BAB VIII SIKLUS REPRODUKSI IKAN
8.5. Hubungan Siklus Pemijahan dengan Lingkungan
Pembesaran secara bertahap perkembangan gonad induk ikan yang memasuki masa pra-pemijahan tergantung fotoperiode (pencahayaan lingkungan secara alami) dan suhu.
Fotoperiode panjang (siklus terang lebih lama dari pada siklus gelap) menginduksi pengaruh pemauan proses perkembangan gonad ikan. Fotoperiode pendek (siklus gelap lebih lama dari pada siklus terang) menyebabkan kerusakan siklus pemijahan yang menjurus pada regresi /atresia gonad.
Pengaruh stimulasi perubahan pencahayaan lingkungan (fotoperiode) diterima sel fotoreseptor retina mata ikan, kemudian impuls cahaya tersebut diteruskan ke organ pineal yang terdapat pada bagian atas diensefalon otak ikan. Organ pineal bertindak sebagai transducer neuroendocrinal (sinyal yang dapat mengubah informasi isyarat cahaya masuk menjadi isyarat untuk memproduksi hormon), yang selanjutnya sinyal ini diteruskan ke hipotalamus.
Stimulasi cahaya lingkungan dalam mempengaruhi pemacuan sekresi hormon yang diproduksi pada hipotalamus untuk menginduksi pelepasan hormon gonadotropin pada hipofisis terhadap pemasakan gonad.
Secara alami, faktor-faktor lingkungan seperti cahaya, suhu, curah hujan dan sirkulasi air sangat mempengaruhi aktivitas pemijahan induk-induk ikan yang telah masak gonad. Interaksi antara stimulus eksternal yang menggerakkan sinyal-sinyal hormonal dalam pengaturan siklus reproduksi tahunan ikan berfungsi sebagai pemacu untuk melepaskan hormon yang diproduksi pada sumbu hipotalamus-hipofisis-gonad yang terkait dengan pembentukan sperma dan telur.
Faktor kunci penting adalah ada atau tidaknya penghambatan sekresi Gonadotrophine Releasing Hormone (GnRH) yang diproduksi sel neurosekretorik hipotalamus akibat pengaruh faktor lingkungan merupakan mekanisme jalur pengaturan tahapan perkembangan gonad ikan
Gonad sebagai organ reproduksi ikan memiliki beberapa fungsi penting yang berkaitan dengan produksi hormon-hormon steroid, produksi gamet maupun untuk menginduksi dan mempermudah terjadinya pemijahan ikan. Gonad jantan (testis) dan gonad betina (ovarium) penting dalam melangsungkan proses-proses reproduksi ikan yang dimulai dari perkembangan setiap fase gametogenesis (spermatogenesis dan oogenesis) sampai dengan fertilisasi antara spermatozoa dan ovum.
Testis pada ikan Teleostei berjumlah sepasang dan dibentuk oleh tubulus longitudinalis. Umumnya testis ikan ditopang secara memanjang oleh mesorchia ginjal pada bagian atas rongga tubuh,
dan testis ikan terletak di sepanjang daerah ginjal sampai ke lubang urogenital papila dihubungkan oleh vas deferens yang merupakan saluran keluarnya spermatozoa
Testis tersusun atas tubulus seminiferus dan sel-sel interstitialis (sel Leydig) yang terletak diantara tubulus-tubulus tersebut. Pada ikan, pemberian nama sel Leydig sering digunakan dalam istilah biologi reproduksi mamalia yang dianggap homolog dengan lobule boundary cells yang terdapat diantara tubulus seminiferus (Hoar, 1984). Tubulus seminiferus, terdiri atas : (1) tunika jaringan penyambung fibrosa ; (2) lamina basalis yang merupakan dinding dasar tempat melekatnya sel-sel spermatogonia (sel-sel folikel testis) dan (3) epitel germinativum.
