• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS TARBIYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS TARBIYAH "

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

i

Oleh

FATIMA NIM.15.1200.037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PAREPARE

2020

(2)

ii

Oleh

FATIMA NIM.15.1200.037

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PAREPARE

2020

(3)

iii

PENGARUH METODE CERAMAH TERHADAP PEMAHAMAN QAWA’ID PADA PEMBELAJARAN BAHASA ARAB KELAS

VIII MTs DDI CILELLANG KAB. BARRU

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Arab

Disusun dan diajukan Oleh

FATIMA NIM. 15. 1200.037

Kepada

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PAREPARE

2020

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

(7)

vii

KATA PENGANTAR

َّرلا ِالله ِمْسِب ِمْيِحَّرلا ِنْٰحْ

ُهُرِفْغَ تْسَنَو ُهُنْ يِعَتْسَنَو ُهُدَمَْنَ ،َِِّلِلّ َدْمَْلْا َّنِإ ِتاَئِ يَسَو اَنِسُفْ نَأ ِرْوُرُش ْنِم ِللهِبِ ُذْوُعَ نَو ،

ِإ َلَ ْنَأ ُدَهْشَأ ،ُهَل َيِداَه َلََف ْلِلْضُي ْنَمَو ،ُهَل َّلِضُم َلََف ُالله ِدْهَ ي ْنَم ،اَنِلاَمْعَأ َّلَِإ َهَل

َنَِدِ يَس ِلآ َىَلَعَو ٍدَّمَُمُ َنَِدِ يَس ىَلَع ِ لَص َّمُهَّللَا هُلْوُسَرَو ُهُدْبَع اًدَّمَُمُ َّنَأ ُدَهْشَأَو ُالله ٍدَّمَُمُ

Segala puji bagi Allah swt yang telah mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahui-Nya dan memberikan hidayah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar “Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Fakultas Tarbiyah ”Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare”. Shalawat teriring salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad saw. Nabi sekaligus rasul yang diutus oleh Allah untuk menjadi panutan bagi seluruh insan.

Penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada ayahanda Abd. Rauf dan Bunga Gufra yang telah membesarkan, mendidik dan mendoakan dengan tulus. Kepada saudara Erwinsyah, Yudiana, dan Muh. Ibrahim yang telah memberikan dukungan, bantuan dan motivasi, sehingga penulis mendapat kemudahan dalam menyelesaikan tugas akademik tepat pada waktunya. Dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua Bapak/Ibu guru tercinta yang pernah mendidik sejak SD, SMP, dan SMA, hingga penulis sampai pada penyusunan skripsi.

Penulis juga telah menerima banyak bantuan dan bimbingan dari Dr. Abu Bakar Juddah, M.Pd. sebagai pembimbing utama serta Dr. H. Saepudin, S. Ag., M.Pd. sebagai pembimbing pendamping penulis. Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala bantuan dan bimbingan beliau berdua yang telah diberikan

(8)

viii

selama dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan menghaturkan penghargaan kepada:

1. Dr. Ahmad Sultra Rustan, M.Si. Selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare.

2. Dr. H. Saepudin, S. Ag., M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare yang telah memberikan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Kaharuddin, S. Ag., M.Pd.I. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Arab yang telah memberikan dukungan dan bantuannya, juga selaku dosen penasehat akademik yang selama ini telah memberikan berbagai nasehat, motivasi, dukungan dan bantuannya dalam menjalani aktivitas akademik.

4. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Bahasa Arab dan para staf yang selama ini telah memberikan berbagai ilmu dan kemudahan dalam proses dunia akademik maupun non akademik.

5. Pemerintah kabupaten Barru beserta staf yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di kabupaten Barru.

6. Kepala sekolah dan para guru beserta staf di MTs DDI Cilellang Kabupaten Barru yang telah memberikan bantuan, kesempatan dan dukungan dalam penelitian ini.

7. Para sahabat, Nur Fuadillah Humairah, Mukarrama.R, yang selama ini telah memberikan segenap bantuan, dukungan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2015 di Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah. Terima kasih atas dukungan dan waktunya selama ini sudah menjadi teman sharing yang baik.

(9)

ix

9. Sahabat Posko Timoreng Panua Kec. Panca Rijang Kab. Sidenreng Rappang Muhammad Ridwan , Akbar aidil, Sryana, Fatima Risa, Putrid Madaali, Karina dan Yusriani yang telah memberikan semangat, bantuan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini, mohon maaf penulis tidak bisa menyebutkan satu persatu.

Kata-kata tidaklah cukup untuk mengapresiasi bantuan mereka dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah swt senantiasa memberikan rahmat dan hidayah kepada mereka. Akhirnya, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun.

(10)

x

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswi yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Fatima

NIM : 15.1200.037

Tempat/Tgl Lahir : Cilellang, 09 Agustus 1997 Program Studi : Pendidikan Bahasa Arab

Fakultas : Tarbiyah

Judul Skripsi :Pengaruh Metode Ceramah Terhadap Pemahaman Qawa’id Pada Pembelajaran Bahasa Arab Kelas VIII

MTs DDI Cilellang Kab. Barru

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

(11)

xi

ABSTRAK

Fatima, Pengaruh Metode Ceramah Terhadap Pemahaman Qawa’id Pada Pembelajaran Bahasa Arab Kelas VIII MTs DDI Cilellang (Dibimbing oleh Abu Bakar Juddah dan Saepudin).

Penelitian ini mengkaji Tentang Pengaruh Metode Ceramah Terhadap Pemahaman Qawa’id Pada Pembelajaran Bahasa Arab Kelas VIII Mts DDI Cilellang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Metode Ceramah Terhadap Pemahaman Qawa’id Pada Pembelajaran Bahasa Arab Kelas VIII MTs DDI Cilellang.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan instrumen angket dan tes yang dibagikan kepada peserta didik kelas VIII MTs DDI Cilellang yang berisikan 20 item pertanyaan, 10 Angket item pertanyaan tentang metode ceramah dan 10 tes item pertanyaan tentang pemahaman qawa’id pada pembelajaran bahasa Arab, observasi yang dilakukan di kelas VIII MTs DDI Cilellang dengan cara mengamati dan mencatat proses pembelajaran peserta didik dengan menggunakakan metode ceramah serta menggunakan tehnik analisis data korelasi product moment, dimana data di ambil dari angket dan tes yang terdiri dari variabel X dan variabel Y.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode ceramah berpengaruh terhadap pemahaman qawa’id pada pembelajaran bahasa Arab. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengelolaan data dengan uji signifikansi dan interpretasi korelasi product moment diperoleh nilai rxy =843 > rtabel=212. Pada taraf signifikansi α 5%, maka hipotesis alternative (Ha) diterima.

Kata kunci: Metode ceramah, pemahaman qawa’id, bahasa Arab.

(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGAJUAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING ... v

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... x

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR... .... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori ... 7

2.2 Tinjauan Hasil Penelitian Relevan ... 29

2.3 Kerangka Pikir ... 31

(13)

xiii

2.4 Hipotesis ... 32

2.5 Defenisi Operasional Variabel ... .... 33

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian ... 35

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

3.3 Populasi dan Sampel ... 36

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.5 Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 43

4.2 Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 59

4.3 Pengujian Hipotesis. ... 65

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 67

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan ... 75

5.2 Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

LAMPIRAN ... 81

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

No. Judul Tabel Hal.

