• Tidak ada hasil yang ditemukan

Infrastruktur Ekonomi

perizinan dan percepatan pembangunan bendungan baru; dan (d) Pemanfaatan potensi waduk baru melalui pembangunan prasarana irigasi, air baku, dan PLTA.

2) Pengembangan waduk multiguna secara terpadu dengan pengembangan kawasan KEK/

KI melalui: (a) Penerapan skema investasi Large Scale Low Cost Hydropower for Industry (a.l PLTA di Kaltara); (b) Pemanfaatan potensi International Grid (HVDC) untuk peningkatan pasokan energi domestik dan komersial, termasuk border Interconnection Indonesia-Malaysia di Kalimantan-Sumatera; dan (c) Optimalisasi link and match potensi waduk multiguna dengan kebutuhan pengembangan Kawasan KEK/KI, termasuk wilayah KKM dan KKJSM di Madura.

3) Penerapan inovasi teknologi dalam menambah volume tampungan air dan efisiensi pemanfaatan air melalui (a) Peningkatan kapasitas dan optimalisasi fungsi waduk berdasarkan karakteristik dan kondisi bendungan; (b) Peningkatan efisiensi dan keamanan operasi waduk; (c) Pemeliharaan dan konservasi terhadap bendungan, kawasan tangkapan air, dan greenbelt; dan (d) Pelibatan masyarakat dan dunia usaha dalam pemanfaatan fungsi dan pemeliharaan waduk.

4) Pengembangan jaringan irigasi untuk mendukung ketahanan pangan, serta peternakan, tambak, dan pertanian non-padi melalui (a) Peningkatan luas daerah irigasi teknis untuk meningkatkan produktivitas sawah; (b) Pengembangan layanan irigasi untuk peternakan, tambak, dan pertanian non-padi; dan (c) Penyusunan standar efisiensi dan kinerja penggunaan air untuk irigasi sesuai karakteristik petani.

5) Penerapan sistem pengelolaan daerah irigasi berbasis teknologi tepat guna melalui (a) Penerapan single management untuk daerah irigasi yang sejalan dengan peningkatan partisipasi petani; (b) Peningkatan kinerja kelembagaan dan kualitas SDM pengelola irigasi; dan (c) Penerapan teknologi tepat guna

Konektivitas Transportasi Jalan

Arah kebijakan konektivitas transportasi jalan adalah meningkatkan konektivitas koridor utama logistik dan kawasan-kawasan prioritas melalui:

1) Mendorong penyusunan rencana umum jaringan jalan, dan kriteria pemilihan program/kegiatan untuk pembangunan/ penanganan jalan nasional, dan daerah;

2) Penyusunan standar teknis dan kualitas jalan nasional dan daerah;

3) Peningkatan kapasitas SDM daerah melalui pendanaan DAK dan memperluas pelaksanaan skema pendanaan hibah jalan daerah yang difokuskan pada perbaikan tata kelola pemeliharaan jalan daerah;

4) Membangun jaringan jalan tol di koridor utama logistik terutama untuk Tol Trans Sumatera;

5) Membangun jaringan jalan arteri utama nasional di tiap pulau terintegrasi dengan kawasan (KEK, KI, dan KSPN, daerah 3T);

6) Membangun jalan akses menuju simpul transportasi

7) Preservasi jalan sesuai dengan standar lebar dan daya dukung; dan

8) Meningkatkan kinerja kemantapan jalan daerah (jalan provinsi, kabupaten/kota).

