BAB 3 TINJUAN KASUS
3.4 Implementasi Dan Evaluasi
Perawatan Diri belum teratasi P : intervensi 1,2,3
dilanjutkan 11/04/2021
13.05
Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan kekuatan otot menurun
1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya 2) Identifikasi
toleransi fisik melakukan ambulasi
3) Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi 4) Anjurkan
melakukan ambulasi dini 5) Anjurkan ambulasi
sederhana yang harus dilakukan (mis. Berjalan dari tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi)
15.00 S : klien mengatakan nyeri pada persendian sudah mulai berkurang O :
- klien jarang meringis - klien tampak lebih tenang A : masalah Gangguan Mobilitas Fisik teratasi sebagian P : intervensi 2,3,4
dilanjutkan
11/04/2021 17.00
Defisit Perawatan Diri
berhubungan dengan kelemahan ekstermitas bawah
1) Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia 2) Monitor tingkat
kemandirian 3) Identifikasi
kebutuhan alat bantu
kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan makan
18.20 S : klien mengatakan sudah mulai bisa untuk melakukan defisit perawatan diri O : klien tampak lebih bisa
melakukan sendiri
A : Defisit Perawatan Diri teratasi sebagian 12/04/2021
08.00 WIB
Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan kekuatan otot menurun
1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya 2) Identifikasi
toleransi fisik melakukan ambulasi 3) Jelaskan tujuan
dan prosedur ambulasi 4) Anjurkan
melakukan ambulasi dini 5) Anjurkan
ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Berjalan dari tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi, berjalan sesuai toleransi)
10.00 WIB
S : klien mengatakan nyeri pada persendian sudah berkurang O :
- klien terlihat sangat tenang A : masalah Gangguan Mobilitas Fisik teratasi P : intervensi dihentikan
44
12/04/2021 10.00 WIB
Defisit Perawatan Diri
berhubungan dengan kelemahan ekstermitas bawah
1) Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia 2) Monitor tingkat
kemandirian 3) Identifikasi
kebutuhan alat bantu
kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan makan
11.25 WIB
S : klien mengatakan sudah bisa untuk melakukan defisit perawatan diri O : klien tampak bisa melakukan sendiri A : masalah Defisit Perawatan Diri teratasi P : intervensi dihentikan (Tabel 3.4 Implementasi dan Evaluasi Gangguan Mobilitas Fisik dan Defisit
Perawatan Diri)
BAB 4 PEMBAHASAN
Penulis melakukan pembahasan pada bab ini tentang masalah-masalah yang muncul pada kasus yang ditemukan selama asuhan keperawatan dimulai tanggal 10 April 2021 sampai dengan tanggal 12 April 2021. Kesenjangan tersebut dilihat dengan memperlihatkan aspek-aspek tahapan keperawatan dimulai dari tahap pengkajian, perencanaan, pelaksanaan sampai tahap evaluasi keperawatan pada Asuhan Keperawatan Keluarga pada Ny. W dengan Rheumatoid Arthritis di Desa Watulumbung.
4.1 Pengkajian 4.1.1 Identitas
Pada tinjauan pustaka menurut Jeremy, dkk (2019), orang yang berisiko menderita rheumatoid arthritis yaitu usia lebih dari 49 tahun. Pada tinjauan kasus dijabarkan bahwa, pasien adalah seorang perempuan bernama Ny. W usia 49 tahun.
Pada pengkajian identitas terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus dikarenakan usia 49 sampai 60 tergolong lanjut usia. Menurut Fatmah (2020), secara signifikan orang tua mengalami kasus rheumatoid arthritis lebih besar dari pada orang muda. Kerentanan orang tua terhadap penyakit ini disebabkan oleh adanya kesalahan pada sistem imun seseorang yang menyerang synovium atau sebuah membran yang melapisi sendi-sendi dalam tubuh.
