91
BAB 7
MONITORING DAN EVALUASI
92 BAB 7. MONITORING DAN EVALUASI PATIENT SAFETY
Mekanisme Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi atau yang sering disingkat dengan Monev ramai dibicarakan dalam manajemen selama dasawarsa terakhir. Monev adalah salah satu bagian terpenting dalam aktivitas organisasi. Oleh sebab itu isu Monev selalu dikedepankan dalam setiap kegiatan sertifikasi dan akreditasi termasuk dalam memonitor dan mengevaluasi praktik patient safety (Faluzi et al., 2018).
Monitoring merupakan bagian penting dari pelaksanaan program yang terkait dengan keperawatan. Hasil yang diharapkan dari monitoring dikaitkan dengan standar kerja yang digunakan dalam pelayanan keperawatan akan bermakna jika tujuan dapat dicapai dengan hasil kerja yang baik (Setyani et al., 2017). Hasilnyat sangat tergantung pada kualitas kinerja yang ditampilkan oleh petugas klinis termasuk perawat. Hal itu merupakan bagian yang penting dalam proses manajemen keperawatan di mana kegiatan monitoring dalam praktiknya bertujuan untuk mengetahui bagaimana hasil akhir perawat melaksanakan tugas kerjanya ditinjau dari aspek safety (Kemenkes, 2019).
Sedangkan evaluasi adalah proses penilaian. Penilaian ini bisa menjadi positif atau negatif atau merupakan gabungan dari keduanya. Saat sesuatu dievaluasi biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau manfaatnya (Napirah et al., 2019).
Penilaian harus dikembangkan bersama perencanaan suatu program. Evaluasi juga selalu terkait dengan proses pengambilan kebijakan.
Monitoring dan evaluasi bertujuan memberikan gambaran lengkap tentang implementasi program, terutama untuk mengetahui ketercapaian dari pelaksanaan program dan mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan yang terjadi sehingga informasi tersebut berguna bagi pengambil keputusan untuk melakukan penyesuaian dan perbaikan guna mencapai target yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien (Sembiring, 2020).
Monitoring, pengendalian, dan evaluasi dalam dunia keperawatan diperlukan untuk mengetahui dan menjamin kemajuan suatu program atau kegiatan pelayanan, dan untuk menilai hasil akhir dari suatu program ataupun kegiatan pelayanan (Setyani et al., 2017).
Monitoring, pengendalian dan evaluasi sebenarnya merupakan bagian dari fungsi pengawasan dan berkaitan erat dengan modul-modul lain dalam pelayanan keperawatan dalam aspek patient safety yang menguatkan pelaksanaan semua fungsi manajemen, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan, pengawasan (controlling) itu sendiri (Galleryzki et al., 2021). Ini dilakukan karena tidak menutup kemungkinan pada pelaksanaan setiap fungsi manajemen keperawatan tersebut sudah ditemukan penyimpangan yang segera perlu diperbaiki/ diluruskan.
Monitoring merupakan proses pengumpulan dan analisis informasi berdasarkan indikator
93 yang ditetapkan secara sistematis dan kontinu tentang kegiatan atau program sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi untuk penyempurnaan program atau kegiatan itu di masa yang akan datang. Monitoring merupakan kegiatan pemantauan yang dapat dijelaskan sebagai kesadaran (awareness) tentang apa yang ingin diketahui, pemantauan berkadar tingkat tinggi dilakukan agar dapat membuat pengukuran melalui waktu yang menunjukkan pergerakan kearah tujuan atau menjauh dari itu. Proses monitoring dapat diartikan sebagai proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan atas tujuan program. Sementara evaluasi merupakan rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan, keluaran, dan hasil terhadap rencana dan standar.
Evaluasi sebagai suatu proses yang diselenggarakan untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas dan dampak kegiatan program atau proyek yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai serta sistematis dan objektif. Dalam praktik manajemen patient safety di dunia keperawatan, evaluasi juga diartikan sebagai pengukuran dari konsekuensi dari setiap prosedur yang dikehendaki atau tidak dikehendaki dari suatu tindakan yang telah dilakukan dalam rangka mencapai beberapa tujuan yang akan dinilai.
