A. Arah kebijakan pembangunan wilayah Sumatera
Pengembangan wilayah Sumatera diarahkan untuk memantapkan perannya dalam perekonomian nasional sebagai sentra produksi komoditas dan industri pengolahan berbasis sumber daya alam serta sebagai salah satu lumbung pangan nasional.
Strateginya adalah: (a) pengembangan komoditas unggulan tanaman perkebunan, industri manufaktur antara lain industri makanan dan minuman dan industri karet, barang dari karet dan plastik dan sektor perdagangan besar dan eceran; dan (b) Pembangunan pusat- pusat pertumbuhan utama yang diprioritaskan untuk: pengembangan Kawasan Industri (KI), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) atau Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) atau Taman Nasional (TN) serta Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) diantaranya: KI/KEK Galang Batang, KI/KEK Arun Lhokseumawe, KI/KEK Seimangke, KI Kuala Tanjung, KI Bintan Aerospace,
KI Kemingking, KI Tanjung Enim, KI Tanggamus, KI Way Pisang, KI Sadai, KEK Tanjung Api-api, DPP Danau Toba, DPP/KEK Tanjung Kelayang, Destinasi Potensial Sabang/KPBPB Sabang, Destinasi Potensial Padang-Bukittinggi, Destinasi Potensial Batam-Bintan, KPBPB Batam Bintan Karimun, Destinasi Potensial Palembang, TN/KSPN Gunung Leuseur, TN Batang Gadis, TN/KSPN Gunung Kerinci Seblat, TN/KSPN Siberut, serta taman wisata perairan lainnya maupun kawasan lainnya yang telah ditetapkan; optimalisasi Wilayah Metropolitan (WM) Medan dan WM Palembang termasuk rencana investasi dan rencana pembiayaan pembangunan;
pengembangan PKSN Ranai dan Sabang termasuk ekonomi kawasan sekitarnya; pengembangan kawasan perdesaan, pembangunan desa terpadu, kawasan transmigrasi, lokasi prioritas kawasan perbatasan, dan pengentasan daerah tertinggal.
Major Project pada wilayah Pulau Sumatera adalah: (1) Major Project Pengembangan Wilayah Batam-Bintan, yang menekankan pada integrasi pengembangan kawasan pariwisata yang tersebar di Pulau Bintan dan integrasi pengembangan potensi pembangunan industri baik di wilayah Pulau Batam dengan Pulau Bintan Bagian Utara maupun Bagian Selatan;
dan (2) Major Project Pengembangan Kawasan Metropolitan, yaitu Metropolitan Palembang sebagai pusat perdagangan dan jasa skala nasional, serta meningkatkan pembangunan di Selatan Sumatera. Guna menjamin pembangunan berkelanjutan, maka pembangunan pusat pertumbuhan perlu mengutamakan mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap risiko bencana.
B. Arah kebijakan pembangunan wilayah Jawa-Bali
Pengembangan wilayah Jawa-Bali diarahkan untuk memantapkan perannya dalam perekonomian nasional sebagai pusat kegiatan industri dan jasa serta mempertahankan peran lumbung pangan nasional. Strateginya yaitu: (a) pengembangan komoditas unggulan yaitu industri manufaktur antara lain industri pengolahan tembakau dan industri kulit, barang dari kulit, dan perdagangan besar dan eceran, pariwisata dan pangan; dan (b) Pembangunan pusat-pusat pertumbuhan utama yang diprioritaskan untuk: pengembangan Kawasan Industri (KI), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) atau Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) atau Taman Nasional (TN) diantaranya: KI Madura, DPP/
KEK Tanjung Lesung, DPP Kepulauan Seribu dan Kota Tua Jakarta, DPP Borobudur dan sekitarnya, DPP Bromo-Tengger-Semeru, Destinasi Potensial Bandung-Pangandaran, Destinasi Potensial Banyuwangi, TWA Kamojang, TWA Papandayan, TN Gunung Gede Pangrango, TN Gunung Halimun Salak, TN/KSPN Gunung Merapi, TN/
KSPN Gunung Merbabu, TN/KPPN Alas Purwo, TN/
KPPN Meru Betiri, TN/KSPN Baluran, TWA Kawah Ijen, serta kawasan lainnya yang telah ditetapkan.
