• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

Dalam dokumen UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR (Halaman 49-53)

34

bahwa penelitian ini difokuskan pada Akuntabilitas Pemerintah Desa dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah di Kantor Desa Bontosunggu Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa yang beralamat di Tanetea. Waktu yang direncanakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang terkait pada judul penelitian adalah selama 2 (dua) bulan dimulai pada bulan Agustus hingga September 2021.

D. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber asli atau pihak pertama. Dalam penelitian ini, data primer yang digunakan adalah wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan kepada pihak yang terlibat langsung dalam pengelolaan dana desa, yaitu Kepala Desa, Sekretaris Desa, dan Bendahara Desa.

2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang tersusun dalam arsip yang dipublikasikan. Dengan demikian data sekunder dalam penelitian ini berupa dokumen Laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

E. Metode Pengambilan dan Pengumpulan Data

Terdapat beberapa teknik pengumpulan data yang dapat digunakan dalam suatu penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono (2017) secara umum

terdapat beberapa teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang didasarkan atas pengalaman secara langsung dilakukan dengan terjun dan melihat langsung ke lapangan terhadap objek yang diteliti yaitu Desa Bontosunggu Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa untuk menggali data yang berupa peristiwa, tempat, lokasi, dan benda serta rekaman gambar.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab dan tersusun atas pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan oleh peneliti dan kemudian diajukan kepada responden mengenai topik penelitian secara tatap muka dan peneliti merekam hal-hal yang disampaikan oleh responden. Pemilihan informan dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan teori yang dikaji dalam penelitian ini.

3. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen- dokumen resmi yang dimiliki pemerintah desa sebagai tempat penelitian.

Dalam penelitian ini dokumen yang diperlukan ialah laporan dan catatan penting yang dimiliki pemerintah Desa Bontosunggu terkait dengan pelaksanaan APBDes.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam pelaksaan kegiatan untuk mempermudah penelitian. Alat

bantu yang digunakan dalam penelitian ini ialah berupa buku catatan, pedoman wawancara dan handphone yang digunakan sebagai kamera.

Informan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Kepala Desa 2. Sekretaris desa

3. Kepala urusan keuangan 4. Tokoh masyarakat G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kualitatif yaitu teknik yang digunakan untuk menggambarkan dan menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Data tersebut kemudian dianalisis dan ditambah dengan keterangan-keterangan yang sifatnya mendukung dalam menjelaskan hasil penelitian. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menganalisis data yaitu:

1. Mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan mengenai pertanggungjawaban dana desa melalui wawancara, dokumentasi dan observasi langsung di lapangan.

2. Membandingkan hasil wawancara dengan data hasil pengamatan dan isi dokumen yang berkaitan.

3. Menganalisis dengan Permendagri No. 20 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

4. Memberikan jawaban terhadap masalah yang timbul dalam penulisan penelitian.

5. Mendapatkan kesimpulan akuntabilitas pertanggungjawaban Dana Desa dari seluruh pembahasan yang dilakukan oleh peneliti.

38 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Desa Bontosunggu

Menurut salah seorang tokoh masyarakat bahwa asal mula Bontosunggu ada sekitar tahun 1960-an, saat itu bernama Lempangang.

Salah seorang tokoh adat Bontomaero yang bernama Bali Dege telah memberi dan merubah nama Lempangang menjadi Bontosunggu, sedangkan nama Bontosunggu mempunyai arti dalam Bahasa Makassar yakni “ Barang ante kamma na baji ”. Adapun awal berdirinya Desa Bontosunggu mencakup 10 (sepuluh) wilayah yaitu L bb kk ng, P e’- p e’, P nci o, T nete , Bontoboddi , T m l ’l ng, Bontot ngng , T lloe dan Laccu-laccu.