Konektivitas Transportasi Kereta Api

Arah kebijakan dan strategi dalam rangka memperkuat konektivitas transportasi kereta api, antara lain:

1) Optimalisasi pemanfaatan kapasitan dan jaringan KA;

untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air untuk daya dukung pertumbuhan tanaman.

perlengkapan fasilitas keselamatan dan navigasi pelayaran; meningkatkan frekuensi pengawasan serta penindakan terhadap pelanggaran standar keselamatan pelayaran;

3) Standardisasi layanan dan infrastruktur 7 hub domestik melalui pembentukan aliansi operatorship;

4) (Peningkatan dan pengembangan pelabuhan pengumpul dan pengumpan sesuai dengan standar layanan yang ditetapkan;

5) Aktivasi rute pendulum melalui aliansi strategis jaringan pelayaran dan utilisasi kapal yang lebih besar;

6) Pengintegrasian jasa pelayaran lokal (PELRA) dengan sistem pelayaran nasional, melalui standarisasi khusus untuk pelabuhan hub strategis tol laut;

7) Pengintegrasian jasa pelayaran komersial dengan sistem pelayaran non-komersial;

8) Pengembangan hinterland terintegrasi melalui pembangunan infrastruktur dasar dan peningkatan konektivitas mendukung kawasan industri;

9) Konsolidasi kargo di 7 pelabuhan untuk menciptakan efisiensi;

10) Pengembangan sistem teknologi informasi yang dapat mendukung kelancaran aktivitas pelayanan angkutan laut, melalui digitalisasi regulasi serta digitalisasi integrasi proses bisnis rantai pasok logistik (e-logistic), perencanaan pemanfaatan platform TIK yang berfungsi untuk pengintegrasian dan pemantauan proses usaha jasa kepelabuhanan, pelayaran, dan jasa logistik lainnya; dan

11) Peningkatan jumlah coverage dan frekuensi pelayanan angkutan perintis yang komprehensif (saling melengkapi dan terpadu antar layanan perintis), melalui memperkuat keterpaduan antarmoda keperintisan laut dan udara serta jalan lintas, sesuai karakteristik wilayah; dan penentuan rute subsidi perintis (multi years) yang sesuai dengan kebutuhan wilayah 3T dalam rangka mendorong aktivitas ekonominya.

2) Pembangunan dan Pengembangan kapasitas jaringan KA;

3) (Sinergi BUMN di bidang industri perkeretaapian dalam pengembangan teknologi dan penyelenggaraan sarana dan prasarana perkeretaapian;

4) Pembentukan dan Penyelenggaraan sistem transportasi dan Badan Usaha multimoda;

5) Pengembangan skema pendanaan perkeretaapian meliputi sarana, prasarana, serta pengoperasian. Strategi untuk mendukung arah kebijakan tersebut, yaitu: (a) Pengembangan kapasitas jaringan dan layanan KA terutama pada jalur ganda KA Pantura dan lintas Selatan Jawa; (b) Pembangunan jalur KA Trans Sulawesi dan KA Trans Sumatera serta melanjutkan pembangunan jalur ganda dan reaktivasi jalur KA di Pulau Jawa dan Sumatera;

(c) Pembangunan akses KA menuju simpul pelabuhan, bandara dan terminal serta pusat kegiatan logistik melalui penyediaan transportasi multimoda yang didukung fasilitas dry port dan fasilitas alih moda untuk mendukung Kawasan Ekonomi Khusus, kawasan pertambangan, Kawasan Industri, serta kawasan pertanian dan perkebunan; (d) Mendorong peran swasta dalam pelayanan dan penyelenggaraan layanan multimoda untuk pembangunan Jalur KA akses bandara pelabuhan, dan terminal;

dan (e) Mendorong keterlibatan swasta dan penyediaan skema jangka panjang yang relatif murah dan dapat dapat dimanfaatkan baik untuk oleh pemerintah maupun badan usaha operator mencakup penyediaan sarana, prasarana, dan penyelenggaraan pengoperasian jaringan KA.

