protandri, bila mencapai kedewasaan pertama kali berkelamin jantan namun seiring dengan berjalannya waktu akan berubah kelamin menjadi betina . Selain itu ada hermafrodit protogini yaitu bila pada awal kematangan gonad, berkelamin betina dan seiring dengan berjalannya waktu akan berubah menjadi jantan.
Ada 3 macam hermafrodit:
3.1. Hermafrodit Sinkroni
Apabila didalam gonad individu terdapat sel kelamin betina dan sel kelamin jantan yang dapat masak bersamaan
Contoh:Serranus cabrilla
(sumber:fisingcy.com)
Gambar 3.1. IkanSerranus cabrilla
3.2. Hermafrodit Protandri
yang berarti di dalam tubuh ikan tersebut mempunyai gonad yang mengadakan deferensiasi dari fase jantan ke betina
Contoh: Ikan kakap (Lates calcarifer),terjadi setelah ikan mencapai ukuran 3 kg.
Sumber: www1.ocn.ne.jp
Gambar 3.2. Ikan kakap putih (Lates calcarifer) 3.3. Hermafrodit Protogini
yang merupakan keadaan sebalik dari hermaprodi protandri yaitu proses diferensiasinya berjalan dari fase betina ke fase jantan (Effendie, 2002).
Gambar 3.3. Belut sawah (Monopterus albus).
3.4 Ikan hermafrodit
Kerapu macan termasuk hermafrodit protogini, pada berat 4kg keatas, ikan kerapu macan sebagai betina, kemudian pada berat 8 kg ke atas berubah menjadi jantan pada fase inilah ikan kerapu macan terjadi masatransisi. Belum ada teknologi khusus yang dapat digunakan untuk menentukan waktu yang tepat si ikan akan menjadi jantan. Selama ini berdasarkan berat ikan dan umur ikan.
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar, Y. 2006. Panduan Lengkap Budidaya Lele Dumbo. Agro Media Pustaka, Jakarta.Boyd. Water Quality in Ponds for Aquaculture, Birmingham Publishing Co., Birmingham,Alabama, USA.
Effendi,M.I., 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara:
Jakarta
Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Gufron, A dan AB. Tancung. 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan Jilid 1, 2, 3. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.Jakarta.
Jangkaru, Z. 1994. Pembesaran Ikan Air Tawar Di Berbagai Lingkungan Pemeliharaan.Penebar Swadaya. Jakarta.
Murhananto. 2002. Pembesaran Lele Dumbo di Pekarangan. Agro Media Pustaka. Jakarta.
SNI : 01 - 6484.2- 2000. Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus x C. fuscus) Kelas BenihSebar. Badan Standar Nasional.
Zonneveld, N., Huisman, E.A., Boon, J.H. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. Gramedia. Jakarta
BAB IV FEKUNDITAS
Standar Kompetensi:
Setelah mempelajari bab ini diharapkan pembaca mampu menjelaskan pengertian tentang fekunditas.
Kompetensi Dasar:
Setelah membaca bab ini pembaca mampu menjelaskan berbagai batasan tentang fekunditas, hingga 90% benar.
Indikator:
Dapat mendiskripsikan fekunditas pada ikan yang melakukan kegiatan reproduksi sekali seumur hidup atau bertahap, dan hubungan fekunditas dengan umur, berat, ras, ukuran telur, pemijah berganda.
4.1. Fekunditas Ikan
Pengetahuan mengenai fekunditas merupakan salah satu aspek yang memegang peranan penting dalam biologi perikanan.
Fekunditas ikan telah dipelajari bukan saja merupakan salah satu aspek dari natural history, tetapi sebenarnya ada hubungannya dengan studi dinamika populasi, sifat-sifat rasial, produksi dan persoalan rekruitmen (Bagenal dalam Effendi, 2002).
Dari fekunditas secara tidak langsung kita dapat menaksir jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan akan menentukan pula jumlah ikan dalam kelas umur yang bersangkutan. Dalam hubungan ini tentu ada faktor-faktor lain yang memegang peranan penting dan sangat erat hubungannya dengan strategi reprodusi dalam rangka mempertahankan kehadiran spesies itu di alam.