Sekitar tahun 1965 Desa Bontosunggu dipimpin salah seorang petinggi (Antong Gurutta) bernama Bausa Dg Tula yang memimpin pertama Desa Bontosunggu, akan tetapi baru beberapa tahun memimpin diangkat pelaksana tugas bernama Hamid Naba menggantikan Bausa Dg Tula. Masa transisi pun berlanjut beberapa tahun, sehingga Hamid Naba digantikan oleh Bapak Tayyeb sampai pada pemilihan pejabat penunjukan Bupati waktu itu. Setelah itu dipilihlah Kepala Desa Bontosunggu yang secara berurutan yang dapat dilihat sebagai berikut:

a. Lawangsa dg Mangung Tahun 1970 b. Sabarang dg Ngempo Tahun 1978

c. Kamaruddin dg Sabbu Tahun 1986 s/d 1993 d. Sanawiyah Tahun 1993 s/d 2008 e. Syamsuddin S. Tahun 2008 s/d 2014 f. Drs. Aswar Said, MM (Plh) Tahun 2014 s/d 2017 g. Syaharuddin Tahun 2017 s/d sekarang

2. Kondisi Geografis

Gambar 4.1 Peta Wilayah Desa Bontosunggu

Sumber: Peta wilayah Desa Bontosunggu

Secara geografis Desa bontosunggu merupakan daerah dataran rendah yang terletak di Wilayah Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

Dengan luas wilayah ± 3,4 km², jarak dari ibukota Kecamatan Bajeng : 3 km. Desa Bontosunggu memiliki wilayah 4 (empat) dusun yakni Dusun

P tting llo ng , D n P tting llo ng , D n Bontom te’ne d n Dusun Bontotangnga. Pusat pemerintahan Desa Bontosunggu berpusat di D n Bontom te’ne eb g i ib kot de . Desa Bontosunggu berbatasan dengan wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Panciro b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Maradekaya c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Lempangang d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bontokaddopepe

Tabel 4.1 Luas Wilayah berdasarkan penggunaannya

Uraian Luas

Lahan Perkebunan 55.900 m²

Lahan Persawahan 3.115.600 m²

Lahan Pemukiman 355.900 m²

Lahan Sarana Umum 230.000 m²

3. Jumlah Penduduk

Desa Bontosunggu dengan jumlah penduduk sebanyak 6.172 jiwa yang terdiri dari jumlah laki-laki sebanyak 3.099 jiwa dan perempuan sebanyak 3.073 jiwa. Data jumlah penduduk Desa bontosunggu dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.2 Data Penduduk berdasarkan tingkat Umur

Tingkat Umur Jumlah Jiwa

0-23 Bulan 115 Jiwa

2-6 Tahun 557 Jiwa

7-15 Tahun 1.114 Jiwa

16-39 Tahun 2.416 Jiwa

40-65 Tahun 1.712 Jiwa

65 Tahun ke atas 258 Jiwa Sumber : Laporan finalisasi data SDGs Desa Bontosunggu

Tabel 4.3 Data penduduk berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Jiwa

Petani 126 Jiwa

Buruh Tani 48 Jiwa

Perangkat Desa 14 Jiwa

Ibu Rumah Tangga 1437 Jiwa

Wiraswasta 130 Jiwa

TKI 1 Jiwa

PNS 139 Jiwa

Pelajar 1590 Jiwa

Tidak Bekerja 1097 Jiwa

Mencari Pekerjaan 124 Jiwa

Lainnya 1083 Jiwa

Sumber : Laporan finalisasi data SDGs Desa Bontosunggu

Tabel 4.4 Data penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

Jenjang Pendidikan Jumlah Jiwa

SD 1918 Jiwa

SMP/MTS 1184 Jiwa

SMA/MA 1847 Jiwa

D3 161 Jiwa

S1 327 Jiwa

S2 21 Jiwa

S3 7 Jiwa

Tidak Sekolah 707 Jiwa

Sumber : Laporan finalisasi data SDGs Desa Bontosunggu

4. Struktur Pemerintahan Desa Bontosunggu

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Desa Bontosunggu

5. Visi dan Misi Pemerintah Desa a. Visi :

Terwujudnya tata kelola Pemerintahan Bontosunggu sebagai Desa yang mandiri menuju masyarakat yang religius, aman, adil, makmur dan sejahtera.

b. Misi :