Epitel germinativum ini terdiri atas sel Sertoli dan primordial germ cells (sel germinal testis). Sel Sertoli mempunyai fungsi nutritif yakni memberikan nutrien-nutrien yang diperlukan untuk perkembangan sel-sel spermatogenik dan fungsi endokrin yakni mensekresikan suatu protein pengikat androgen (ABP : Androgen Binding Protein) yang berperan untuk mengikat dan mengkonsentrasikan testosteron yang penting untuk melangsungkan proses-proses spermatogenesis
Primordial germ cells merupakan calon sel spermatogenik yang terletak diantara lamina basalis dan lumen tubulus seminiferus. Sel- sel ini berkembangbiak beberapa kali dan berdiferensiasi sampai membentuk spermatozoa dalam proses spermatogenesis.
siste-siste (merupakan siste seminiferus) bersamaan dengan perubahan bentuk dari spermatogonia sekunder menjadi spermatosit primer. Siste-siste ini berdiferensiasi secara sinkronis menjadi spermatosit sekunder, spermatid dan akhirnya menjadi spermatozoa
Sel Leydig merupakan tempat penyimpanan kolesterol-kolesterol dalam bentuk droplet-droplet lipid (butiran lemak) dalam sitoplasmanya. Kolesterol tersebut merupakan prekursor (bahan baku) untuk selanjutnya diubah menjadi progesteron dan akhirnya diubah menjadi testosteron oleh proses enzimatik setelah diinduksi LH (Luteinizing Hormone).
Ringkasan
Siklus reproduksi ikan yang merupakan sinkronisasi dari sifat endogenous dengan lingkungan yang mempengaruhi perkembangan gonad.
Tes
1. Faktor endogenous yang dapat mempengaruhi perkembangan gonad ikan, bagaimana mekanismenya?
2. Faktor lingkungan memegang peranan penting dalam terjadinya siklus reproduksi. Bagaimana prosesnya?
Daftar Pustaka
Affandi, R., D.S. Safei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Fisiologi Ikan; Pencernaan. PAU Ilmu Hayat IPB. 215
Ellis, A.E. 1988. Fish Vaccination. Academic Press. 255 h.
http://putraderita.blogspot.com/2012/03/peranan-hormon-dari- luarinjeksi-pada.html. Diunduh tanggal 25 Juni 2012 pukul 20.00 wib
Effendi, I. 2004. Pengantar Budidaya . Penerbit Penebar Swadaya.
Jakarta
BAB IX
TINGKAH LAKU PEMIJAHAN IKAN
Standar Kompetensi
Setelah mempelajari bab ini diharapkan pembaca mampu memahami tingkah laku pemijahan pada ikan meliputi: pra pemijahan, pemijahan, dan pasca pemijahan (spawning).
Kompetensi Dasar:
Setelah membaca bab ini pembaca mampu menjelaskan tingkah laku pemijahan pada ikan meliputi, pra pemijahan, pemijaahan dan pasca pemijahan hingga 90 % benar
Indikator:
Dapat mendiskripsikan pola tingkah laku pemijahan pada ikan yang tergolong pra pemijahan, pemijahan dan pasca pemijahan dan mengkomunikasikan keterkaitan sifat ikan dengan aktivitasnya pada masing-masing fase.
9.1. Tingkah laku pemijahan ikan
Sebagaimana diketahui bahwa kegiatan reproduksi dapat dibagi menjadi tiga fase yaitu fase pra pemijahan, fase pemijahan, fase pasca pemijahan. Berdasarkan hal ini maka tingkah laku ikan itu dapat Pula dibagi menjadi tiga yaitu tingkah laku pada fase pra pemijahan, tingkah laku ikan pada fase pemijahan dan tingkah laku ikan pada fase pasca pemijahan. Tingkah laku reproduksi ini berhubungan erat dengan sifat ikan itu sendiri.
Apakah ikan itu melakukan perlindungan terhadap keturunannya atau tidak. Tingkah laku ikan yang menjaga keturunannya dapat dikatakan relatif lebih banyak variasinya dari pada ikan ovipar, terutama tingkah laku pasca pemijahan.
9.2. Pra Pemijahan
Macam-macam tingkah laku ikan pada fase pra pemijahan diantaranya ialah: aktifitas mencari makan, ruaya, pembuatan sarang, sekresi feromon (pengenalan lawan jenis, mencari pasangan), gerakan-gerakan rayuan dan lain- lain. Pada ikan yang bertelur di sarang, maka kegiatan pra pemijahan meliputi pembuatan sarang busa (pada ikan sepat), sarang dari anyaman rumput-rumput kering dan akar (pada ikan gurame). Ikan cupang jantan akan menampilkan atraksi-atraksi yang atraktif di depan betina, diantaranya membuka tutup insangnya sambil digetar-
getarkan hingga insangnya yang berwarna merah akan nampak jelas.