Fungsi monitoring dan evaluasi ini di antaranya dijadikan sebagai bagian dari proses pengambilan keputusan berjalan atau berhentinya/perubahan sebuah atau beberapa program yang berkaitan dilakukan melalui proses evaluasi. Fungsi kegiatan monitoring dan evaluasi terutama kaitannya dengan kegiatan para pimpinan keperawatan dalam tugas dan tanggungjawabnya adalah sebagai berikut:
1. Memperkuat rasa tanggung jawab terhadap orang / manejer/ pejabat yang diserahi tugas dan wewenang dalam pelaksanaan pekerjaan.
2. Membidik para pekerja atau pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.
3. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, kelainan dan kelemahan agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan. 4. Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan agar pelaksanaan pekerjaan tidak mengalami hambatan dan pemborosan-pemborosan yang tidak perlu (Sembiring, 2020).
Monitoring dan evaluasi sangat berperan dalam mengidentifikasi masalah keperawatan, Dalam mengambil langkah korektif untuk perbaikan secepatnya serta mengukur pencapaian sasaran/target. Dalam pelaksanaan keperawatan monitoring dan evaluasi bisa dijadikan kelanjutan dari dari penentuan parameter / indikator kinerja. Monitoring dan evaluasi dapat bermanfaat untuk memvalidasi poin perhitungan yang dicapai oleh tiap personil perawat, sehingga poin remunerasi yang didapat benar- benar mencerminkan performa klinis keperawatan yang berkualitas dan reward yang didapat pun sesuai dengan performa yang ditampilkan tersebut.
Langkah penerapan program monitoring dan evaluasi patient safety:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien.
94 2. Membangun komitmen dan fokus yang jelas tentang keselamatan pasien.
3. Membangun sistem dan proses managemen resiko serta melakukan identifikasi dan assessmen terhadap potensial masalah.
4. Membangun sistim pelaporan.
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien dengan melakukan analisis akar masalah.
7. Mencegah cedera melalui implementasi sistim keselamatan pasien dengan menggunakan informasi yang ada (Yuli, n.d.).
Instrumen Monitoring dan Evaluasi
Penyelenggaraan perawatan yang aman dan bermutu dapat dilakukan dengan memperhatikan keselamatan pasien, yang memerlukan upaya organisasi untuk menciptakan lingkungan yang mendukung yang salah satunya dengan membudayakan keselamatan pasien. Guna melestarikan pembudayaan patient safety tersebut dibutuhkan pengukuran budaya keselamatan pasien dan fasilitas kesehatan yang perlu memilih instrumen yang tepat agar mendapatkan hasil yang diinginkan. Instrumen budaya keselamatan pasien atau pengukuran budaya keselamatan pasien menggunakan salah satu instrumen pengukuran budaya keselamatan pasien.
Beberapa jenis instrumen tersebut antara lain:
- HSOPSC (Hospital Survey on Patient Safety Culture),
- MaPSaF (Manchester Patient Safety Assesment Framework) dan - SAQ (Safety Attitudes Questionnaire).
Ketiga instrumen tersebut merupakan instrumen yang paling banyak digunakan untuk melakukan pengukuran budaya keselamatan pasien di rumah sakit, fasilitas kesehatan primer maupun fasilitas kesehatan lainnya. Secara umum mengandung empat dimensi budaya keselamatan pasien yaitu:
- open culture (budaya keterbukaan), - just culture (budaya keadilan),
- reporting culture (budaya melaporkan) dan - learning culture (budaya pembelajaran).
HSOPSC (Hospital Survey on Patient Safety Culture),
Kuesioner Hospital Survey on Patient Safety Culture (HSOPSC) adalah salah satu kuesioner yang paling dikenal dan paling banyak digunakan di berbagai negara untuk mengkaji budaya keselamatan pasien, serta banyak direkomendasikan oleh lembaga akreditasi untuk mengukur budaya keselamatan pasien (Hanifa & Dhamanti, 2021).
