”

(Hasil wawancara dengan sekretaris desa)

Atas dasar kesepakatan bersama kepala desa dan BPD, maka kepala desa menyiapkan Rancangan Peraturan Kepala Desa mengenai penjabaran APBDes dikoordinasikan oleh sekretaris desa. Rancangan peraturan desa tentang APBDes disampaikan kepala desa kepada Bupati/Wali Kota melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga) hari sejak desepakati untuk dievaluasi. Bupati/Wali Kota dapat mendelegasikan evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes kepada camat atau sebutan lain. Apabila telah disetujui maka ditetapkan oleh kepala desa menjadi Peraturan Desa tentang APBDes. Kepala desa menyampaikan informasi mengenai APBDes kepada masyarakat melalui media informasi.

2. Proses Pelaksanaan APBDes

Pelaksanaan realisasi kegiatan yang telah direncanakan dananya bersumber dari APBDes. Setiap kegiatan akan dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Desa sesuai dengan kesepakatan pada saat musyawarah.

Setelah kegiatan yang dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Desa selesai maka pihak Tim Pelaksana Desa akan melaporkan setiap anggaran yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut dalam bentuk anggaran biaya kepada kepala desa dan bendahara desa.

“ Dibuat tim pelaksana RKP yang diketuai oleh sekretaris desa dan anggotanya. Penyusunannya itu diambil dari hasil musyawarah RKP yang nantinya akan dituangkan dalam APBDes.”

(Hasil wawancara kepala urusan keuangan, Adi Zulkarnain)

Berdasarkan hasil musrenbangdes, pemerintah desa bersama-sama dengan BPD menyusun rencana kerja RKPDes, Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes. Berdasarkan APBDes, Tim pelaksana desa menyusun rencana anggaran biaya (RAB) dan rencana penggunaan dana (RPD) ADD untuk penyelenggaraaan pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Hal ini di perkuat oleh pernyataan salah satu informan yang menyatakan bahwa:

" Berdasarkan musrenbangdes yang dilakukan dan disesuaikan dengan perencanaan sebelumnya untuk melakukan pembangunan yang dilaksanakan oleh TPK dengan apa yang menjadi usulan masyarakat maka TPK menyusun RAP. Dalam hal ini TPK tidak hanya dari pihak perangkat desa melainkan juga ada perwakilan dari masyarakat sehingga kegiatan benar-ben bi t n p n.”

Dalam hal pelaksanaan kegiatan program dana desa harus menjunjung tinggi prinsip transparansi dan partisipasi dalam pengambilan keputusan. Hal ini menjadi penting karena masyarakat desa mempunyai hak untuk mengetahui informasi tentang penyelenggaraan pemerintah, kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaan serta hasil yang dicapai.

Hal ini juga didukung oleh pernyataan dari kepala urusan keuangan, Adi Zulkarnain:

“ Dalam mendukung transparansi, Tim Pelaksana Kegiatan memasang baliho dan papan informasi agar masyarakat dapat

melihat serta memberikan masukan secara langsung sehingga pi iny d p t di e p oleh Tim Pel k n Kegi t n te eb t.”

Pelaksanaan APBDes ditinjau dari mekanisme penyaluran dana sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yang ada. Sehingga dapat dikatakan bahwa proses pelaksanaan APBDes mengacu pada realisasi pembangunan fisik yang telah direncanakan sebelumnya. Jadi implementasi program APBDes juga dilakukan setelah dana diterima oleh kepala desa. Dalam hal pelaksanaan APBDes, setiap pengeluaran harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah serta mendapatkan pengesahan dari sekretaris desa atas material yang timbul dari penggunaan bukti tersebut. Pengeluaran kas desa tidak dapat dilakukan sebelum rancangan peraturan desa tentang APBDes ditetapkan menjadi peraturan desa.

