• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Patient Safety

Dalam dokumen PATIENT SAFETY IN CRITICAL CARE 2022 (Halaman 37-41)

STANDAR DAN SASARAN PATIENT SAFETY

C. Implementasi Patient Safety

36 atau pasca operasi (SNARS, 2018).

5) Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.

Fasyankes adalah tempat berkumpulnya sarang penyakit dan tempat pasien berharap pulih, sehat dan bisa beraktivitas sebagaimana semula. Sasaran pengurangan resiko infeksi, infeksi sangat mudah terjadi, mulai dari kelalaian perawat dalam memperhatikan alat-alat yang digunakan hingga menjaga kebersihan diri sebelum menangani pasien. Maka dari itu perawat harus memahami bagaimana cara untuk mencegah pasien terinfeksi akibat pelayanan kesehatan. Satu cara terbaik adalah memastikan setiap alat kesehatan yang digunakan selalu dalam keadaan bersih dan steril. Yang lebih penting lagi adalah menjaga kebersihan diri serta menggunakan alat pelindung diri sebelum, saat dan setelah melakukan interaksi dengan pasien.

Infeksi nosokomial merupakan contoh nyata akibat keteledoran petugas kesehatan yang bisa berakibat fatal (SNARS, 2018).

6) Pengurangan resiko pasien jatuh

Sasaran patient safety berikutnya yang harus diketahui perawat adalah resiko jatuh.

Pasien bisa jatuh, dari tempat tidur, trolley, di kamar mandi atau pada saat berjalan.

Segala kemungkinan buruk ini harus dipahami oleh perawat. Perawat harus memastikan mampu mengidentifikasi segala kemungkinan risiko keselamatan pasien selama dirawat. Ketika merawat harus memastikan bahwa pasien tidak terjatuh karena hal ini akan mempengaruhi kondisi fisik dari pasien. Di sinilah pentingnya langkah-langkah pencegahan konkrit agar pasien tidak jauh. Perawat bukan hanya dituntut mampu memberikan pendidikan kesehatan dan keselamatan terhadap pada pasien, tetapi juga pada keluarga pasien. Mereka perlu mengetahui strategi bagaimana agar bisa menjaga pasien, memperhatikan keadaan pasien dan selalu mendampingi pasien dengan segala aktivitasnya. Di samping perawat dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan menggunakan segala alat dan instrument yang ada kaitanya dengan patien safety (SNARS, 2018).

37 implementasi patent safety ini. Di antaranya komunikasi, pengetahuan, keterampilan, kebijakan dan regulasi (Rivai et al., 2016).

Dalam sebuah studi di Canada menyatakan bahwa, angka terbesar terancamnya keselamatan pasien di pelayanan kesehatan primer adalah karena kurangnya komunikasi antara petugas kesehatan dengan pasien, dan lemahnya kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan yang dimiliki oleh perawat (World Health Organization, 2021). Di Australia sebagai contoh lain disebutkan bahwa peraturan Pemerintah Australia mengenai implementasi keselamatan pasien pada pelayanan kesehatan primer, didapatkan dari hasil umpan balik pasien terhadap layanan kesehatan yang didapatkan. Keselamatan pasien telah menjadi isu global yang sangat penting dilakukan oleh setiap rumah sakit, dan seharusnya menjadi prioritas utama untuk dilaksanakan dengan mutu dan reputasi rumah sakit (Neri et al., 2018). Masalah utama dalam upaya implementasi sistem keselamatan pasien di sini adalah terjadinya insiden keselamatan pasien (IKP) dalam pelayanan kesehatan di RS. IKP ini bisa mencakup kejadian tidak diharapkan (KTD), kejadian nyaris cedera (KNC) kondisi potensi cidera (KPC) dan kejadian sentinel (sentinel ecent) dalam proses asuhan pelayanan medis maupun asuhan pelayanan keperawatan dari yang ringan sampai yang berat (Faluzi et al., 2018).

Upaya meminimalkan IKP harus disesuaikan dengan standar Joint Commission Internal (JCI) yang mencangkup enam aspek sebagaimana telah dijelaskan di atas, yaitu:

- melakukan identifikasi pasien secara tepat, - meningkatkan komunikasi yang efektif,

- meningkatkan keamanan obat yang membutuhkan perhatian,

- mengurangi resiko salah operasi, salah pasien dan tindakan operasi, mengurangi resiko infeksi akibat perawatan kesehatan dan

- mengurangi resiko pasien cidera karena jatuh

- obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologii dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi (Yahya, 2008).