Mempertahankan pertumbuhan dan daya dukung lingkungan WM Jakarta, WM Bandung, WM Semarang, WM Surabaya, dan WM Denpasar;
dan pengembangan kawasan perdesaan, dan pembangunan desa terpadu. Pembangunan pusat pertumbuhan mengutamakan mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap risiko bencana serta pemulihan daerah terdampak bencana.
Major Project pada wilayah Pulau Jawa-Bali adalah (1) Major Project Pengembangan Kawasan Metropolitan, yaitu pengembangan wilayah Metropolitan Denpasar sebagai pusat pariwisata dan untuk membagi beban Pulau Jawa sebagai pusat ekonomi nasional; (2) Major Project Pengembangan Kota Baru, yaitu pengembangan Kota Baru Maja sebagai salah satu percontohan PINA terbesar di Indonesia; (3) Major Project Rehabilitasi dan Rekonstruksi Daerah Terdampak Bencana di Kab.
Serang dan Kab. Pandeglang; dan (4) Major Project Pemindahan Ibukota Negara keluar pulau Jawa untuk memeratakan kesejahteraan masyarakat antar wilayah. Guna menjamin pembangunan berkelanjutan, maka pembangunan pusat pertumbuhan perlu mengutamakan mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap risiko bencana.
C. Arah kebijakan pembangunan wilayah Nusa Tenggara
Pengembangan wilayah Nusa Tenggara diarahkan untuk mengembangkan potensi wilayah di bidang pariwisata, peternakan, dan perkebunan serta mempercepat pembangunan manusia untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Strateginya adalah: (a) pengembangan komoditas unggulan peternakan, tanaman pangan, dan penyediaan akomodasi dan makan dan minum;
dan (b) Pembangunan pusat- pusat pertumbuhan melalui: pengembangan Kawasan Industri (KI), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) atau Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) atau Taman Nasional (TN), diantaranya: DPP Lombok-Mandalika/KEK Mandalika, DPP Labuan Bajo, TN/KSPN Gunung Rinjani, TWA Gunung Tunak, TN/KSPN Komodo, TN/
KSPN Gunung Tambora, TN/KSPN Kelimutu, taman wisata perairan dan kawasan lainnya yang telah ditetapkan; pengembangan Kota Pelabuhan di Mataram dan Kupang; pengembangan PKSN Atambua dan Kefamenanu termasuk ekonomi
kawasan sekitarnya; pengembangan kawasan perdesaan, pembangunan desa terpadu, kawasan transmigrasi, lokasi prioritas kawasan perbatasan, dan pengentasan daerah Tertinggal. Pembangunan pusat pertumbuhan mengutamakan mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap risiko bencana.
Major Project pengembangan wilayah Nusa Tenggara untuk mendukung strategi Pemerataan Pembangunan adalah (1) Major Project Pengembangan Ekonomi Kawasan Perbatasan Negara yang meliputi PKSN Kefamenanu dan Atambua, termasuk ekonomi kawasan di sekitarnya;
dan (2) Major Project Rehabilitasi dan Rekonstruksi Daerah Terdampak Bencana di Pulau Lombok (semua kab/kota), Pulau Sumbawa (Kab. Sumbawa dan Kab. Sumbawa Barat) dan Kota Bima. Selain itu, guna menjamin pembangunan berkelanjutan, maka pembangunan pusat pertumbuhan perlu mengutamakan mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap risiko bencana.
D. Arah kebijakan pembangunan wilayah Kalimantan
Pengembangan wilayah Kalimantan diarahkan untuk mempercepat pertumbuhan wilayah dan memantapkan perannya sebagai lumbung energi nasional dan salah satu paru-paru dunia.
