• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan terminal dengan pola sirkulasi

BAB II TINJAUAN UMUM TERMINAL PENUMPANG TIPE B . 7

B. Tinjauan Terminal

8. Hubungan terminal dengan pola sirkulasi

Gambar 4 : Pola Sirkulasi Tunggal

Sumber : Alfred J. Rowe, Planning Building For Habitation Commerce And Industry, (1976).

21

Gambar 5 : Pola Sirkulasi Ganda

Sumber : Alfred J. Rowe, Planning Building For Habitation Commerce And Industry, (1976).

Gambar 6 : Pola Sirkulasi Memutar

Sumber : Alfred J. Rowe, Planning Building For Habitation Commerce And Industry, (1976).

Gambar 7 : Pola Sirkulasi Menyebar

Sumber : Alfred J. Rowe, Planning Building For Habitation Commerce And Industry, (1976).

22

Gambar 8 : Pola Sirkulasi Memusat

Sumber : Alfred J. Rowe, Planning Building For Habitation Commerce And Industry, (1976).

Gambar 1-5 pola sirkulasi bus terhadap terminal.

b. Pola sirkulasi bus terhadap terminal berdasarkan cara parkir bus

Gambar 9 : Pola Sirkulasi Parkir Maju,Parkir Mundur, Parkir Maju Dan Parkir Mundur

Sumber : Alfred J. Rowe, Planning Building For Habitation Commerce And Industry, (1976).

23 9. Analisis Kapasitas Parkir

Satuan ruang parkir (SRP) adalah tempat untuk satu kendaraan.

Dimensi ruangan parkir menurut Ditjen perhubungan darat dipengaruhi oleh :

a. Lebar total kendaraan b. Panjang total kendaraan c. Jarak bebas arah

Penentuan SRP untuk mobil penumpang diklasifikan menjadi tiga golongan, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Penentuan Satuan Ruang Parkir (m2).

Jenis kendaraan Satuan ruang parkir (m2)

1. Menurut golongan

a. Mobil penumpang untuk golongan I b. Mobil penumpang untuk golongan II c. Mobil penumpang untuk golongan III 2. Bus/truk

3. Bus sedang 4. Sepeda motor

2,30 x 5,00 2,50 x 5,00 3,00 x 5,00 3,40 x 5,00 3,5 x 6,00 0,75 x 2,00 Sumber : Pedoman Parkir, 1998.

24

Untuk ukuran masing-masing kendaraan dapat dilihat dibawah ini : a. Bus Besar

Gambar 10 : Dimensi Bus Besar Sumber : Wikipedia b. BusSedang

Gambar 11 : Dimensi Bus Sedang Sumber : Wikipedia

c. Bus Kecil

Gambar 12 : Dimensi Bus kecil Sumber : Wikipedia

25

Menurut Hoobs 1995 ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis karasteristik parkir, antara lain :

a. Akumulasi parkir

Merupakan jumlah kendaraan yang diparkir disuatu tempat pada waktu tertentu, dan dapat dibagi sesuai dengan kategori jenis dan maksut perjalanan, Akumulasi parkir ini akan berkaitan erat dengan lahan parkir (jumlah kendaraan parkir) dalam satuan jam kendaraan per periode waktu tertentu.

b. Volune parkir

Menyatakan jumlah kendaraan yang termasuk dalam beban parkir yaitu (jumlah kendaraan per periode waktu tertentu, biasanya per hari). Waktu yang digunakan kendaraan untuk parkir, dalam menitan atau jam-jaman, menyatakan lama parkir.

c. Pergantian parkir (parking turn over)

Menunjukan tingkat penggunaan ruang parkir dan diperoleh dengan berbagi volume parkir dengan ruang parkir untuk periode waktu tertentu.

d. Durasi parkir

Durasi parkir merupakan rentang waktu (lama waktu) kendaraan yang parkir.

e. Indeks parkir

Indeks parkir adalah prensentase jumlah kendaraan parkir yang menempati area parkir dengan jumlah ruang parkir yang tersedia pada area parkir tersebut.

