BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.4 Hipotesis
Hipotesis berasal dari perkataan hipo (hypo) dan tesis (thesis). Hipo berarti kurang dari, sedang tesis berarti pedapat. Jadi hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara, belum benar-benar berstatus sebagai suatu tesis. Hipotesis merupakan dugaan sementara yang masih dibuktikan kebenarannya melalui suatu penelitian.35
35Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian (Cet. XI; Jakarta: Sinar Grafik Offset, 2010), h. 28.
MTs DDI Cilellang
GURU BAHASA
ARAB PESERTA DIDIK
METODE CERAMAH
PEMAHAMAN QAWA’ID
Adapun hipotesis dalam penelitian ini, adalah:
H1: Terdapat pengaruh metode ceramah terghadap pemahaman qawa’id pada pembelajaran bahasa Arab kelas VIII MTs DDI Cilellang
HO: Tidak terdapat pengaruh metode ceramah terhadap pemahaman qawa’id pada pembelajaran bahasa Arab kelas VIII MTs DDI Cilellang
Berdasarkan hipotesis yang telah diajukan tersebut, peneliti memiliki dugaan sementara bahwa terdapat pengaruh metode ceramah terhadap pemahaman qawa’id di kelas VIII MTs DDI Cilellang. Sehingga peneliti sepakat dengan pernyataan H1 tersebut. Adapun kebenarannya, maka akan dibuktikan melalui hasil penelitian yang dilakukan di MTs DDI Cilellang.
2.5 Definisi Operasional Variabel
Untuk mengetahui lebih jelasnya variabel yang peneliti teliti maka akan diuraikan pengertian judul atau definisi dari tiap variabel. Hal ini bertujuan untuk menciptakan persamaan persepsi, karena tidak menutup kemungkinan ada penafsiran yang berbeda terkait variabel yang peneliti teliti. Selain itu definisi operasional juga dimaksudkan untuk mengetahui dan memahami landasan pokok serta pengembangan pembahasan selanjutnya. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Metode Ceramah yaitu proses pemberian informasi atau materi kepada peserta didik secara lisan dengan menggunakan alat bantu mengajar, untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada peserta didiknya.
2. Pemahaman qawa’id adalah kemampuan peserta didik untuk mengerti dalam membentuk atau memposisikan kata dengan tepat dalam sebuah kalimat, serta mengetahui perubahan harakat akhir suatu kata dalam kalimat berdasarkan
kedudukan kata tersebut. Sebagaimana tujuannya yaitu mengurangi adanya kesalahan membaca teks bahasa Arab, dan mengurangi adanya kesalahan membuat teks bahasa Arab baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian
Berdasarkan judul dan rumusan masalah yang telah disebutkan maka jenis penelitian ini adalah penelitian survey. Dalam penelitian survey atau lapangan, seorang peneliti hendaknya melakukan penelitian dengan langsung melihat sebelumnya, yaitu obyeknya. Peneliti lapangan berfungsi untuk mengetahui kondisi yang dialami oleh peserta didik di lapangan.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif, hasil penelitian diambil dari data yang otentik dilokasi penelitian. Data yang diperoleh kemudian akan diselesaikan dengan menggunakan teknik statistik. Adapun jenis kuantitatifnya yaitu kuantitatif korelasi. Kuantitatif korelasi adalah metode yang digunakan dalam penelitian yang diarahkan untuk mengetahui apakah antara dua variabel ada hubungan dalam suatu aspek yang diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi konkrit tentang Pengaruh Metode Ceramah Terhadap Pemahaman Qawa’id Pada Pembelajaran Bahasa Arab Kelas VIII MTs DDI Cilellang. Dalam penelitian ini tidak ada manipulasi dari peneliti. Penelitian ini dilakukan secara alami, dengan mengumpulkan data dengan suatu instrument.