Strateginya adalah: (a) pengembangan komoditas unggulan: tanaman perkebunan; industri manufaktur antara lain: industri batubara dan pengilangan migas, industri kayu, barang dari kayu, gabus dll; pertambangan batu bara dan angkutan sungai, danau dan penyeberangan;
dan (b) Pembangunan pusat-pusat pertumbuhan utama, yang diprioritaskan untuk: pengembangan Kawasan Industri (KI), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) diantaranya: KI Batulicin, KI Ketapang, KI Buluminung, KI Surya Borneo, KI Jorong, KI Tanah Kuning, KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan, Destinasi Potensial Singkawang-Sentarum, Destinasi Potensial Derawan, serta kawasan lainnya yang
telah ditetapkan dan inisiasi pembangunan KEK di Kalimantan Tengah; optimalisasi WM Banjarmasin;
pengembangan Jalur Kereta Api Kalimantan;
pengembangan PKSN Jagoi Babang, Nunukan, Entikong, Paloh-Aruk, dan Nanga Badau, Jasa, Long Midang, Long Nawang, Tou Lumbis termasuk ekonomi kawasan sekitarnya; pengembangan kawasan perdesaan, pembangunan desa terpadu, kawasan transmigrasi, lokasi prioritas daerah perbatasan, dan pengentasan daerah tertinggal.
Major Project pada wilayah Pulau Kalimantan adalah: (1) Major Project Pengembangan Kawasan Metropolitan, yaitu pengembangan wilayah Metropolitan Banjarmasin untuk mengurangi kesenjangan antara KBI dan KTI; (2) Major Project Pengembangan Kota Baru, yaitu pengembangan kota baru PKW Tanjung Selor sebagai pusat pemerintahan dan salah satu pusat pelayanan bagi wilayah perbatasan; (3) Major Project Pengembangan Ekonomi Kawasan Perbatasan Negara yang meliputi PKSN Paloh-Aruk dan Nunukan, termasuk ekonomi kawasan di sekitarnya. Selain itu, guna menjamin pembangunan berkelanjutan, maka pembangunan pusat pertumbuhan perlu mengutamakan mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap risiko bencana
E. Arah kebijakan pembangunan wilayah Sulawesi
Pengembangan wilayah Sulawesi diarahkan untuk mempertahankan momentum pertumbuhan wilayah yang relatif tinggi, memantapkan perannya sebagai pusat pertumbuhan dan hub perdagangan di kawasan timur serta peran sebagai salah satu lumbung pangan nasional. Strateginya adalah:
(a) pengembangan komoditas unggulan tanaman pangan, perikanan dan industri pengolahan antara lain industri barang galian bukan logam; dan (b) Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan utama, diprioritaskan untuk: optimalisasi WM Makassar dan WM Manado; pengembangan Kawasan Industri (KI), Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) atau Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) atau Taman Nasional
(TN), diantaranya: KI/KEK Palu, KI/KEK Bitung, DPP Wakatobi, Destinasi Potensial Makassar- Selayar-Toraja, Destinasi Potensial Manado-Bitung, TN/KPPN Bantimurung Bulusaraung, TN/KSPN Takabonerate, TN/KPPN Rawa Aopa Watumohai, TWA Tangkoko serta kawasan lainnya yang telah ditetapkan; Pengembangan PKSN Tahuna termasuk ekonomi kawasan sekitarnya; Pengembangan kawasan perdesaan, pembangunan desa terpadu, kawasan transmigrasi, lokasi prioritas kawasan perbatasan, dan pengentasan daerah tertinggal.
Pembangunan pusat pertumbuhan mengutamakan mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap risiko bencana serta pemulihan daerah terdampak bencana.
Major Project pada wilayah Pulau Sulawesi adalah: (1) Major Project Pengembangan Kawasan Metropolitan, yaitu pengembangan wilayah Metropolitan Makassar untuk memperkuat hub nasional di KTI, dan (2) Major Project Rehabilitasi dan Rekonstruksi Daerah Terdampak Bencana di Kota Palu, Kab.