46
4.1.2 Riwayat Kesehatan 4.1.2.1 Keluhan Utama
Pada tinjauan pustaka, biasanya pasien datang ke rumah sakit dalam kondisi nyeri pada extermitas bawah maupun atas. Sedangkan pada tinjauan kasus, pasien datang dengan keluhan nyeri persendian. Untuk keluhan utama disini tidak terjadi kesenjangan dikarenakan pasien dengan Rheumatoid Arthritis mengalami kesalahan pada sistem imun yang menyerang synovium atau sebuah membrane yang melapisi sendi-sendi dalam tubuh sehingga mengalami rasa nyeri yang cukup hebat.
4.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tinjaun pustaka menurut Muttaqin (2019), kronologi peristiwa pada saat terjadi keluhan yaitu nyeri sendi pada ekstermitas bawah maupun atas. Sedangkan pada tinjauan kasus, pasien mengeluh nyeri sendi yang tak kunjung berhenti terutama pada saat malam hari. Pada pengkajian ini terdapat kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus.
4.1.2.3 Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada tinjauan pustaka, menurut Muttaqin (2019), penyakit rheumatoid arthritis yang diderita pasien saat ini memang sudah ada sejak dulu. Sedangkan pada tinjauan kasus, pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya. Pada pengkajian ini tidak ditemukan adanya kesenjangan dikarenakan semakin menua usia seseorang maka kekuatan sendinya semakin menurun sehingga mudah terkena penyakit rheumatoid arthritis.
4.1.2.4 Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada tinjauan pustaka menurut Muttaqin (2019), kemungkinan ada anggota keluarga yang menderita rheumatoid arthritis. Sedangkan pada tinjauan kasus, pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit rheumatoid arthtritis. Pada pengkajian ini terdapat kesenjangan dikarenakan penyebab dan faktor resiko terjadinya penyakit rheumatoid arthritis beragam.
4.1.2.5 Lingkungan Rumah dan Komunitas
Pada tinjauan pustaka tidak dijabarkan tentang lingkungan rumah dan komunitas. Sedangkan pada tinjauan kasus, pasien mengatakan tinggal di lingkungan padat penduduk, dengan kondisi rumah yang agak sempit. Pasien juga malas untuk beraktifitas seperti olahraga kecil atau beberes rumah.
kali meringis dan memegang bagian yang sakit, tampak sulit memulai pergerakan tubuh dengan bertumpu pada alat bantu.
1) Penyebab faktor fisik, antara lain :
 Sering kencing
 Kram betis
 Sakit gigi
 Nyeri seperti arthritis
 Sindrom tungkai ( akatsia ) 2) Penyebab faktor sosial :
 Pertengkaran keluarga
 Menonton TV sampai larut malam tidak teratur ( night life )
48
3) Penyebab faktor emosional :
 Kecemasan
 Depresi
 Stress
 Marah tidak tersalurkan
 Masalah pribadi 4) Penyebab faktor medis :
 Penyakit jantung
 Penyakit paru
 Fraktur
 Diabetes militus
 Apnea tidur
5) Penyebab faktor iatrogenik :
 Teofilin
 Kortikosteroid
 Antihipertensi
 Diuretik
 Activating antidepresi 6) Penyebab faktor perilaku
 Terlalu banyak minum kopi
 Waktu tidur tidak teratur
 Kurang olahraga
Data yang diperoleh dari hasil pengkajian pada Ny. W tanggal 10 April 2021 didapatkan data subjektif : Klien mengatakan tidur 6 jam sehari dan sering terbangun jika mengeluh nyeri pada kaki klien. Data objektif : Klien tampak lemah dan lesu, Klien tampak sering mengantuk.
Tidur merupakan kebutuhan fisiologis yang menjadi diagnosa prioritas kedua karena melihat pada saat pengkajian klien tidak bisa tidur dengan nyenyak mengingat kondisi Ny. W yang mengalai rematik harus lebih banyak istirahat dan jika tidak segera ditangani akan menyebabkan kelelahan, kelemahan, serta dapat menyebabkan perasaan tak berdaya atau depresi. Dilihat dari kebutuhan dasar manusia menurut Hierakhi Maslow bahwa tidur masuk kedalam masalah fisiologis yaitu rasa ketidaknyamanan yang merupakan masalah tertinggi yang harus segera di tangani tetapi masalah ini bisa ditangani setelah masalah nyerri dan gangguian mobilitas fisik.