Konektivitas Transportasi Laut

Arah kebijakan dan strategi dalam rangka memperkuat konektivitas transportasi laut, adalah:

1) Penegakan aturan standar keselamatan pelayaran;

2) Pemenuhan kecukupan perlengkapan sistem navigasi pelayaran, melalui penyediaan

Konektivitas Transportasi Udara

Arah kebijakan dan strategi dalam rangka memperkuat konektivitas transportasi udara adalah:

1) Pemenuhan dan peningkatan standar keselamatan dan keamanan penerbangan, melalui: (a) mempertahankan tingkat keselamatan penerbangan (standar ICAO, UE, dan Kategory I FAA); (b) pengadaan dan modernisasi sarana navigasi CNSA (Communication, Navigation, Surveilance dan Automation); (c) implementasi Performance Based Navigation; (d) implementasi System Wide Information Management (SWIM) yang mengintegrasikan data penerbangan, fasilitas pengamatan, ATM, data meterologi, serta data pengguna aeronautika dan data secara global; (e) peningkatan pelayanan navigasi untuk ruang udara lapis bawah (ketinggian sampai dengan 250 ribu kaki); (f) peningkatan fasilitas keamanan penerbangan dan pelayanan darurat;

(g) peningkatkan pengawasan dan pembinaan kelaikan udara, serta penindakan terhadap pelanggaran standar keselamatan penerbangan;

dan (h) pengadaan pesawat udara kalibrasi.

2) Pembangunan/peningkatan kapasitas sarana dan prasarana kebandarudaraan, melalui (a) pembangunan 25 bandara baru; (b) rehabilitasi dan pengembangan 165 bandara; dan (c) pengembangan bandara mendukung kawasan prioritas (KSPN, KEK, KI, perbatasan & rawan bencana).

3) Meningkatkan pelayanan transportasi udara dan cakupan layanan penerbangan perintis, melalui: (a) Implementasi standar pelayanan jasa bandara, penumpang kelas ekonomi, perizinan online, dan bandara ramah lingkungan; (b) standarisasi pelayanan penerbangan (sertifikasi bandara, pemenuhan dan modernisasi sarana dan prasarana); (c) peningkatan cakupan layanan angkutan udara perintis (penumpang dan kargo) serta implemtentasi Program Jembatan Udara Terintegrasi dengan Tol Laut; dan (d) revitalisasi skema subsidi perintis penerbangan yang menjamin kepastian dan keberlanjutan layanan

dengan konsep tahun jamak (multi years).

4) Mendorong pengembangan industri penerbangan nasional, melalui (a) sertifikasi pesawat N219; (b) pembangunan waterbase airport (sea plane) mendukung destinasi wilayah kepulauan; (c) mendorong pengembangan industri perawatan pesawat (MRO) di wilayah barat dan wilayah timur Indonesia.

5) Penyesuaian kerangka regulasi dan penataan kelembagaan, melalui (a) revisi berbagai rencana induk pelayanan transportasi udara (tatanan kebandarudaraan/hub-spoke-feeder, jaringan dan rute penerbangan, dan pelayanan penerbangan); dan (b) penataan kelembagaan.

6) Peningkatan kualitas dan kapasitas SDM, melalui (a) diklat transportasi berbasis teknologi tinggi/

mutakhir memenuhi standar internasional; dan (b) pemenuhan kualitas dan kapasitas (kompetensi) inspektur dan personil penerbangan UPBU.

7) Mendorong pendanaan alternatif (creative financing) dan keterlibatan swasta dalam

pembangunan/pengembangan, dan pengoperasian bandara, melalui: (a)

meningkatkan penyiapan proyek dan memperluas skema KPBU Bandara; dan (b) mendorong pemanfaatan skema KPBU-AP (Availability Payment) untuk penyediaan layanan perintis penerbangan.