Pada sebagian ikan yang lain, pada fase ini si jantan akan membersihkan permukaan substrat sebagai tempat menempelnya telur dengan cara meniup-niupkan udara dari mulutnya.
9.3. Pemijahan
Tingkah laku ikan pada fase pemijahan diantaranya ialah:
Bersamaan dengan pengeluaran produk seksual ada ikan yang melakukan sentuhan bagian-bagian tubuh, gerakan eksotik dengan menggetarkan seluruh bagian tubuh, gerakan pembelitan tubuh ikan jantan atau ikan betina oleh ikan jantan, penyimpanan telur oleh ikan jantan atau ikan betina ke dalam sarang, gua, bagian pada tubuh, pada busa, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain.
Pada waktu pemijahan ini si ikan betina berenang lebih cepat, diikuti ikan jantan, hingga nampak seperti berkejar- kejaran. Sekali waktu ikan betina akan melompat-lompat dan diikuti pengeluaran telurnya (spawning) disusul si jantan mengeluarkan spermanya dekat dengan sel telur dikeluarkan. Hal ini dimungkinkan agar proses pembuahan dapat terjadi dengan baik.
9.4. Pasca Pemijahan
Tingkah laku ikan pada fase pasca pemijahan diantaranya ialah penyempurnaan penutupan sarang, penjagaan sarang yang berisi telur yang telah dibuahi atau telur yang sedang berkembang, menjauhi daerah pemijahan dan lain-lain.
Semua tingkah laku ikan itu merupakan resultante sejumlah rangsangan motoris yaitu rangsangan eksternal dan rangsangan internal berasal dari sekresi hormon, sedangkan rangsangan luar berasal dari berbagai macam sumber seperti faktor lingkungan, zat kimia dan lain-lain yang dimediasikan melalui organ-organ sensori dari visual.
Begitu ikan memperlihatkan suatu tindakan sebenarnya merupakan suatu fenomena yang dinamik, termasuk tingkah laku "hibernasi" dan "aestivasi" musim panas.
Sebagai tambahan terhadap fungsi dalam pengaturan tingkah laku, sistem hormon juga mengatur perkembangan sifat seksual sekunder yang berhubungan erat dengan interaksi tingkah laku. Yang memegang peranan penting dalam sifat seksual sekunder ini adalah steroid_yang dihasilkan gonad. Hal ini meliputi pewarnaan tubuh dalam pemijahan sebagai daya tarik pasangannya, persaingan antara ikan-ikan jantan, mempertahankan isolasi reproduksi dan bentuk-bentuk structural pada tubuh yang mrliputi timbulnya semacam jerawat di atas kepala pada masa pemijahan , modifikasi sirip seperti gonopodium ikan
famili poeciliidae temasuk sifat seksual pada ikan yang dipengaruhi steroid.
9. 5. Komponen yang terlibat dalam reproduksi ikan Gonad, Sinyal Lingkungan, Sistem Hormon
sumber: FAO
Gambar 9.1. Intervensi lingkungan dalam kegiatan pemijahan
Gambar 9.2. Peran hormon dalam proses ovulasi
9.6. Feromon
Feromon adalah bahan kimia disekresi dan disampaikan ke reseptor pembau dengan reaksi yang spesifik. Fungsi feromon ikan dapat dibagi tiga,yakni:
(1) Sebagai alarm dan pengenalan spesies,
(2) Untuk pengenalan seks dan perubahan tingkah laku seksual, (3) Untuk pengenalan wilayah
9.7. Pengenalan Seks dan Perubahan Tingkah Laku Seksual
Teleostei dan beberapa elasmobranch melakukan komunikasi dengan sinyal kimia untuk mengontrol fertilitas, koordinasi seksual, dan koordinasi tingkah laku seksual. Pada beberapa spesies, ikan jantan tertarik untuk berintegrasi dengan betina melalui bau.
Steroid seks merupakan salah satu bahan kimia yang secara spontan membangkitkan afinitas elektrik organolfaktori. Pada ikan mas misalnya, jantan dewasa dapat membedakan ikan betina matang gonad melalui feromon yang terkandung dalam cairan ovary yang dilepaskan sesaat setelah ovulasi. Substansi daya tarik dari gonad umumnya bersumber dari feromon seks yang terlarut dalam air. Ikan guppy (Poecilia reticulate) jantan tertarik pada air yang sebelumnya ditempati betina, terutama oleh betina yang sedang bunting. Feromon seks juga menyebabkan sinkronisasi pelepasan sperma dari jantan dan telur dari betina ikan karper (Cyprinus carpio) sehingga pembuahan dapat terjadi secara efektif.