26 f. Rumus dasar analisis parkir

Dalam menghitung ruang parkir yang dibutuhkan, rumus pendekatan.

(Pignataro, 1973) yang digunakan :

𝑍

(Pignataro, 1973) yang digunakan :

Dengan Z = Ruang parker yang dibutuhkan

y = Jumlah kendaraan yang diparkir dalam satu waktu D = Rata-rata durasi parker (jam)

T = Lama survei (jam) C. Studi Banding Dan Studi Literatur

1. Studi Banding

Studi banding di lakukan di Terminal Regional Daya yang berada di Jalan Perintis kemerdekaan Kecamatan Biringkanaya tepatnya di sebelah timur Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan.

Terminal Regional Daya (TDR) merupakan relokasi dari Terminal Kota Panaikang yang terletak di tengah kota yang sebelumnya telah dibangun pada tahun 1992. Dan karena hambatan dalam proses pembangunannya, maka pembangunan Terminal Regional Daya (TDR) ini sampat tersendat hingga akhirnya diresmikan pada tahun 2003. Terminal ini berjarak kurang lebih 500 m dari jalan Perintis Kemerdekaan yang merupakan jalan arteri Kota. Terminal Regional Daya (TDR) memiliki luas 12 hektar dengan jarak 23 kilometer dengan pusat kota. Pelayanan Terminal Regional (TDR) memfasilitasi penumpang yang akan bepergian ke utara Kota Makassar untuk AKAP dan AKDP, sedangkan bagi arah penumpang ke selatan Kota Makassar di fasilitasi oleh Terminal Malengkeri.

27

a. Struktur organisasi Terminal Regional Daya (TDR) Kota Makassar Secara organisasi Terminal Regional Daya (TDR) Kota Makassar didasarkan pada surat keputusan Walikota Makassar Nomor 7039 tanggal 27 Oktober 1999. Dalam keputusan Walikota Makassar tersebut Terminal Regional Daya (TDR) Kota Maakassar dipimpin oleh seorang Direktur Utama, dibantu oleh Direktur Umum dan Direktur Operasional.

a) Direktur Umum

Direktur Umum membawahi Bagian Umum di bantu beberapa seksi yang terdiri dari seksi Administrative dan kepegawayan, seksi perlengkapan, seksi hokum dan humas, sedangkan bagian keuangan dibantu oleh seksi anggaran, seksi pembukuan dan seksi kas.

b) Direktur Oprasional

Direktur Operasional membawahi bagian operasional dan produksi, dalam menjalankan tugasnya. Bagian pengelolaan dibantu oleh seksi pengatur parkir, seksi pemeliharaan, seksi kebersihan, seksi keamanan dan seksi ketertiban. Sedangkan bagian produksi dibantu olah seksi pendataan, seksi penagihan unit pengawasan.

b. Visi dan misi Trerminal Regional Daya (TDR) Kota Makassar

a) Visi PD. Terminal Metro Kota Makassar dalam menghadapi masa depan untuk tuntutan peningkatan pelayanan masyarakat dirumuskan sebagai berikut:

Menjadi Pusat Pelayanan Jasa Terminal Angkutan Darat Yang Profesional Di Kawasan Timur Indonesia.

28 b) Misi

Misi PD. . Terminal Metro Kota Makassar adalah sebagai berikut:

a) Senantiasa memperhatikan pelayanan jasa terminal bagi penumpang- dan penguasa angkutan darat secara profesional.

b) Mengembangkan sistim informasi mengenai pelayanan jasa terminal angkutan darat antara termnal.

c) Membangun jaringan kerjasama peningkatan pelayanan jasa antar angkutan darat, antar angkutan Provins, antar Kabupaten dan antar Kota.

d) Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Makassar.

c. Kondisi Terminal Regional Daya (TDR) Kota Makassar

Luas Terminal Regional Daya (TDR) Kota Makassar adalah 12.000 M2 (12 hektar) dalam komleks tersebut, prasarana yang tersedia adalah.