1. Mewujudkan pelayanan aparatur pemerintahan desa yang lebih lancar dan profesional;

2. Meningkatkan pembangunan infrastruktur untuk mendukung bidang pendidikan, pertanian dan kesejahteraan masyarakat;

BPD Kepala Desa

KASI Pemerintahan

Sekretaris Desa

KASI Pembanguna

n

KASI Kesejahteraa

n

STAFF Keuangan STAFF

Administrasi KAUR Administrasi

KAUR Keuangan

KAUR Umum

Kepala Dusun Bontom te’ne

Kepala Dusun Pattingalloang 1 Kepala Dusun

Bontotangnga

Kepala Dusun Pattingalloang 2

3. Meningkatkan SDM yang lebih kreatif, inovatif dan mampu bersaing dalam bidang perekonomian dan keterampilan;

4. Meningkatkan sarana dan prasarana transportasi;

5. Meningkatkan pendapatan masyarakat; dan

6. Meningkatkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama untuk mewujudkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

6. Job Description 1. Kepala Desa

Kepala Desa adalah Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Desa (PKPKD) dan mewakili desa dalam kepemilikan kekayaan milik desa yang dipisahkan. Kepala desa selaku PKPKD mempunyai kewenangan:

a. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APB Desa;

b. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban APB Desa;

c. Menetapkan PPKD;

d. Menyetujui DPA, DPPA, dan DPAL;

e. Menyetujui DPA, DPPA, dan DPAL;

f. Menyetujui RAK desa; dan g. Menyetujui SPP.

2. Sekretaris Desa

Sekretaris Desa bertugas sebagai koordinator PPKD. Mempunyai tugas:

a. Mengoordinasikan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan APB Desa;

b. Mengoordinasikan penyusunan rancangan APB Desa dan rancangan perubahan APB Desa;

c. Mengoordinasikan penyusunan rancangan peraturan desa tentang APB Desa, perubahan APB Desa, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa;

d. Mengoordinasikan penyusunan rancangan peraturan kepala desa tentang Penjabaran APB Desa dan Perubahan Penjabaran APB Desa;

e. Mengoordinasikan tugas perangkat desa lain yang menjalankan tugas PPKD; dan

f. Mengoordinasikan penyusunan laporan keuangan Desa dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa.

Selain tugas tersebut, Sekretaris desa juga mempunyai tugas:

a. Melakukan verifikasi terhadp DPA, DPPA, dan DPAL;

b. Melakukan verifikasi terhadap RAK Desa; dan

c. Melakukan verifikasi terhadap bukti penerimaan dan pengeluaran APB Desa.

3. Kepala Urusan (Kaur) dan Kepala Seksi (Kasi)

Kaur dan Kasi bertugas sebagai pelaksana kegiatan anggaran, mempunyai tugas:

a. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja sesuai bidang tugasnya;

b. Melaksanakan anggaran kegiatan sesuai bidang tugasnya;

c. Mengendalikan kegiatan sesuai bidang tugasnya;

d. Menyusun DPA, DPPA, dan DPAL sesuai bidang tugasnya;

e. Menandatangani perjanjian kerja sama dengan penyedia atas pengadaan barang/jasa untuk kegiatan yang berada dalam bidang tugasnya; dan

f. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan sesuai bidang tugasnya untuk pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa.

4. Kepala Urusan (Kaur) Keuangan

Kaur Keuangan melaksanakan fungsi kebendaharaan yang mempunyai tugas:

a. Menyusun RAK Desa; dan

b. Melakukan penatausahaan yang meliputi menerima menyimpan, menyetorkan/membayar, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan penerimaan pendapatan desa dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan APB Desa.

5. Kepala Dusun

a. Membantu pelaksanaan tugas kepala desa dalam wilayah kerjanya;

b. Melakukan pembinaan dalam rangka meningkatkan swadaya dan gotong royong masyarakat;

c. Melakukan kegiatan penerangan tentang program pemerintah kepada masyarakat;

d. Membantu kepala desa dalam pembinaan dan mengkoordinasikan kegiatan RW (Rukun Wilayah) dan RT (Rukun Tetangga) di wilayah kerjanya;

B. Hasil Penelitian

Akuntabilitas pengelolaan dana desa yang merupakan salah satu bagian dari APBDes meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban sesuai dengan Permendagri No. 20 Tahun 2018 tentang pengelolaan keuangan desa dengan melibatkan pemerintah desa serta partisipasi masyarakat dalam pengawasan dana desa.