4.2 Diagnosa
Menurut Edisi rivisi jilid 1 SLKI-SDKI, 2020 Diagnosa keperawatan yang muncul : 1) Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan agen pencedera distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2) Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal. Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri kronik
4) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal;
penurunan kekuatan, penurunan ekstremitas bawah, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Sedangkan pada kasus di temukan 2 diagnosa yaitu :
50
1) Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan otot
2) Defisit Perawatan Diri berhubungan dengan kelemahan ekstremitas bawah 4.3 Intervensi
Dalam menyusun rencana tindakan Keperawatan kepada klien berdasarkan prioritas masalah yang ditemukan tidak semua rencana tindakan pada teori dapat ditegakkan pada tinjauan kasus karena rencana tindakan pada tinjauan kasus disesuaikan dengan keluhan dan keadaan klien.
1) Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kekuatan otot menurun
Gangguan Mobilitas Fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri (SDKI, 2016:124). Seseorang yang mengalami masalah Gangguan Mobilitas Fisik akan mengalami sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Nyeri menjadi diagnosa prioritas pertama karena melihat pada saat pengkajian nyeri berskala 5 dan jika tidak segera ditangani akan menyebabkan terganggunya aktivitas Ny. W karena nyeri akan berlangsung terus menerus dan ditandai spasme yang mengakibatkan otot-otot sekitar tegang, mengganggu kemampuan seseorang untuk beristirahat, konsentrasi dan kegiatan-kegiatan atau aktivitas yang biasa dilakukan serta dapat menyebabkan perasaan tak berdaya atau depresi. Dilihat dari kebutuhan dasar manusia menurut Hierakhi Maslow bahwa Nyeri masuk kedalam masalah fisiologis yaitu rasa ketidaknyamanan yang merupakan masalah tertinggi yang harus segera ditangani
Rencana keperawatan untuk mengatasi masalah nyeri yang sesuai dengan kebutuhan Ny. W dengan kriteria hasil. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3 hari diharapkan, masalah nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil : Nyeri berkurang dari skala 5 menjadi 2, setelah dilatih dan melakukan teknik relaksasi nafas dalam, dan relaksasi progresif, Ny. W mampu melakukan aktivitasnya tanpa adanya nyeri.
Intervensi menurut Nurjannah, Intansari (2019) adalah sebagai berikut :
 Monitor kepuasa klien terhadap manajemen nyeri
 Tingkatkan istirahat dan tidur yang adekuat
 Kolaborasi pemberian analgetik
 Jelaskan pada pasien penyebab nyeri
 Lakukan teknik nonfarmakologis (relaksasi, mesase punggung)
2) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan ekstremitas bawah
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan seseorang untuk melakukan aktifitas perawatan diri seperti mandi, berhias, berdandan, makan dan toileting.
Seseorang yang mengalami masalah Defisit Perawatan Diri akan mengalami sulit untuk melakukan aktivitas sehai-hari
Rencana keperawatan untuk mengatasi masalah defisit perawatan diri yang sesuai dengan kebutuhan Ny. W dengan kriteria hasil, setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari diharapkan, masalah defisit perawatan diri dapat teratasi dengan kriteria hasil : dapat melakukan mandi tanpa dibantu, mampu mengenakan pakaian sendiri, berhias secara mandiri.
