CHAPTER V. CONCLUSION AND SUGGESTION
Appendix 1 Interview A (For The Teacher)
APPENDIX 1 INTERVIEW A (FOR THE TEACHER)
CH Semua pembelajaran diarahkan ke arah tauhid. Jadi semuanya karena izin Allah. Gitu. Jadi, siap yang menciptakan ilmu? Allah, siapa yang mencipatakan media pembelajaran? Allah, yang menggerakan mereka untuk belajar juga Allah. Jadi semuanya tauhid. Begitu yah.
TS 1
NM CH
Ok, jadi itu yang membuat Bapak tertarik untuk terus bertahan dan terus mengajar.
Betul.
NM CH
Terus, bagaimana rasanya mengajar di sekolah ini, seperti apa setelah empat tahun mengajar disini?
Hati menjadi tenang, tidak ada buruk sangka, tidak ada yang namanya masalah keuangan, tapi yang ada bagaimana cara menjaga silaturahmi antara murid dan guru dan juga belajar disiplin.
TS 2 NM
CH
Ok, disiplin yah. Kalau begitu apa yang membedakan Bapak mengajar secara kontekstual dengan mengajar secara konvensional Pak?
Konvensional itu lebih ke ceramah, jadi satu arah, anak akan lebih banyak merasakan banyak kebosanan kalau misalkan satu arah, karena tidak ikut di libatkan dalam pembelajaran. Sedangkan kalau kontekstual ini akan banyak sekali melibatkan anak, jadi kita gunanya menjadi fasilitator, kita hanya menyediakan materi, anaklah yang mengexplorasi, anaklah yang mengasosiasi anaklah yang mengkomunikasikan, jadi guru mah hanya melihat, menilai, dan membetulkan, mengevaluasi, apakah materinya betul atau tidak, apakah mereka sudah mengerti atau tidak, tergantung dari materi yang di sampaikan tadi.
TB 1 TB 2
NM CH
Ok, jadi itu yah pa perbedaanya Iyah.
NM CH
Menurut Bapak, ketika Bapak mengajar di sekolah ini, lesson plan yang efektif dan ideal untuk disekolah itu seperti apa Pak?
Jadi, RPP yang cocok disini adalah RPP yang satu pastinya mengacu ke tauhid. Jadi semua pembelajaran materi memang harus di arahkan ke tauhid. Kedua yang membentuk karakter baku, karena disini adanya yang emm, karena disini sekolah yang
LD 1 LD 2
membentuk karakter baku jadi semua RPP nya harus mengacu ke karakter baku. Apa itu karakter baku?
Karakter baik dan kuat. Jadi karakter yang emmm membuat santri untuk lebih disiplin, dan juga untuk lebih berani dalam hal mencari materi, mengambil keputusan. Disiplin, disiplin dalam mencari materi, disiplin dalam masuk kelas. Tangguh, tangguhnya karena materinya itu mereka cari sendiri, jadi mereka harus kuat mencari materi sendiri, itu tangguh. Terus karakter baiknya IJT, ikhlas jujur tawadhu. Ikhlas, berarti selama ini harus ikhlas aja digimanakan oleh guru di kelas, itu ikhlas. Lalu jujur, setiap menjawab pertanyaan, setiap berada di kelas, sedang belajar harus jujur. Dan juga tawadhu, walaupun sudah jadi yang terbaik di kelas, jadi santri harus tetap rendah hati. Jadi itu yang pertama, tentang tauhid, kedua tentang karakter baku, ketiga disesuaikan dengan ke persantrenan. Jadi karena disini boarding school, jadi harus disesuaikan dengan jumlah energi santri.
Maksudnya adalah karena disini banyak sekali kegiatan, jadi tidak banyak mengeksplorasi energi terlalu banyak kepada santri atau murid, tapi lebih mengedepankan bagaiamana caranya santri mengeluarkan energinya dengan
LD 3
TB 3 CH efektif, karena kan disini laki-laki semua, jadi dikelas
itu tidak banyak mengeluh lelah, tidak banyak beralasan sakit atau apa, yang penting si lesson planya itu bagaimana di bangun agar santri bisa ikut terlibat kepada setiap materi dan pembelajaran yang ada setiap harinya, setiap pembelajarannya.