Selain itu, fekunditas merupakan suatu subyek yang dapat menyesuaikan dengan bermacam-macam kondisi terutama dengan respons terhadap makanan. Jumlah telur yang dikeluarkan merupakan satu mata rantai penghubung antara satu generasi dengan generasi berikutnya.
4.2. Macam-macam fekunditas
Telah banyak usaha-usaha untuk menerangkan dan membuat definisi mengenai fekunditas. Mungkin definisi yang paling dekat dengan kebenarannya adalah seperti apa yang terdapat pada ikan
Salmon (Onchorynchus sp). Ikan ini selama hidupnya hanya satu kali memijah dan kemudian mati.
Semua telur-telur yang akan dikeluarkan pada waktu pemijahan itulah yang dimaksud dengan fekunditas. Tetapi karena spesies ikan yang ada itu bermacam-macam dengan sifatnya masing-masing, maka beberapa peneliti berdasarkan kepada definisi yang umum tadi lebih mengembangkan lagi definisi fekunditas sehubungan dengan aspek-aspek yang ditelitinya. Misalnya kesulitan yang timbul dalam menentukan fekunditas itu ialah komposisi telur yang heterogen, tingkat kematangan gonad yang tidak seragam dari populasi ikan termaksud, waktu pemijahan yang berbeda dan lain- lainnya. Bagenal (1978) dalam Effendi (2002) membedakan antara fekunditas yaitu jumlah telur matang yang akan dikeluarkan dengan fertilitas yaitu jumlah telur matang yang dikeluarkan oleh induk.
Menurut Nikolsky (1963) dalam Effendi (2002) jumlah telur yang terdapat dalam ovari ikan dinamakan fekunditas individu, fekunditas mutlak atau fekunditas total. Dalam hal ini memperhitungkan telur yang ukurannya berlain-lainan. Oleh karena itu dalam memperhitungkannya harus diikutsertakan semua ukuran telur dan masing-masing harus mendapatkan kesempatan yang sama. Konsekuensinya harus mengambil telur dari beberapa bagian ovari (kalau bukan dengan metoda numerikal). Kalau ada telur yang jelas kelihatan ukurannya berlainan dalam daerah yang berlainan dengan perlakuan yang sama harus dihitung terpisah. Tetapi pada
individu adalah jumlah telur dari generasi tahun itu yang akan dikeluarkan tahun itu pula.
Fekunditas individu akan sukar diterapkan untuk ikan-ikan yg mengadakan pemijahan beberapa kali dalam satu tahun, karena mengandung telur dari berbagai tingkat.
Royce (1972) dalam Effendi (2002) menyatakan bahwa fekunditas total ialah jumlah telur yg dihasilkan ikan selama hidup. Fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang.
Ikan-ikan yang tua dan besar ukurannya mempunyai fekunditas relatif lebih kecil, umumnya fekunditas relatif lebih tinggi dibandingkan fekunditas individu. Fekunditas relatif akan menjadi maksimum pada golongan ikan yang masih muda.
Lowe dan Garki (1975) dalam Effendi (2002) menyatakan bahwa fekunditas pada ikan Tilapia sp. ialah jumlah anak ikan yg dihasilkan selama masa hidup individu itu.
Sehubungan dengan sifat ikan mujair yg mengerami anak-anaknya di dalam mulut, maka Bagenal dalam Effendi (2002) mengusulkan istilah fekunditas untuk ikan mujair sbb :
a. “ovarian fecundity” yaitu jumlah telur matang yg ada dalam ovarium sebelum dikeluarkan dalam pemijahan.
c. “brooding fecundity” jumlah telur yg sedang dierami di dalam mulutnya.
Ikan yg termasuk ke dalam golongan vivipar, yaitu ikan yg melahirkan anak-anaknya mempunyai tiga macam fekunditas yaitu : 1. “prefertilizwd fecundity” yaitu jumlah telur di dalam
ovarium sebelum terjadi pembuahan.
2. “fertilized fecundity” yaitu jumlah telur yg dibuahi di dalam ovarium.