Dana desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

Berikut adalah laporan APBDes tahun 2020 di Desa Bontosunggu.

Tabel 4.5

Laporan APBDes Tahun 2020 Desa Bontosunggu

URAIAN ANGGARAN

( Rp )

REALISASI ( Rp )

LEBIH/(KURANG) ( Rp )

2 3 4 5

PENDAPATAN Pendapatan Asli Desa Hasil Usaha Desa

Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong Pendapatan Transfer

Dana Desa

Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Alokasi Dana Desa

Pendapatan Lain-lain Bunga Bank

203.434.200,00 5.000.000,00 198.434.200,00 55.000.000,00 5.000.000,00 50.000.000,00 148.434.200,00 0,00 148.434.200,00 1.885.522.822,00 1.885.217.323,00 305.499,00 1.209.554.000,00 1.209.554.000,00 0,00 9.609.174,00 9.303.675,00 305.499,00 666.359.648,00 666.359.648,00 0,00 6.000.000,00 2.681.109,00 3.318.891,00 6.000.000,00 2.681.109,00 3.318.891,00 JUMLAH PENDAPATAN 2.094.957.022,00 1.892.898.432,00 202.058.590,00 BELANJA

Belanja Pegawai 464.448.768,00 464.448.768,00 0,00

Penghasilan Tetap dan Tunjangan Kepala Desa

51.000.000,00 51.000.000,00 0,00 Penghasilan Tetap dan Tunjangan

Perangkat Desa

355.200.000,00 355.200.000,00 0,00 Jaminan Sosial Kepala Desa dan

Perangkat Desa

20.448.768,00 20.448.768,00 0,00

Tunjangan BPD 37.800.000,00 37.800.000,00 0,00

Belanja Barang dan Jasa 498.547.662,00 341.463.462,00 157.084.200,00 Belanja Barang Perlengkapan 24.416.197,00 22.016.997,00 2.399.200,00 Belanja Jasa Honorarium 174.095.000,00 172.150.000,00 1.945.000,00

Belanja Perjalanan Dinas 43.200.000,00 43.200.000,00 0,00

Belanja Jasa Sewa 5.140.000,00 0,00 5.140.000,00

Belanja Operasional Perkantoran 81.700.000,00 75.700.000,00 6.000.000,00 Belanja Pemeliharaan 144.596.465,00 2.996.465,00 141.600.000,00 Belanja Barang dan Jasa yang Diserahkan

kepada

25.400.000,00 25.400.000,00 0,00

Belanja Modal 1.106.948.129,00 1.106.948.129,00 0,00

Belanja Modal Pengadaan Peralatan, Mesin dan Al

118.149.296,00 118.149.296,00 0,00

Belanja Modal Kendaraan 282.660.000,00 282.660.000,00 0,00

Belanja Modal Gedung, Bangunan dan Taman

321.048.983,00 321.048.983,00 0,00 Belanja Modal Jalan/Prasarana Jalan 384.689.850,00 384.689.850,00 0,00

Belanja Modal Lainnya 400.000,00 400.000,00 0,00

Belanja Tidak Terduga 317.610.000,00 267.610.000,00 50.000.000,00 Belanja Tidak Terduga 317.610.000,00 267.610.000,00 50.000.000,00 JUMLAH BELANJA 2.387.554.559,00 2.180.470.359,00 207.084.200,00 SURPLUS / (DEFISIT) (292.597.537,00) (287.571.927,00) (5.025.610,00) PEMBIAYAAN

Penerimaan Pembiayaan SILPA Tahun Sebelumnya Pengeluaran Pembiayaan Penyertaan Modal Desa

322.597.537,00 322.597.537,00 30.000.000,00 30.000.000,00

322.597.537,00 322.597.537,00 30.000.000,00 30.000.000,00

0,00 0,00 0,00 0,00

PEMBIAYAAN NETTO 292.597.537,00 292.597.537,00 0,00

SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN 0,00 5.025.610,00 (5.025.610,00)

Sumber : Laporan realisasi anggaran Desa Bontosunggu

Berdasarkan tabel laporan APBDes di atas menunjukkan bahwa jumlah anggaran pendapatan Desa Bontosunggu sebesar Rp.