3.1 Data Populasi kelas VIII MTs DDI Cilellang 37

3.2 Data Sampel kelas VIII MTs DDI Cilellang 38

4.1 Hasil frekuensi pernyataan no.1 43

4.2 Hasil frekuensi pernyataan no.2 44

4.3 Hasil frekuensi pertanyaan no.3 46

4.4 Hasil frekuensi pertanyaan no.4 47

4.5 Hasil frekuensi pertanyaan no.5 48

4.6 Hasil frekuensi pertanyaan no.6 49

4.7 Hasil frekuensi pertanyaan no.7 50

4.8 Hasil frekuensi pertanyaan no.8 51

4.9 Hasil frekuensi pertanyaan no.9 52

4.10 Hasil frekuensi pertanyaan no.10 54

4.11 Nilai tes pemahaman qawa’id kelas VIII. A 55 4.12 Nilai tes pemahaman qawa’id kelas VIII. B 56 4.13 Nilai tes pemahaman qawa’id kelas VIII. C 57 4.14 Tabulasi variabel X (Pengaruh Metode Ceramah) 59 4.15 Tabulasi angket dan tes pengaruh metode ceramah terhadap

pemahaman qawa’id pada pembelajaran bahasa Arab 62 4.16 Perolehan hasil angket dari metode ceramah dan perolehan nilai

dari tes pemahaman qawa’id pada pembelajaran bahasa Arab dibawah nilai standar rata-rata

71

4.17 Perolehan hasil angket dari metode ceramah dan perolehan nilai dari tes pemahaman qawa’id pada pembelajaran bahasa Arab dengan kategori nilai diatas rata-rata

72

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Gambar Hal.

1 Bagan Kerangka Pikir 31

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Lampiran No. Hal

1 Profil Sekolah 74

2 Instrumen Penelitian 77

3 Hasil Angket 84

4 Hasil Tes 86

5 Hasil Observasi 89

6 Permohonan Izin 92

7 Dokumentasi 94

8 Daftar Riwayat Hidup 97

(17)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peran penting bagi perkembangan manusia dari berbagai aspek kehidupan, baik itu kognitif, afektif, psikomotorik, atau dengan kata lain aspek fikriyah, akhlakiyah, dan jasmaniyah. Karena pendidikan merupakan usaha sadar yang dimaksudkan untuk mengantarkan peserta didik kearah kesempurnaan dari aspek kehidupan manusia, sehingga akan membentuk budi pekerti atau akhlak yang baik serta terdidik jiwanya.

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara pendidik dan peserta didik. Adapun persoalan pendidikan yang harus dihadapi sekarang adalah bagaimana upaya pendidik sebagai pendidik generasi muda menyukseskan program pemerintah dibidang pendidikan dengan cara membuka wawasan berfikir yang beragam dari seluruh peserta didik, sehingga mereka dapat mempelajari berbagai konsep dan mengaitkannya dengan kehidupan nyata. Selain itu, tindakan mengajar selalu didasarkan atas suatu perencanaan termasuk tujuan yang matang dan teliti.1

Seorang pendidik harus mempunyai kompetensi yang tinggi agar mampu menghasilkan daya saing yang solid yang mampu mengatasi problem yang ada dan tentunya juga sukses menjalankan tugas sebagai pendidik. Salah satu kompetensi ini adalah kemampuan seorang pendidik dalam penalaran, pemahaman artinya seorang pendidik harus menguasai materi dan metode yang akan diajarkan kepada peserta

1H. Djamaluddin Ahdar, Strategi Belajar Mengajar (Cet. II; Makassar: Gunadarm 2003), h.

39.

(18)

didik. Bagaimana mungkin seorang pendidik yang tidak mengetahui banyak materi dan metode pembelajaran akan mampu melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran dengan baik.

Allah berfirman: Q.S. Al-Mujadalah/58: 11.































































Terjemahannya:

Wahai orang-orang beriman! apabila kamu dikatakan kepadamu, berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah niscaya Allah swt akan memberi kelapangan untukmu dan apabila dikatakan, berdirilah kamu, Maka berdirilah, niscaya Allah swt akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah swt maha teliti apa yang kamu kerjakan.2

Mengingat begitu pentingnya pendidikan, maka kualitas pendidikan haruslah diperhatikan. Maka dalam dunia pendidikan, metode pembelajaran mempunyai peran yang cukup besar dalam mencapai tujuan dimana metode memiliki arti penting dan patut dipertimbangkan dalam rangka pengajaran. Tanpa metode, interaksi edukatif tidak akan berproses. Beberapa metode dalam pembelajaran, salah satunya yaitu metode ceramah. Metode ceramah masih banyak digunakan dalam dunia pendidikan, khususnya dalam pemahaman qawaid pada pembelajaran bahasa Arab. Metode ceramah merupakan suatu cara penyajian bahan atau penyampaian bahan pembelajaran secara lisan dari pendidik. Ceramah yang baik adalah ceramah yang bervariasi artinya ceramah yang dilengkapi dengan adanya tambahan dialog interaktif sehingga proses pembelajaran tidak menjenuhkan.

2Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya (Jakarta: CV. Darus Sunnah, 2002), h. 544.

(19)

Bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an dan as-Sunnah yang merupakan sumber utama ajaran agama Islam yang dewasa ini telah menjadi bahasa internasional, hingga saat ini kurang diminati dibandingkan bahasa Inggris.

Sebagaimana ini dikemukakan Saepudin dalam bukunya “Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab” bahwa:

Pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sejauh ini kurang dapat perhatian, khususnya apabila dibandingkan dengan bahasa Inggris. Negara-negara Arab sendiri melalui perwakilannya di Indonesia, tampaknya belum mengambil langkah yang maksimal guna menyebarluaskan bahasa Arab, dengan mencari metode pembelajarannya, dari tingkat terendah sampai perguruan tinggi.3

Dalam pembelajaran bahasa Arab, salah satu unsur terpenting adalah memahami tata bahasanya yang dikenal dengan istilah Qawa’id. Qawa’id merupakan deskripsi dari aturan-aturan yang berlaku pada setiap bahasa. Lebih dari itu, qawa’id merupakan suatu subsistem yang terdapat dalam organisasi bahasa dimana satuan- satuan bermakna bergabung untuk membentuk satuan-satuan yang lebih besar.

Seseorang tidak mungkin bisa membaca teks Arab dan membuat suatu kalimat tanpa memahami kaidah bahasa tersebut.

Dalam pembelajaran bahasa Arab terdapat empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengar, berbicara, membaca, menulis dan menerjemah. Ilmu al-qawa’id terdiri atas dua bagian, yaitu nahwu dan sharaf. Tanpa kemampuan qawa’id yang baik, seseorang akan banyak mengalami kesulitan dan kesalahan dalam menggunakan bahasa Arab yang baik aktif maupun pasif. Dengan demikian pembelajaran qawa’id menjadi kebutuhan pokok ketika belajar bahasa Arab.

3Saepudin, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Cet. I; Parepare, Sulawesi-Selatan:

Lembah Harapan Press, 2011), h. 32.

(20)

Berdasarkan dari observasi awal yang telah dilakukan sebelumnya, penulis menemukan dalam kelas, pendidik menggunakan berbagai macam metode untuk memberikan pemahaman kepada peserta didiknya. Dan salah satu metode yang banyak digunakan oleh pendidik untuk mencapai pembelajaran yang efektif yaitu metode ceramah dimana pendidik memberikan pemahaman peserta didiknya dengan memberikan penjelasan mengenai suatu kaidah-kaidah pembelajaran bahasa Arab yang akan dipelajari. Sehingga dengan menjelaskan, semua peserta didik diberikan kesempatan untuk bertanya dan membuat contoh tentang apa yang sudah dijelaskan sehingga peserta didik aktif dalam pembelajaran dan tidak menimbulkan kejenuhan.

Dalam penyampaian kaidah-kaidah dalam bahasa Arab, metode ceramah sangat baik untuk diterapkan, mengingat pembelajaran qawa’id bagian terpenting dalam metodologi pembelajaran bahasa Arab. Pada prakteknya, pembelajaran qawa’id sebagian besar menggunakan metode tradisional yaitu metode ceramah, dan sebagian besar juga menggunakan metode modern. Namun pada metode modern para pendidik bahasa Arab masih merasa kesulitan untuk menerangkan kepada peserta didiknya. Hal ini diakibatkan karena banyaknya peserta didik yang belum memahami sama sekali dasar dari kaidah-kaidah bahasa Arab. Maka dari itu alangkah baiknya seorang pendidik harus menggunakan metode ceramah agar peserta didik bisa memahami kaidah dalam bahasa Arab.