3. “larva fecundity” ialah jumlah telur yg sudah menetas menjadi larva tetapi belum dikeluarkan.
4. fekunditas dengan panjang. fkunditas panjang kemungkinan akan tetap sama. fakunditas mutlak f = al (b)
4.3. Hubungan Fekunditas dengan ras, ukuran telur, pemijah berganda, umur, berat.
4.3.1 Fekunditas dengan ras
Fekunditas stok yang berbeda dari spesies yang sama telah dipakai untuk pembeda ras oleh banyak peneliti. Ras yang berbeda mempunyai sifat fekunditas yang tidak sama demikian juga ukuran besar telurnya. Maka spesies yang berasal dari satu daerah penangkapan dapat diketahui dari jumlah telurnya. Berdasarkan hal ini, populasi dapat diketahui homogen atau heterogen. Ikan-ikan dari satu spesies hidup dalam berbagai habitat seperti sungai yang berbeda atau dalam perairan yang, berbeda garis lintang mungkin mempunyai perbedaan telur dalam fekunditasnya.
4.3.2 Fekunditas dengan ukuran telur
Ukuran telur biasanya dipakai untuk menentukan kualitas yang berhubungan dengan kandungan kuning telur dimana telur yang berukuran besar menghasilkan larva berukuran besar daripada yang berukuran kecil. Dalam membuat perbandingan ukuran telur dengan fekunditas harus berasal dari ovari yang sama tingkat kematangannya.
Sering diduga bahwa fekunditas dengan ukuran telur berkorelasi negatif. Pada ikan yang berpijah ganda didapatkan bahwa telur yang dikeluarkan pada pemijahan kemudian berukuran kecil.
Walaupun tidak terdapat pada semua ikan namun didapatkan bahwa ukuran telur dan ukuran panjang ikan berkorelasi positif, dimana hal ini diikuti o!eh ikan yang berukuran besar berpijah terlebih dahulu.
4.3.3. Fekunditas pemijah berganda
Ikan yang berpijah berulang-ulang dalam waktu lama akan melibatkan persoalan telur cadangan dan telur yang sudah berkembang. Kriterianya yaitu ada tidaknya kuning telur. Jumlah telur yang mempunyai kuning telur yang dihitung fekunditasnya untuk musim itu. Kriteria ini menurut Bagenal (1978) dalam Effendi (2002) telah digunakan oleh beberapa penulis De Sylva (dalam Bagenal, 1978) telah berhasil menduga jumlah angkatan (batch) dan jumlah telur tiap angkatan.
Apabila ikan mempunyai telur yang terdiri dari beberapa kelompok, maka kelompok telur yang sudah berkembang akan dikeluarkan pada suatu saat. Dengan membandingkan jumlah telur yang sudah mempunyai kuning telur dengan jumlah telur yang sudah sangat berkembang, dianggap dapat memberikan jumlah telur pada kelompok yang dikeluarkan tiap musim.
4.3.4. Fekunditas dengan umur.
Pada beberapa species ikan, hubungan fekunditas dengan umur tidak selalu sama dalam arti bahwa umur itu ada yang tidak berpengaruh pada fekunditas, ada yang pengaruhnya sedikit dan ada pula yang pengaruhnya secara positip. Hal yang demikian itu benar apabila yang dilihatnya hanya hubungan antara fekunditas dengan umur saja tanpa melihat parameter lainnya. Variasi fekunditas individu itu sangat besar, meliputi setiap pengaruh termasuk juga umur. Ikan yang untuk pertama kalinya memijah (recruit spawners) fekunditasnya tidak besar seperti fekunditas ikan yang telah memijah beberapa kali tetapi berat tubuhnya sama.
Hal ini sesuai dengan sifat umum, bahwa fekunditas ikan akan bertambah selama pertumbuhan. Ikan yang besar telurnya akan lebih banyak dari pada ikan yang lebih kecil. Tetapi korelasi ini ada batasnya dimana akan ada penurunan jumlah walaupun ikan itu bertambah besar atau tua.