1) Papan nama Terminal Regional Daya (TDR) Kota Makassar Sebagai tanda keberadaan Terminal Regional Daya.

Gambar 13 : Papan Nama Terminal Regional Daya (TDR) Kota Makassar

Sumber : Dokumentasi Pribadi Bulan Mei Tahun 2017

29 2) Loket karcis (gerbang utama)

Di loket sinilah tempat pengambilan karcis biaya parkir kendaraan yang di kenakan tarif rp.5000 untuk kendaraan roda empat dan rp.2000 untuk kendaraan roda dua.

Gambar 14 : Gerbang Utama Dan Loket

Sumber : Dokumentasi Pribadi Bulan Mei Tahun 2017

3) Parkiran kendaraan untuk penumpang dan kendaraan baik roda empat maupun roda dua

Gambar 15 : Parkiran Penumpang Dan Pengantar Sumber : Dokumentasi Pribadi Bulan Mei Tahun 2017

30

4) Gedung Kantor Terminal Regional Daya (TDR) Kota Makassar Sebagai gedung pengelola

Gambar 16 : Gedung Terminal Regional Daya (TDR) Kota Makassar Sumber : Dokumentasi Pribadi Bulan Mei Tahun 2017

5) Ruang informasi sebanyak 1 unit yang di gunakan pengelola untuk memberitahukan keberangkatan dan kedatangan bus di Terminal Regional Daya (TDR) Kpota Makassar.

Gambar 17 : Ruang Informasi Terminal Regional Daya Sumber : Dokumentasi Pribadi Bulan Mei Tahun 2017

31

6) Terdapat lods yang disediakan pengelola untuk para pedagang dan warung.

Gambar 18 : Lods untuk para pedagang dan warung Sumber : Dokumentasi Pribadi Bulan Mei Tahun 2017

7) Lods untuk loket pembelian tiket

Disinilah tempat pembelian tiket para calon penumpang Terminal Regional Daya (TDR) Kta Makassar

Gambar 19 : Lods untuk loket pembelian tiket Sumber : Dokumentasi Pribadi Bulan Mei Tahun 2017

32

8) Ruang tunggu penumpang Terminal Regional Daya (TDR) Kota Makassar sebvagai tempat untuk menunggu keberangkatan.

Gambar 20 : Ruang Tunggu Penumpang

Sumber : Dokumentasi Pribadi Bulan Mei Tahun 2017

9) Masjid Terminal Regional Daya (TDR) Kota Makassar merupakan tempat peribadatan dibuat untuk pengelola, penumpang dan pengantar

Gambar 21 : Mushollah Terminal Regional Daya (TDR) Kota Makassar

Sumber : Dokumentasi Pribadi Bulan Mei Tahun 2017

33

10) MCK (Mandi, cuci dan kakus) yang di sediakan pihak pengelola untuk penumpang dan pengantar

Gambar 22 : Toilet Yang Dilengkapi Dengan Westavel Sumber : Dokumentasi Pribadi Bulan Mei Tahun 2017

11) Pelataran parkir Terminal Regional Daya (TDR) Kota Makassar Terdiri dari pelataran \parkir bus besar, sedang dan kecil.

Gambar 23 : Pelataran Parkir Untuk Bus Besar Dan Sedang Sumber : Dokumentasi Pribadi Bulan Mei Tahun 2017

34

Gambar 24 : Pelataran Parkir Untuk Bus Kecil (Mobil Panter) Sumber : Dokumentasi Pribadi Bulan Mei Tahun 2017

12) Pelataran parkir Terminal Regional Daya (TDR) Kota Makassar Untuk keberangkatan bus besar, sedang dan kecil

Gambar 25 : Pelataran Parkir Untuk Bus Besar, Sedang dan Kecil Sumber : Dokumentasi Pribadi Bulan Mei Tahun 2017

35

d. Rekapitulasi jumlah kendaraan dan penumpang berangkat/tiba pada Terminal Regional Daya (TDR) Kota Makassar

Rekapitulasi jumlah armada AKAP, AKDP berdasarkan jenis kendaraan yang barangkat dan tiba di Terminal Regional Daya (TDR) Kota Makassar dalam satu hari, satu minggu dan satu bulan dapat dilihat pada tabel dib awa ini.