3. Proses Penatausahaan APBDes

Penatausahaan keuangan dilakukan oleh Kaur Keuangan sebagai pelaksana fungsi kebendaharaan. Penatausahaan dilakukan dengan mencatat setiap penerimaan dan pengeluaran dalam buku kas umum yang ditutup setiap akhir bulan. Kaur Keuangan wajib membuat buku pembantu kas umum yang terdiri atas buku pembantu bank, buku pembantu pajak, dan buku pembantu panjar.

“ Dalam penatausahaan ini dilakukan pembukuan setiap bulan dan dilaporkan setiap 3 (tiga) bulan karena sistemnya triwulan. Kami menggunakan aplikasi Siskeudes untuk membuat laporan dan dok men ke ng n de g t n p n.”

(Hasil wawancara kepala urusan keuangan, Adi Zulkarnain)

Jadi, dalam proses penatausahaan keuangan di Desa Bontosunggu secara umum dilakukan sesuai dengan Permendagri No. 20 Tahun 2018.

4. Proses Pelaporan APBDes

Pelaporan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) dibuktikan dengan adanya pertanggungjawaban pelaksanaan program APBDes kepada pemerintah daerah dan pusat yang dilakukan secara periodik. Proses pencatatan pelaporan APBDes ini dilakukan oleh kepala urusan keuangan dengan menggunakan sistem keuangan desa (Siskeudes). Hal ini sesuai dengan pendapat sekretaris desa yang mengatakan:

“ Kepala urusan keuangan membuat semua laporan pertanggungjawaban dan tidak pernah melewati batas yang telah ditentukan. Hal ini karena kita juga rutin melakukan evaluasi sebelum penye h n l po n pe t ngg ngj w b n.”

Laporan realisasi APBDes kemudian akan disepakati bersama BPD.

Setelah itu, Kepala Desa menyampaikan laporan pelaksanaan APBDes semester pertama kepada Bupati/Wali Kota melalui camat. Kepala Desa menyusun laporan pelaksanaan APBDes dan laporan realisasi kegiatan dengan cara menggabungkan seluruh laporan paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun berjalan. Bupati/Wali Kota menyampaikan laporan konsolidasi pelaksanaan APBDes kepada Menteri melalui Direktur Jenderal Bina Pemerintahan Desa paling lambat minggu kedua bulan Agustus tahun berjalan. Dalam proses pelaporan dana desa ini, kepala desa dituntut harus tepat waktu, karena jika terlambat maka Bupati berhak menunda pencairan dana berikutnya dan pengurangan dana berdasarkan penilaian tim dari kabupaten dan tim pendamping kecamatan.

5. Proses Pertanggungjawaban APBDes

Pertanggungjawaban APBDes adalah penyampaian hasil kinerja pemerintah desa dalam pengelolaan keuangan desa setiap akhir tahun anggaran. Permendagri No. 20 Tahun 2018 menyatakan bahwa kepala desa wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi APBDes kepada Bupati/Wali kota melalui camat setiap akhir tahun anggaran. Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDes terdiri dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan desa yang disajikan dengan peraturan desa diakhir tahun anggaran. Dalam mengelola keuangan desa tentunya juga membuat laporan pertanggungjawaban kepada BPD, Bupati/Wali kota, serta masyarakat. Berdasarkan penyataan dari sekretaris desa yang menyatakan bahwa:

“ Penyerahan laporan pertanggungjawaban harus sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku mengenai pelaporan pertanggungjawaban APBDes setiap akhir tahun yang disampaikan kepada BPD dan juga disampaikan ke Bupati melalui c m t. ”

Dalam segala urusan pertanggungjawaban harus dilakukan secara tebuka dengan melibatkan masyarakat desa agar masyarakat juga ikut berpartisipasi aktif dalam memberikan usulan dan koreksi pelaksanaan APBDes. Pemerintah desa juga harus merespon koreksi masyarakat dalam partisipasi tersebut agar terciptanya kesempurnaan dalam pelaksanaan APBDes.