NM CH
Ok, dari beberapa point yang Bapak utarakan mengenai hal yang mebuat RPP itu ideal, mana menurut Bapak yang paling penting dalam mendesign itu.
Tauhid pastinya, harus itu, karena itu nomor satu disini. Jadi setiap RPP disusun, nanti dibawahnya itu memang apakah nanti pada saat dikelasnya itu si anak-anak ketika belajar langsung inget lagi ga ke Allah gitu, dan karakter bakunya, yang kedua adalah karakter bakunya pokonya sama karakter baku itu saling berkaitan, tauhid tujuan akhirnya , serta karakter baku yang di kelasnya. Jadi mengapa di
TB 4
LD 4
kelas banyak sekali waktu yang terbuang untuk mendisiplinkan, banyak waktu yang terbuang misalnya untuk lebih mengkondisikan anak terlebih dahulu. Memang pembentukan karakter harus di biasakan, dimulai dari kelas tersebut, karena kalau sudah di mulai dari kelas, nanti insya Allah akan berlanjut ke kegiatan diluar berikutnya. Jadi RPP atau lesson plan yang di bangun oleh guru-guru disini adalah RPP yang memang tidak hanya bersifat dikelas saja, tetapi nanti setelah diluar kelas, setiap pembelajarn di dalam kelas akan di implementasikan di luar kelas.
Interviewer and
Interviewee
Questions and Answers about the Teacher’s Lesson Plan Design in Teaching English Based on Contextual Teaching and Learning (CTL)
Theme
NM Ok, tadi kita berbicara tentang hal yang paling penting dalam mendesign lesson plan itu sendiri.
NM
CH
Sekarang yang jadi pertanyaan apakah ada format RPP yang disediakan oleh pihak sekolah atau tidak?
Terus kalaupun ada, apakah format tersebut sudah sesuai dengan yang Bapak inginkan? Alasanya apa?
Karena disini masih menginduk ke dinas, juga harus ada akreditasi dan lain-lainya, RPP dan perangkat pembelajaran di sesuaikan dengan dinas. Tapi dalam kesehariannya, atau dalam implementasinya di kelas, RPP akan disesuaikan dengan tadi apa yang menjadi ciri khas sekolah ataupun bahkan di sebelum- sebelumnya, sebelum ada akreditasi ini di RPP itu dicantumkan karakter apa yang memang sedang di bangun dalam satu pertemuan tersebut. Misalnya pertemuan tentang simple future tense, berarti karakter apa yang di bangun disitu dari enam karakter tadi, dari berani, disiplin, tangguh, ikhlas, jujur, tawadhu. Jadi nanti dipilih salah satunya di masukan kedalam lesson plan tersebut. Tapi karena memang ada akreditasi, jadi si yang tulisan-tulisan yang ciri khas sekolah sekarang jadi di hapus dan menyesuaikan dengan apa yang disesuaikan oleh dinas. Gitu. Tapi dalam implementasi sehari-harinya itu tetap dilaksanakan walupun tidak secara tertulis, ditulis di RPP.
LD 5
NM CH
Berarti sebelumnya pernah Pak melakukan, membuat RPP itu, mendisain lesson plan sendiri, sebelumnya?
Betul, memang RPP selalu disain sendiri dan sebelumnya juga sempat ada itu, cuman karena memang ada akreditasi, ada beberapa yang harus dirubah, jadi diganti sesuai dengan koridor yang ada di dinas.
LD 6
NM
CH
Saya ingin menanyakan beberapa hal ketika Bapak membuat disain lesson plan, hal yang menjadi pertimbangan ketika mendisain lesson plan itu seperti apa Pak?
Paling, paling penting adalah siswa bisa terlibat dalam kegiatan pembelajaran Jadi gimana caranya
LD 7 CH kita cari metode, cari cara mengajar yang anak-anak
itu ikutan, eksplor materi, ikutan berpikir, ikutan belajar yang apa saja sekarang memang sudah hot, sudah semuanya levelnya semakin tinggi, sehingga gimana caranya siswa dibawa ikut dalam setiap kegiatan pembelajaran. Jadi kegiatan, skema pembelajarannya yang menjadi focus, walaupun memang KD KI nya pun penting, metode alat dan lain lain penting, tapi itu tidak akan jadi penting kalau tidak bisa membawakanya dengan baik dan mengajak muridnya atau santrinya untuk bisa ikutan dalam pembelajaran.