Dari latar belakang masalah tersebut, peneliti memfokuskan untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Metode Ceramah Terhadap Pemahaman Qawa’id Pada Pembelajaran Bahasa Arab Kelas VIII MTs DDI Cilellang”.

(21)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka dapat dirumuskan masalah pokok, sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan metode ceramah pada pembelajaran bahasa Arab di kelas VIII MTs DDI Cilellang?

2. Bagaimana pemahaman qawaid pada pembelajaran bahasa Arab di kelas VIII MTs DDI Cilellang?

3. Apakah terdapat pengaruh metode ceramah terhadap pemahaman qawa’id pada pembelajaran bahasa Arab di kelas VIII MTs DDI Cilellang?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan metode ceramah pada pembelajaran bahasa Arab di kelas VIII MTs DDI Cilellang.

2. Untuk mengetahui pemahaman qawaid pada pembelajaran bahasa Arab di kelas VIII MTs DDI Cilellang.

3. Untuk mengetahui pengaruh metode ceramah terhadap pemahaman qawa’id pada pembelajaran bahasa Arab di kelas VIII MTs DDI Cilellang.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan bahan bacaan yang bermanfaat sehingga memberikan kontribusi pemikiran untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi pendidik serta dapat menjadi pedoman bagi penelitian sebelumnya.

(22)

1. Kegunaan Praktis

a. Bagi penelitian, diharapkan dapat menjadi bekal untuk menambah pengetahuan serta berguna dalam melaksanakan tugas sebagai calon pendidik.

b. Bagi pendidik, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi guru Pendidikan Bahasa Arab memiliki keterampilan memberi penguatan sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang berkualitas.

c. Bagi sekolah, diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Bahasa Arab serta pembelajaran lainnya.

(23)

7 2.1 Deskripsi Teori

2.1.1 Metode ceramah 2.1.1.1 Pengertian metode

Menurut Noor Syam, Secara literal metode berasal dari bahasa Yunani (Greek) yang terdiri dari dua kosa kata, yaitu metha dan hodos. Metha berarti melalui dan hodos berarti jalan. Metode berarti jalan yang dilalui. Di dalam bahasa Arab, metode dikenal dengan istilah thariqah, yang berarti jalan4.

Metode diartikan sebagai cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis.5 Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.6

Disamping itu, Rayamayulis, menggambarkan beberapa pengertian metode yang ditawarkan oleh beberapa penulis, yaitu:

1. Hasan langgulung mendefinisikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan.

2. Abd. Rahman mendefinisikan bahwa metode adalah cara-cara praktis dalam mencapai tujuan pengajaran.

4Janawi, Metodologi dan Pendekatan Pembelajaran (Cet. I; Yogyakarta: Ombak, 2013), h.

66.

5Muhammad Fadlillah dan Lilif Muallifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini:

Konsep Dan Aplikasinya dalam Paud (Cet. I; Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h. 165.

6Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Cet. IX;

Jakarta: Fajar Interpratama, 2012), h. 147.

(24)

3. Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara penyajian pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.7

Berdasarkan dari beberapa definisi yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode adalah seperangkat cara, jalan, dan teknik yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran. Penggunaan metode dalam proses pembelajaran adalah untuk mengoptimalisasi daya serap pada peserta didik dapat memahami materi yang diberikan dan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan pendidik dalam memilih berbagai metode yang ada:

1) Tujuan yang hendak dicapai

Faktor pertama yang hendaknya dikaji oleh pendidik dalam rangka menetapkan metode mengajar ialah tujuan pembelajaran. Tujuan ini hendaknya dijadikan patokan dalam memiliki dan menetapkan efektifitas suatu metode mengajar. Apabila seorang pendidik menggunakan metode mengajar yang tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran makan yang ia lakukan bersifat sia-sia.

Dalam setiap tujuan pembelajaran yang ada, dalam rencana pembelajaran yang dicantumkan sejumlah model, metode, dan fasilitas dalam mencapainya. Oleh karena itu, pendidik harus mengkaji secara saksama metode belajar yang akan dipergunakan.

2) Keadaan peserta didik

Metode mengajar merupakan alat untuk menggerakkan peserta didik agar dapat mempelajari pelajaran yang akan diajarkan. Pendidik hendaknya mampu

7Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Cet. IX;

Jakarta: Fajar Interpratama, 2012), h. 147.

(25)

memahami perkembangan psikologis, motorik, mental peserta didik. Seorang pendidik hendaknya tidak memaksakan satu metode dalam kelas tertentu. Pendidik yang baik adalah seorang pendidik yang mampu memahami keinginanan peserta didik, serta mahir dalam membangkitkan motivasi intrinsik peserta didik. Jika tumbuh motivasi belajar yang tinggi dalam diri peserta didik maka mereka akan senang dalam proses pembelajaran, menghasilkan yang optimal dan memuaskan, serta tercapainya sejumlah standar kompetensi yang ada dalam kurikulum.

Terdapat tiga tipe atau gaya belajar, yaitu visual, auditorial, tv dan kinestetik.

Pelajar yang memiliki gaya belajar visual lebih tertarik pada hal-hal yang terlihat seperti warna, hubungan ruang, gambar, dan hal-hal yang bersifat natural. Pelajar dengan gaya belajar auditorial akan tertarik pada segala jenis bunyi dan kata seperti musik, nada, irama, dialog, dan suara. Sementara itu, peserta didik yang memiliki gaya belajar kinestetik tertarik pada segala jenis gerak dan emosi, baik yang diciptakan maupun yang diingat, seperti gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional, dan kenyamanan fisik. Ketiga tipe atau gaya tersebut merupakan modalitas yang dimiliki peserta didik. Pada kenyataannya, setiap peserta didik memiliki ketiganya, hanya saja tipe atau gaya tertentu tampak lebih dominan dari tipe yang lain. Pendidik hendaknya memaksimalkan semua gaya belajar yang dimiliki peserta didik dengan mempergunakan berbagai metode mengajar.

3) Bahan pengajaran

Dalam menetapkan metode mengajar, pendidik hendaknya memperhatikan bahan pengajaran seperti isi, sifat, dan cakupannya. Pendidik harus mampu menguraikan bahan pengajaran ke dalam unsur-unsur secara rinci dalam rencana pembelajarannya. Berdasarkan unsur tersebut tampak apakah bahan itu hanya berisi

(26)

fakta dan kecakapan yang hanya membutuhkan daya mental untuk menguasainya atau berisi keterampilan dan kebiasaan yang membutuhkan penguasaan secara motorik, ataukah hanya beberapa hal atau mungkin hanya satu hal.

Setelah menginventarisasi sifat atau unsur bahan pengajaran, pendidik dapat segera memperhatikan metode yang memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan bahan pengajaran dimaksud, lalu menetapkan satu atau beberapa metode yang hendak digunakan dalam mengajar.

4) Situasi belajar mengajar

Pengertian situasi belajar mencakup suasana dan keadaan kelas yang berdekatan yang mungkin mengganggu jalannya proses belajar mengajar, keadaan peserta didik seperti masih bersemangat atau sudah lelah dalam belajar, keadaan cuaca cerah atau hujan, serta keadaan pendidik yang sudah lelah atau sedang menghadapi berbagai masalah.

5) Fasilitas yang tersedia

Sekolah tentu saja memiliki fasilitas. Dalam kenyataannya, ada sekolah yang memiliki fasilitas lengkap sesuai dengan kebutuhan proses belajaran mengajar.

Adapula sekolah yang memiliki sedikit fasilitas. Secara garis besar, fasilitas sekolah dapat dibagi kedalam dua bagian.

Fasilitas fisik, seperti ruang dan perlengkapan belajar dikelas, alat-alat peraga pengajaran, buku teks pelajaran dan perpustakaan, tempat dan perlengkapan berbagai praktikum, laboraturium, serta pusat-pusat keterampilan, kesenian, keagamaaan, dan olahraga dengan segala perlengkapannya.

Fasilitas nonfisik, seperti kesempatan, biaya, berbagai aturan, serta kebijaksanaan pimpinan sekolah.