2.094.957.022,00 yang bersumber dari pendapatan asli desa, pendapatan transfer, dan pendapatan lain-lain. Dengan jumlah belanja sebesar Rp.

2.387.554.559,00. Untuk menutupi surplus/defisit anggaran sebesar Rp.292.597.537,00 maka diambil dari SiLPA tahun sebelumnya. Sehingga Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) untuk tahun 2020 Desa Bontosunggu adalah sebesar Rp. 0. Dan telah menunjukkan bahwa laporan realisasi anggaran tahun 2020 telah terpakai 100% karena tidak ada SiLPA dalam APBDes tahun 2020 Desa Bontosunggu.

1. Proses Perencanaan APBDes

Perencanaan merupakan tahap awal dalam pengelolaan APBDes yang merupakan proses menentukan kegiatan yang akan diselenggarakan oleh pemerintah desa dengan mengikutsertakan masyarakat desa melalui Musyawarah Desa (Musdes) untuk menampung usulan-usulan masyarakat mengenai program kerja yang akan dilaksanakan untuk tahun berkenaan. Dalam musyawarah ini, pemerintah desa mengundang pendamping desa dari kabupaten, kepala dusun, RT/RW, tokoh masyarakat, pemuda dan beberapa masyarakat sebagai perwakilan dengan melibatkan seluruh aparat desa. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Kepala urusan keuangan yang menyatakan bahwa:

“ Dalam proses pembuatan APBDes ini kita kan adakan musyawarah, musyawarahnya itu penetapan RKP dengan mengundang pendamping desa dari kabupaten, tokoh masyarakat, kepala dusun, RT/RW, pemuda dan beberapa masyarakat sebagai perwakilan. Setelah itu dilakukan RAPBDes (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa), kemudian dimusyawarahkan dan disampaikan kepada BPD. Dalam hal ini pemerintah desa menyerahkan kepada BPD untuk dianalisis dan mengkaji usulan yang prioritas. Setelah dimusyawarahkan kepada BPD dan mendapat kesepakatan maka ditetapkanlah yang namanya APBDes. ”

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Keuangan Desa menjelaskan bahwa pemerintah

desa setiap tahun wajib menyusun APBDes yang ditetapkan oleh kepala desa dan BPD yang berdasarkan aspirasi masyarakat desa. Sekretaris desa menyusun rancangan peraturan desa tentang APBDes berdasarkan RKP dan disampaikan kepada kepala desa. Kemudian disampaikan kepada BPD untuk dibahas dan disepakati bersama dalam musyawarah BPD paling lambat bulan Oktober tahun berjalan.

“ Melalui musyawarah, segala apapun yang berhubungan dengan dana desa selalu dirapatkan dengan masyarakat. Agar masyarakat bisa paham untuk apa dana desa itu digunakan dan seberapa besar dana desa yang diterima juga kita informasikan d l m p t te eb t.”

(Hasil wawancara dengan sekretaris desa)

Atas dasar kesepakatan bersama kepala desa dan BPD, maka kepala desa menyiapkan Rancangan Peraturan Kepala Desa mengenai penjabaran APBDes dikoordinasikan oleh sekretaris desa. Rancangan peraturan desa tentang APBDes disampaikan kepala desa kepada Bupati/Wali Kota melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3 (tiga) hari sejak desepakati untuk dievaluasi. Bupati/Wali Kota dapat mendelegasikan evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes kepada camat atau sebutan lain. Apabila telah disetujui maka ditetapkan oleh kepala desa menjadi Peraturan Desa tentang APBDes. Kepala desa menyampaikan informasi mengenai APBDes kepada masyarakat melalui media informasi.

2. Proses Pelaksanaan APBDes

Pelaksanaan realisasi kegiatan yang telah direncanakan dananya bersumber dari APBDes. Setiap kegiatan akan dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Desa sesuai dengan kesepakatan pada saat musyawarah.

Setelah kegiatan yang dilaksanakan oleh Tim Pelaksana Desa selesai maka pihak Tim Pelaksana Desa akan melaporkan setiap anggaran yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut dalam bentuk anggaran biaya kepada kepala desa dan bendahara desa.

“ Dibuat tim pelaksana RKP yang diketuai oleh sekretaris desa dan anggotanya. Penyusunannya itu diambil dari hasil musyawarah RKP yang nantinya akan dituangkan dalam APBDes.”