Induk dalam melanjutkan keturunan bisa bersifatparental care atau non parental care
Parental carepada ikan : Induk ikan secara aktif menjaga telur, larva bahkan benih.
Gambar 9.3. Kegiatan Parental Care/Pengasuhan dari induk
Rangkuman:
Tingkah laku reproduksi pada ikan meliputi: pra pemijahan, pemijahan, dan pasca pemijahan (spawning). Kegiatan pra pemijahan meliputi: pembuatan sarang, pencarian daerah pemijahan yang sesuai, mencari pasangan, dll, sedangkan pada kegiatan pemijahan meliputi gerakan-gerakan perayuan yang dilakukan jantan, hingga si betina mengeluarkan telur-telurnya diikuti si jantan mengeluarkan spermanya. Pada kegiatan pasca pemijahan meliputi penjagaan telur-telur yang sudah dibuahi atau si kedua induk segera pergi.
Tes
2. Kegiatan parental care yang dilakukan ikan dalam bentuk apa saja?
3. Bagaimana interaksi pengaruh lingkungan, ikan yang matang gonad dan hormon, sehingga terjadi kegiatan pemijahan?
Daftar Pustaka
http://www.fao.org/docrep/005/AC742E/AC742E00.HTM diunduh tanggal 20 Juni 2012 pukul 10.00 wib.
Waynarovich E. and Horvath, L. (1980): The Artificial Propagation of warm water fishes a manual for extension FAO fish tech paper 201:183 Pp.
BAB X
POLA PEMIJAHAN IKAN
Standar Kompetensi
Setelah mempelajari bab ini diharapkan pembaca mampu memahami pola pemijahan/ spawning pada ikan, meliputi kesempatan melakukan pemijahan, pasangan dalam pemijahan, kepastian jenis kelamin ikan, partenogenesis, karakteristik jenis kelamin sekunder, persiapan sarang pemijahan, tempat terjadinya pembuahan, pengasuhan oleh induk.
Kompetensi Dasar:
Setelah membaca bab ini pembaca mampu menjelaskan tingkah laku pemijahan pada ikan meliputi, pra pemijahan, pemijaahan dan pasca pemijahan hingga 90 % benar
Indikator:
Dapat mendiskripsikan pola tingkah laku pemijahan pada ikan yang tergolong pra pemijahan, pemijahan dan pasca pemijahan dan mengkomunikasikan keterkaitan sifat ikan dengan aktivitasnya pada masing-masing fase.
10.1. Pola Pemijahan (Reproduksi) Ikan
Tingkah laku dan proses reproduksi pada ikan merupakan hal yang sangat menarik untuk dipelajari. Beberapa pola pemijahan (perkawinan) ikan berdasarkan jumlah pemijahan dalam satu tahun, pemilihan pasangan, jenis kelamin, pembuatan dan tipe sarang, serta pemeliharaan anak dan lainnya. Tentu saja mekanisme pemijahan pada ikan tidaklah sederhana, tetapi dipengaruhi banyak faktor baik internal maupun eksternal.
10.2. Kesempatan Melakukan Pemijahan.
a. Semelparous (memijah sekali kemudian mati)
Contoh: ikan salmon, lampreys, river eels (sidat/pelus), some knifefish (ikan pisau-pisau).
efendybloger.blogspot.com
Gambar 10.1. Ikan Salmon (Onchorynchus sp)
Gambar 4.2 Ikan Lamprey (Petromyzon)
fishingmania.mywapblog.com
Gambar 10.3. Ikan knifefish (Ikan belida)
b. Iteroparous (memijah beberapa kali sepanjang hidupnya) Memijah sepanjang tahun, pemijahan hanya dilakukan sekali setiap tahun, tetapi dengan masa pemijahan yang panjang. Pematangan telur tidak terjadi secara bersamaan, sehingga telur yang dikeluarkan dan menetas pun tidak bersamaan.
contoh: ikan-ikan rivulines.
byLoureiro, M. fishbase.us
Gambar 5. Ikan Rivulines
c. Pemijahan dilakukan beberapa kali dalam satu tahun contoh: sebagian besar ikan asuk dalam kategori ini Elasmobranchii (ikan bertulang rawan), lungfishes (ikan berparu-paru), perciforms,Betta spp. (ikan cupang).
ulysitompul.blogspot.com
Gambar 6. Ikan Lungfish/ Ikan paru paru
10.3. Pasangan dalam Pemijahan.
a. Promiscuous: ikan jantan dan betina masing-masing memiliki beberapa pasangan dalam satu musim pemijahan.