(27)

6) Pendidik

Setiap pendidik memiliki kemampuan dalam menerjemahkan kurikulum dan sejumlah kompetensi belajar yang berbeda-beda. Kemampuan ini tentunya berkaitan erat dengan penggunaan metode belajar yang akan dipakai. Disamping itu, seorang pendidik harus memiliki dedikasi yang tinggi dalam mengajar dan mendidik para peserta didiknya. Seorang pendidik harus bisa membaca kurikulum secara cermat, memiliki metode mengajar yang sesuai, mampu memahami keinginan peserta didik, serta mempertimbangkan dengan sejumlah fasilitas yang ada.

Pendidik saat ini dituntut untuk terus belajar, mengenali, dan menguasai sejumlah metode mengajar. Tuntutan ini sejalan dengan profesi pendidik yang sudah dijadikan sebagai profesi yang profesional dengan diberikan tunjangan profesi dari pemerintah.

7) Kelebihan dan kekurangan dari tiap metode

Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangannya. Oleh sebab itu, tidak bisa bagi seorang pendidik untuk membuat kesimpulan terhadap suatu metode lebih baik atau lebih buruk. Tugas pendidik dalam menetapkan metode ialah mengetahui dan mempertimbangkan batas-batas kelebihan dan kekurangan metode yang akan digunakannya. Pengetahuan dan pemahaman seorang pendidik dalam memilih suatu metode pembelajaran sangat penting sebelum memutuskan metode mana yang akan dipakai.8

8Jumanta Hamdayama, Metodologi Pengajaran (Cet. I; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2016), h.

95-98.

(28)

2.1.1.2 Metode ceramah

Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara penyajian pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok pendidik.9 Metode ceramah adalah metode yang dilakukan pendidik dalam menyampaikan bahan pelajaran didalam kelas secara lisan.10

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa metode ceramah adalah cara penyajian pendidik dalam sumber materi pelajaran kepada peserta didik, yang menitik beratkan pada penuturan kata-kata secara lisan dari pendidik kepada peserta didik.

Seorang pendidik memberikan materinya dengan penyampaian secara lisan sedangkan peserta didik menulis dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh pendidik.

Metode ini merupakan metode yang sering dipakai, sebab hampir semua jenis mata pelajaran bisa disampaikan melalui ceramah atau informasi. Keuntungan metode ini adalah dalam waktu yang bersamaan secara langsung dapat menjawab semua pertanyaan yang timbul.11

Metode pembelajaran akan berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai.

Seorang pendidik yang mengajarkan ilmu pengetahuan dengan tujuan agar peserta didiknya mendapatkan suatu pengetahuan yang bersifat kognitif, akan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda dengan orang lain atau dirinya sendiri ketika

9Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Cet. IX;

Jakarta: Fajar Interpratama, 2012), h. 147.

10Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching (Cet. I; Pisangan/Ciputat: 2005), h. 53-54.

11Esti Ismawati, Perencanaan Pengajaran Bahasa (Cet. II; Yogyakarta: Ombak, 2011), h. 82.

(29)

mengajar materi pembelajaran yang bertujuan agar peserta didik mampu merubah sikap tertentu.

Berdasarkan pada kenyataan seperti disebut diatas, maka ketika seorang pendidik akan menggunakan metode ceramah, dia harus dapat mencapai tujuan yang telah dibuat sebelumnya. Sesuai dengan bukti penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat, metode ceramah adalah metode yang tetap baik untuk digunakan karena metode ceramah sama baiknya dengan metode yang lain, khususnya jika itu digunakan untuk menyampaikan informasi. Pada umumnya, metode ceramah tidak seefektif metode diskusi, jika digunakan untuk mengunggah pendapat peserta didik.

Jika tujuan pembelajaran adalah merubah sikap peserta didik, maka sebaiknya tidak menggunakan metode ceramah. Karena ceramah tidak efektif jika digunakan untuk mengajar keterampilan. Jadi metode ceramah tidak kalah dibandingkan dengan metode-metode yang lain, terutama dalam hal penyampaian informasi. Metode ceramah dapat menjadi metode yang efektif jika dipakai untuk pengajaran pada tingkatan yang rendah, yaitu pengetahuan dan pemahaman, dari pembelajaran ranah kognitif. Terutama pada kelas besar.12

2.1.1.3 Langkah untuk mengefektifkan metode ceramah

Adapun langkah-langkah atau usaha yang perlu di persiapkan antara lain sebagai berikut:

1. Terlebih dahulu harus diketahui dengan jelas dan dirumuskan sekhusus-khususnya mengenai tujuan pembicaraan atau hal yang hendak dipelajari oleh peserta didiknya. Bahan ceramah kemudian disusun sedemikian sehingga:

12Hisyam Zaini, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif Di Perguruan Tinggi (Cet. I; Yogyakarta: Ctsd (Center For Teaching Staff Develoment) Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2002), h. 81-82.

(30)

a. Dapat dimengerti dengan jelas, artinya setiap pengertian dapat menghubungkan antara pendidik dengan peserta didik.

b. Menarik perhatian peserta didik.

c. Memperlihatkan pada peserta didik bahwa bahan pelajaran yang mereka peroleh berguna bagi kehidupan mereka.

2. Menanam pengertian yang jelas dimulai dengan suatu ikhtisar ringkas tentang pokok-pokok yang akan diuraikan. Kemudian menyusul bagian utama penguraian dan penjelasan pokok tersebut. Pada akhirnya disimpulkan kembali pokok-pokok penting yang telah dibicarakan itu. Dapat pula dilengkapi gambar-gambar, bagan- bagan dan sebagainya.

Mungkin pula ditambah cerita singkat mengenai kejadian yang bersifat ilustratif, yakni menggambarkan dengan jelas apa yang dimaksud. Atau dapat juga dilakukan setelah menggunakan metode ceramah, peserta didik diminta memajukan contoh-contoh khusus yang sesuai dengan yang diceramahkan, maka akan tampak sampai di mana jelasnya perhatian peserta didik.13

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa usaha yang perlu dipersiapkan untuk mengefektifkan metode ceramah yaitu merumuskan tujuan pembicaraan yang hendak dipelajari oleh peserta didik. Kemudian disusun sedemikianrupa sehingga peserta didik bisa mengerti dengan jelas, fokus pada pembelajaran, dan menjelaskan kepada peserta didik bahwa pembelajaran yang mereka peroleh akan berguna bagi kehidupan mereka. Kemudian memberikan penjelasan tentang pokok-pokok utama

13Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah (Cet. I; Jakarta: PT. Rineka Cipta), h.

168-169.

(31)

dalam pembelajaran. Setelah itu, menyimpulkan pokok-pokok pembelajaran yang telah dijelaskan.

2.1.1.4 Langkah-langkah menggunakan metode ceramah

Agar metode ceramah berhasil, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan, baik pada tahap persiapan maupun pada tahap pelaksanaannya.

1. Tahap Persiapan:

a. Merumuskan tujuan yang ingin dicapai, proses pembelajaran adalah proses yang bertujuan, oleh sebab itu merumuskan tujuan yang jelas merupakan langkah awal yang harus dipersiapkan pendidik. Apa yang harus dikuasai peserta didik setelah proses pembelajaran dengan ceramah berakhir.

b. Menentukan pokok-pokok materi yang akan diceramahkan. Keberhasilan suatu ceramah sangat tergantung kepada tingkat penguasaan pendidik tentang materi yang akan diceramahkan. Oleh karena itu, pendidik mempersiapkan pokok-pokok materi yang akan disampaikan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan disampaikan sesuai tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Dalam penentuan pokok-pokok ini juga perlu dipersiapkan ilustrasi-ilustrasi yang relevan untuk memperjelas informasi yang akan disampaikan.

