BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN
B. Kajian Teori
a. Model Pembelajaran
1) Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan suatu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.26 Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.27 Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan memiliki fungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.28
Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah metode atau teknik penyampaian yang teratur dalam mengorganisir pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dan berfungsi sebagai panduan bagi para perencana
26 Ibadullah Malawi & Ani Kadarwati, Pembelajaran Tematik (Konsep dan Aplikasi) (Magetan : CV AE Grafika, 2017), 96
27 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu : Konsep, Strategi Dan Implementasinya Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), 51
28 Darmadi, Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran Dalam Dinamika Belajar Siswa (Yogyakrta : Deepublish, 2017) 42
pembelajaran dan guru dalam merancang dan melaksanakan proses belajar mengajar. Model pembelajaran tidak hanya aktivitas dan tugas belajar di kelas, melainkan sebuah kumpulan strategi yang didasarkan pada teori penelitian tertentu yang meliputi latar belakang, prosedur pembelajaran, sitem pendukung dan evaluasi pembeelajaran yang ditujukan bagi guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang dapat diukur.29
2) Manfaat Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan hal yang penting dalam keberhasilan proses pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan dapat membantu pencapaian hasil yang diinginkan oleh para guru sebagai fasilitator, dengan adanya model pembelajaran dapat mengefektifkan dan mengefisienkan proses kegiatan belajar. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan tinjauan- tinjauan untuk memodifikasi model yang sesuai dengan kebutuhan. Manfaat yang dihasilkan dalam model pembelajaran ini tidak hanya didapatkan bagi peserta didik, tetapi juga bermanfaat bagi guru.30 Manfaat model pembelajaran adalah sebagai pedoman perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Karena itu pemilihan model sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan dibelajarkan, tujuan (kompetisi) yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan siswa.31
3) Macam-Macam Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik (teratur) dalam pengorganisasian kegiatan (pengalaman) belajar untuk mencapai tujuan belajar (kompetisi belajar). dengan kata ain,
29 Hanna Sundari, “Model-Model Pembelajaran dan Pemefolehan Bahasa Kedua/Asing,” Jurnal Pujangga, Vol. 1, No. 2 (Jakarta 2015) : 116
30 Sabarina Elprida Manik, dkk, Penerapan Model Pembelajaran pada Pelajaran MIPA (Matematika Ipa) (Bandung : Media Sains Indonesia, 2022), 11
31 Shilpy A. Octavia, Model-Model Pembelajaran (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2020), 15
model pembelajaran adalah rencana kegiatan belajar agar pelaksanaan Kegiatan belajar Mengajar (KBM) dapat berjalan dengan baik, menarik, mudah dipahami dan sesuai dengan urutan jelas.32 Perkembangan dunia pengajaran yang semakin pesat, mendorong terciptanya model-model pembelajaran yang inovatif.33 Adapun salah satu jenis-jenis yaitu adalah model pembelajaran kooperatif (kooperatif learning). Pembelajaran kooperatif adalah suatu metode pembelajaran dengan cara mengelompokkan siswa kedalam kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama dalam memecahkan masalah.34 Di dalam model pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang diterapkan, yaitu di antaranya:35
1. Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini berbasis pembelajaran diskusi kelas. Think Pair Share (TPS) memiliki prosedur yang secara eksplisit dapat memberi siswa waktu lebih banyak berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.36
2. Model pemelajaran Picture and Picture
Model pembelajaran picture and picture adalah suatu model belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis. Model pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam
32 Shilpy A. Octavia, Model-Model Pembelajaran, 13
33 Darmadi, Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran Dalam Dinamika Belajar Siswa, 25
34 Abdul Rahman Tibahary dan Muliana, “Model-Model Pembelajaran Inovatif,” Journal of Pedagogy, Vol. 1, No. 1 (Dampal Selatan 2018) : 59
35 Shilpy A. Octavia, Model-Model Pembelajaran, 30
36 Shilpy A. Octavia, Model-Model Pembelajaran, 36
proses pembalajar. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran, sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilakan baik dalam bentuk kartu atau dalam bentuk cara dalam ukuran besar.