Vokus penelitian ini tentu adalah variabelnya. “Variabel adalah apa yang menjadi titik perhatian peneliti. Penelitian ini mempunyai dua variabel, yang dimana:
1. Pengaruh Metode Ceramah
2. Pemahaman Qawa’id Pada Pembelajaran Bahasa Arab sebagai variabel terikat yang ditandai dengan simbol Y.
Adapun desain dalam penelitian tersebut:
Keterangan:
X: Pengaruh Metode Ceramah
Y: Pemahaman Qawa’id Pada Pembelajaran Bahasa Arab 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTs DDI Cilellang. Penentuan lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa sekolah tersebut adalah tempat peneliti melalui jenjang pendidikan MTs yang sederajat dengan SMP dan tempat belajar peneliti yang telah dilalui. Dengan demikian akan memudahkan bagi peneliti memperoleh data-data yang diinginkan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan setelah proposal diseminarkan dan sudah mendapatkan surat izin peneliti selama kurang lebih dua bulan (disesuaikan dengan kebutuhan).
3.3 Populasi Dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah himpunan keseluruhan karakteristik dari objek yang diteliti atau keseluruhan atau totalitas objek psikologis yang dibatasi oleh kriteria tertentu.
Objek psikologis yang dibatasi oleh kriteria tertentu.36 Populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa atau benda yang
36Sedarmayanti dan Syarifuddin Hidayat, Metodologi Penelitian (Cet. II; Bandung: CV.
Mandar Maju), h. 121.
X Y
tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari suatu penelitian sebagaimana dikatakan sukardi dalam bukunya. “populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian”.37
Adapun populasi pada penelitian ini adalah kelas VIII MTs DDI Cilellang dengan jumlah peserta didik sebagai berikut:
Tabel 3.1: Data populasi kelas VIII MTs DDI Cilellang
NO Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 VIII.a 14 10 24
2 VIII.b 12 9 21
3 VIII.c 10 6 16
Jumlah 36 25 61
Sumber data: Bagian tata usaha MTs DDI Cilellang 2. Sampel
Sampel adalah kelompok kecil yang diamati dan merupakan bagian dari populasi sehingga sifat dan karakteristik populasi juga dimiliki oleh sampel.38
Dalam penelitian pengambilan sampel yang tepat merupakan langka awal dari keberhasilan penelitian, karena dengan pemilihan sampel yang dilakukan dengan tidak benar akan menghasilka temuan-temuan yang kurang memenuhi sasarannya.39
37Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan (Cet. VIII; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), h.
5.
38Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat, Metodologi Penelitian, h. 124.
39Joko Subagyo, Metode Penelitian (Cet. IV; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), h. 29.
Setelah melakukan survey awal yang dilakukan pada lokasi penelitian, maka peneliti mendapatkan dan memutuskan bahwa penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling, yaitu teknik penentuan sampel dari populasi dilakukan secara menyeluruh tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi.
Maka peneliti akan mengambil sampel kelas VIII MTs DDI Cilellang karena dianggap sudah mampu memberikan data yang dibutuhkan.
Tabel 3.2: Data sampel kelas VIII MTs DDI Cilellang
NO Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 VIII.a 14 10 24
2 VIII.b 12 9 21
3 VIII.c 7 9 16
Jumlah 36 25 61
Sumber data: Bagian tata usaha MTs DDI Cilellang 3.4 Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data yaitu proses yang dilalui oleh peneliti dalam pengumpulan data. Adapun proses yang dilalui oleh peneliti adalah tahap persiapan.
Tahap persiapan yang dimaksud sebagai langkah awal peneliti dalam mempersiapan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam penelitianya.
Untuk melakukan suatu penelitian, maka penulis menggunakan beberapa tehnik dan instrumen pengumpulan data yang diperoleh ditempat penelitian, tehnik instrumen satu sama lain menguatkan agar benar-benar otentik dan valid.
Salah satu hal utama yang mempengaruhi kualitas dan hasil penelitian yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian dengan validitas data instrumen sedangkan kualitas pengumpulan dan berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data.
Adapun tehnik dan instrumen penelitian yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi merupakan salah satu metode pengumpulan data dimana pengumpulan data mengamati secara visual gejala yang diamati seta menginterpretasikan hasil pengamatan tersebut dalam bentuk catatan sehingga validitas data sangat tergantung pada kemampuan observer.40
Peneliti melakukan pengamatan, mencatat kegiatan atau proses belajar peserta didik di kelas VIII MTs DDI Cilellang.