“ Setiap periodik selalu diadakan evaluasi pelaksanaan APBDes yang mengundang BPD, perangkat desa dan tokoh masyarakat.

Evaluasi ini dilakukan untuk mewujudkan transparansi dalam APBDes dan diharapkan adanya usulan-usulan demi berjalannya program pertanggungjawaban administrasi. Kami selalu membuat laporan pertanggungjawaban tahunan demi melaksanakan prinsip t n p n i. ”

Hal tersebut juga diperkuat dengan pernyataan dari Kepala Desa yang menyatakan bahwa:

“ Selalu dilakukan evaluasi pertanggungjawaban laporan keuangan.

Tidak bisa ditetapkan suatu laporan APBDes tanpa dimulai dengan laporan evaluasi satu tahun anggaran yang dievaluasi langsung oleh BPD dalam bentu musyawarah di depan m y k t de Bonto ngg . ”

Implementasi di lapangan menunjukkan bahwa dana yang dikeluarkan telah dipertanggungjawabkan secara fisik. Adapun pertanggungjawaban dari segi fisik pembangunan di Desa Bontosunggu secara umum dapat dikatakan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil sarana dan prasarana berikut:

Tabel 4.6

Hasil Sarana dan Prasarana Desa Bontosunggu Tahun 2020

Desa Sarana yang dibangun Hasil

Bontosunggu Betonisasi jalan Baik

Jalan setapak Baik

Gorong-gorong Baik

Pembuatan drainase Baik

Pembangunan gapura/batas desa Baik Bantuan penunjang posyandu Baik Sumber: Laporan APBDes 2020 Desa Bontosunggu dan hasil observasi lapangan

Dari tabel di atas tersebut menunjukkan bahwa pertanggungjawaban APBDes di Desa Bontosunggu sudah baik secara fisik. Evaluasi

pelaksanaan program juga mengajak masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam memberikan usulan dan koreksi dalam pelaksanaan APBDes.

Sedangkan untuk laporan keuangan dapat dikatakan telah sesuai dengan prinsip akuntabilitas sebagaimana hasil wawancara dengan salah satu informan yang menyatakan bahwa ketika ada dana yang masuk maka kepala urusan keuangan mengecek kemudian dilaporkan kepada kepala desa. Kepala desa mengecek anggaran apa saja yang masuk, kemudian memutuskan musyawarah desa dan membentuk Tim Pelaksana Kegiatan (TPK). Tim Pelaksana Kegiatan membuat Rencana Anggaran Biaya (RAB), kemudian RAB diserahkan kepada sekretaris desa. Setelah itu diajukan ke kepala desa untuk diverifikasi lalu diserahkan kembali kepada kepala urusan keuangan untuk membuat surat permintaan pembayaran. Selanjutnya kepala urusan keuangan mencairkan dana sesuai dengan ajuan tim pelaksana.

Penyelenggaraan pemerintahan desa harus transparansi dan akuntabilitas dengan penyelenggaraan pemerintah desa harus dapat diakses oleh camat, inspektorat Kabupaten/Kota, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan warga desa. Dengan demikian, pemerintah desa harus mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pemerintahnya kepada pemerintahan atasan, BPD, dan masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh Kepala Desa bahwa:

“ M y k t d p t mengont ol k en be if t t n p n d n j g ini hak mereka jadi mereka harus mengetahuinya. Jika ada pembangunan maka ada pengajuan proposal dan proposal tersebut dibuat bukti kalau desa ini ada pembangunan. ”

Terwujudnya suatu pemerintahan yang baik diperlukan sebuah kerja sama antara lembaga pemerintahan desa dengan masyarakat. Dengan

dilakukan sebuah musyawarah desa, masyarakat dan lembaga desa bekerja sama dengan baik, menampung aspirasi masyarakat dalam hal pemberdayaan atau pembangunan di Desa Bontosunggu.

Dalam dokumen UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR (Halaman 61-71)

Dokumen terkait