Intervensi menurut Nurjannah, Intansari (2019) adalah sebagai berikut : a) Evaluasi kebiasaan aktifitas perawatan diri
b) Fasilitasi untuk mempertahankan aktifitas secara mandiri
c) Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan makan 52
d) Ciptakan lingkungan yang nyaman 4.4 Implementasi
Setelah rencana tindakan ditetapkan, maka dilanjutkan dengan melakukan rencana tersebut dalam bentuk nyata, sebelum diterapkan pada klien terlebih dahulu maka lakukan pendekatan pada klien dan keluarga klien agar tindakan yang akan diberikan dapat disetujui klien dan keluarga klien, sehingga seluruh rencana tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan masalah yang dihadapi klien. Dalam melakukan rencana tindakan, penulis tidak menemukan kesulitan yang berarti, hal ini disebabkan karena : a. Adanya faktor perencanaan yang baik dan keaktifan keluarga dalam perawatan sehingga memudahkan untuk melakukan asuhan pada tindakan keperawatan.
b. Pendekatan yang dilakukan dengan baik sehingga keluarga merasa percaya sehingga memudahkan dalam pemberian serta pelaksanaan tindakan Keperawatan.
c. Adanya kerja sama yang baik antara penulis dengan petugas ruangan sehingga penulis mendapatkan bantuan dalam melaukakan tindakan asuhan keperawatan.
Tindakan keperawatan yang diberikan pada Ny. W untuk mengatasi masalah gangguan mobilitas fisik yaitu :
1) Mengajarkan dan memberikan dorongan pada pasien untuk melakukan program latihan secara rutin
2) Menyediakan alat bantu untuk pasien berupa kruk, kursi roda, dan walker 3) Mendorong pasien melakukan latihan untuk memperkuat anggota tubuh
4) Mengajarkan pada pasien dan keluarga untuk dapat mengatur posisi secara mandiri dan menjaga keseimbangan selama latihan ataupun dalam aktifitas sehari-hari
Sedangkan tindakan keperawatan yang diberikan pada Ny. W untuk mengatasi masalah defisit perawatan diri yaitu :
1) Mengajarkan klien untuk melakukan aktifitas seperti mandi, berdandan, berhias dan makan sendiri
2) Menjelaskan pentingnya merawat diri
3) Memfasilitasi untuk mempertahankan aktivitas 4) Menciptakan lingkungan yang nyaman
5) Melakukan kolaborasi pemberian obat
Kekuatan dari tindakan keperawatan yang telah diberikan adalah : dengan bahasa penyampaian yang sederhana dan tindakan keperawatan yang menyesuaikan kondisi Ny. W sehingga tindakan keperawatan bisa dipahami dan dimengerti Ny. W bersedia mengikuti instruksi dari perawat. Kelemahan : dilihat dari kondisi Ny. W yang lanjut usia sulit untuk memahami tindakan keperawatan yang diberikan oleh mahasiswa, agar dilakukan secara mandiri karena membutuhkan pengawasan dan bantuan dari tenaga kesehatan.
4.5 Evaluasi
Dari 2 diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan sesuai dengan apa yang penulis temukan dalam melakukan studi kasus dan melakukan asuhan keperawatan kurang lebih sudah mencapai perkembangan yang lebih baik dan optimal, maka dari itu dalam melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang maksimal memerlukan adanya keja sama antara penulis dengan klien, perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya. Evaluasi pada kasus ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
54
a. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, hasil evaluasi pada tanggal 10 April 2021 pukul 08:00 WIB kondisi Ny. W menunjukkan ada sedikit perubahan dengan adanya data subyektif Ny. W mengatakan nyeri dipersendian sudah mulai berkurang.
Data objektif Ny. W sudah jarang meringis, Ny. W tampak lebih relaks dan tenang. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah gangguan mobilitas fisik Ny. W teratasi sebagian.
b. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, hasil evaluasi pada tanggal 12 April 2021 pukul 13:00 WIB kondisi Ny. W menunjukkan ada sedikit perubahan dengan adanya data subyektif Ny. W mengatakan sudah mulai bisa melakukan aktifitas sehari- hari tanpa dibantu. Data objektif didapatkan bahwa Ny. W tampak lebih relaks dan mulai bersemangat. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah defisit perawatan diri pada Ny. W teratasi sebagian.
BAB 5 PENUTUP
Pada bab ini, penulis akan menyimpulkan hasil dari asuhan keperawatan pada Ny.