Tabel 2. jumlah penumpang dan armada yang tiba

NAMA TIBA

AKAP AKADP PANTH

ER PENUMPANG

Satu hari

32 138 102 1.124

Satu minggu

213 982 816 8.743

Satu

bulan 834 4.075 3.436 39.929

Sumber Terminal Regional Daya (TDR) Kota Makassar Mei 2017

Tabel 3. jumlah penumpang dan armada yang tiba

NAMA BERANGKAT

AKAP AKADP PANTH

ER

PENUMPANG Satu

hari 38 146 163 1.793

Satu minggu

248 1.032 940 12.449

Satu bulan

1.050 4.565 4.086 48.194

Sumber Terminal Regional Daya (TDR) Kota Makassar Mei 2017

2. Studi Literatur

a. Aspek pengelolaan terminal

Pengelolaal terminal penumpang yang harus di lakukan adalah meliputi kegiatan perencanaan, perencanaan dan pengawasan

36

pengoperasian terminal yang masing-masing dapat dilakukan yaitu sebagai berikut:

1. Perencanaan operasional terminal

Kegiatan perencanaan operasional terminal penumpang meliputi beberapa faktor yaitu:

a) Penataan pelataran terminal menurut rute atau jurusan b) Penataan fasilitas penumpang

c) Penataan fasilitas penunjang terminal

d) Penataan arus lalu lintas di daerah pengawasan terminal e) Penyajian daftar rute perjalanan dan tarif angkutan

f) Penyusunan jadwal perjalanan berdasarkan kartu pengawasan g) Pengaturan jadwal petugas di terminal dan

h) Evaluasi sistim pengoperasian terminal 2. Pelaksanaan operasional terminal

Kegiatan pelaksanaan pengoperasian terminal meliputi beberapa faktor yaitu:

a) Pengaturan tempat tunggu dan arus kendaraan didalam terminal b) Pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kendaraan menurut

jadwal yang telah ditetapkan

c) Pengumuman jasa pelayanan terminal penumpang

d) Pemberitahuan tentang pemberangkatan dan kedatangan kendaraan kepada penumpang dan

e) Pengaturan arus lalu lintas didaerah pengawasan terminal

37 3. Pengawasan operasional terminal

Kegiatan pengawasan terminal penumpang meliputi beberapa faktor yaitu:

b) Pemantauan tarif

c) Pemeriksaan kartu pengawasan dan jadwal perjalanan d) Pemeriksaan kendaraan secara jelas

e) Pemeriksaan batas kapasitas muatan yang diizinkan

f) Pemeriksaan pelayanan yang di berikan oleh penyedia jasa angkutan

g) Pencatatan dan pelaporan pelanggaran yang terjadi

h) Pemeriksaan kewajiban pengusaha angkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

i) Pemantauan pemanfaatan terminal serta fasilitas penunjang sesuai dengan peruntukannya

j) Pencatatan jumlah kendaraan dan jumlah penumpang yang datang dan berangkat

b. Peran pemerintah terhadap Terminal Regional Daya (TDR)

Pelaksanaan otonomi daerah yang dititipberatkan kepada daerah kabupaten dan daerah kota mulai dengan adanya penyerahan kewenangan (urusan) dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah yang bersangkutan.

Penyerahan berbagai kewenangan dalam rangka desentralisasi ini tentunya disertai dengan penyerahan dan pengalihan pembiayaan.