LD 7
TB 5
NM
CH
Oh seperti itu. Otomatis ketika Bapak membuat RPP tersebut pasti dong ada kendala dalam membuat RPP itu, ya mungkin ada kendala. Ada tidak paK, coba jelaskan kendala yang Bapak hadapi ketika mendisain RPP itu?
Kendala pasti adalah satu, waktu (tertawa kecil). Itu dalam pembuatan yah. Jadi karena kesibukan duniawi yang begitu padat, jadi membuat RPP agak sedikit tersendat bagi para guru-guru milenial. Karena banyak hedon. Terus, tapi dalam segi saat menulisnya, yang jadi kendala adalah memang gimana caranya menyesuaikan skema pembelajaran tersebut dengan apa yang murid sukai saat ini. Karena, apalagi yang disukai murid saat ini kan sekarang berhubungan dengan social media, berhbungan dengan west culture, budaya barat yang tidak sesuai dengan
LD 8
LD 9
budaya Indonesia. Gimana caranya, apalagi bahasa Inggrisyang hampir semuanya kebudayaanya kebudayaan barat, dan juga teks serta materinya juga akan sedikit-sedikit membawa budaya barat.
CH Gimana caranya si budaya tersebut bisa dikemas agar si murdinya atau santrinya mengerti bahwa memang itu kita sedang belajar bahasa inggris, bukan sedang mencari, bukan sedang mentrasnfer budaya dari sana ke budaya sini. Gimana skema tersebut bisa akhirnya masuk kedalam raga dan jiwa para murid- murid tersebut.
NM CH
Ok, dari masalah yang Bapak hadapi itu, gimana si Pak cara menghadapinya?
Satu, cari banyak referensi, banyak cari guru-guru yang kreatif, bisa cari di Youtube, bisa cari si shake- shaking Whatsapp (tertawa kecil), cari-cari referensi yang memang agar saat membuat lesson plan tersebut si guru punya daya kreatifitas yang baik jadi tidak membosankan, kesatu. Kedua itu cari yang memang emmm lebih banyak ngobrol dengan muridnya, karena dengan banyak ngobrol dengan muridnya, si guru akan tahu apa yang disukai santri saat ini. Jadi kita bisa kembangkan, kita bisa kombinasikan apa yang memang masih cocok dengan muridnya, apa yang disukai oleh santri, sehingga dapat titik temu, titik tengah, kita sedang belajar bahasa Inggristanpa harus mentransfer budaya-budaya aneh yang ada dalam dunia barat, gitu.
LD 10
LD 11
Interviewer and
Interviewee
Questions and Answers about the Teacher’s Instructional Materials in Teaching English Based on Contextual Teaching and Learning (CTL)
Theme
NM
CH
Untuk beberapa pertanyaan sekarang itu terkait dengan materi atau buku, penggunaan yang Bapak gunakan dalam pembelajaran Bahasa inggris. Apakah ada Pak buku Bahasa Inggris yang disediakan oleh pihak sekolah?
Ada. IM 1
NM CH
Terus, menurut Bapak buku yang disediakan oleh pihak sekolah itu sesuai tidak dengan kondisi sekolah?
Tidak. IM 2
NM CH
Kenapa Pak bisa seperti itu?
Karena, seperti yang tadi disampaikan di awal, kita IM 3
mengacu ke pesantren, ke tauhid, ke karakter baku, dan itu tidak ada satupun buku yang masuk kesitu, buku bahas Inggrisyang di luncurkan atau di buat oleh masing-masing penerbit ataupun penulis tidak ada yang masuk kesitu. Jadi, kita memakai buku tersebut hanya sebagai supporting material, sehingga hanya materi yang mendukung materi utama, jadi materi utamanya tetep yang itu. Itu di masukan kedalam situ, bukunya hanya sebagai pendukung dan tidak dibahas sebagai materi utama. Jadi akan disisipkan materi-materi dibuku utama tentang kepesantrenan tadi.
NM CH
Menurut Bapak, materi yang ada di buku itu ideal untuk siswa yang anda ajar itu seperti apa?