Ikan yang siklus hidupnya panjang seperti ikan sturgeon atau ikan mas, akan memperlihatkan penambahan jumlah telur yang cepat pada waktu umur-umur muda dan kemudian akan diikuti dengan
menurun mencapai keadaan yang tetap. Adapun variasi jumlah telur ikan yang di dapat pada saat ini disebabkan karena variasi kelompok ukuran.
Jumlah ukuran ikan yang besar hanya sedikit dan biasanya memperlihatkan pertambahan kecepatan fekunditas. Hal ini sebenarnya akibat perbaikan makanan. Tetapi pada ikan-ikan yang ukurannya terlampau besar, fekunditasnya secara relatif lebih sedikit. Ada korelasi antara fekunditas dengan umur dan juga dengan berat.
4.3.5 Fekunditas dengan berat.
Fekunditas mutlak sering dihubungkan dengan berat, karena berat lebih mendekati kondisi ikan itu daripada panjang. Namun dalam hubungan fekunditas dengan berat terdapat beberapa kesukaran.
Berat akan cepat berubah pada waktu musim pemijahan. Misalnya ikan salmon dan sidat yang melakukan ruaya sebelum berpijah, mereka tidak lagi mengambil makanan, jadi berpuasa sampai ke tempat pemijahan. Material untuk pertumbuhan gonadnya diambil dari jaringan somatik. Oleh karena itu apabila mengikut sertakan korelasi fekunditas dengan berat somatik didalam membandingkan satu populasi dengan populasi atau diantara dua musim harus berhatihati.
Jika fekunditas mutlak secara matematis dikorelasikan dengan berat total termasuk berat gonad akan menimbulkan kesukaran secara statistik. Sebabnya akan termasukkan telur dalam jumlah
yang lebih besar dari ikan yang sebenarnya berfekunditas kecil. Juga kesulitan yang sama akan timbul apabila fekunditas dihubungkan dengan faktor kondisi, karena dalam faktor kondisi itu yaitu:
3
100 L K = W
melibatkan berat total ikan itu. Disebabkan oleh kesulitan ini, maka banyak penulis menggunakan fekunditas relatif, yaitu berat telur persatuan berat ikan. Namun menggunakan fekunditas relatifpun mendapatkan kesukaran juga, karena tidak dapat dipakai membandingkan satu populasi dengan lainnya atau keadaan dari satu tahun ke tahun lainnya.
Semula penggunaan fekunditas itu untuk menyatakan hasil yang menduga bahwa korelasi antara fekunditas dengan berat adalah linier, yang perumusannya adalah:
F = a + bW.
Dalam beberapa hal menggunakan rumus tersebut hasilnya baik, tetapi beberapa penulis mendapatkan bahwa korelasi antara fekunditas dengan berat adalah tidak linier. Dalam hubungan ini perlu diperhatikan bahwa berat gonad pada awal kematangan berbeda dengan berat akhir dari kematangan itu karena perkembangan telur yang dikandungnya. Selama dalam proses perkembangan tersebut terjadi pengendapan kuning telur yang
berangsur-angsur serta terjadi hidrasi pada waktu hampir mendekati pemijahan.
4.4. Sistem pengelompokkan telur ikan berdasarkan jumlah kuning telur
4.4.1. Oligolecithal
Telur yang mengandung kuning telur sangat sedikit jumlahnya. Contoh ikan yang mempunyai telur demikian adalahAmphioxus.
4.4.2. Telolecithal
Telur telolecithal mengandung sejumlah kuning telur lebih banyak dari pada telur oligolecithal. lkan yang mempunyai telur telolecithal banyak terdapat di daerah yang bermusim empat, misalnya pada ikanSturgeon.
4.4.3. Macrolecithal
Telur yang mempunyai kuning telur relatif banyak dengan keping cytoplasma di bagian kutub animanya. Kebanyakan ikan memiliki golongan ini.
4.5 Sifat telur
Telur ikan ada yang bersifat menempel, melayang, mengapung. Sebagai contoh telur ikan mas adalah menempel pada substrat. Telur ikan mas berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5-1,8 mm, dan berbobot 0,17-0,20 mg.
Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk.
Rangkuman
Fekunditas ikan berhubungan erat dengan ras, ukuran telur, pemijahan berganda, umur, dan berat.
Tes
1. Jelaskan yang dimaksud dengan fekunditas relative terhadap berat, beri contohnya.
Daftar Pustaka
Effendie, M.I .1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor.
Effendie,M.I., 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara:
Jakarta
Sumantadinata, K. I 983. Perkembanganbiakan lkan-Ikan Pemeliharaan di Indonesia. Sastra Husada.
BAB V
PERKEMBANGAN GONAD
Standar Kompetensi :
Setelah membaca bab ini diharapkan pembaca akan dapat memahami proses pembentukan ovum mulai dari oogonia sampai ovum (oogenesis) dan proses pembentukan spermatozoa mulai dari spermatogonium sampai spermatozoa, termasuk proses pembelahannya (spermatogenesis).
Kompetensi Dasar:
Setelah membaca bab ini pembaca mampu menjelaskan proses /tahapan pembentukan ovum dan tahapan pembentukan spermatozoa ikan hingga 90% benar.
Indikator:
Dapat mendiskripsikan proses pembentukan ovum dan spermatozoa.
5.1. Oogenesis
Perkembangan sel telur (oosit) diawali darigerm cellyang terdapat dalam lamela dan membentuk oogonia. Oogonia yang tersebar dalam ovarium menjalankan suksesi pembelahan mitosis dan ditahan pada "diploten" dari profase meiosis pertama. Pada stadia, ini oogonia dinyatakan sebagai oosit primer. Oosit primer kemudian berkembang dan tumbuh yang meliputi dua fase.
Pertama adalah fase previtelogenesis, ketika ukuran oosit membesar akibat pertambahan volume sitoplasma (endogenous vitelogenesis), namun belum terjadi akumulasi kuning telur. Kedua adalah fase vitelogenesis, ketika terjadi akumulasi material kuning telur yang disintesis di hati, kemudian dilepas dalam darah dan dibawa ke dalam oosit secara mikropinositosis.
Peningkatan ukuran indeks gonad somatik atau perkembangan ovarium disebabkan oleh perkembangan stadia oosit. Pada saat perkembangan oosit terjadi perubahan morfologis yang mencirikan stadianya. Menurut Nagahama (1983) stadium oosit dapat dicirikan berdasarkan volume sitoplasma, penampilan nukleus dan nukleolus, serta keberadaan butiran kuning telur. Berdasarkan kriteria ini, oosit dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelas.
YamamotodalamNagahama (1983) membaginya ke dalam 8 kelas, yaitu stadia kromatin-nukleolus, perinukleolus (yang terdiri atas awal dan akhir nukleolus), stadium oil drop stadium yolk primer, sekunder, tertier, dan stadium matang.
sistem hormon. Hormon estrogen, terutama estradiol 17 β mempengaruhi sintesis vitelogenin di hati dan hormon gonadotrofin berfungsi mempercepat proses kematangan akhir oosit dalam persiapan ovulasi ataupun spermiasi.
Ovarium pada Elasmoranchi padat, tapi kurang kompak, terletak pada anterior rongga abdomen. Pada saat dewasa yang berkembang hanya ovarium kanan. Pada Teleostei tipe ovariumnya sirkular dan berjumlah sepasang.
Saluran reproduksi Elasmoranchi berjumlah sepasang, bagian anteriornya berfusi yang memiliki satu ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre.
Ovidak ikan, sempit pada bagian anterior dan posteriornya.
Pelebaran selanjutnya pada uterus yang bermuara di kloaka.
PadaTeleostei punya oviduk pendek dan berhubungan langsung dengan ovarium. Pada bagian posterior bersatu dan bermuara pada satu lubang.
Perkembangan telur di dalam ovarium berlangsung melalui bebera- pa stadia sebagai berikut :
Stadia 1 : Bakal sel telur yang masih kecil disebut ovogonium (archovogonium). Ukuran sel sama kecil dengan sel-sel tubuh lainnya (8 – 12 µ). Sel ini memperbanyak diri dengan pembelahan mitosis.