Jadi ikan jantan akan membuahi beberapa ikan betina dan ikan betina akan dibuahi oleh beberapa pejantan. Contoh:
herring, livebearers, sticklebacks, surgeon fish.
b. Polygamous Polygyny: ikan jantan memiliki beberapa pasangan dalam satu musim pemijahan.
contoh: sebagian besar jenis chichlids (mujaer), serranidae, angelfish (maanvis), gurami.
c. Polyandry : ikan betina memiliki beberapa pasangan dalam satu musim pemijahan. contoh: anemone fishes (nemo).
d. Monogamy : ikan memijah dengan pasangan yang sama selama beberapa periode pemijahan. contoh: serranus (jenis beronang), beberapa jenis cichlid (misalnya ikan Oscar), jawfish, hamlets, cat fish (lele)
10.4. Jenis kelamin Ikan
a. Gonochoristic : jenis kelamin jelas dan tidak berubah ketika ikan sudah matang kelamin.
contoh: sebagian besar ikan masuk kategori ini (elasmobranchii, cypriniformes, salmoniformes).
b. Hermaphroditic : kemungkinan terjadi perubahan kelamin setelah pematangan gonad.
- Simultaneous (satu individu ikan mempnyai dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina). Contoh: rivulus, hamlet, serranus.
- Sequential (ikan mengalami perubahan kelamin dari jantan ke betina, atau sebaliknya).
- Protandrous (ikan pada awalnya berjenis kelamin betina, kemudian berubah menjadi jantan.
contoh: Anemone fishes, Lates calcalifer (ikan kakap).
- Protogynous (jenis kelamin awal betina, kemudian berubah menjadi jantan)
contoh: Angelfishes, Ephinephelus sp.
10.5. Partenogenetik (Terjadi perkembangan telur tanpa pembuahan).
a. Gynogenetic: ikan jantan tidak membuahi ikan betina, tetapi hanya mengaktifkan telurnya saja.
contoh: Poeciliopsis, Poecilia Formosa (jantan tidak berkontribusi terhadap material genetik, hanya sebagai trigger).
b. Hybridogenetic: ikan jantan membuahi ikan betina pada satu musim pemijahan, tetapi tidak pada musim pemijahan berikutnya.
contoh: Poeciliopsis.
10.6. Karakteristik Jenis Kelamin Sekunder a. Monomorphic
b. Sexually dimorphic c. Polymorphic
10.7. Persiapan Sarang Pemijahan
a. Tidak membuat sarang, dilakukan oleh ikan yang cenderung meyerakkan (menyebarkan) telurnya ke perairan. contoh:
ikan salmon, ikan tawes dan nilem.
b. Membuat dan menjaga sarangnya, contoh: ikan gobi, gurami, cichlid (mujaer).
10.8. Tempat Terjadinya Pembuahan
a. External: pembuahan terjadi diluar tubuh induknya, telur keluar dari tubuh ikan betina kemudian akan disemprot oleh sperma ikan jantan.
b. Internal:pembuahan terjadi didalam tubuh ikan betina.
contoh:elasmobranch, livebearers.
c. Buccal (in the mouth): pembuahan terjadi di mulut ikan betina (tapi bukan oral sex lho), telur yang dikeluarkan betina dimasukkan dalam mulutnya kemudian disemprot sperma pejantan tangguh. Biasanya telur yang telah menetas akan tetap berada di mulut induknya selama waktu tertentu. contoh: beberapa jenis cichlids, ikan arwana.
10.9. Pengasuhan oleh Induk
a. Induk tidak mengasuh anaknya, contoh: sebagian besar species ikan
b. Ikan jantan menjaga dan mengasuh anaknya, contoh: ikan cupang (Betta sp.), sea catfishes, greenlings
c. Betina mengasuh anaknya:
Ovipar tanpa pengasuhan pasca pemijahan, contoh:
Oreochromis
Ovovivipar tanpa disertai pengasuhan setelah pemijahan, contoh: rock fishes (Sebastes)
Vivipar tanpa disertai pengasuhan setelah pemijahan, contoh: elasmobranch, Poecillia
d. Pengasuhan bersama ikan jantan dan betina, contoh: discus, cichlasoma
e. Bantuan oleh juvenil lainnya: beberapa jenis cichlid Afrika.