38

Pelaksanaan otonomi ini berlaku sejak 1 januari 2001 yang mana menghendaki pemerintah daerah berkreasi dalam mencari sumber penerimaan pembiayaan pemerintah daerah serta diberi hak untuk mengatur rumah tangganya sendiri untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintah terutama pelayanan kepada masyarakat.

Transportasi memiliki peran yang penting dan strategis dalam pembangunan. Oleh karena itu, perencanaan dan pembangunannya harus ditata dalam satu kesatuan sistem yang terpadu. Untuk mewujudkan keterpaduan intra dan antar moda yang lancar dan tertib, maka diperlukan sebuah terminal dengan dukungan aksebilitas dan sistim sirkulasi yang baik serta peran pemerintah untuk mempromosikan terminal (perusahaan daerah).

Disentralisasi daerah merupakan landasan terhadap perngelolaan terminal contohnya seperti pengelola Terminal Regional Daya oleh perusahaan daerah. Perusahaan tersebut adalah PD. Terminal Makassar Metro yang kedudukannya didasarkan pada Perda Kota Makassar No. 16 Tahun 1999 tentang pendirian PD. Terminal Makassar Metro sebagaimana telah diubah dengan peraturan Daerah Kota Makassar No. 14 Tahun 2006. Di samping itu pengelolaan didasarkan pada peraturan Daerah Kota Makassar No. 15 Tahun 2006 tentang pengelolaan terminal penumpang yang secara organisasi didasarkan pada surat keputusan (SK) Wali Kota Makassar No. 7039 tahun 1999 Tanggal 27 Oktober 1999.

Pelimpahan pengelolaan tersebut kepada pihak perusahaan daerah adalah

39

sebagai upaya dalam peningkatan profesionalisme manajemen pengelolaan terminal. Ada dua hal yang di utamakan dalam penyelenggaraan terminal yaitu pelayanan kepada masyarakat dalam rangka menunjang kelancaran mobilitas orang dan barang serta menjamin koterpaduan intra dan antar moda selain itu sebagai salah satu pendapatan asli daerah (PAD).

40  BAB III

TINJAUAN KHUSUS TERMINAL PENUMPANG TIPE B DI SOFIFI PROVINSI MALUKU UTARA

A. Tinjauan Ibukota Provinsi Maluku Utara 1. Gambaran Umum

Sebagai salah satu provinsi termuda dari 33 provinsi di Indonesia, Provinsi Maluku Utara resmi terbentuk pada tanggal 4 Oktober 1999, melalui UU RI No.46 tahun 1999 dan UU RI No. 6 Tahun 2003. Sebelum resmi menjadi sebuah provinsi, maluku utara merupakan bagian dari Provinsi Maluku yaitu Kabupaten Maluku Utara. Pada awal berdirinya, provinsi Maluku Utara beribukota di Ternate yang berlokasi di kaki gunung gamalama,selama 11 tahun. Tepatnya sampai dengan 4 agustus 2010, setelah 11 tahun masa transisi dan persiapan ifrastuktur, ibukota provinsi Maluku Utara dipindahkan ke kota Sofifi yang terletak di pulau Halmahera yang merupakan pulau terbesarnya.

Provinsi Maluku Utara terkenal juga dengan sebutan Moloku Kie Raha atau Kesultanan Empat Gunung di Maluku, karena pada mulanya daerah ini merupakan wilayah 4 kerajaan besar Islam Timur Nusantara yaitu Kesultanan Bacan, Kesultanan Joilolo, Kesultanan Tidore, dan Kesultanan Ternate.

a. Letak Geografis

Provinsi Maluku Utara yang terletak pada koordinat 3o 40’ LS- 3o 0’

LU dan 123o 50’ – 129o 50’ BT serta terbentang dari utara keselatan sepanjang 770 Km dan dari barat ke timur sepanjang 660 Km. batas-batas wilayah Provinsi Maluku Utara yaitu: sebelah utara berbatasan langsung dengan Samudra Pasifik, sebelah timur berbatasan dengan Laut

41 

Halmahera, sebelah barat berbatasan dengan Laut Maluku dan sebelah selatan berbatasan dengan Laut Seram.