2. Tahap pelaksanaan:

Pada tahap ini ada tiga langkah yang harus dilakukan:

a. Langkah pembukaan

Langkah pembukaan dalam metode ceramah merupakan langkah yang menentukan. Keberhasilan pelaksanaan ceramah sangat ditentukan oleh langkah ini.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam langkah pembukaan ini yaitu:

(32)

1) Peserta didik memahami tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, pendidik perlu mengemukakan terlebih dahulu tujuan yang harus dicapai oleh peserta didik.

Mengapa harus paham akan tujuan yang ingin dicapai oleh karena tujuan akan mengarahkan segala aktivitas peserta didik, dengan demikian penjelasan tentang tujuan akan merangsang peserta didik untuk termotivasi mengikuti proses pembelajaran melalui ceramah itu.

2) Langkah apersepsi, yaitu langkah menghubungkan materi pelajaran yang lalu dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Guna langkah apersepsi dalam langkah pembukaan ini adalah untuk mempersiapkan secara mental agar peserta didik mampu dan dapat menerima materi pembelajaran. Langkah ini pada dasarnya langkah untuk menciptakan kondisi agar materi pelajaran itu mudah masuk dan menempel di otak.

b. Langkah penyajian

Tahap penyajian adalah tahap penyampaian materi pembelajaran dengan cara bertutur. Agar ceramah kita berkualitas sebagai metode pembelajaran, maka pendidik harus menjaga perhatian peserta didik agar tetap terarah pada materi pembelajaran yang sedang disampaikan. Untuk menjaga perhatian ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu:

1) Kontak mata adalah suatu isyarat dari pendidik agar peserta didik mau memperhatikan. Selain itu, kontak mata juga dapat juga berarti sebuah penghargaan dari pendidik kepada peserta didik. peserta didik yang selalu mendapatkan pandangan dari pendidik akan merasa dihargai dan diperhatikan.

Usahakan walaupun pendidik harus menulis dipapan tulis kontak mata tetap

(33)

diperhatikan dengan tak berlama-lama mengahadap papan tulis atau membuat catatan yang panjang dipapan tulis.

2) Bahasa yang komunikatif dan mudah dicerna oleh peserta didik. Oleh sebab itu, sebaiknya pendidik tidak menggunakan istilah-istilah yang kurang populer. Selain itu, jaga intonasi suara agar seluruh peserta didik dapat mendengarnya dengan baik.

3) Materi pembelajaran yang sistematis, tidak meloncat-loncat, agar mudah ditangkap oleh peserta didik.

4) Respon peserta didik. Artinya, Apabila peserta didik memberikan respon yang tepat, segeralah kita beri penguatan dengan memberikan semacam pujian yang membanggakan hati. Sedangkan, seandainya peserta didik memberikan respon yang kurang tepat, segeralah tunjukkan bahwa respons peserta didik perlu perbaikan dengan tidak menyinggung perasaan peserta didik.

5) Kelas kondusif dan menggairahkan untuk belajar. Kelas yang kondusif memungkinkan peserta didik tetap bersemangat dan penuh motivasi untuk belajar.

Cara yang dapat digunakan untuk menjaga agar kelas tetap kondusif adalah dengan cara pendidik menunjukkan sikap yang bersahabat dan akrab, penuh gairah menyampaikan materi pembelajaran, serta sekali-kali memberikan humor-humor yang segar dan menyenangkan.

c. Langkah mengakhiri atau menutup metode ceramah

Ceramah harus ditutup agar materi pelajaran yang sudah dipahami dan dikuasai peserta didik tidak hilang. Ciptakanlah kegiatan-kegiatan yang memungkinkan peserta didik tetap mengingat materi pembelajaran. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk keperluan tersebut di antaranya:

(34)

1) Membimbing peserta didik untuk menarik kesimpulan atau merangkum materi pelajaran yang baru saja disampaikan.

2) Merangsang peserta didik untuk dapat menanggapi atau memberi semacam ulasan tentang materi pembelajaran yang telah disampaikan.

3) Melakukan evaluasi untuk mengetahui kemampuan peserta didik menguasai materi pembelajaran yang baru saja disampaikan.14

Pada uraian diatas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah yang digunakan agar metode ceramah bisa berhasil yaitu melakukan tahap persiapan artinya tahap pendidik untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang baik, merumuskan tujuan dengan jelas dan menguasai pokok-pokok materi yang akan diceramahkan.

Kemudian, pada tahap pelaksanaan, pendidik menyampaikan bahan ceramah. Setelah itu, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membandingkan bahan ceramah yang telah diterima. Jika peserta didik sudah bisa membandingkan bahan ceramah yang telah diterima maka pendidik menyimpulkan hasil ceramah dan diadakan penilaian terhadap peserta didik menegenai bahan yang telah diberikan pendidik. Agar pendidik bisa mengetahui kemampuan peserta didiknya.

2.1.2 Pemahaman qawa’id

2.1.2.1 Pengertian pemahaman qawa’id

Kata pemahaman dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses, perbuatan, memahami atau memahamkan.15 Pemahaman merupakan suatu cara memahami, mengerti dengan benar dan baik melalui proses belajar secara mendalam,

14Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Cet. IX;

Jakarta: Fajar Interpratama, 2012), h. 149-152.

15Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kamus Versi Online/Daring (dalam jaringan),

“Pengertian pemahaman” http//kbbi.web.id/paham. (28 03 2019).

(35)

seseorang dapat dikatakan memahami qawa’id ketika mampu mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya.

Pemahaman dalam pembelajaran adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini tidak hanya menghafal dengan verbalitas, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang dinyatakan, maka operasionalnya dapat membedakan, mengubah, mempersiapkan, menjelaskan, mendemonstrasikan, memberi contoh, memperkirakan, menentukan dan mengambil keputusan.

Adapun kemampuan pemahaman berdasarkan tingkat kepekaan dan derajat penyerapan materi dapat dijabarkan kedalam 3 tingkatan yaitu:

1. Menerjemahkan

Pengertian menerjemahkan bukan hanya berarti pengalihan arti dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain. Tetapi dapat berarti dari konsepsi abstrak menjadi suatu model simbolik untuk mempermudah orang dalam mempelajarinya.

2. Menafsirkan

Kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan. Hal ini merupakan kemampuan untuk mengenal dan memahami. Menafsirkan dapat dilakukan dengan cara menghubungkan pengetahuan yang lalu dengan pengetahuan yang diperoleh berikutnya, menghubungkan antara grafik dengan kondisi dijabarkan sebenarnya, serta membedakan yang pokok dan tidak pokok dalam pembahasan.

(36)

3. Mengekstrapolasi

Berbeda dari menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi sifatnya karena menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi sehingga seseorang dituntut untuk bisa melihat sesuatu yang tertulis.16

Dalam bahasa Indonesia, qawa’id searti dengan “tata bahasa”, dan “grammar

dalam bahasa Inggris.17 Qawa’id meliputi nahwu dan saraf. Nahwu dan saraf merupakan pondasi utama bahasa Arab sebagai mana yang dikatakan Ulin nuha dalam bukunya. “Tanpa menguasai kaidah nahwu dan sharaf, maka mustahil seorang pembelajar bahasa Arab dapat membaca dan menulis dengan baik dan benar“.18

Jadi pemahaman qawa’id merupakan penguasaan terhadap suatu konsep ilmu atau teori yang didalamnya mencakup hukum-hukum kaidah tata bahasa Arab, dalam hal ini memahami ilmu nahwu dan saraf. Disamping memahami, juga mampu mengaplikasikan pengetahuan tersebut sebagaimana tujuannya. Diantara tujuan dalam memahami ilmu nahwu dan saraf ialah mengurangi adanya kesalahan dalam membaca, menulis kalimat berbahasa Arab, menghindari dari kesalahan makna tafsiran atau terjemahan, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.