Materi yang ideal ya materi yang disesuaikan dengan tujuan sekolah, jadi kan tujuan sekolah tadi yang berhubungan dengan tauhid, dan juga karakter baku, belum ada buku yang seperti itu, jadi belum ada buku yang ideal. Jadi memang dari yayasan sendiri sedang, emmm, solusinya adalah sedang bukan memaksa yah, sedang mengusahakan agar guru-guru mempunyai buku pelajaran masing-masing memang disusun oleh gurunya sendiri yang sudah disesuaikan dengan karakter sekolah, saya oun sudah membuat buku satu waktu di SMP, coba yah saya ambilkan dulu.
(beberapa detik kemudian). ini Pak buku yang saya susun sendiri .
TB 6
IM 5
NM CH NM CH
English for Islamic Boarding School, tapi ini for junior high school ya Pak?
Iyah. Yang sudah disesuaikan dengan karakter baku , tauhid, itu Islami sekali.
Yah nanti saya coba untuk paparkan Pak di isi thesis saya.
Boleh Pak.
NM CH
Setelah itu, berarti Bapak itu mengadopsi materi.
Apakah anda mengadopsi materi yang hanya ada di buku atau mengambil dari sumber lain?
Kebanyakan dari internet Pak. IM 6
NM CH
Kebanyakan dari internet, bagaimana anda memilih dan mengembangkan materi dari internet?
Ngambil yang penting-pentingnya saja dan contoh kalimat dari internet yang tidak sesuai dengan
IM 7
keisalaman diganti kalimatnya.
NM CH NM CH
Dari internet yah, berarti Bapak ngambil sumbernya dari internet?
Kebanyakan.
Kebanyakan, tapi lebih bisa di sebutkan tidak Pak lebih spesifiknya, mungkin dari youtube, atau dari mana Pak?
Googling, jadi random. IM 8
NM CH
Ok. Apa yang mendasari Bapak mengambil dari internet sumbernya itu ngambilnya dari internet, ga dari yang lain, dari buku-buku yang lain gitu.
Jadi menurut saya dari buku dan internet sama, cuman dari segi efektifitas dalam mencari materi pasti dari internet, karena bukupun tidak akan kepake disini.
TB 7
NM
CH
Bapak lebih memilih karena kefektifitasanya ya Pak.
terus materi yang Bapak ajarkan itu berkaitan tidak dengan konteks sehari-hari siswa disekolah? Coba jelaskan Pak?
Berkaitan.
NM CH
Berkiatan ya, seperti apa Pak berkaitannya?
Selalu disesuaikan. Jadi RPP nya flexible. RPP yang sudah di buat misalnya dari satu tahun pelajaran, eh kita lihat kondisi di kelas, mana yang cocok dan mana yang memang situasi santrinya seperti apa, nanti akan sangat fleksibel dan pasti mungkin akan berubah bisa sampe 10%, 20%, 30%, atau bahkan sampai 50
% peubahan RPP yang sudah di susun dengan ketika implementasi di kelas.
IM 9
NM
CH NM CH
Tadi kan Bapak sempat menyinggung bahwa Bapak mengambil sumber itu dari internet, ada tidak yang sering Bapak kunjungi, website, yang paling sering Bapak ambil?
Cambridge, English Cambridge.
Oh itu yang paling sering yah Pak? selain itu ada lagi?
Tidak ada Pak.
IM 10 NM
CH NM CH
Menurut Bapak secara umum skil-skil dan materi yang cocok untuk siswa yang Bapak ajar di SMK itu apa yah Pak?
Speaking.
Speaking saja Pak?
Speaking dan writing secara umum, karena memang TB 8
yang mereka akan masuk ke dunia kerja, hampir, tidak semua , 50% mereka akan lanjut kuliah tapi 50% lagi akan lanjut ke eh tidak akan lanjut. Jadi mereka akan harus dibekali skil menulis bahas Inggrisyang betul, kedua berbicara Bahasa Inggrisyang betul juga. Kerena nantinya akan sangat dibutuhkan oleh para pekerja-pekerja muda yang fresh graduate.
NM CH
Oh jadi writing dan speaking yah Pak, terus kalau materinya secara umum seperti apa Pak? materi dari speaking dan materi writing nya?
Itu nanti di sesuaikan dengan KI KD. IM 11 NM
CH NM CH
Ok, bagaimana Bapak membangun konteks di dalam pembelajaran yang berbasis kontekstual teaching dan learning itu apa?