Luas wilayah Provinsi Maluku Utara secara keseluruhan sebesar 145.801.1 Km2 meliputi luas wilayah daratan 45.069,66 Km2 (23,72 %) dan wilayah perairan seluas 100.731.44 Km2 (76,28%) dengan panjang garis pantai sepanajng 3.104 Km2. Secara administrasi dengan adanya pemekaran wilayah Provinsi Maluku Utara terbagi menjadi 8 Kabupaten dan 2 Kota. Kedelapan kabupaten dan dua kota tersebut adalah Kab.

Halmahera Tengah, Kab. Kepulaan Sula, Kab. Halmahera Selatan, Kab.

Halmahera Utara, Kab. Halmahera Timur, Kab. Pulau Morotai, Kab Pulau Taliabu, Kota Ternate dan Kota Ridore Kepulauan.

Gambar 26 : Peta Provinsi Maluku Utara Sumber : Pemerintah Provinsi Maluku Utara

42  b. Topografi

Topografi di Provinsi Maluku Utara sebagian besar pegunungan dan berbukit-bukit yang merapat mulai dari teluk kao, teluk buli, teluk weda, teluk payahe dan teluk dodinga. Dengan karakteristik daratan dan dan perairan yang memiliki potensi sumber daya alam yang cukup menjanjikan seperti perikanan, pertambangan, perkebunan dan pariwisata maupun potensi lainya dengan arah kebijakan strategi pengembangan yang tepat untuk kesejahteraan masyarakat di Provinsi Maluku Utara.

c. Keadaan Iklim

Wilayah Kepulauan Maluku Utara dipengaruhi oleh iklim laut tropis hal ini disebabkan karena provinsi maluku utara dikelilingi oleh laut luas sehingga curah hujan yang cukup tinggi dengana penyebaran tidak merata pada tiap tahunya.

Data Klimatologi hasil pencatatan Meteorologi dan Geofisika di Provinsi Maluku Utara mengenai rata-rata suhu udara, kelembaban, tekanan udara, kecepatan angin, curah hujan dan penyinaran matahari terdapat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4. Rata-Rata Suhu Udara, Kelembaban, Tekanan Udara, Kecepatan Angin, Curah Hujan Dan Penyinaran Matahari

Uraian Tahun

2013 2014 2015

Suhu 0C

Maksimum 31 31 31

Minimum 24 25 25

Rata-rata 27 27 27

43 

Kelambaban Udara

Maksimum 92 90 95

Minimum 76 73 54

Rata-rata 84 82 78

Tekanan udara 1011,6 1012 1015

Kecepatan angin 5 5 5

Curah hujan 226 151 85

Penyinaran matahari

57 72 69

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, Tahun 2017 d. Penduduk

Berdasarkan rasio banyaknya penduduk per kilometer persegi penduduk maluku utara pada tahun 2015 adalah sebesar 1.162.345 yang tersebar di 10 kabupaten/kota. Jumlah penduduk terbesar 219.836 mendiami kabupaten di halmahera selatan.

Secara keseluruhan jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari pada jumlah penduduk perempuan, hal ini dapat di lihat dari jumlah rasio yang berarti terdapat 104,23 yang berarti terdapat 104 laki-laki pada setiap 100 perempuan.

44 

Gambar 27 : Piramida Penduduk Maluku Utara Menurut Jenis Kelamin Sumber : PBS Provinsi Maluku Utara

Tabel 5. Jumlah Penduduk Dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Maluku Utara.