(Hasil wawancara kepala urusan keuangan, Adi Zulkarnain)

Berdasarkan hasil musrenbangdes, pemerintah desa bersama-sama dengan BPD menyusun rencana kerja RKPDes, Rancangan Peraturan Desa tentang APBDes. Berdasarkan APBDes, Tim pelaksana desa menyusun rencana anggaran biaya (RAB) dan rencana penggunaan dana (RPD) ADD untuk penyelenggaraaan pemerintahan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Hal ini di perkuat oleh pernyataan salah satu informan yang menyatakan bahwa:

" Berdasarkan musrenbangdes yang dilakukan dan disesuaikan dengan perencanaan sebelumnya untuk melakukan pembangunan yang dilaksanakan oleh TPK dengan apa yang menjadi usulan masyarakat maka TPK menyusun RAP. Dalam hal ini TPK tidak hanya dari pihak perangkat desa melainkan juga ada perwakilan dari masyarakat sehingga kegiatan benar-ben bi t n p n.”

Dalam hal pelaksanaan kegiatan program dana desa harus menjunjung tinggi prinsip transparansi dan partisipasi dalam pengambilan keputusan. Hal ini menjadi penting karena masyarakat desa mempunyai hak untuk mengetahui informasi tentang penyelenggaraan pemerintah, kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaan serta hasil yang dicapai.

Hal ini juga didukung oleh pernyataan dari kepala urusan keuangan, Adi Zulkarnain:

“ Dalam mendukung transparansi, Tim Pelaksana Kegiatan memasang baliho dan papan informasi agar masyarakat dapat

melihat serta memberikan masukan secara langsung sehingga pi iny d p t di e p oleh Tim Pel k n Kegi t n te eb t.”

Pelaksanaan APBDes ditinjau dari mekanisme penyaluran dana sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yang ada. Sehingga dapat dikatakan bahwa proses pelaksanaan APBDes mengacu pada realisasi pembangunan fisik yang telah direncanakan sebelumnya. Jadi implementasi program APBDes juga dilakukan setelah dana diterima oleh kepala desa. Dalam hal pelaksanaan APBDes, setiap pengeluaran harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah serta mendapatkan pengesahan dari sekretaris desa atas material yang timbul dari penggunaan bukti tersebut. Pengeluaran kas desa tidak dapat dilakukan sebelum rancangan peraturan desa tentang APBDes ditetapkan menjadi peraturan desa.

3. Proses Penatausahaan APBDes

Penatausahaan keuangan dilakukan oleh Kaur Keuangan sebagai pelaksana fungsi kebendaharaan. Penatausahaan dilakukan dengan mencatat setiap penerimaan dan pengeluaran dalam buku kas umum yang ditutup setiap akhir bulan. Kaur Keuangan wajib membuat buku pembantu kas umum yang terdiri atas buku pembantu bank, buku pembantu pajak, dan buku pembantu panjar.

“ Dalam penatausahaan ini dilakukan pembukuan setiap bulan dan dilaporkan setiap 3 (tiga) bulan karena sistemnya triwulan. Kami menggunakan aplikasi Siskeudes untuk membuat laporan dan dok men ke ng n de g t n p n.”

(Hasil wawancara kepala urusan keuangan, Adi Zulkarnain)

Jadi, dalam proses penatausahaan keuangan di Desa Bontosunggu secara umum dilakukan sesuai dengan Permendagri No. 20 Tahun 2018.

4. Proses Pelaporan APBDes

Pelaporan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) dibuktikan dengan adanya pertanggungjawaban pelaksanaan program APBDes kepada pemerintah daerah dan pusat yang dilakukan secara periodik. Proses pencatatan pelaporan APBDes ini dilakukan oleh kepala urusan keuangan dengan menggunakan sistem keuangan desa (Siskeudes). Hal ini sesuai dengan pendapat sekretaris desa yang mengatakan:

“ Kepala urusan keuangan membuat semua laporan pertanggungjawaban dan tidak pernah melewati batas yang telah ditentukan. Hal ini karena kita juga rutin melakukan evaluasi sebelum penye h n l po n pe t ngg ngj w b n.”