Kuesioner Hospital Survey on Patient Safety Culture (HSOPSC) adalah salah satu kuesioner yang paling dikenal dan paling banyak digunakan untuk mengkaji budaya keselamatan pasien, serta banyak direkomendasikan oleh lembaga akreditasi untuk
95 mengukur budaya keselamatan pasien (Farzi et al., 2017). Penelitian terdahulu melaporkan bahwa kuesioner ini memiliki konsistensi yang lebih tinggi dibandingkan kuesioner budaya keselamatan pasien lainnya .
Kuesioner ini dikembangkan oleh the Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ) dan menanyakan mengenai pendapat staf rumah sakit tentang budaya keselamatan pasien di rumah sakit tempat mereka bekerja (Hanifa & Dhamanti, 2021). Kuesioner HSOPSC ini berbahasa Inggris sehingga penggunaannya di Indonesia masih terbatas.
Namun demikian terdapat beberapa versi terjemahan dalam bahasa yang berbeda, hanya saja versi terjemahan ini dikembangkan secara mandiri oleh berbagai peneliti dan rumah sakit di Indonesia. Akibatnya terdapat berbagai versi dengan susunan kata dan kalimat yang bervariasi, dengan referensi yang terbatas mengenai properti psikometrika masing-masing kuesioner tersebut.
MaPSaF (Manchester Patient Safety Assesment Framework)
MaPSaF awalnya dikembangkan oleh Dianne Parker, Sue Kirk, Tanya Claridge, Aneez Esmail dan Martin Marshall dalam sebuah proyek kolaboratif yang didukung oleh National Primary Nursing Research and Development Center, University of Manchester (Parker, 2006). Ide awalnya datang dari penelitian yang didanai oleh Shell International.
Mengapa MaPSaF dikembangkan? Keselamatan pasien dan staf di rumah sakit dipengaruhi oleh sejauh mana keselamatan dirasakan menjadi penting di seluruh lembaga/organisasi.
'Budaya keselamatan' ini adalah konsep baru di sektor kesehatan dan mungkin salah satu cara untuk menilai dan mengubah. Kerangka kerja ini telah dibuat untuk membantu membuat konsep budaya keselamatan dapat diakses. Ini awalnya dirancang untuk digunakan oleh praktik umum dan organisasi perawatan primer dan sekarang telah diadaptasi untuk digunakan di sektor lain dari penyediaan layanan kesehatan untuk membantu organisasi ini memahami tingkat pengembangan keselamatan pasien (Wallis &
Dovey, 2011). Instrumen ini menggunakan sepuluh dimensi keselamatan pasien dan untuk masing-masing menggambarkan seperti apa sebuah organisasi pada lima tingkat budaya keselamatan. Kerangka kerja didasarkan pada sebuah ide yang berhasil digunakan di sektor non-kesehatan. Konten berasal dari wawancara mendalam dan kelompok fokus dengan berbagai profesional kesehatan dan manajer.
Dimensi budaya keselamatan pasien yang dimaksud adalah sbb.:
1. Komitmen untuk perbaikan berkelanjutan secara keseluruhan 2. Prioritas diberikan pada keselamatan
3. Kesalahan sistem dan tanggung jawab individu 4. Merekam insiden dan praktik terbaik
5. Mengevaluasi insiden dan praktik terbaik 6. Belajar dan melakukan perubahan
7. Komunikasi tentang masalah keamanan
96 8. Manajemen personel dan masalah keselamatan
9. Pendidikan dan pelatihan staf 10. Kerja tim (Parker, 2006)
SAQ (Safety Attitudes Questionnaire).
SAQ adalah instrumen yang secara psikometri digunakan untuk menilai enam domain iklim terkait keselamatan yang secara sistematis digunakan untuk memperoleh masukan dari professional yang ada garis depan misalnya perawat (Hanifa & Dhamanti, 2021). Instrumen ini bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan kelemahan dalam pengaturan klinis dan memotivasi intervensi peningkatan kualitas yang mengarah pada pengurangan kesalahan medis. Instrumen ini terdiri dari:
- teamwork climate (iklim kerja tim), - safety climate (iklim keselamatan),
- perception of management (persepsi manajemen), - working condition (kondisi kerja),
- job satisfaction (kepuasan kerja), dan
- stres recognition (pengakuan stres) (Rohmani & Sari, 2019).