Konektivitas Transportasi Darat dan Antarmoda Arah kebijakan dan strategi dalam rangka memperkuat konektivitas transportasi darat dan antarmoda, adalah:

1) Mengembangkan dan merevitalisasi penyediaan jembatan timbang di jalur utama logistik (Pantura, Pansela, Lintas Timur Sumatera), serta mendorong pembangunan jembatan timbang melalui skema pembiayaan KPBU;

2) Mendorong pengembangan kapal penyeberangan baru yang memadai serta meningkatkan ketersediaan jumlah kapal yang dapat melayani angkutan sungai, danau, dan penyeberangan;

3) Meningkatkan kapasitas dermaga penyeberangan pada jalur sabuk utama penyeberangan;

4) Optimalisasi layanan angkutan sungai, danau dan penyeberangan di daerah wisata berbasis maritim melalui peningkatan sarana dan prasarana, serta mendorong skema pembiayaan KPBU dan DAK perhubungan yang mendukung KSPN;

5) Mendorong pertumbuhan wilayah di jalur utama logistik melalui pembangunan serta pengembangan pelabuhan penyeberangan, serta peningkatan rute layanan penyeberangan komersial;

6) Mendorong skema pembiayaan KPBU dan DAK transportasi laut dalam pembangunan dan penyediaan layanan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan;

7) Mendorong pertumbuhan wilayah 3T melalui pembangunan dan pengembangan transportasi sungai, danau, dan penyeberangan yang memadai;

8) Mendorong pemanfaatan layanan penyeberangan untuk mengalihkan penggunaan moda transportasi jalan melalui pengembangan Coastal Shipping;

9) Meningkatkan kemudahan/kelancaran pergerakan arus barang dan penumpang,

khususnya di wilayah perbatasan, melalui pembangunan terminal antar Negara;

10) Peningkatan jumlah coverage dan frekuensi pelayanan angkutan perintis yang komprehensif, melalui: (a) memperkuat antarmoda jalan dan penyeberangan; (b) penyelenggaraan layanan subsidi perintis yang terintegrasi antarmoda serta bersifat tahun jamak; (c) penguatan kapasitas operator pelayanan ASDP perintis;

dan (d) penyediaan dukungan pembiayaan kepada badan usaha pelayaran dan pemerintah daerah.

Infrastruktur Perkotaan

Sistem Angkutan Umum Masal Perkotaan

Arah kebijakan dan strategi dalam rangka pengembangan sistem angkutan umum masal perkotaan, adalah:

1) Mendorong pemerintah daerah untuk mengembangkan rencana mobilitas perkotaan berkelanjutan sebagai bagian dari insentif dalam skema dukungan pemerintah pada 6 kota metropolitan;

2) Urban mobility plan untuk kota kota besar dan sedang melalui program pengembangan kapasitas pemda;

3) Penerapan skema-skema insentif untuk kota kota sedang dan kecil (buy the service); dan

4) Pengembangan mekanisme dukungan pemerintah pusat untuk penyediaan angkutan umum masal perkotaan berbasis transit (skema KPBU);

5) Pengembangan angkutan massal perkotaan berbasis rel yang aman, terjangkau, mudah diakses dan berkelanjutan; dan (6) Pengembangan Transit Oriented Development (TOD).

Infrastruktur Jalan Perkotaan

Arah kebijakan dan strategi dalam rangka pengembangan infrastruktur jalan perkotaan, adalah:

1) Penyediaan infrastruktur jalan yang terintegrasi dengan aspek tata guna lahan, melalui pembangunan jaringan jalan mendukung pusat kegiatan ekonomi dan kawasan perumahan;

pembangunan jalan lingkar kota untuk jalur logistik; serta peningkatan kapasitas jalan dan penataan sistem drainase jalan perkotaan;

2) Mengurangi bottleneck pada persimpangan dan perlintasan sebidang, melalui pembangunan flyover/underpass untuk mengatasi kemacetan

lalu lintas dan mengurangi gangguan samping pada koridor jalan arteri perkotaan.

Energi dan Listrik Berkelanjutan untuk Perkotaan Arah kebijakan dan strategi dalam rangka pemenuhan energi dan listrik berkelanjutan untuk perkotaan adalah:

1) Pengembangan pembangkit berbasis EBT, melalui pengembangan dan pemanfaatan PLTSa untuk pengolahan sampah yang ramah lingkungan dan menghasilkan produk samping listrik, dan pengembangan waste to energy; dan 2) Penyediaan pendanaan dan insentif untuk

menurunkan biaya modal bagi pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT).