3. Model pembelajaran Talking Stick
Talking stick merupakan model pembelajaran kooperatif dengan bantuan tongkat. Pada mulanya talking stick (tongkat bicara) adalah cara yang digunakan oleh penduduk asli amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum (pertemuan antar suku). Seiring perkembangan zaman, talking stick digunakan dalam pembelajaran di ruang kelas.37
4. Model pembelajaran Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif Jigsaw dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli.
Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk emmpelajari dan mendalami topik tertentu yang menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.38
37 Shilpy A. Octavia, Model-Model Pembelajaran, 69
38 Shilpy A. Octavia, Model-Model Pembelajaran, 79
5. Model pembelajaran Make A Match
Model pembelajaran make a match adalah system pembelajaran yang mengutamakan penamaan kemampuan social terutama kemampuan bekerja sama, kemampuan berinteraksi disamping kemampuan berpikir cepat melalui permainan mencari pasangan dengan dibantu kartu. Model pembelajaran make a match yaitu pembelajaran yang teknik mengajarnya dengan mencari pasangan melalui kartu pertanyaan dan jawaban yang harus ditemukan dan didiskusikan oleh pasangan siswa tersebut.39
b. Model Pembelajaran Make A Match
1. Pengertian Model Pembelajaran Make A Match
Pengertian model Make A Match atau membuat pasangan menurut Rusman merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran. Salah satu cara keunggulannya teknik ini adala peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.40 Model pembelajaran Make A Match adalah sistem pembelajaran yang megutamakan penanaman kemmapuan sosial terutama kmampuan kerja sama, kemampuan berinteraksi di samping kemampuan berfikir cepat melalui permainan mencari pasangan dengan dibantu kartu.41
Model pembelajaran make a match merupakan salah satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa. Karena model pembelajaran ini melibatkan semua siswa yang berkemampuan baik, sedang, maupun berkemampuan rendah untuk mengikuti
39 Shilpy A. Octavia, Model-Model Pembelajaran, 89-90
40 Sri Suwarni, Senangnya Belajar Membaca Lancar dengan Model Pembelajaran Make A Match Berbatu Media Kartu Huruf pada Siswa Kelas 1 SD (Surakarta: Percetakan Kurnia, 2021), 40
41 Shilphy A. Octavia, Model-Model Pembelajaran (Yogyakarta: DEEPUBLISH, 2020), 89
jalannya proses pembelajaran dengan antusias. Hal ini menyebabkan siswa menjadi lebih semangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Model pembelajaran make a match merupakan salah satu pembelajaran kooperatif di mana siswa dituntut menemukan pasangan yang sesuai dengan kartu permasalahan yang diperoleh melalui undian secara bebas. Kartu-kartu ini dipersiapkan oleh guru dan dibagikan kepada setiap siswa. Pada prinsipnya siswa dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok yang memecahkan masalah dan kelompok yang membawa kartu soal.42
Model Make A Match merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Salah satu cara keunggulan teknik ini adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suau konsep atau topik, dalam suasana yang menyennagkan.43
2. Karakteristik Model Pembelajaran Make A Match
Karakteristik atau ciri-ciri model pembelajaran Make A Match yaitu sebagai berikut:
a) Mengajak Siswa Bermain sambil Belajar
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong pembaharuan dalam proses pembelajaran. Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanankan.