No Kabupaten/

kota Jumlah pnduduk

per tahun Laju pertumbuhan

penduduk per tahun

Kabupaten 2010 2014 2015 2010-2015 2014-2015

1 Halmahera barat 100 887 108 789 110 717 1,86 1,78

2 Halmahera tengah 42 980 48 141 49 807 2,94 2,95

3 Kepulauan sula 85 586 93 435 95 285 2,15 1,96

4 Halmahera selatan 199 629 215 791 219 836 1,93 1,86

5 Halmahera utara 162 585 176 573 180 100 2,05 1.98

6 Halmahera timur 73 411 82 914 85 188 2,98 2,71

7 Pulau morotai 52 915 59 102 60 727 2,75 2,71

8 Pulau taliabu 47 491 50 067 50 709 1,31 1,27

Kota

1 Ternate 187 322 207 789 212 997 2,57 2,48

2 Tidore 90 530 95 813 96 979 1,38 1,21

45 

Maluku Utara 1 043 336 1 138 336 1 162 345 2,16 2,06 Sumber : BPS Proyeksi Indonesia 2010-2035

e. Potensi Daerah

Kekayaan alam yang sayngat melimpah di Provinsi Maluku Utara baik sektor pertanian (36%), perdagangan (25%) dan industri pengolahan (13%). Untuk sektor pertanian kontribusi terbesar datang dari sub sektor tanaman perkebunan dengan persentase sebesar 50%, kemudian diikuti oleh sub sektor tanaman bahan makanan dengan 28%, dan sub sektor perikanan dengan 13%. Sedangkan sektor perdagangan peranan sub sektor perdagangan besar dan eceran memberi andil terbesar dengan 98%, kemudian sub sektor hotel dan restoran sama sama menyumbang 1%.

Sementara itu di sektor industri pengolahan, kontribusi sub sektor pengolahan non migas menjadi penyumbang satu satunya di sektor ini.

Komoditi unggulan Provinsi Maluku Utara terdapat di sektor pertanian dan sektor jasa. Sektor pertanian komoditi yang diunggulkan yaitu sub sektor tanaman perkebunan dengan komoditi berupa kelapa, kakao, gula aren dan pala. Kemudian sub sektor perikanan dengan komoditi berupa perikanan tangkap, dengan hasil tangkapan seperti ikan tuna, cakalang, tongkol, kakap dan tenggiri. Sedangkan komoditi penunjang pada sektor pertanian yaitu sub sektor tanaman bahan makanan dengan komoditinya yaitu kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar dan jagung. Sub sektor tanaman perkebunan dengan komoditi berupa kopi, jambu mete, cengkeh dan lada. Sub sektor perikanan komoditinya adalah

46 

kepiting, lobster, rumput laut dan budidaya tambak. Sementara untuk sektor jasa komoditi yang diunggulkan adalah bidang pariwisata.

B. Kondisi kawasan Terminal Penumpang Tipe B Di Sofifi kecamatan Oba Utara 1. Lokasi Perencanaan Terminal Penumpang Tipe B

Wilayah Kecamatan Oba Utara terletak diantara 0°28' - 00 43' Lintang Utara dan 1270 34' - 127°50' Bujur Timur. Luas daratan Kecamatan Oba Utara sebesar 376 km². Wilayah ini dibatasi oleh laut , Kabupaten dan Kecamatan lainya mempunyai batas-batas sebagai beriku:

a. Sebelah Utara dengan Kabupaten Halmahera Barat b. Sebelah Selatan dengan Kecamatan Oba Tengah c. Sebelah Timur Kabupaten Halmahera Timur d. Sebelah Barat dengan Laut Halmahera

Kecamatan Oba Utara merupakan salah satu kecamatan yang terletak di pulau Halmahera.

Gambar 28 : Presentasi Luas Wilayah Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Oba Utara

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara, 2017

47 

2. Kondisi Kawasan Terminal Di Sofifi Berdasarkan Sarana Dan Prasarana.

a. Prasarana yang terdapat di Sofifi yaitu:

1) Prasarana Jalan

Jalan aspal yang disertai drainase telah ada sehingga mudah untuk mencapai akses. Lebar jalan yaitu 5-12m yang terhubun langsung dengan beberapa Kabupaten di Provinsi Maluku Utara

2) Prasarana Air

Masyarakat menggunakan iar sumur, air hujan, air sungai sebagai sumber air bersih. Sebagai Ibu Kota Provinsi pelayanan air minum/air bersih di Sofifi dilakukan secara swadaya oleh masyarakat dengan menggunakan pompa. Terdapat 2 buah sumber air atau pusat operasi (PO), PO 1 yang berada di Desa Gosale Puncak yang merupakan instalasi pengelolaan air (IPA) yang memiliki kapasitas 10 L/detik.