2. Angket
Angket ialah daftar pernyataan atau pertanyaan yang dikirimkan kepada responden baik secara langsung maupun tidak tidak langusung (melalui pos atau perantara).41
Angket merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk diberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna. Angket merupakan metode pengumpulan data yang efesien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden.42
Peneliti membuat sebuah angket yang berjumlah 10 butir pertanyaan. 10 item pertanyaan tentang variabel X yaitu Metode Ceramah. Kemudian angket tersebut
40Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian (Cet. V; Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2016), h. 46.
41Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Cet. VI;
Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), h. 60.
42 Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian, h. 33.
diedarkan kepada peserta didik sebanyak sampel yang akan diteliti dan diyakini dapat mewakili populasi.
3. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Adapun salah satu fungsi tes yaitu sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa, artinya mengukur tingkat perkembangan yang dicapai siswa setelah menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.43
Peneliti membuat sebuah tes yang berjumlah 10 butir pertanyaan. 10 item pertanyaan tentang variabel Y yaitu Pemahaman Qawaid. Kemudian tes tersebut diedarkan kepada peserta didik sebanyak sampel yang akan diteliti dan diyakini dapat mewakili populasi.
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk mengumpulkan sejumlah data melalui pencatatan yang berupa dokumen-dokumen atau bukti tertulis seperti RPP pendidik, nilai qawa’id peserta didik, keadaan populasi, struktur organisasi, nilai semester peserta didik, atau buku rapor dan sebagainya.
3.5 Tehnik Analisis Data
Setelah data penelitian ini terkumpul, maka penulis mengelolah data yang ada dengan menggunakan desain penelitian kuantitatif dengan teknik analisis statistik deskriptif dan inferensial.
43Esti Ismawati, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa Dan Sastra (Cet. IV; Yogyakarta:
Ombak , 2012), h. 73-74.
1. Statistik deskriptif
Analisis data dengan menggunakan statistik deskriptif, yaitu menggambarkan data yang ada untuk memperoleh data dan responden, sehingga lebih mudah dimengerti penelitian atau orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian yang dilakukan. Analisis yang digunakan dengan statistik deskriptif dilakukan dengan mengumpulkan, menyusun, menyajikan, dan menganalisis semua data dari semua variabel dalam bentuk presentase, distribusi, frekuensi, histtogram, grafik, mean, modus, median, dan standar devisi.
2. Statistik inferensial
Statistik infersial merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mendapatkan sebuah kesimpulan secara logis atau data yang ada dalam penelitian ini, maka perlu diuji melalui uji hipotesis dengan menggunakan korelasi Product Moment. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh metode ceramah terhadap pemahaman qawa’id pada pembelajaran bahasa Arab kelas VIII MTs DDI Cilellang.
Rumus Product Moment:
rxy= ∑xy
√(∑ x²) (∑ 𝑦²)
Keterangan :
𝑟𝑥𝑦 = Koefisien korelasi variable X dengan Y Σ𝑥 = Jumlah skor distribusi X
Σ𝑦 = Jumlah skor distribusi Y
Σ𝑥2 = Jumlah kuadrat skor distribusi X
Σ𝑦2 = Jumlah kuadrat skor distribusi Y Σ𝑥𝑦 = Jumlah perkalian skor X dan Y.
Penarikan kesimpulan dari rumus diatas yaitu jika rxy ≥ r tabel, maka H0
ditolak pada tingkat signifikansi α 5%.44
44Sugyono, Metode Penelitian Kombinasi, h. 255
43 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian
Metode Ceramah yaitu proses pemberian informasi atau materi kepada peserta didik secara lisan dengan menggunakan alat bantu mengajar, untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada peserta didiknya.