W dengan Rheumatoid Arthritis yang berada di DesaWatulumbung mulai dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan yang dilaksanakan pada tanggal 10 April 2021 sampai dengan 12 April 2021.
5.1. Kesimpulan
Rheumatoid Arthritis adalah peradangan sendi kronis yang disebabkan oleh gangguan autoimun. Gangguan autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap penyusup seperti, bakteri , virus dan jamur, keliru menyerang sel dan jaringan tubuh sendiri. Pada penyakit Rematik, sistem imun gagal membedakan jaringan sendiri dengan benda asing, sehingga menyerang jaringan tubuh sendiri, khususnya jaringan sinovium yaitu selaput tipis yang melapisi sendi.
Hasilnya dapat mengakibatkan sendi bengkak, rusak, nyeri, meradang, kehilangan fungsi bahkan cacat (Haryono, Setiyaningsih, 2019). Dari uraian diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan :
5.1.1. Pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan Ny. W dengan Rheumatoid Arthritis yang berada di Desa Watulumbung dapat dilakukan dengan baik. Data yang ditemukan selaras dengan konsep teori.
5.1.2. Pada diagnosa asuhan keperawatan pada Ny. W dengan Rheumatoid Arthritis yang berada di Desa Watulumbung dapat dirumuskan 2 diagnosa pada tinjauan kasus.
56
1) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kekuatan otot menurun 2) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan ekstremitas bawah 5.1.3. Pada perencanaan asuhan keperawatan pada pasien Ny. W dengan Rheumatoid Arthritis yang berada di Desa Watulumbung semua perencanaan dapat diterapkan pada tinjauan kasus.
5.1.4. Pada implementasi asuhan keperawatan pada pasien Ny. W dengan Rheumatoid Arthritis yang beradadi Desa Watulumbung hampir semua dapat dilakukan, namun ada beberapa rencana tindakan yang penulis tidak dapat lakukan oleh perawat tersebut.
5.1.5 Evaluasi pada pasien dengan asuhan keperawatan pada pasien Ny. W dengan Rheumatoid Arthritis yang berada di Desa Watulumbung, kedua masalah keperawatan sama-sama teratasi.
5.2 Saran
Setelah pemakalah membuat kesimpulan tentang Asuhan Keperawatan pada Ny. W dengan Rheumatoid Arthritis, maka penulis menganggap perlu adanya saran untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan. Adapun saran-saran sebagai berikutnya:
5.2.1 Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan kesehatan harus melakukan pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang, agar bisa memberikan asuhan keperawatan yang profesional untuk klien, khususnya asuhan keperawatan Ny. W dengan Rheumatoid Arthritis.
5.2.2 Penulis
Penulis harus mampu memberikan dan berfikir kritis dalam melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien, terutama pada Ny. W dengan Rheumatoid Arthritis. Penulis juga harus menggunakan teknik komunikasi terapeutik yang lebih baik lagi pada saat pengkajian, tindakan dan evaluasi agar terjalin kerja sama yang baik guna mempercepat kesembuhan klien.
5.2.3 Penulis Selanjutnya
Penulis selanjutnya sebaiknya dapat memberikan pelayanan dan melakukan asuhan keperawatan yang lebih baik lagi, terutama pada Ny. W dengan Rheumatoid Arthritis.
Kerja sama yang baik hendaknya tetap dipertahankan dan untuk mengatasi terjadinya komplikasi lanjut.
58
DAFTAR PUSTAKA
Ali, 2010. Konsep dukungan keluarga. Jakarta: Salemba Medika.
Fatimah, 2010. Merawat lanjut usia. Jakarta : Trans Info Media.
Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, dan Praktek.
Edisi ke-5. Jakarta: EGC.
Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Junaidi, 2013 Rematik dan Asam Urat. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer.
Nugroho. (2012). Keperawartan gerontik & geriatric, edisi 3. Jakarta : EGC Potter & Perry. (2012). Fundamental of Nurcing. Jakarta: EGC.
Widuri, Hesti. (2010), Asuhan Keperawatan Pada Lanjut Usia.
Yogyakarta: Fitramaya.