Sementara itu PO 2 yang berlokasi di Desa Durian yang terdiri dari 3 sumur dengan total kapasitas 15 L/detik.

3) Prasarana Listrik

Kebutuhan akan energi listrik di Provinsi Maluku Utara, bertumpu pada sumber PLTD yang mrmpunyai kapasitas 55.772 KW sementara itu kebutuhan listrik pada beban puncak adalah 18.989 KW.

Di Sofifi juga telah di bangun PLTU reguler kontrak tahun 2012 ini 2x3 (MW) di tambah gengset yang berkapasitas 2,6 MW.

48  b. Sarana

1) Akomodsi

Akomodasi penunjang pariwisata di Sofifi Kecamatan Oba Utara, maka yang sangat dibutuhkan akomodasi hoel dan penginapan. Pada tahun 2015 terdapat 1 hotel dan 11 penginapan.

Tabel 6. Banyaknya hotel, penginapan dan resto menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Oba Utara

No Desa/Kelurahan Hotel Penginapan Resor wisata

1 Shamadhoe - - -

2 Akekolano - - -

3 Sofifi - 3 -

4 Oba - - -

5 Guraping 1 1 -

6 Kaiyasa - - -

7 Garojou - - -

8 Kusu - - -

9 Ampera - - -

10 Bukit Durian - - -

1 Galala - - -

12 Balbar - 4 -

13 Gosale - 3 -

Oba utara 1 11 -

Sumber : Kantor Kecamatan Oba Utara Tahun 2017

2) Transportasi

Sarana transportasi yang ada di Sofifi adalah transportasi darat dan transportasi laut. Adapun transportasi darat berupa mobil pribadi, mobil sewa, ojek motor, ojek bentor dan bus. Transportasi laut berupa

49 

kapal fery, sped dan ketinting sebagai transportasi untuk menjangkat daerah kepulawan.

C. Tinjauan Lokasi Terminal Penumpang Tipe B Di Sofifi kecamatan Oba Utara 1. Kondisi Topografi

Kondisi topografi Kecamatan Oba Utara ditandai dengan tingkat ketinggian dari permukaan laut yang seragam, yaitu sekitar 0 - 499 M (Rendah) sebanyak tiga belas desa/kelurahan.

2. Sumber Daya Alam

Kekayaan sumber daya alam (SDA) yang sangat melimpah di Provinsi Maluku Utara yang merupakan wilayah penghasil cengkeh, pala, kopra serta kekayaan lainya kehutanan, pertanian, perkebunan, kelautan dan perikanan.

3. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia (SDM) harus diimbangi dengan kualitas SDA yang unggul, maka dengan sendirinya akan menjadi daerah yang memiliki SDM yang kompetitif. Pengembangan SDM yang berkualitas kuncinya terletak pada faktor pendidikan. Jika pendidikan di suatu daerah tidak di berjalan atau terencna dengan baik, maka akan mengalami hambatan dalam pengembangan pada sektor pendidikan.

Melalui Bappeda, pemerintah akan membangun sistim informasi yang dapat menghubungkan seluruh wilayah di suatu daerah yang dapat di manfaatkan dalam rangka memperkuat basis data pengelolaan (manajemen) Sumber daya pendidikan dan sistem informasi perencanaan sumber daya pendidikan (ERPIS). ERPIS adalah suatu perangkat yang telah dibangun untuk mendukung pengelolaan sumber daya pendidikan, dengan mengintegrasikan

Dokumen terkait