Kaidah (

ةدعاقلا

) dalam kamus al-Munawwir yaitu prinsip, asas, dasar, sedangkan jamaknya (

دعاوقلا

) yaitu dasar, alas, pondamen, peraturan, kaidah.19

ِةَّيِبَرَعلا ِتاَمِلَكلا ِنَع َنوُناَق َيِه ُدِعاَوَقلا .ِةَلمُلُا ِفيِلْئَ ت فى َنوُناَقلا َيِه ُدِعاَوَقلا ِملِع ىَلَع ُلِمَتْشَت . ِفْرَّصلاَو ِوْحَنلا

16Febriah Leny Sundari, “Tingkat Pemahaman Siswa Kelas Atas Terhadap Permainan Kasti di SDN Jelaban Kec Sentolo Kab Kulon Progo” (Skripsi dipublikasikan UNY Yogyakarta, 2016), h. 8.

17Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab (Cet. II;

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h. 207.

18Ulin Nuha, Buku Lengkap Qaidah-Qaidah Nahwu (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), h. 14.

19Ahmad Warson Munawwir, Kamus Almunawwir Aran-Indonesia Terlengkap, h.1138.

(37)

Jadi qawa’id merupakan aturan-aturan atau kaidah-kaidah yang terdapat dalam menyusun kalimat bahasa Arab. Qawa’id adalah aturan-aturan dalam kalimat didalamnya terdapat dua unsur yang saling terkait satu sama lain, yakni ilmu nahwu dan ilmu sharaf.20

ِتاَمِلَكلا ُطبَضَو ِةَلمُلُا ِلِخاَد ٍةَمِلَك ُّلُك ٌةَفيِظَو اَِبِ ٌفَرْعُ ي ُدِعاَوَ ق َيِه ُوْحَنلا َّنَأَو

.اَبِِاَرعِإ ِةىَّيِفيَك َو

Adapun nahwu secara spesipik menentukan kedudukan setiap kata dalam kalimat dan bentuk akhir setiap kata dan cara meng’irabnya.21

Pemahaman qawa’id adalah syarat wajib bagi setiap peserta didik yang ingin mendalami al-Qur’an dan al-Hadis maupun ilmu lain yang berkaitan dengan penggunaan bahasa Arab. Memahami qawa’id ialah mengetahui perubahan harakat akhir suatu kata dalam kalimat berdasarkan kedudukan kata tersebut. Sedangkan pemahaman ilmu sharaf ialah memahami perubahan bentuk kata menjadi kata lain.

Dan pemahaman ilmu nahwu ialah perubahan harakat. Dengan memahami ilmu nahwu dan sharaf dengan baik peserta didik akan lebih mudah untuk mencapai keterampilan dalam berbahasa Arab lebih khususnya terhadap keterampilan membaca, dan menulis (maharatul qira’ah dan maharatul kitabah).

Peserta didik yang mampu memahami qawa’id dengan baik akan mampu memposisikan kata dengan tepat dalam sebuh kalimat serta dapat memilih sebuah kata yang akan di ungkapkan dalam sebuah kalimat yang dibuatnya.

، نيييلَغلا ىفطصم ةيبرعلا سوردلا عماج

رهاقلا(

- ,ىعفاشلا م املإا راد :ىرصم 2016

,)

20

.ص 10 . ,ةمعن داوف ةيبرعلا ةغللا دعاوق صخلم

ةيادلها ةعبطم:يابِروس(

2000 .ص ،) 17

.

21

(38)

Inti pemahaman qawa’id ialah menguasai kaidah-kaidah tata bahasa Arab yang ada dalam ilmu nahwu dan saraf untuk mencapai tujuan keterampilan atau kemampuan bahasa Arab yaitu: kemampuan menyimak, kemampuan berbicara, kemampuan membaca, dan kemampuan menulis.

2.1.2.2 Bidang-bidang pemahaman qawaid

1. Fonologi dalam bahasa Arab ini memiliki sifat yang berbeda dan bermacam dalam cara pengucapannya, masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri seperti tata bunyi huruf khaliqiyah atau tenggorokan, sifat tata bunyi antara dua bibir, tata bunyi ke hidung, tata bunyi huruf yang berdekatan dalam cara pengucapannya dan tata bunyi lainnya yang menjadikan susah dalam pengucapannya.

2. Morfologi adalah study tentang pola suatu kata yang terdiri dari beberapa perubahan shighat/bentuk kata menurut sistem yang ada pada morfologi tersebut.

3. Sintaksis yaitu ketika sharaf memperhatikan perubahan pola kalimat, maka nahwu sangat memperhatikan hubungan antara unsur-unsur jumlah seperti hubungannya dengan tehnik tarkib sesudah memahami tata bunyi dengan baik, tidak mungkin bisa memahami sebuah kata apabila tidak memahami tata bunyi sebelumnya yang pada akhirnya akan memahami sebuah pola kalimat.

4. Semantik merupakan studi tentang makna yang digunakan untuk memahami ekspresi manusia melalui bahasa. Kata semantik itu sendiri menunjukkan berbagai ide dari populer yang sangat teknis. Hal ini sering digunakan dalam bahasa sehari- hari untuk menandakan suatu masalah pemahaman yang datang ke pemilihan kata atau konotasi.22

22Nandang Sarip Hidayat, “Problematika Pembelajaran Bahasa Arab” (E-Jurnal: Jurnal Pemikiran Islam: Vol 37 No.1 Januari- Juni 2012 Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Suska Riau), h. 85-86.

(39)

2.1.2.3 Cara mengajarkan ilmu qawa’id pada pembelajaran bahasa Arab

1. Pendidik hendaknya banyak memberikan contoh-contoh dari materi yang dibahas,

agar pengajaran tidak membosankan, dan dapat memudahkan pengertian anak didiknya.

2. Pada contoh-contoh yang diberikan itu, hendaknya ditulis dipapan tulis, dan menjelaskan maksud dan pengertianya.

3. Pada saat pendidik menjelaskan maksud dan pengertian materi pelajaran, perhatian pendidik penuh terpusat kepada materi.23

Jadi dapat disimpulkan bahwa cara mengajarkan ilmu qawa’id pada pembelajaran bahasa Arab adalah pada saat pendidik menjelaskan materi pembelajaran hendaknya memberikan contoh yang terkait dengan materi yang dijelakan. Agar mampu memudahkan peserta didik untuk memahami materi yang dipelajari dan tidak membuat peserta didik bosan. Setelah itu, pada saat pendidik memberikan contoh kepada peserta didiknya, hendaknya pendidik menulis contoh tersebut di papan tulis dan menjelaskan maksud dari contoh tersebut. Agar peserta didik mampu memahami dengan jelas contoh yang telah diberikan. Kemudian pada saat pendidik menjelaskan contoh yang telah diberikan kepada peserta didik, hendaknya peserta didik fokus atau memperhatikan penjelasan dan contoh yang diberikan kepada pendidik. Dan sebaiknya peserta didik mencatat contoh tersebut setelah penjelasan selesai atau telas dimengerti.

23Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab

(Cet. II; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h. 208.

(40)

2.1.2.4 Tujuan mempelajari ilmu qawa’id (nahwu dan saraf)

1. Mencegah ucapan dari kesalahan, menjaga tulisan dari kekeliruan, membiasakan berbahasa dengan benar, ini semua adalah tujuan utama dari tujuan mempelajari ilmu qawa’id.

2. Membiasakan peserta didik memiliki kekuasaan dalam memperhatikan cara berfikir yang logis dan teratur. Dimana peserta didik dapat membiasakan terhadap hal-hal diatas.

3. Membantu memahami perkataan secara benar dengan mengerti makna tepat dan cepat.

4. Menajamkan akal, mengasah perasaan, menambah perbendaharaan kosakata bagi peserta didik.

5. Agar peserta didik memperoleh kemampuan memperagakan kaidah-kaidah didalam menggunakan kalimat yang berbeda-beda. Maka hasil yang dapat diperoleh dari memahami qawa’id adalah peserta didik semakin mantap dan mempraktekkan kaidah-kaidah dalam struktur kalimat yang dipergunakan dalam kehidupan.24

2.1.3 Pembelajaran bahasa Arab

Istilah pembelajaran berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar, dan pembelajaran dapat terjadi secara bersamaan. Perlu dipahami bahwa belajar dapat terjadi tanpa adanya guru atau tanpa kegiatan megajar dan pembelajaran formal lain, artinya peserta didik berusaha dan melakukan kegiatan belajarnya sendiri.