10.10. Habitat Pemijahan:
a. Litofil b. Pelagofil c. Fitofil d. Bentofil
Gambar 10.6. Perkembangan telur pada fase GVBD
Telur ikan pada kondisi Geminal Vesicle Breakdown (GVBD) pada ikan yang memiliki habitat pelagofil dan pada ikan benthofil.
Rangkuman:
Pola pemijahan/ spawning pada ikan, meliputi kesempatan melakukan pemijahan ada yang hanya satu kali seumur hidup, ada yang beberapa kali dalam setahun. Pasangan dalam pemijahan, pada ikan ada yang monogami ada yang poligami. Kepastian jenis kelamin ikan (gonochorisme) ada yang sudah diketahui pada saat masih muda, ada yang baru diketahui menjelang dewasa.
Tes:
4. Apa yang dimaksud dengan gonochorisme
5. Bagaimana proses perubahan jenis kelamin pada ikan hermafrodit?
Daftar Pustaka:
Waynarovich E. and Horvath, L. (1980): The Artificial Propagation of warm water fishes a manual for extension FAO fish tech paper 201:183 Pp.
http://genomics.aquaculture-europe.org../ cryocyte.ocean.org.il.
Diunduh pada tanggal 1 Juli 2012. pukul 12.00 wib.
BAB XI
IKAN AIR TAWAR
11.1. Ikan Gurami(Osphronemus gouramy)
Gambar 11.1 Ikan Gurami (Osphronemus goramy) a. Klasifikasi:
Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes Famili : Osphronemidae Genus : Osphronemus Spesies :Osphronemus goramy Nama binomialOsphronemus goramy
b. Tingkah laku pemijahan:
Pada kegiatan pra pemijahan: Jantan akan mempersiapkan sarang berupa anyaman dari rumput-rumput kering, hingga membentuk seperti sarang burung. Ketika menjelang pemijahan ikan jantan akan melakukan kegiatan perayuan pada ikan-ika betina yang sudah matang gonad. Setelah pemijahan berakhir, induk jantan melakukan pemijahan dengan induk yang lain dalam satu siklus reproduksi
Ciri-ciri induk betina dan jantan:
a. Betina
-Berumur antara 2-5 tahun.
- Dahi menonjol.
- Dasar sirip dada terang gelap kehitaman.
- Dagu putih kecoklatan.
- Jika diletakkan pada tempat datar ekor hanya bergerak-gerak.
- Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.
b. Jantan - Dahi menonjol.
- Dasar sirip dada terang keputihan.
- Dagu kuning.
- Jika diletakkan pada tempat datar ekor akan naik.
- Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.
c. Fekunditas: 100.000 butir/kg BB
d. Pola pemijahan :Pemijahan dilakukan beberapa kali dalam
e. Pasangan dalam Pemijahan: Polygamous polygyny : perbandingan antara induk jantan dan betina adalah 1:4, kemampuan jantan untuk mengawini lebih dari satu induk dalam satu kali siklus pemijahan.
f. Jenis kelamin Ikan
Gonochoristic : jenis kelamin jelas dan tidak berubah ketika ikan sudah matang kelamin.
g. Karakteristik Jenis Kelamin Sekunder :Monomorfik
h. Habitat Pemijahan: perairan dengan air jernih, tenang dan mengalir kecil sehingga suplai oksigen juga terpenuhi i. Rangsangan Lingkungan: petrichor, aliran air/ air hujan,
vegetasi (daun keladi)
j. Tingkah laku pemijahan: Induk jantan akan membuntuti ikan betina dan menciumi bagian ventral ikan betina, hingga melakukan gerakan bergulingan, menghadang dari depan.
k. Tempat Terjadinya Pembuahan
Eksternal: pembuahan terjadi diluar tubuh induknya, telur keluar dari tubuh ikan betina kemudian akan disemprot oleh sperma ikan jantan di sarang yang sudah dibuat.