Harus aktif Pak.
Yang aktifnya itu siapa Pak?
Tidak hanya guru, tapi muridnya juga harus aktif.
Jadi kita satu bangun dulu keaktifan muridnya. Ketika muridnya sudah aktif kita akan terbangun juga emm apa, kreatifitasnya agar nanti terbangun konteksnya.
Jadi, satu kita coba dulu mengaktifkan santrinya, muridnya lebih aktif, nanti kita mulai yang namanya ide-ide masuk tuh. Jadi karena kontekstual itu berhubungan dengan murid, apa yang disukai murid, jadi kita harus tau dulu murid itu sukanya apa, baru kita bangun konteksnya kedalam materi pembelajaran kita. Itu kuncinya ada di saat apersepsi di awal itu.
Itu biasa ada ice breaking, tapi saya jarang pake ice breaking karena itu bukan pelatihan. Kedua bisa dengan cara ngobrol atau apa namanya itu, gimana caranya si santri atau murid itu bisa bener-bener focus dulu belajar. Di apersepsi tersebut kita bisa bangun banyak inputan-inputan dari santri, baru kita mulai oh iyah bisa masuk ke dalam materi pembelajaran yang sedang up, sedang atau akan kita ajarkan di kelas.
TS 1 TB 9
TB 10
TS 2
NM Dari pemaparan Bapak barusan, terkait dengan proses pembelajaran Pak, kalau tadi cara membangun di awal, sekarang dalam proses pembelajarannya itu jenis aktifitas seperti apakah yang dapat mendorong dikembangkannya konteks tersebut?
CH FGD, forum group discussion. Itu penting sekali karena sekarang mah santri untuk apalagi di sekolah ini kan tidak membawa handphone, jadi wajib sekali
LS 1 Interviewer
and
Interviewee
Questions and Answers about the Teacher’s Strategies in Teaching English Based on Contextual Teaching and Learning (CTL)
Theme
CH yang namanya forum group discussion, mereka berdiskusi gimana caranya agar mereka punya ide yang keluar tapi tidak hanya dari satu orang.
NM CH
Selain FGD, adalagi yang sering Bapak terapkan teknik-teknik nya gitu pa?
Satu FGD, dua bisa menayangkan tayangan yang bisa membangun daya fikir murid. Disitu membangun tayangan-tayangan, ketika sudah disitu nanti muridnya akan berpikir ohh mereka punya ide dan ada inputan lagi buat kita juga dari video tayangan atau dari audio-audio. Tapi kita harus sampaikan dulu kepada murid sebelum menayangkan video tersebut atau audio tersebut bahwa memang video tersebut atatu audio tersebut akan behubungan dengan pembelajaran sehingga mereka akan ter apa yah, mempunyai rasa ingin tahu yang lebih sehingga mereka juga akan mempunyai inputan yang lebih kepada gurunya dan akhirnya gurunya bisa menyambungkan konteks tadi kedalam materi pembelajaran. Jadi apersepsinya bisa dengan ngobrol, tapi bisa juga ngasih tayangan, satu tayangan yang berhubungan dengan materi tadi, itu apesepsi di awal.
TS 3
NM
CH
Ok FGD, kemudian menampilkan beberapa yang berkaitan dengan materi, kemudian apa yang Bapak sering lakukan di kelas. Ketika Bapak melakukan hal tersebut, apakah Bapak itu membutuhkan media pembelajaran untuk membangun konteks tersebut?
Wajib sebenernya ada media yah pak, karena kalau tanpa media akan agak sulit, apalagi berhubungan dengan laki-laki yang tidak semuanya suka belajar, karena laki-laki itu akan lebih banyak kenestetiknya, walaupun sudah SMK kelas 12 mereka masih tidak
TB 11
NM CH
mau diam atau lebih banyak bosan, sehingga banyak media yang dipakai misalnya kertas, media kartu, media kertas kartu ataupun media yang dibuat sendiri yang di gunting sendiri, atau misalnya kita buat
boardgame, minggu depan saya akan pake board game sama untuk mengajar di pelajaran terakhir, kita buat board game seperti monopoli atau hal-hal yang disukai anak, atau membuat sebuah challenge atau sebuah tugas yang dihubungkan dengan yang disukai oleh mereka seperti games, misalnya challenge tersebut dinamai dengan game ‘call of duty’ jadi ‘call of pesantren’gitu. Jadi disambung-sambungkan seperti itu, jadi banyak ngasih challenge, challangenya banyak lebih ngasih game, permainan, tapi tetap nyambung dengan pembelajaran dan media tersebut bisa dibuat oleh gurunya sendiri atau media yang dibuat oleh santrinya sendiri yang bentuknya projek. Seperti projek membuat video, projek membuat poster, projek membuat lain-lain.