Stadia 2 : Sel telur tersebut tumbuh menjadi ukuran 12-20µ dan folikel mulai terbentuk disekeliling sel telur. Folikel
tersebut fungsinya memberi makanan dan melindungi telur yang sedang berkembang itu, sehingga diniding sel telur tampak rangkap.
Stadia 3 : Pada stadia ini sel telur tumbuh menjadi lebih besar lagi sampai sebesar 40-200µ dan tertutup di dalam follikel.
Stadia 1, 2 dan 3 ini merupakan tahapan sebelum pengumpulan makanan (nutrient) di dalam telur itu (tahap pre- vitellogenesis).
Stadia 4 : Pada stadia ini dimulai pembentukan dan pengumpulan kuning telur (yolk) yang disebut proses “vitellogenesis”.
Sel telur trus tumbuh menjadi berukuran 200 – 350µ. Di dalam sitoplasmanya terkumpul butir-butir lemak (lipoid).
Stadia 5 : Menandai fase ke 2 dar vitellogenesis. Sitoplasma sekarang penuh dengan butir-butir lipoid dan mulailah pembentukan kuning telur. Ukuran sel telur menjadi 350-500μ.
Stadia 6 : Ini merupakan fase ketiga dari proses vitellogenesis, dimana lempeng-lempeng kuning telur mendesak butir- butir lipoid ke tepi sel, sehigga terbentuk dua buah cincin. Nukleoli yang berperan dalam pembentukan protein da pengumpulan makanan terlihat menempel pada dinding/membren nukleus. Ukuran telur sekarang 600 – 900μ
Stadia 7 : Proses vitellogenesis selesai, telur menjadi berukuran 900-1000µ. Ketika pengumpulan kuning telur berakhir, nucleoli tertarik ke dalam pusat nucleus. Mikropil (yaitu lubang kecil pada dinding sel telur, sebagai jalan masuk bagi sperma) terbentuk pada stadia ini.
Stadia 4,5,6 dan 7 disebut stadia vitellogenesis, terbentuk kuning telur yang berkumpul di dalam sel telur itu. Telur ini sekarang secara material telah lengkap. Untuk sampai pada stadia ini, ikan betina memerlukan makanan yang banyak mengandung protein serta suhu lingkingan pada kisaran yang cocok.
Setelah selesainya stadia 7 itu, telur tetap pada keadaan ini untuk waktu beberapa bulan tanpa perubahan, dan disebut fase
“dormant” atau “istirahat” atau dikenal sebagai telur matang gonad.
Fase dormant ini akan berakhir dan terjadilah ovulasi jika terjadi keadaan lingkungan yang cocok, atau sebaliknya telur fase dormant tersebut akan mengalami kerusakan dan di serap bila kondisi yang cocok tidak kunjung datang dalam waktu yang cukup lama.
Ovulasi ialah keadaan dimana telur-telur di dalam ovarium telah lepas dari dinding dan jatuh ke dalam rongga ovarium itu. Jika keadaan ini telah terjadi, maka bila perut ikan diurut ke arah lubang kelamin, telur-telur tersebut akan keluar dengan lancar. Proses ovulasi ini dikendalikan atau dipengaruhi oleh hormon gonadotrofin di dalam tubuh ikan. Sedangkan proses pembentukan hormon tersebut dipengaruhi oleh kondisi alam/lingkungan.
5.2. Spermatogenesis
Perkembangan gamet jantan dari spermatogonium menjadi spermatozoa melalui dua tahap spermatogenesis dan spermiogenesis. Spermatogenesis adalah tahap perkembangan spermatogonium menjadi spermatid disebut spermatogenesis, sedangkan spermiogenesis adalah metamorfosa spermatid menjadi spermatozoa. awal spermatogenesis ditandai dengan perkembangan spermatogonia beberapa kali melalui pembelahan mitosis, untuk memasuki tahap spermatosit primer, selanjutnya terjadi pembelahan meiosis, dimulai dengan kromosom berpasangan, yang diikuti dengan duplikasi membentuk tetraploid sekunder yang diploid . Satu spermatosit sekunder diploid membelah diri menjadi dua spermatid haploid.