Setelah melakukan observasi, peneliti mendapat tanggapan positif dari peserta didik, hal ini dibuktikan oleh jawaban angket dan tes yang telah dibagikan kepada 61 peseta didik kelas VIII MTs DDI Cilellang yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini, sebagaimana yang tercantum dalam tabel berikut ini:
4.1.1 Tabulasi angket seluruh responden untuk variabel X (metode ceramah) Tabel 4.1: Hasil frekuensi pernyataan no. 01.
No Kategori Frekuensi Presentase
1 Sangat setuju 19 31,1%
2 Setuju 32 52,4%
3 Ragu-ragu 8 13,1%
4 Tidak setuju 2 3,2%
5 Sangat tidak setuju 0 0%
JUMLAH 61 100%
Sumber data angket no. 1
Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa jawaban responden cukup bervariasi. Dimana dari 61 responden, terdapat 19 atau 31,1% responden mengatakan bahwa sangat setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka peserta didik memperhatikan materi pembelajaran, terdapat 32 atau
52,4% responden mengatakan bahwa setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka peserta didik memperhatikan materi pembelajaran, terdapat 8 atau 13,1% responden mengatakan bahwa ragu-ragu jika guru menggunakan metode ceramah, maka peserta didik memperhatikan materi pembelajaran, dan terdapat 2 atau 3,2% responden mengatakan bahwa tidak setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka peserta didik memperhatikan materi pembelajaran, sedangkan kategori sangat tidak setuju jika guru bahasa Arab menggunakan metode ceramah, maka peserta didik memperhatikan materi pembelajaran tidak satupun responden yang memilih.
Dari analisis data diatas, dapat dikatakan bahwa peseta didik setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka peserta didik memperhatikan materi pembelajaran.
Tabel 4.2: Hasil frekuensi pernyataan no. 02
No Kategori Frekuensi Presentase
1 Sangat setuju 23 37,7%
2 Setuju 32 52,4%
3 Ragu-ragu 4 6,5%
4 Tidak setuju 1 1,6%
5 Sangat tidak setuju 1 1,6%
JUMLAH 61 100%
Sumber data angket no. 2
Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa jawaban responden cukup bervariasi. Dimana dari 61 responden, terdapat 23 atau 37,7% responden mengatakan bahwa sangat setuju jika guru menggunakan metode ceramah,
maka peserta didik merasa senang karena dengan metode ceramah peserta didik dapat melihat secara langsung gaya bahasa dan mimik yang bagus ketika guru menerangkan pelajaran, terdapat 32 atau 52,4% reponden mengatakan bahwa setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka peserta didik merasa senang karena dengan metode ceramah peserta didik dapat melihat secara langsung gaya bahasa dan mimik yang bagus ketika guru menerangkan pelajaran, terdapat 4 atau 6,5% responden mengatakan bahwa ragu-ragu jika guru menggunakan metode ceramah, maka peserta didik merasa senang karena dengan metode ceramah peserta didik dapat melihat secara langsung gaya bahasa dan mimik yang bagus ketika guru menerangkan pelajaran, dan terdapat 1 atau 1,6% responden mengatakan bahwa tidak setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka peserta didik merasa senang karena dengan metode ceramah peserta didik dapat melihat secara langsung gaya bahasa dan mimik yang bagus ketika guru menerangkan pelajaran, dan juga terdapat 1 atau 1,6% responden mengatakan bahwa sangat tidak setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka peserta didik merasa senang karena dengan metode ceramah peserta didik dapat melihat secara langsung gaya bahasa dan mimik yang bagus ketika guru menerangkan pelajaran.
Dari analisis data diatas, dapat dikatakan bahwa peserta didik setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka peserta didik merasa senang karena dengan metode ceramah peserta didik dapat melihat secara langsung gaya bahasa dan mimik yang bagus ketika guru menerangkan pelajaran.
Tabel 4.3: Hasil frekuensi pernyataan no. 03
No Kategori Frekuensi Presentase
1 Sangat setuju 23 37,7%
2 Setuju 22 36,6%
3 Ragu-ragu 11 18,3%
4 Tidak setuju 2 3,2%
5 Sangat tidak setuju 3 4,9%
JUMLAH 61 100%
Sumber data angket no. 3
Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa jawaban responden cukup bervariasi. Dimana dari 61 responden, terdapat 23 atau 37,7% responden mengatakan bahwa sangat setuju jika guru menggunakan metode ceramah maka peserta didik lebih mudah memahami pelajaran yang dijelaskan, terdapat 22 atau 36,6% responden mengatakan bahwa setuju jika guru menggunakan metode ceramah maka peserta didik lebih mudah memahami pelajaran yang dijelaskan, terdapat 11 atau 18,3% responden mengatakan bahwa ragu-ragu jika guru menggunakan metode ceramah, maka peserta didik lebih mudah memahami pelajaran yang dijelaskan. Dan terdapat 2 atau 3,2% responden mengatakan bahwa tidak setuju jika guru menggunakan metode ceramah maka, peserta didik lebih mudah memahami pelajaran yang dijelaskan, dan juga terdapat 3 atau 4,9% responden mengatakan bahwa sangat tidak setuju jika guru menggunakan metode ceramah maka, peserta didik lebih mudah memahami pelajaran yang dijelaskan.