Dalam penyelenggaraan pendidikan metode pembelajaran ada berbagai metode yang dilakukan oleh para pendidik. Di antaranya adalah metode
42 Happy Dwi Yunia Muntoha, “Penerapan Model Pembelajaran Make A Matach untuk Meningkatkan Kativitas Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA N 14 Semarang,” Economic Education Analisys Journal, Vol. 2 No. 2 (Semarang 2013): 41
43 Rusman, model-model pembelajaran mengembangkan profesionalisme guru, (Jakarta: rajawali press, 2011), 223
belajar sambil bermain ataupun bermain sambil belajar.44 Belajar sambil bermain di sini merupakan pembelajaran yang menyenangkan karena merupakan suatu proses pembelajaran yang berlangsung dalam suasana yang menyenangkan dan mengesankan yang dapat menarik minat anak untuk terlibat secara aktif, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai maksimal. Penerapan model pembelajaran Make A Match ini menempatkan siswa untuk belajar sambil bermain, karena setiap siswa diberi kesempatan untuk memikirkan jawaban dari kartu yang dipegang, kemudian siswa diberi kesempatan untuk menemukan jawaban/pasangan dari kartu yang dipegang.
b) Siswa Menjadi Aktif, Kreatif, dan Inovatif
Kata aktif, kreatif dan inovatif sendiri di sini berasal dari kosenp PAIKEM yang berarti Pembelajaran Aktif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan. Guru yang memiliki kemampuan dalam mengendalikan kelas merupakan salah satu faktor yang menentukan kelas yang aktif, kreatif dan inovatif. Dengan menerapkan model pembelajaran Make A Match, siswa dapat memahami konsep-konsep secara aktif, kreatif, efektif, inovatif, interaktif dan menyenangkan. Hal ini membuat konsep mudah dipahami dan bertahan lama dalam struktur kognitif siswa.45
c) Siswa Lebih Bisa Berinteraksi dengan Teman
Dalam model pembelajaran Make A Match, komunikasi antar siswa sangat penting, karena mereka dapat bekerja sama dalam menyelesaikan
44 Darmadi, Asyiknya Belajar Sambil Bermain (Bogor: Guepedia, 2018) ,14
45 Dewa Nyoman Suprapta, “Penggunaan Model Pembelajaran Make a match sebagai Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa,” Journal of Education Action Reserch, Vol. 4, No. 3 (Ubud 2020), 242
masalah. Siswa yang kurang paham dapat dibimbing oleh siswa yang mengerti dalam menyelesaikan masalah.
3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Make A Match
Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Kelebihan dari model pembelajaran Make A Match yaitu:
a) Kerja Sama Tim/Siswa
Dalam model pembelajaran Make A Match siswa dilatih untuk mengembangkan kerja sama untuk dapat memecahkan permasalahan materi yang diberikan.
b) Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Dengan diterapkannya model pembelajaran Make A Match disini motivasi belajar siswa menjadi lebih meningkat karena aktivitas belajar yang menyennagkan dan tidak membosankan.
c) Dapat Diterapkan Pada Semua Kelas
Model pembelajaran Make A Match di sini sangat cocok diterapkan dalam semua mata pelajaran, semua kelas dan untuk semua tingkatan usia dan anak didik.
d) Proses Pembelajaran Menyenangkan
Salah satu keunggulan model pembelajaran Make A Match ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengeni konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
e) Melatih Kedisiplinan Waktu
Model pembelajaran Make A Match ini dapat melatih siswa untuk lebih bisa mendisiplinkan waktu yang ada.
Sedangkan untuk kekurangan dari model pembelajaran Make A Match ini yaitu:
a) Rentan Membuat Kegaduhan
Model pembelajaran Make A Match rentan membuat kegaduhan yang memungkinkan mengganggu proses belajar kelas lain.
Karena model pembelajaran Make A Match disini mengharuskan siswa untuk mencari pasangan/jawaban dengan batas durasi tertentu.
b) Banyak Waktu Terbuang
Penerapan model pembelajaran Make A Match jika tidak dipersiapkan dengan baik, maka banyak waktu yang akan terbuang.
Karena waktu merupakan salah satu aspek dalam kegiatan pembelajaran.
c) Membutuhkan Persiapan Materi Yang Matang
Model pembelajaran Make A Match membutuhkan persiapan materi yang matang. Oleh karena itu kemampuan serta kesiapan guru dalam mengajar memegang peranan penting.