Laporan realisasi APBDes kemudian akan disepakati bersama BPD.

Setelah itu, Kepala Desa menyampaikan laporan pelaksanaan APBDes semester pertama kepada Bupati/Wali Kota melalui camat. Kepala Desa menyusun laporan pelaksanaan APBDes dan laporan realisasi kegiatan dengan cara menggabungkan seluruh laporan paling lambat minggu kedua bulan Juli tahun berjalan. Bupati/Wali Kota menyampaikan laporan konsolidasi pelaksanaan APBDes kepada Menteri melalui Direktur Jenderal Bina Pemerintahan Desa paling lambat minggu kedua bulan Agustus tahun berjalan. Dalam proses pelaporan dana desa ini, kepala desa dituntut harus tepat waktu, karena jika terlambat maka Bupati berhak menunda pencairan dana berikutnya dan pengurangan dana berdasarkan penilaian tim dari kabupaten dan tim pendamping kecamatan.

5. Proses Pertanggungjawaban APBDes

Pertanggungjawaban APBDes adalah penyampaian hasil kinerja pemerintah desa dalam pengelolaan keuangan desa setiap akhir tahun anggaran. Permendagri No. 20 Tahun 2018 menyatakan bahwa kepala desa wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi APBDes kepada Bupati/Wali kota melalui camat setiap akhir tahun anggaran. Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDes terdiri dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan desa yang disajikan dengan peraturan desa diakhir tahun anggaran. Dalam mengelola keuangan desa tentunya juga membuat laporan pertanggungjawaban kepada BPD, Bupati/Wali kota, serta masyarakat. Berdasarkan penyataan dari sekretaris desa yang menyatakan bahwa:

“ Penyerahan laporan pertanggungjawaban harus sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku mengenai pelaporan pertanggungjawaban APBDes setiap akhir tahun yang disampaikan kepada BPD dan juga disampaikan ke Bupati melalui c m t. ”

Dalam segala urusan pertanggungjawaban harus dilakukan secara tebuka dengan melibatkan masyarakat desa agar masyarakat juga ikut berpartisipasi aktif dalam memberikan usulan dan koreksi pelaksanaan APBDes. Pemerintah desa juga harus merespon koreksi masyarakat dalam partisipasi tersebut agar terciptanya kesempurnaan dalam pelaksanaan APBDes.

“ Setiap periodik selalu diadakan evaluasi pelaksanaan APBDes yang mengundang BPD, perangkat desa dan tokoh masyarakat.

Evaluasi ini dilakukan untuk mewujudkan transparansi dalam APBDes dan diharapkan adanya usulan-usulan demi berjalannya program pertanggungjawaban administrasi. Kami selalu membuat laporan pertanggungjawaban tahunan demi melaksanakan prinsip t n p n i. ”

Hal tersebut juga diperkuat dengan pernyataan dari Kepala Desa yang menyatakan bahwa:

“ Selalu dilakukan evaluasi pertanggungjawaban laporan keuangan.

Tidak bisa ditetapkan suatu laporan APBDes tanpa dimulai dengan laporan evaluasi satu tahun anggaran yang dievaluasi langsung oleh BPD dalam bentu musyawarah di depan m y k t de Bonto ngg . ”

Implementasi di lapangan menunjukkan bahwa dana yang dikeluarkan telah dipertanggungjawabkan secara fisik. Adapun pertanggungjawaban dari segi fisik pembangunan di Desa Bontosunggu secara umum dapat dikatakan baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil sarana dan prasarana berikut:

Tabel 4.6

Hasil Sarana dan Prasarana Desa Bontosunggu Tahun 2020

Desa Sarana yang dibangun Hasil

Bontosunggu Betonisasi jalan Baik

Jalan setapak Baik

Gorong-gorong Baik

Pembuatan drainase Baik

Pembangunan gapura/batas desa Baik Bantuan penunjang posyandu Baik Sumber: Laporan APBDes 2020 Desa Bontosunggu dan hasil observasi lapangan

Dari tabel di atas tersebut menunjukkan bahwa pertanggungjawaban APBDes di Desa Bontosunggu sudah baik secara fisik. Evaluasi

Dalam dokumen UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR (Halaman 49-53)

Dokumen terkait