Pasient safety di RS adalah suatu sistem di mana membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi:

- asesmen resiko,

- identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien,

- pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insien dan tindak lanjutnya serta - implementasi solusi untk meminimaliskan timbulnya resiko (Napirah et al., 2019).

Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

38 (Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Depkes RI, 2006). Hasil yang menggambarkan efek pelayanan yang diberikan selama pasien dirawat, yang berupa kesembuhan, kepuasan, peningkatan pengetahuan dan terhindar dari akibat yang tidak diharapkan cidera.

Implementasi keselamatan pasien membutuhkan kerjasama dari semua lini yang ada melalui pengorganisasian dan merupakan kegiatan pengaturan pekerjaan, yang menyangkut pelaksanaan langkah-langkah yang harus dilakukan sedemikian rupa (Setyani et al., 2017). Hal ini membuat semua kegiatan yang akan dilaksanakan akan mendapatkan pengaturan yang sebaik-baiknya, serta setiap kegiatan yang akan dilaksanakan tersebut memiliki penanggung jawab pelaksananya.

Sebaliknya kesalahan dalam penanganan pasien justru akan merugikan pasien. Oleh karenanya sejauh mungkin harus dihindari. Untuk itu dalam implementasi patient safety, pasien dan keluarganya membutuhkan suatu jaminan hukum bagi penanganan petugas rumah sakit, sehingga hal-hal penanganan pasien di luar standar sejauh mungkin bisa dihindarkan.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah menegaskan pentingnya Keselamatan dalam pelayanan pasien: Safety is a fundamental principle of patient care and a critical component of quality management (Salawati, 2020). Data terkait kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit di berbagai negara menunjukkan 3-16%, sebuah angka yang tidak kecil (WHO, 2004). Kita tahu di RS terdapat ratusan macam obat, tes dan prosedur, peralatan kedokteran dengan teknologinya, beragam tenaga profesi dan non profesi yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam terus menerus. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan kemungkinan terjadinya KTD. Di Utah Colorado ditemukan KTD (Adverse Event) sebesar 2,9% di mana 66% meninggal. Sedangkan di New York KTD adalah sebesar 3,7% dengan angka kematian 13,6% (Hessels et al., 2019). Angka kematian akibat KTD pada pasien rawat inap di seluruh Amerika yang berjumlah 33,6 juta per tahun berkisar 44.000-98.000 per tahun. Publikasi WHO pada tahun 2004, mengumpulkan angka-angka penelitian rumah sakit di berbagai negara : Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia ditemukan KTD dengan rentang 3,2-16,6%. Dengan rata-rata tersebut, berbagai negara segera melakukan penelitian dan mengembangkan sistem keselamatan pasien.

Maka dari itu patient safety sudah menjadi tuntutan masyarakat maka implementasinya di berbagai fasyankes perlu dilakukan. Berkaitan dengan tuntutan keselamatan pasien tersebut maka diperlukan acuan yang jelas untuk melaksanakan keselamatan pasien tersebut. Buku panduan keselamatan pasien rumah sakit dan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit diharapkan dapat membantu rumah sakit dalam melaksanakan kegiatannya. Sembilan solusi keselamatan pasien (nine saving safety solution) yaitu:

1. Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (Look-Alike, sound-Alike Medication Names).

2. Pastikan identitas pasien

3. Komunikasi secara benar saat serah terima/ pengoperan pasien

39 4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar

5. Kendalikann cairan elektrolit pekat (Concentrated)

6. Pastikan akurasi pemberian obat pad pengalihan pelayanan 7. Hindari salah kateter dan salah sambung slang (Tube) 8. Gunakan alat injeksi sekali pakai

9. Tingkatkan kebersihan tangan (Hand Hygiene) untuk pencegahan Infeksi Nasokomial (Adventus et al., 2019)

Sedangkan untuk standar keselamatan pasien di RS terdiri dari 7 standar yaitu:

1. Hak Pasien

2. Mendidik pasien dan keluarga

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien.

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien.

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien (Faluzi et al., 2018).

40

BAB 4

MANAJEMEN DASAR PATIENT SAFETY

Dalam dokumen PATIENT SAFETY IN CRITICAL CARE 2022 (Halaman 37-41)