l. Pengasuhan oleh Induk (Parental care):
Setelah pemijahan berakhir, induk betina akan menutupi sarang dengan rumput kering dan si betina menjaga di depan sarang. Pada saat menjaga calon anaknya ini, induk betina akan mengipas-ipaskan sirip terutama sirip ekornya ke arah sarang dan gerakan ini akan meningkatkan kandungan oksigen terlarut dalam air .
m. Lama pemijahan: Dalam keadaan normal, proses pemijahan biasanya berlangsung selama dua hari setelah sarang selesei dibuat. Pemijahan dapat terjadi sore hari, sekitar pukul 13.00 – 17.00 hingga menjelang malam.
n. Daftar Pustaka:
Goernaso, 2005. Fisiologi Hewan. Universitas Terbuka.
Jakarta.
Gusrina, 2008. Budidaya Ikan untuk SMK . Pusat Perbukuan DepartemenPendidikan Nasional.Jakarta. Guzfir, 2009.
Suyanto, SR. 1991. Klasifikasi Ikan Bawal . http://guzfir.
blogspot.com. diunduh tanggal 25 Juni 2012
11.2. Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)
Gambar 11.2. Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum)
a. Klasifikasi: (Saanin, 1968) Filum : Chordata Kelas : Pisces
Ordo : Cypriniformes Famili : Characidae Genus : Colossoma
Spesies : Colossoma macropomum
c. Pola pemijahan: Telurnya menyebar, pemijahannya beramai-ramai alias massal. Bereproduksi pada awal dan selama musim hujan.
d. Jenis kelamin: Berdasarkan ciri seksual sekunder, dapat ditentukan jenis kelamin, terutama morfologi dan warna (dikromatisme).
e. Fekunditas relatif: 100.000 butir/kg BB
f. Ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:
a. Betina
- Mulai matang gonad 2 – 4 tahun dengan berat 3 – 4 kg
- perut buncit, lembek dan lubang kelamin berwarna kemerahan
- induk ikan betina memiliki postur tubuh melebar dan pendek, operculum halus dan warna kulit lebih gelap
- Perut dan bibir urogenitalnya berwarna merah atau kemerah-merahan. Perut lembek dan lubangkelamin agak membuka.
b. Jantan
- postur ikan jantan relatife lebih langsing, panjang danoperculumnya agak kasar (Abbas, 2001)
- Jantan: perut langsing, warna merah, bila diurut dari perut kearah kelamin keluar cairan berwarna putih/sperma.
g. Kesempatan Melakukan Pemijahan: sekali setahun atau lebih. Pemijahan dilakukan pada musim hujan.
i. Pasangan dalam Pemijahan: Polygamous polygyny : Sebaiknya perbandingan antara induk jantan dan betina adalah 1:1,
j. Jenis kelamin Ikan:
Gonochoristic : jenis kelamin jelas dan tidak berubah ketika ikan sudah matang kelamin.
k. Karakteristik Jenis Kelamin Sekunder : dikromatisme l. Habitat Pemijahan: Daerah yang paling disukai adalah hulu
sungai yang biasanya pada musim kemarau kering, sedangkan pada musim hujan tergenang.
m. Tingkah laku pemijahan: Hidup secara bergerombol di daerah yang airnya tenang. Sebelum musim kawin tiba, induk yang sudah matang akan mencari tempat yang cocok untuk melakukan reproduksi. Saat pemijahan berlangsung, induk jantan akan mengejar induk betina. Induk betina kerap kali akan membalas dengan cara menempelkan perut ke kepala induk jantan. Apabila telah sampai puncaknya, induk betina akan mengeluarkan telur dan induk jantan akan mengeluarkan sperma.
Daftar Pustaka:
Arie, Usni.2000. Budidaya Bawal Air Tawar. Jakarta : Penerbit Swadaya
Balai Informasi Penyuluh Pertanian Magelang, Departemen Pertanian, http://www.deptan.go.id, Maret 2001.
Khairul Amri, Khairul dan Khairuman, 2008. AgroMedia Pustaka, Jakarta.
Rahman,Nur. 2011. Diakses 4 Desember 2012. Klasifikasi Dan Deskripsi Ikan Bawal Air Tawar.
http://nurrahman08.student.ipb.ac.id/2011/09/29/klasifikasi -dan-deskripsi-ikan-bawal-air-tawar-colossoma-
macropomum/
Saanin. H., 1968. Identifikasi dan Klasifikasi Ikan-ikan di Indonesia.