Donggala, Kab. Sigi dan Kab. Parigi Mouting. Selain itu, guna menjamin pembangunan berkelanjutan, maka pembangunan pusat pertumbuhan perlu mengutamakan mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap risiko bencana.
F. Arah kebijakan pembangunan wilayah Maluku
Pengembangan wilayah Maluku diarahkan untuk memacu pertumbuhan dan mengembangkan potensi wilayah serta memantapkan perannya sebagai lumbung ikan nasional. Strateginya adalah:
(a) Pengembangan komoditas unggulan tanaman perkebunan, perikanan, industri pengolahan antara lain industri kayu, barang dari kayu, dan gabus, dan lain- lain, dan transportasi dan pergudangan; dan (b) Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan utama, yang diprioritaskan untuk: pengembangan Kawasan Industri (KI) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) atau Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP), diantaranya:
KI Teluk Weda, DPP/KEK Morotai, serta kawasan lainnya yang telah ditetapkan; pengembangan Kota Pelabuhan di Ternate, Halmahera, dan Ambon;
Pengembangan PKSN Saumlaki termasuk ekonomi
kawasan sekitarnya; pengembangan kawasan perdesaan, pembangunan desa terpadu, kawasan transmigrasi, lokasi prioritas kawasan perbatasan, dan pengentasan daerah tertinggal. Pembangunan pusat pertumbuhan mengutamakan mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap risiko bencana.
Major Project pada wilayah Pulau Maluku adalah Major Project Pengembangan Kota Baru, yaitu pengembangan Kota Baru Sofifi sebagai pusat pemerintahan serta mengefektifkan seluruh investasi yang sudah dikembangkan dan dibangun di Sofifi. Selain itu untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, maka pembangunan pusat pertumbuhan perlu mengutamakan mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap risiko bencana.
G. Arah kebijakan pembangunan wilayah Papua
Pengembangan wilayah Papua diarahkan untuk mengoptimalkan pelaksanaan Otonomi Khusus, memacu pertumbuhan wilayah yang berkelanjutan, dan mempercepat pembangunan manusia.
Strateginya adalah: (a) Pengembangan komoditas unggulan perikanan, tanaman pangan, hortikultura, pertambangan bijih logam dan angkutan laut;
(b) Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan utama, yang diprioritaskan untuk: pengembangan Kawasan Industri (KI) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) diantaranya: KI Teluk Bintuni, KEK Sorong, KSPN/Destinasi Potensial Raja Ampat, serta kawasan lainnya yang telah ditetapkan pengembangan kota pelabuhan di Jayapura, Sorong, dan Merauke; Pengembangan PKSN Jayapura, Merauke, dan Tanah Merah termasuk ekonomi kawasan sekitarnya; pengembangan kawasan perdesaan, pembangunan desa terpadu, kawasan transmigrasi, lokasi prioritas kawasan perbatasan, dan pengentasan daerah tertinggal.
Pembangunan pusat pertumbuhan mengutamakan mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap risiko bencana serta pemulihan daerah terdampak bencana.
Major Project pada wilayah Pulau Papua adalah (1) Major Project Pengembangan Kota Baru, yaitu pengembangan Kota Baru Sorong sebagai penunjang PKSN Raja Ampat dan KEK Sorong serta pusat pembangunan berbasis jasa ekosistem; (2) Major Project Pengembangan Ekonomi Kawasan Perbatasan Negara yang meliputi PKSN Jayapura dan Merauke, termasuk ekonomi kawasan di sekitarnya; (3) Major Project Percepatan Pembangunan Kawasan Tertinggal Wilayah Adat Laa Pago di Papua dan Domberay di Papua Barat. Untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan, maka pembangunan pusat pertumbuhan di wilayah Papua perlu mengutamakan mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap risiko bencana.