Infrastruktur dan Ekosistem ICT Perkotaan

Arah kebijakan dan strategi dalam rangka meningkatkan infrastruktur dan ekosistem ICT perkotaan adalah:

1) Penggelaran infrastruktur fixed broadband untuk perkotaan (kawasan perumahan, pusat ekonomi, pusat pendidikan), melalui (a) pemberian kemudahan perijinan penggelaran infrastruktur fixed broadband; (b) meningkatkan kapasitas industri lokal pendukung fixed broadband; (c) mendorong pengembangan layanan, aplikasi, maupun konten yang mencerdaskan dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat perkotaan;

2) Pengembangan sistem layanan panggilan darurat 112, melalui (a) pengembangan sistem layanan panggilan darurat dan pedoman penyelenggaraan bagi kabupaten/kota; (b) implementasi dan pendampingan sistem layanan panggilan darurat mandiri pada kabupaten/kota terpilih; dan (c) memperluas penggunaan sistem layanan panggilan ke kabupaten/kota;

3) Pengembangan sistem Public Protection and Disaster Relief (PPDR), melalui (a) pengembangan pilot project sistem PPDR dan ujicoba penggunaan spektrum frekuensi khusus untuk kebencanaan; (b) penyusunan regulasi, standar layanan dan perangkat untuk sistem

PPDR; dan (c) implementasi sistem PPDR terutama pada kabupaten/kota rawan bencana.

Penyediaan Akses Air Minum dan Sanitasi (Air Limbah dan Sampah) yang Layak dan Aman di Perkotaan

Arah kebijakan dan strategi dalam rangka penyediaan akses air minum dan sanitasi (air limbah dan sampah) yang layak dan aman di perkotaan adalah:

1) Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dan Sanitasi di Perkotaan, melalui (a) penguatan fungsi operator dan regulator layanan sanitasi; (b) penyiapan layanan lumpur tinja perkotaan (FSM); (c) bundled service air minum, air limbah dan persampahan; (d) penyediaan SPAM perpipaan dengan standar air minum aman (siap minum); (e) pembangunan sistem pengelolaan air limbah domestik terpusat (SPALD-T) skala kota/regional dan sistem pengelolaan lumpur tinja untuk SPALD-S;

(f) pembangunan TPA Regional; dan (g) pembangunan TPST/TPS 3R.

2) Perubahan perilaku masyarakat untuk mendukung upaya konservasi sumber daya air dan penyediaan air minum layak dan aman, melalui (a) perubahan perilaku masyarakat untuk mengakses air minum perpipaan; dan (b) penyadaran masyarakat untuk perilaku hemat air, peningkatan willingness to pay, dan penggunaan sumber air minum aman.

3) Peningkatan perubahan perilaku masyarakat dalam mencapai akses aman sanitasi, melalui (a) pelaksanaan program perubahan perilaku di tiap kelurahan yang belum Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di tempat terbuka dan yang masih melakukan pembuangan langsung (tidak memiliki tempat pembuangan akhir tinja);

(b) penguatan mekanisme pemantauan yang terjadwal; (c) penguatan keberlanjutan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di tingkat kabupaten dan kota

Aman dan Terjangkau di Perkotaan

Arah kebijakan dan strategi dalam rangka pemenuhan perumahan dan permukiman layak, aman dan terjangkau di perkotaan adalah mengembangkan sistem perumahan publik melalui penyediaan rumah susun sederhana sewa dan rumah susun sederhana milik yang terintegrasi dengan sistem transportasi publik, dengan pendekatan membentuk badan perumahan publik perkotaan di metropolitan terkait dengan penyediaan tanah, pengelolaan aset, dan peremajaan kawasan termasuk pengembangan kota baru (new town).