Instrumen seperti SAQ ini banyak digunakan untuk mengevalusi penerapan patient safety di kamar operasi (Hanifa & Dhamanti, 2021).
97 PENUTUP
Patient safety merupakan hak setiap pasien yang mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Perawat sebagai bagian dari professional kesehatan wajib memahami dan menerapkannya demi kepentingan pasien, tempat kerja, profesi dan individu perawat itu sendiri. Aspek-aspek yang perlu dipahami oleh perawat critical care sebagaimana yang tertuang dalam buku ini yang bila dirangkum mencakup aspek dasar hukum, konsep dasar, langkah-langkah penerapan, standard patient safety, manajemen keperawatan praktis di critical care, monitoring dan evaluasi serta intrumen yang digunakan dalam pengukuran patient safety.
Pada intinya patient safety hanya akan menjadi slogan tanpa ada implementasi. Untuk mengimplementasikannya tentu berhadapan dengan sejumlah risiko karena kesalahan dan risiko selalu ada dan sifatnya manusiawi. Oleh sebab itu kesempurnaan patient safety hanya bisa diperoleh melalui praktik langsung, menerapkan teori yang ada di lapangan. Dengan demikian kesalahan yang ada akan bisa diperbaiki atau dikoreksi secara bertahap, kontinyu, berkesibambungan dan perlu konsisten. Tahapan inilah yang perlu dibudayakan, baik oleh mahasiswa, praktisi bahkan dosen. Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Jika bukan oleh perawat, siapa lagi?
Terlepas dari segala kekurangan yang ada dalam buku ini sebagai sumbangan buah pikiran, penulis sangat berharap ke depan buku ini bisa digunakan sebagai pembejaran berharga dari sisi keperawatan critical care.
Semoga...
98 GLOSARIUM
Akreditasi dalam ISO/IEC 17011:2017 adalah penetapan dari pihak ketiga berkaitan dengan pembuktian formal bahwa suatu lembaga penilaian kesesuaian memiliki kompetensi untuk melakukan tugas penilaian kesesuaian tertentu. Lembaga yang melakukan akreditasi disebut dengan badan akreditasi.
Alat pelindung Diri atau APD (Personal protective equipment) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.
Analisis adalah mengamati aktivitas objek dengan cara mendeskripsikan komposisi objek dan menyusun kembali komponen-komponennya untuk dikaji atau dipelajari secara detail.
Kata analisis berasal dari bahasa Yunani Kuno ἀνάλυσις.
Asuhan keperawatan adalah proses kegiatan pada praktik keperawatan yang secara langsung ditujukkan kepada klien atau pasien di berbagai pelayanan kesehatan.
Bahaya merupakan semua sumber situasi maupun aktivitas yang berpotensi menimbulkan cedera atau kecelakaan kerja dan atau penyakit akibat kerja (PAK). Bahaya jugaa dapat diartikan sebagai suatu kegiatan, situasi maupun zat yang dapat menyebabkan kerugian, baik fisik maupun mental.
BPPSDMK (Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan)adalah unsur pendukung di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan. BPPSDMK mempunyai tugas melaksanakan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia di bidang kesehatan.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi, diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Bentuk lain dari kata budaya adalah kultur yang berasal dari bahasa Latin yaitu cultura.
Cohorting adalah praktik mengelompokkan pasien yang terkolonisasi atau terinfeksi organisme yang sama untuk membatasi perawatan mereka di satu area dan mencegah kontak dengan pasien lain.
Continuum of care atau asuhan berkesinambungan adalah asuhan yang disediakan secara komprehensif disepanjang siklus hidup perempuan serta diberikan dalam tempat yang berkesinambungan mencakup rumah, komunitas, puskesmas, dan tempat rujukan.