24Cahya setyawan, “Tujuan Mempelajari Ilmu Qawa’id (Nahwu Dan Saraf)” http//

Pembelajaran Qawaid Bahasa Arab Menggunakan Metode Induktif Berbasis Istilah Linguistik (29 03 2019).

(41)

Proses pembelajaran senantiasa diarahkan pada tercapainya tujuan sesuai dengan isi kurikulum. Oleh karena itu, pendidik sekiranya merencanakan kegiatan pembelajarannya dengan saksama dan sistematis terhadap berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan perubahan perilaku peserta didik sesuai dengan apa yang diharapkan.

Menurut degeng pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan peserta didik. Dalam pengertian ini secara implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode, untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada.25

Pembelajaran merupakan suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik. Pembelajaran berupa serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk memengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar peserta didik yang bersifat internal.26

Pada uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses kegiatan yang dilakukan pendidik agar peserta didiknya belajar.

Pembelajaran bahasa Arab atau pembelajaran bahasa asing adalah kegiatan mengajar yang dilakukan secara maksimal oleh seorang pendidik agar peserta didik yang diajarkan bahasa asing tertentu melakukan kegiatan belajar dengan baik, sehingga kondusif untuk mencapai tujuan belajar bahasa asing.27

25Hamzah, Perencanaan Pembelajaran (Cet. VI; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), h. 2.

26Tritjahjo Danny Soesilo, Teori dan Pendekatan Belajar (Cet. I; Yogyakarta: Ombak, 2015), h. 16-17.

27Abdul Kholiq, Pengertian Pembelajaran Bahasa Arab ”http//Pembelajaran Bahasa Arab (08 04 2019).

(42)

2.1.3.1 Urgensi bahasa Arab

Urgensi bahasa Arab tersebut tentunya dilatarbelakangi oleh beberapa sebab berikut ini:

1. Bahasa Arab menggunakan bahasa Arab yang dibutuhkan oleh setiap muslim laki- laki dan perempuan untuk membaca dan memahami Al-Qur’an sekaligus dijadikan sebagai landasan untuk mengaktualisasikan hukum syariat.

2. Bahasa Arab sebagai bahasa shalat, karena setiap orang muslim melakukan shalat dengan menggunakan bahasa Arab. Oleh karena itu, bahasa Arab memiliki hubungan sinergis dengan menggunakan rukun Islam, yang mengakibatkan belajar bahasa Arab wajib bagi setiap muslim.

3. Bahasa Arab sebagai bahasa al-hadits as-syarif, karena setiap muslim yang berkeinginan untuk membaca dan mencermati hadis Rasul harus memahami bahasa Arab secara maksimal.

4. Bahasa Arab memiliki posisi strategis dalam perkembangan perekonomian bahasa Arab. Hal ini dibuktikan dengan melimpahnya minyak bumi dan pertambangan menjadi negeri Arab besar dan diperhitungkan dunia dalam sektor perekonomian dan politik internasional, sehingga negara-negara dunia berkompetisi untuk mempelajari bahasa Arab demi kepentingan dunia aspek dimaksud.

5. Semakin menjamur jumlah pemakai bahasa Arab. Pada tahun 1984 tidak kurang dari 22 negara Arab menjadikannya sebagai bahasa pertama, dan bahkan dijadikan bahasa kedua berbagai negara-negara yang berbasis Islam. Hal ini dapat di cermati bahwa 1/7 negara internasional menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa pertama, sebagaimmana mayoritas bangsa dunia Islam mempersiapkan diri dan bahkan

(43)

menyambut hangat kehadiran bahasa Arab untuk dipelajari demi kepentingan agama.28

2.1.3.2 Karakteristik pembelajaran bahasa Arab

Bahasa Arab memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda denga bahasa- bahasa lain di dunia ini. Diantara karakteristik bahasa Arab adalah i’rab. Dalam kenyataannya beberapa bahasa lampau mengenal i’rab tetapi sekarang bahasa-bahasa itu tidak mengenal lagi seperti bahasa habsyi dan bahasa Jerman. Karakteristik bahasa Arab yang lain adalah ungkapannya yang rinci, karena ketika orang Arab memahami apa saja yang ada disekitarnya, maka mereka akan memberinya nama yang berbeda- beda seperti macam-macam angin, hujan, hewan, dan lain-lain.

Para ahli bahasa menyebutkan karakteristik bahasa Arab adalah kosakatanya yang kaya, banyak sinonimnya, ada lafadz-lafadz antonimnya. Dan bentuk jamaknya bermacam-macam. Diantara karakteristik bahasa Arab yang lain adalah majas. Orang Arab mampu menjelaskan makna balaghah sesuatu. Ini membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini. Ada kalimat yang mengandung qosr yang membatasi maknanya, dan kalimatnya mengandung perumpamaan dan hikmah.

Bahasa Arab ini mengalami berbagai perkembangan dan menjadi berbagai macam dialek, ada bahasa orang Arab utara yang disebut bahasa Arab adnan, ada bahasa orang Arab selatan yang disebut bahasa Arab Fahthan, dan masih banyak lagi dialek Arab, kemudian dialek-dialek ini disatukan melalui kensensus orang-orang Arab di Mekah dan terus dilakukan penyatuan dialek itu. Sampai pada akhirnya Islam datang, dan Al-Qura’an diturunkan dengan bahasa Arab Quraisy, sampai selesai

28Zulhannan, Teknik pembelajaran Bahasa Arab Interaktif, Edisi. I (Cet. II; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2015), h. 3-4.

(44)

turunnya semua ayat Al-Qura’an dan berkuasalah bahasa Arab orang-rang Arab utara, khususnya bahasa Arab Quraisy mengalahkan semua dialek Arab. Al-Qur’an al- karim yang menyatukan dialek Arab kedalam bahasa Arab Quraisy dan yang telah menjaga bahasa Arab ini sampai saat ini karena kelebihan Al-Qur’an al-karim.

Bahasa Arab adalah pilar dasar terbentuknya bahasa Arab. Bahasa Arab berbeda dengan bahasa yang lain di dunia ini karena sejarahnya yang panjang dan berkesinambungan. Bahasa Arab memiliki kekayaan pemikiran dan kekayaan sastra.

Peradabannya diwarisi sejak zaman dulu hingga sekarang. Penyatuan bahasa Arab tidak lepas dari peran Al-Qur’an al-karim.

Pada zaman sekarang kita menemukan banyak karakteristik bahasa Arab yaitu bayan (kefasihannya), kapasitasnya, banyaknya bentuk huruf, i’rabnya, banyaknya kosakata, istiqaq, taukid, berbagai macam gaya bahasanya, berbagai macam ungkapannya, kemampuannya dalam megungkapkan makna ganda, ia ditulis sebagaimana ia dibaca, ia mampu menejemahkan istilah-istilah yang berasal dari bahasa lain.29

2.1.3.3 Tujuan pembelajaran bahasa Arab

1. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Arab, baik lisan maupun tulisan, yang mencakup empat kecakapan berbahasa, yakni menyimak (istima’), berbicara (kalam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah).

2. Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya bahasa Arab sebagai salah satu bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar, khususnya dalam mengkaji sumber-sumber ajaran Islam.

29Fathur Rohman, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Cet. I; Malang, Jatim: Madani, 2015), h. 13-15.

(45)

3. Mengembangkan pemahaman tentang saling berkaitannya antara bahasa dan budaya serta memperluas cakrawala budaya. Dengan demikian peserta didik diharapkan memiliki wawasan lintas budaya dan melibatkan diri dalam keragaman budaya.30

2.1.4 Tinjauan hasil penelitian relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Aspiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2008 tentang “Pengaruh Metode Ceramah Terhadap Motivasi Belajar PAI Siswa MAN 1 Keronjo”.secara garis besar, berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan, dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara metode ceramah dengan motivasi belajar PAI Siswa SMAN 1 Keronjo.31

2. Penelitian yang dilakukan oleh Andi Kurnia Prodi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah STAIN Parepare pada tahun 2017 tentang “Pengaruh Keterampilan Guru Menggunakan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik Dalam Mata Pelajaran Fiqhi Kelas VIII MTs DDI Palirang“. Secara garis besar, berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh keterampilan pendidik

30Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab (Cet. II; Bandung: PT. Remaja Rosdakrya, 2011), h. 57.

