• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis-Jenis Zakat

ISU-ISU DALAM FIKIH ZAKAT KONTEMPORER

C. Jenis-Jenis Zakat

50 d. Meninggal sebelum bayar zakat

Orang yang berkewajiban membayar zakat, tetapi ia meninggal dunia sebelum kewajiban itu dilaksanaka, maka kekayaan yang ditinggalkan tidak boleh dibagi seagai warisan kepada ahli waris sebelum zakat itu dikeluarkan. Karena zakat itu adalah hutang kepada Allah SWT.

e. Kompensasi hutang dengan zakat

Seorang fakir atau miskin mempunyai pinjaman uang kepada seorang kaya, kemudian pada suatu waktu orang kaya itu engeluarkan zakat uangnya dan ang pinjaman yanga da ada rang fakir atau miski itu dijadikan sebagai zakat yang diberikan kepadanya.

Maka yang demikian itu hukumnya khilaf, artinya ada yang melarang dan ada pula yang membolehkan.

51

dengan 2,5 kilogram. Adapun makanan yang wajib dikeluarkan yang disebut nash hadits yaitu tepung, terigu, kurma, gandum, zahib (anggur) dan aqith (semacam keju). Untuk daerah atau negara yang makan pokoknya tersebut di atas, Mazhab Maliki dan Syafii membolehkan membayar zakat dnegan makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan. Di sisi lain, Mazhab Hanafi pembayaran zakat fitra tidak dilakukan dengan membayarkan harganya dari makanan pokoknya yang di makan. Dengan demikian, zakat fitrah ialah zakat diri yang diwajibkan atas diri setiap individu lelaki dan perempuan muslim yang berkemampuan dengan syarat-syarat yang ditetapkan. Kata Fitrah yang ada merujuk pada keadaan manusia saat baru diciptakan sehingga dengan mengeluarkan zakat ini manusia dengan izin Allah SWT akan kembali fitrah (dikutip oleh Subkhi Risa dalam PKPU).

Walaupun Al Quran tidak membicarakan tentang persoalan zakat fitrah, namun dasar hukum pelaksanaan zakat fitrah ini hanya didapat melalui tataran hadits. Bila ditinjau melalui prinsip-prinsip umum Al-Quran, khususnya yang berkaitan dengan persoalan kefakiran dan kemiskinan, maka keberadaan zakat fitrah termasuk ke dalam perbuatan yang sangat mulia.

Seperti pandangan Madzab Syafii yang membolehkan untuk mengeluarkan zakat fitrah dari jenis apa yang bisa dizakatkan, yaitu dari hasil pertanian, dan buah-buahan. Dan yang paling utama adalah apa yang biasa menjadi makanan penduduk negerinya atau apa yang biasa menjadi makanannya. Pendapat ini terdapat di dalam kitab Mughni al Muhtaj. Dengan ukuran (takaran yang telah dijelaskan di dalam berbagai hadits), (dikutip oleh Subkhi Risa dalam Achyar Zain). Karena zakat fitrah selalu dikaitkan dengan persoalan ibadah yang berkaitan dengan ketauhi dan dan jarang sekali dipandang dari sudut ibadah yang berkaitan dengan kemanusiaan.

52

Mengingat bahwa pelaksanaan zakat fitrah berkaitan dnegan ibadah kemanusiaan maka pendistribusiannya harus mengacu kepada prinsip-prinsip kemanusiaan itu sendiri.

Prinsip kemanusiaan ini ditandai dengan mashlahat, sehingga keberadaan zakat fitrah benar- benar menyentuh kehidupan fakir dan miskin dengan mengedepankan asas efektifitas. Di sisi lain, berkaitan dengan status hukum juga berkaitan dengan persoalan waktu dan pendistribusian. Hal ini, merupakan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan zakat fitrah karene ketiga aspek ini memiliki pengaruh untuk menuju zakat fitrah yang efektif.

Adapun yang berkaitan dengan dengan palaksanaan zakat fitrah dikeluarkan pada bulan ramadhan, paling lambat sebelum orang-orang selesai menunaikan shalat ied.

Pembayaran zakat menurut Jumhur “Ulama” waktu wajib membayar zakat fitrah yaitu ditandai dengan tenggelamnya matahari di akhir bulan Ramadhan dan membolehkan mendahulukan pembayaran zakat fitrah di awal. Sebab, jika waktu penyerahan melewati batas ini maka yang diserahkan tersebut tidak termasuk dalam kategori.

Dengan demikian, waktu menjadi mutlak diperhatikan dalam pelaksanaan kewajiban pendistribusian zakat fitrah, harus dimulai semenjak awal ramadhan dan makruh hukumnya jika sampai menunggu sampai tiba waktu sahlat ied. Dan, sebaiknya pendistribusian zakat fitrah dilakukan awal-awal ramadhan untuk membantu keneradaan fakir miskin dalam manjelani ibadah puasa. Di lain hal, pendistribusian zakat fitrah pada malam lebaran kurang tepat sebab tujuan zakat fitrah untuk membahagiaan mereka pada hari lebaran dan juga merupakan bentuk pertolongan kepada umat islam, baik kaya maupun miskin sehingga mereka dapat berkonsentrasi penuh untuk beribadah kepada Allah SWT dan bersukacita dengan segala anugerah nikmatnya.

53 2. Zakat Mal (Zakat Harta)

Zakat Mal adalah zakat yang dikenakan atas harta (maal) yang dimiliki oleh individu atau lembaga dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan secara hukum (syara). Mal berasal dari bahasa Arab yang secara harfiah berarti “Harta” (wikipedia, ensiklopedia bebas “zakat maal”, Sumber http”//id.wikipedia.org.. Harta adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk memiliki, memanfaatkan dan menyinpannya. Di sisi lain menurut istilah (Syar) dikutip dari PKPU (http://www.pkpu.or.id/panduan.php?id=3) Harta adalah segala sesuatu yang dipat dimiliki (dikuasai) dan dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut ghalibnya (lazimnya). Selanjutnya, sesuatu dapat disebut dengan maal (harta) apabila memenuhi 2 (dua) syarat yaitu:

1. Dapat dimiliki, dikuasai, dihimpun, dan disimpan

2. Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan galibnya, misalnya rumah, mobil, ternak, hasil pertanian, uang, emas, perak dan lainnya. Kemudian, masing-masing tipe memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.

Adapun ketentuan, dalam kewajiban mengeluarkan zakat adalah seorang muslim, merdeka, berakal dan baligh serta memiliki nisab (Al Islam, :sampai nisab” sumber http://zakat.al islam.com), yaitu jumlah harta yang ditentukan secara hukum, telah mencapai

nisabnya atau lebih di mana harta tidak wajib dizakati jika kurang dari ukuran tersebut.

Syarat ini berlaku pada uang, emas, perak, barang dagangannya dan hewan ternak.

Kewajiban mengeluarkan zakat bagi yang memiliki harta didasarkan pada Firman Allah SWT, yaitu: “.... Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah:

Yang lebih dari keperluan, demikianlah Allah SWT menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir”. (QS. Al-Baqarah:219).

54

Demikian pula dengan zakat hasil pertanian dan buah-buahan yang disyariatkan dalam Islam sebagaimana Firman Allah SWT, yakni: “Dan Dialah yang menjadikan kebun- kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon, kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan (QS. Al – An-am: 141). Berdasarkan hal tersebut, kewajiban mengeluarkan zakat mal aau zakat harta menjadi mutlak bagi setiap umat Islam.