Critical care adalah keahlian khusus di dalam ilmu perawatan yang dihadapkan secara rinci dengan manusia (pasien) dan bertanggung jawab atas masalah yang mengancam jiwa.
Data adalah catatan atas kumpulan fakta. Data merupakan bentuk jamak dari datum, dan berasal dari bahasa Latin yang berarti "sesuatu yang diberikan". Dalam penggunaan sehari-hari, data berarti suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya.
99 Dekubitus adalah luka akibat tekanan di kulit karena posisi tubuh tidak berganti dalam waktu yang lama. Luka akan muncul di area kulit yang paling banyak mendapatkan tekanan, seperti tumit, siku, pinggul, dan tulang ekor.
Desinfeksi adalah proses menghilangkan sebagian besar atau semua mikroorganisme patogen, kecuali endospora bakteri, yang terdapat di permukaan benda mati (non biologis, seperti dinding, lantai, peralatan dan lainnya), ruangan, pakaian dan Alat Pelindung Diri (APD).
Diagnosis adalah upaya menentukan penyakit atau kelemahan yang dialami seseorang melalui pengujian untuk mendapatkan suatu keptusan yang saksama atas gejala-gejala tentang suatu hal.
Dokter adalah seseorang yang karena keilmuannya berusaha menyembuhkan orang-orang yang sakit. Tidak semua orang yang menyembuhkan penyakit bisa disebut dokter. Untuk menjadi dokter biasanya diperlukan pendidikan dan pelatihan khusus dan mempunyai gelar dalam bidang kedokteran.
Ethics yaitu segala tindakan yang harus dilakukan oleh manusia sesuai dengan moral pada umumnya. Etika menjadi pedoman pada seseorang atau kelompok untuk perilaku dan perbuatan.
Evaluasi merupakan saduran dari bahasa Inggris "evaluation" yang diartikan sebagai penaksiran atau penilaian. Nurkancana menyatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan berkenaan dengan proses untuk menentukan nilai dari suatu hal.
Falsafah adalah anggapan, gagasan, dan sikap batin yang paling dasar yang dimiliki oleh orang atau masyarakat.
Fasyankes atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Hand hygiene atau Kebersihan tangan adalah tindakan yang paling penting untuk mencegah penyebaran infeksi di antara pasien dan petugas kesehatan.
Hukum perundang-undangan adalah hukum tertulis yang dibentuk dengan cara-cara tertentu, oleh pejabat yang berwenang dan dituangkan dalam bentuk tertulis. Disebut hukum perundang-undangan karena dibuat atau dibentuk dan ditetapkan oleh badan yang menjalankan fungsi perundang- undangan (legislasi).
ICU (Intensive Care Unit) adalah ruang khusus untuk pasien krisis yang memerlukan perawatan intensif dan observasi berkelanjutan.
Identifikasi pasien adalah proses mencocokkan pasien dengan tepat untuk intervensi yang dimaksudkan dan mengkomunikasikan informasi tentang identitas pasien secara akurat pada seluruh rangkaian perawatan.
Infection control atau Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang selanjutnya disingkat PPI adalah upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan kesehatan.
Infeksi adalah masuknya mikroorganisme yang memperbanyak diri di jaringan tubuh yang menyebabkan peradangan.
100 Injeksi yang sering disebut sebagai 'shot' atau 'jab' dalam bahasa Inggris adalah proses memasukkan cairan ke tubuh menggunakan jarum. Dalam praktik medis, cairan yang kerap dimasukkan ke tubuh melalui injeksi adalah obat dan vitamin.
Insiden ialah kejadian yang berkaitan dengan pekerjaan dimana cedera, penyakit akibat kerja (PAK) ataupun kefatalan (kematian) dapat terjadi. Termasuk insiden ialah keadaan darurat.
Insiden Keselamatan Pasien yang selanjutnya disebut Insiden adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada Pasien.