31Aspiyah, “Pengaruh Metode Ceramah Terhadap Motivasi Belajar PAI Siswa SMAN 1 Keronjo” (Skripsi Sarjana Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan: Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 62.

(46)

menggunakan metode ceramah dan diskusi terhadap motivasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran fiqhi kelas VIII MTs DDI Palirang Kab. Pinrang.32

3. Penelitian yang dilakukan oleh Sabran Prodi Pendidikan Bahasa Arab Jurusan Terbiyah dan Adab STAIN Parepare pada tahun 2017 tentang“ Penguasaan Qawa’id Terhadap Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Arab Pada Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Arab Angkatan 2015 Jurusan Tarbiyah Dan Adab Stain Parepare “.Secara garis besar, berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara Penguasaan Qawa’id Terhadap Kemampuan Membuat Kalimat Bahasa Arab Pada Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Arab Angkatan 2015 Jurusan Tarbiyah Dan Adab Stain Parepare.33

Tujuan hasil penelitian relevan yang telah dipaparkan diatas, hanya sebagian kecil dari hasil penelitian yang mengarah pada variabel-variabel yang ada dalam penelitian skripsi ini. Namun sejauh ini peneliti belum menemukan satupun hasil penelitian yang spesifik melihat hubungan antara metode ceramah terhadap pemahaman qawa’id pada pembelajaran bahasa Arab, khususnya di MTs DDI Cilellang Kab. Barru.

32Andi Kurnia, “Pengaruh Keterampilan Guru Menggunakan Metode Ceramah dan Diskusi Terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik dalam Mata Pelajaran Fiqih Kelas VIII MTs DDI Palirang”

(Skripsi Sarjana; Jurusan Tarbiyah: Parepare, 2017), h. 51.

33Sabran, “Pengaruh Penguasaan Qawa’id Dalam Membuat Kalimat Bahasa Arab Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Angkatan 2015 Jurusan Tarbiyah Dan Adab (STAIN) Parepare” (Skripsi Sarjana; Jurusan Tarbiyah: Parepare, 2017), h. 67.

(47)

2.3 Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan gambaran tentang pola hubungan antara konsep dan variabel secara koheren yang merupakan gambaran yang utuh terhadap fokus penelitian. Kerangka pikir biasanya dikemukakan dalam bentuk skema atau bagan.34

Pada dasarnya di MTs DDI Cilellang dalam pelaksanaan pembelajaran, seorang guru Bahasa Arab harus memiliki metode dalam pembelajaran agar peserta didik yang sedang melaksanakan proses interaksi belajar mengajar akan merasa senang dan mudah memahami materi yng telah diberikan oleh pendidik.

Peneliti, meneliti di MTs DDI Cilellang dengan memfokuskan guru Bahasa Arab mengajar peserta didik yang saling berinteraksi satu sama lain dengan menggunakan metode ceramah yang akan menambah pemahaman qawa’id peserta didik.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka kerangka pikir peneliti ini dapat digambarkan pada skema berikut ini:

34Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Parepare:

Departemen Agama, 2013), h. 26.

(48)

2.4 Hipotesis

Hipotesis berasal dari perkataan hipo (hypo) dan tesis (thesis). Hipo berarti kurang dari, sedang tesis berarti pedapat. Jadi hipotesis adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara, belum benar-benar berstatus sebagai suatu tesis. Hipotesis merupakan dugaan sementara yang masih dibuktikan kebenarannya melalui suatu penelitian.35

35Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian (Cet. XI; Jakarta: Sinar Grafik Offset, 2010), h. 28.

MTs DDI Cilellang

GURU BAHASA

ARAB PESERTA DIDIK

METODE CERAMAH

PEMAHAMAN QAWA’ID

(49)

Adapun hipotesis dalam penelitian ini, adalah:

H1: Terdapat pengaruh metode ceramah terghadap pemahaman qawa’id pada pembelajaran bahasa Arab kelas VIII MTs DDI Cilellang

HO: Tidak terdapat pengaruh metode ceramah terhadap pemahaman qawa’id pada pembelajaran bahasa Arab kelas VIII MTs DDI Cilellang

Berdasarkan hipotesis yang telah diajukan tersebut, peneliti memiliki dugaan sementara bahwa terdapat pengaruh metode ceramah terhadap pemahaman qawa’id di kelas VIII MTs DDI Cilellang. Sehingga peneliti sepakat dengan pernyataan H1 tersebut. Adapun kebenarannya, maka akan dibuktikan melalui hasil penelitian yang dilakukan di MTs DDI Cilellang.

2.5 Definisi Operasional Variabel

Untuk mengetahui lebih jelasnya variabel yang peneliti teliti maka akan diuraikan pengertian judul atau definisi dari tiap variabel. Hal ini bertujuan untuk menciptakan persamaan persepsi, karena tidak menutup kemungkinan ada penafsiran yang berbeda terkait variabel yang peneliti teliti. Selain itu definisi operasional juga dimaksudkan untuk mengetahui dan memahami landasan pokok serta pengembangan pembahasan selanjutnya. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Metode Ceramah yaitu proses pemberian informasi atau materi kepada peserta didik secara lisan dengan menggunakan alat bantu mengajar, untuk memperjelas uraian yang disampaikan kepada peserta didiknya.

2. Pemahaman qawa’id adalah kemampuan peserta didik untuk mengerti dalam membentuk atau memposisikan kata dengan tepat dalam sebuah kalimat, serta mengetahui perubahan harakat akhir suatu kata dalam kalimat berdasarkan

(50)

kedudukan kata tersebut. Sebagaimana tujuannya yaitu mengurangi adanya kesalahan membaca teks bahasa Arab, dan mengurangi adanya kesalahan membuat teks bahasa Arab baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.

(51)

35

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Berdasarkan judul dan rumusan masalah yang telah disebutkan maka jenis penelitian ini adalah penelitian survey. Dalam penelitian survey atau lapangan, seorang peneliti hendaknya melakukan penelitian dengan langsung melihat sebelumnya, yaitu obyeknya. Peneliti lapangan berfungsi untuk mengetahui kondisi yang diala

Gambar

Tabel 3.1: Data populasi kelas VIII MTs DDI Cilellang
Tabel 3.2: Data sampel kelas VIII MTs DDI Cilellang
Tabel 4.2: Hasil frekuensi pernyataan no. 02
Tabel 4.3: Hasil frekuensi pernyataan no. 03
+7

Referensi

Dokumen terkait

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara (interview), observasi, dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

penelitian yang diperoleh sudah dianggap bersinergi, meskipun buku mahir berbahasa Arab yang digunakan oleh dosen dalam proses pembelajaran maharah al-kalam pada mahasiswa prodi

1.4 kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.4.1 kegunaan teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat

Dan uji keabsahan datanya dengan triangulasi data yaitu: triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi kitab Syarah

IV Telepon 042121307, Faksimile 04212404 INSTRUMEN PENELITIAN PENULISAN SKRIPSI NAMA : TRI NURAISYAH NIM : 17.1200.059 PRODI : PENDIDIKAN BAHASA ARAB FAKULTAS : TARBIYAH JUDUL

kubaca materinya, kadang juga ada dikerja di rumah jadi dilupami kalau masuk lagi waktu belajar.94 Berdasarkan semua hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dapat diberi kesimpulan

yang telah memberikan nikmat Iman dan Islam, serta dengan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dari perguruan tinggi berupa skripsi dengan judul “Pengaruh Metode

Oleh karena itu, setiap yang diharapkan menjadi teladan hendaknya memelihara tingkah lakunya, disertai kesadaran bahwa ia bertanggung jawab di hadapan Allah dalam segala hal yang