LM 1
TS 4
NM
CH
Ok. dari beberapa media yang Bapak utarakan itu, sebetulnya kriteria media yang cocok untuk pembelajaran yang berbasih kontekstual itu seperti apa pak?
Media yang berbentuk, ada dua sih, visual dan audio visual. Visual disini berbentuk kertas karena kita berhubungan dengan Bahasa, berarti nanti visual tersebut yang memang contohnya kertas, contohnya poster, contohnya kartu, yang nanti ada teks nya yang masih bisa diamati, di investigasi, bukan investigasi kali yah, di telaah oleh santrinya. Atau berbentuk audio visual, bisa kita yang buat atau kita searching di
TB 12 LM 2
CH youtube atau santri yang buat sendiri media audi visual tersebut yang berbentuk project tadi, jadi itu yang berkaitan dengan visual dan audio visual.
NM CH NM CH NM CH
Ok. Setelah itu pak bagaimana menurut Bapak pembelajaran berbasis konstektual itu menimbulkan gairah belajar anak SMK. Berpengaruh tidak Pak?
Maksudnya seperti apa Pak?
Apakah pembelajaran berbasis kontekstual teaching dan learning itu dapat menimbulkan gairah belajar anak SMK?
Sangat.
Kenapa Pak?
Sangat menimbulkan gairah belajar karena kalau misalnya dengan adanya itu mereka akan, oh berati
TB 13
saya belajar itu apa yang saya sukai walaupun mereka misalnya ah engga tau saya sedang belajar apa, yang penting mereka terbangun dulu bahwa saya suka belajar Bahasa Inggristerlebih dahulu. Misalnya materinya, mau materi sesusah apapun atau materi segampang apapun yang penting mereka terbangun dulu kalau saya suka dengan pembelajaran ini yang tadi sudah dihubungkan dengan konteksnya apa yang, apa yang murid sukai.
Interviewer and
Interviewee
The Teacher’s Difficulties in Teaching English Based on Contextual Teaching and Learning (CTL)
Theme
NM Ok. Pak selanjutanya berkaitan dengan difficulties yah pak atau obstacles yang Bapak hadapi ketika mengajarkan bahasa Inggrisberbasis contextual teaching dan learning. Coba Bapak jelaskan hambatan yang berkaitan dengan materi ketika Bapak mengajar bahasa Inggris.
CH Harus kreatif, jadi kalau tidak kreatif nanti tidak akan terbangun kontekstual-kontekstualnya, idak akan muncul materi-materi yang disukai anak, satu harus kreatif. Kedua gimana caranya skil membangun ke keinginan santri untuk belajar, karena kalau tidak seperti itu nanti bisa kalah sama santri, nanti kamu kalah apa namanya, tidak bisa membuat santrinya bergairah untuk belajar. Satu kreatifitas, dua tentang skill membangun gairah untuk belajar, yang ketiga pastinya butuh media yang disukai santri, jadi media yang minimal, media itu juga harus dibuat biasanya.
Itu kalau tidak dibuat harus dibeli, beli pasti mahal, dibuat butuh waktu pa, jadi otomatis selain banyak uang yang keluar, banyak waktu yang keluar. Jadi butuh perjuangan yang cukup banyak kalau berhubungan dengan kontekstual tadi. Kalau berhubungan dengan behavior santrinya memang harus kuat juga soal mental karena membangun gairah santri untuk belajar susah, karena santriwan itu hobinya tidur dan seringnya sebelum pelajaran saya sih banyak yang tidur, gimana caranya mereka di apersepi di awal itu sudah pingin belajar dulu sebelum malah nanti tidur di tengah karena saya gak suka ada yang tidur saat pembelajaran saya, tapi biasanya
TP 1 TP 2
TP 3 TP 4
TP 5