Testis adalah organ reproduksi jantan yang terdapat berpasangan dan terletak di bawah tulang belakang. Testis ikan berbentuk seperti kantong dengan lipatan-lipatan, serta dilapisi dengan suatu lapisan sel spermatogenik (spermatosit).
Sepasang testis pada jantan tersebut akan mulai membesar pada saat terjadi perkawinan, dan sperma jantan bergerak melalui vas deferens menuju celah/ lubang urogenital.
Testis berjumlah sepasang, digantungkan pada dinding tengah rongga abdomen oleh mesorsium. Bentuknya oval dengan permukaan yang kasar. Kebanyakan testisnya panjang dan seringkali berlobus.
Saluran reproduksi, pada Elasmoranchi beberapa tubulus mesonefrus, bagian anterior akan menjadi duktus aferen dan menghubungkan testis dengan mesonefrus, yang disebut dutus deferen. Bagian posterior duktus aferen berdilatasi membentuk vesikula seminalis, dari sini akan terbentuk kantung sperma.
Ductus deferen akan bermuara di kloaka. Pada Teleostei saluran dari sistem ekskresi dan sistem reproduksi menggunakan lubang yang sama.
Proses ini diawali dengan pembentukan spermatogonium berubah jadi spermatocyt primer kemudian berkembang menjadi spermatocyt sekunder à spermatid à spermatozoa à spermatophore (spermatozoa tapi masih ada dalam vas deferens).
Tempat Proses Spermatogenesis: Proses ini diawali dari spermatogonium sampai spermatocyt sekunder terjadi pada saluran efferent. Selanjutnya spermatid sampai spermatozoa terjadi pada ujung saluran efferent. Spermatophore terjadi pada saluran utama sperma sampai dengan vas deferent.
Biasanya sperma yang telah masak akan mengalami kondisi dorman dan apabila di luar tubuh memungkinkan maka sperma akan dikeluarkan bersama degan cairan sperma yang disebut plasma.
Plasma dihasilkan oleh tubuli seminiferi dan kelenjar tambahan yang disebut sebagai vesikula seminalis. Secara umum gabungan dari sperma dan plasma disebut sebagai semen. Plasma berfungsi sebagai penyangga (buffer). Selama dalam saluran efferent (yaitu fase spermatocyt sampai sperma) hidupnya dipelihara oleh sel-sel
yang aman untuk calon-calon sperma. Sperma ikan selama di dalam tubuh dalam kondisi pasif, akan tetapi jika dikeluarkan dari tubuh ikan akan segera bergerak aktif (apabila telah kontak dengan air).
Penyebab aktifitas sperma: Untuk ikan air tawar yaitu tekanan hypotonis air, dan pada ikan air asin yaitu tekanan hypertonis air.
NaCl: cairan yang menyamakan tekanan sel dengan tekanan luar, ada batas kejenuhan perubahan tekanan terhadap pergerakan sperma. Jika terlalu tinggi (lebih dari jenuh) akan mati.
Struktur spermatozoa:
1. Kepala: Mengandung lapisan tipis sitoplasma dan sebuah inti yang hampir mengisi seluruh bagian kepala. Pada Elasmobranchii dan Rana ada Acrosoma (tudaung depan pada sperma). Pada Teleostei pada bagian kepala (belakang) diselaputi oleh tududng perisai yang disebut tudung belakang. Pada tudung belakang ini melekat sentriol depan dan filament porous (untuk mengatur rangsang).
2. Leher: Ada di belakang kepala, didalamnya terdapat:
sentriol depan dan filament porous bagian depan
3. Badan : di belakang leher, pada badan terdapat sentriol, filament porous dan mitokondria
4. Ekor: terdiri dari bagian ujung di bagian utama. Pada bagian ujung hanya mengandung sitoplasma dan bagian utama terdapat filament diselingi sedikit sentriol, Filamen porous adalah kerangka lunak, saraf penggerak. Aktifitas