Dari analisis data diatas, dapat dikatakan bahwa peseta didik sangat setuju jika guru menggunakan metode ceramah maka, peserta didik lebih mudah memahami pelajaran yang dijelaskan.
Tabel 4.4: Hasil frekuensi pernyataan no. 04
No Kategori Frekuensi Presentase
1 Sangat setuju 11 18,3%
2 Setuju 30 49,1%
3 Ragu-ragu 10 16,3%
4 Tidak setuju 10 16,3%
5 Sangat tidak setuju 0 0%
JUMLAH 61 100%
Sumber data angket no. 4
Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa jawaban responden cukup bervariasi. Dimana dari 61 responden, terdapat 11 atau 18,3% responden mengatakan bahwa sangat setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka peserta didik merasa tertarik pada materi yang diterangkan oleh guru, terdapat 30 atau 49,1% responden mengatakan bahwa setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka peserta didik merasa tertarik pada materi yang diterangkan oleh guru, terdapat 10 atau 16,3% responden mengatakan bahwa ragu-ragu jika guru menggunakan metode ceramah, maka peserta didik merasa tertarik pada materi yang diterangkan oleh guru, dan terdapat 10 atau 16,3% responden mengatakan bahwa tidak setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka peserta didik merasa tertarik pada materi yang diterangkan oleh guru, sedangkan pada kategori sangat tidak
setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka pserta didik merasa tertarik pada materi yang diterangkan oleh guru tidak satupun responden yang memilih.
Dari analisis data diatas, dapat dikatakan bahwa peseta didik setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka peserta didik merasa tertarik pada materi yang diterangkan oleh guru.
Tabel 4.5: Hasil frekuensi pernyataan no. 05
No Kategori Frekuensi Presentase
1 Sangat setuju 21 34,4%
2 Setuju 27 44,2%
3 Ragu-ragu 4 6,5%
4 Tidak setuju 8 13,1%
5 Sangat tidak setuju 1 1,6%
JUMLAH 61 100%
Sumber data angket no. 5
Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa jawaban responden cukup bervariasi. Dimana dari 61 responden, terdapat 21 atau 34,4% responden mengatakan bahwa sangat setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka peserta didik merasa senang dan memperhatikan jika guru menjelaskan didepan kelas, terdapat 27 atau 44,2% responden megatakan bahwa setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka peserta didik merasa senang dan memperhatikan jika guru menjelaskan didepan kelas, terdapat 4 atau 6,5% responden mengatakan bahwa sangat setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka peserta didik merasa ragu-ragu dan memperhatikan
jika guru menjelaskan didepan kelas, dan terdapat 8 atau 13,1% responden mengatakan bahwa tidak setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka peserta didik merasa senang dan memperhatikan jika guru menjelaskan didepan kelas, dan juga terdapat 1 atau 1,6% responden mengatakan bahwa sangat tidak setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka peserta didik merasa senang dan memperhatikan jika guru menjelaskan didepan kelas.
Dari analisis data diatas, dapat dikatakan bahwa peseta didik setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka peserta didik merasa senang dan memperhatikan jika guru menjelaskan didepan kelas.