Instalasi / Unit Gawat Darurat adalah salah satu unit dalam rumah sakit yang menyediakan penanganan awal pasien, sesuai dengan tingkat kegawatannya. Seorang petugas skrining akan memilah pasien dalam kelompok triase. Adapun kelompok triase tersebut terdiri dari;
triase merah, triase kuning, triase hijau, dan triase hitam.
Isolasi merupakan upaya merawat pasien tersendiri di ruangan yang didesain khusus untuk menangani pasien dengan penyakit infeksi agar terpisah dari pasien lain.
JCI adalah afiliasi yang paling terpercaya dalam akreditasi ? The Joint Commission. Standar mereka merupakan bentuk konsensus di dunia terkait kualitas perawatan pasien yang mencerminkan praktik perawatan kesehatan mutakhir dan tren pemberian perawatan kesehatan.
JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) adalah program pelayanan kesehatan dari pemerintah yang berwujud BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan dan sistemnya menggunakan sistem asuransi. Dengan adanya JKN ini maka seluruh warga Indonesia berkesempatan besar untuk memproteksi kesehatan mereka dengan lebih baik.
Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk melakukan tindakan pembedahan, baik elektif maupun emergency, yang membutuhkan keadaan suci hama (steril). Kamar bedah adalah ruang dimana dilakukan tindakan tindakan sehubungan dengan pembedahan,
Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan kelompok sektor swasta, serta individu.
Kebijakan berbeda dengan peraturan dan hukum.
Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien.
Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spriritual yang komprehensif, ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup bio, psiko, sosio dan spiritual.
101 Klinik merupakan fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan medis, berupa medis dasar dan atau medis spesialistik. Diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan juga dipimpin oleh seorang tenaga medis berdasarkan Permenkes RI No.9, 2014.
Kode etik adalah suatu sistem norma, nilai & juga aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar & baik & apa yang tidak benar & tidak baik bagi profesional.
Kode etik menyatakan perbuatan apa saja yang benar/salah, perbuatan apa yang harus dilakukan & perbuatan apa yang harus dihindari.
Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah komite yang bertugas memberikan masukan dan pertimbangan kepada Menteri dalam rangka penyusunan kebijakan nasional dan peraturan keselamatan pasien rumah sakit.
Komunikasi adalah "suatu proses ketika seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain". Komunikasi dapat berbentuk verbal dan nonverbal,
Konsep dasar adalah sebuah pemikiran awal yang mana akan dijadikan pedoman dan dikembangkan dalam pembentukan pengetahuan ilmiah yang ada. Konsep dasar diperlukan dikarenakan digunakan sebagai pemikiran awal agar dikembangkan menjadi suatu invoasi di berbagai bidang ilmiah atau di kehidupan secara umum.
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya, dapat diberikan secara langsung atau melalui pos atau internet. Jenis angket ada dua, yaitu tertutup dan terbuka.
Laboratorium adalah tempat riset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan- kegiatan tersebut secara terkendali.
Life cycle atau siklus hidup, dalam biologi, adalah serangkaian perubahan yang dialami anggota suatu spesies saat mereka melewati dari awal tahap perkembangan tertentu ke permulaan tahap perkembangan yang sama pada generasi berikutnya.
Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan seseorang dalam mengatur kegiatan yang dikerjakan individu atau kelompok yang merupakan seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Mekanisme berasal dari kata dalam bahasa Yunani mechane yang memiliki arti instrumen, mesin pengangkat beban, perangkat, peralatan untuk membuat sesuatu dan dari kata mechos yang memiliki arti sarana dan cara menjalankan sesuatu.
Mitigasi adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko dan dampak yang diakibatkan oleh bencana terhadap masyarakat di kawasan rawan bencana, baik itu bencana alam, atau akibat ulah manusia.
Monev atau Monitoring dan Evaluasi (M&E) atau di Indonesia dikenal dengan MONEV digunakan untuk mengamati perkembangan dan menilai kinerja organisasi, proyek, program, dan kebijakan yang umumnya dilakukan oleh pemerintah, organisasi internasional, LSM, kelompok masyarakat sipil, dan organisasi lainnya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas tatakelola organisasi, proyek, program,