Tabel 4.6: Hasil frekuensi pernyataan no. 06
No Kategori Frekuensi Presentase
1 Sangat setuju 35 57,3%
2 Setuju 21 34,4%
3 Ragu-ragu 4 6,5%
4 Tidak setuju 1 1,6%
5 Sangat tidak setuju 0 0%
JUMLAH 61 100%
Sumber data angket no. 6
Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa jawaban responden cukup bervariasi. Dimana dari 61 responden, terdapat 35 atau 57,3% responden mengatakan bahwa sangat setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka peserta didik merasa senang karena guru menyampaikan materi dengan penuh bersemangat, terdapat 21 atau 34,4% responden mengatakan bahwa
setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka peserta didik merasa senang karena guru menyampaikan materi dengan penuh bersemangat, dan terdapat 4 atau 6,5% responden mengatakan bahwa ragu-ragu jika guru menggunakan metode ceramah, maka peserta didik merasa senang karena guru menyampaikan materi dengan penuh bersemangat, dan terdapat 1 atau 1,6% responden mengatakan bahwa tiak setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka peserta didik merasa senang karena guru menyampaikan materi dengan penuh bersemangat, sedangkan kategori sangat tidak setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka peserta didik merasa senang karena guru menyampaikan materi dengan penuh bersemangat tidak satupun responden yang memilih.
Dari analisis data diatas, dapat dikatakan bahwa peseta didik sangat setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka peserta didik merasa senang karena guru menyampaikan materi dengan penuh bersemangat.
Tabel 4.7: Hasil frekuensi pernyataan no. 07
No Kategori Frekuensi Presentase
1 Sangat setuju 8 13,1%
2 Setuju 25 40,9%
3 Ragu-ragu 19 31,1%
4 Tidak setuju 6 9,8%
5 Sangat tidak setuju 3 4,9%
JUMLAH 61 100%
Sumber data angket no. 7
Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa jawaban responden cukup bervariasi. Dimana dari 61 responden, terdapat 8 atau 13,1% responden mengatakan bahwa sangat setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka guru lebih mudah mengontrol kelas, terdapat 25 atau 40,9% responden mengatakan bahwa setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka guru lebih mudah mengontrol kelas, terdapat 19 atau 31,1% responden mengatakan bahwa ragu-ragu jika guru menggunakan metode ceramah, maka guru lebih mudah mengontrol kelas, dan terdapat 6 atau 9,8% responden mengatakan bahwa tidak setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka guru lebih mudah mengontrol kelas, dan juga terdapat 3 atau 4,9%
responden mengatakan bahwa sangat tidak setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka guru lebih mudah mengotrol kelas.
Dari analisis data diatas, dapat dikatakan bahwa peseta didik setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka guru lebih mudah mengontrol kelas.
Tabel 4.8: Hasil frekuensi pernyataan no. 08
No Kategori Frekuensi Presentase
1 Sangat setuju 23 37,7%
2 Setuju 28 45,9%
3 Ragu-ragu 6 9,8%
4 Tidak setuju 4 6,5%
5 Sangat tidak setuju 0 0%
JUMLAH 61 100%
Sumber data angket no. 8
Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa jawaban responden cukup bervariasi. Dimana dari 61 responden, terdapat 23 atau 37,7% responden mengatakan bahwa sangat setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka guru lebih mudah membangun keakraban yang baik dengan siswa.
Terdapat 28 atau 45,9% responden mengatakan bahwa setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka guru lebih mudah membangun keakraban yang baik dengan siswa, dan terdapat 6 atau 9,8% responden mengatakan bahwa ragu-ragu jika guru menggunakan metode ceramah, maka guru lebih mudah membangun keakraban yang baik dengan siswa, dan juga terdapat 4 atau 6,5% responden mengatakan bahwa tidak setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka guru lebih mudah membangun keakraban yang baik dengan siswa, sedangkan sangat tidak setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka guru lebih mudah membangun keakraban yang baik dengan siswa tidak satupun responden yang memilih.
Dari analisis data diatas, dapat dikatakan bahwa peseta didik setuju jika guru menggunakan metode ceramah, maka guru menggunakan metode ceramah, maka guru lebih mudah membangun keakraban yang baik dengan siswa
Tabel 4.9: Hasil frekuensi pernyataan no. 09
No Kategori Frekuensi Presentase
1 Sangat setuju 13 21,3%
2 Setuju 34 55,7%
3 Ragu-ragu 10 16,3%
4 Tidak setuju 2 3,2%