4. Tahapan Model Pembelajaran Make A Match
Model Pembelajaran Make A Match merupakan model pembelajaran kelompok yang hanya memiliki dua orang anggota. Masing-masing anggota kelompok tidak diketahui sebelumnya, akan tetapi dicari berdasarkan kesamaan pasangan soal dan jawabannya. Langkah-langkah model pembelajaran Make A Match yaitu:
a) Persiapan
Dalam tahap persiapan disini siswa dibagi menjadi dua kelompok misalnya kelompok A dan kelompok B.
b) Masing-masing siswa mendapatakan 1 kartu
Guru membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan untuk kartu jawaban kepada kelompok B.
c) Siswa berfikir
Pada tahap ini siswa diberikan waktu sejenak untuk memikirkan isi dari kartu yang sudah dipegang oleh masing-masing siswa. Dan guru menyampaikan kepada siswa untuk mencari atau mencocokan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain. Dan guru juga menyampaikan batas waktu yang diberikan.
d) Siswa mencari pasangan
Guru mmeminta semua anggota untuk mencari pasangan masing- masing untuk dijadikan jawaban dari masing-masing kartu.
e) Siswa dapat mencocokan jawaban
Jika siswa sudah menemukan pasangannya masing-masing, guru meminta mereka melapor kedepan dan guru mencatat pada kertas yang telah disiapkan. Jika waktu sudah habis guru memberi tahu dan untuk siswa yang belum menemukan pasangan diminta untuk berkumpul sendiri.
f) Siswa presentasi
Setelah selesai, kemudian guru memanggil satu pasangan untuk presentasi. Untuk siswa yang lain memperhatikan dan memberi tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak.
g) kesimpulan
Pada tahap terakhir di sini guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang
presentasi. Dan setelah selesai guru memberikan kesimpulan pembelajaran.
c. Hasil Belajar Siswa
1) Pengertian Hasil Belajar Siswa
Kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa setelah megalami pengalaman belajar tertentu disebut sebagai hasil belajar. Hasil belajar ini meliputi tiga ranah, yaitu pengetahuan, psikomotorik, dan sikap. Perubahan perilaku yang relatif tetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungannya juga merupakan hasil belajar. Hasil belajar ini dapat dikategorikan menjadi tiga aspek, yaitu pengetahuan, sikap dan psikomotorik.46
Hasil belajar siswa dapat didefinisikan sebagai perubahan perilaku, pengertian lebih dalam meliputi bidang kognitif, afektif dan psikomotor.
Sementara itu, hasil belajar peserta didik adalah suatu keberhasilan diperoleh di sekolah yang berwujud angka.47 Definisi hasil belajar juga bisa diungkapkan bahwa hasil belajar adalah skor yang diperoleh siswa yang menunjukkan tingkat keberhasilannya dalam menuntaskan materi pembelajaran tertentu.48 Berdasarkan penjelasan yang disampaikan, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar dibagi menjadi tiga kategori, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar intelektual, ranah afektif berkaitan dengan sikap peserta didik, dan ranah psikomotorik berkaitan dengan hasil belajar keterampilan.
46 Sugiarto, Mendongkrak Hasil Belajar Matematika Menggunakan PBL Berbantuan GCA (Solo:
Yayasan Lembaga Gumun Indonesia YGLI, 2021), 4
47 Erna Wurjanti, Study Group Solusi Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar (Lombok Tengah:
Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia, 2022), 41
48 Nisrohah Neni Riyanti dan M. Husni Abdullah, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS,” JPGSD, Vol. 06, No. 04, (Surabaya 2018) : 442
2) Klasifikasi Hasil Belajar
Benyamin Bloom secara garis besar membagi klasifikasi hasil belajar dalam tiga ranah besar, yaitu:
a) Ranah Kognitif
Hal ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari empat aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah, dan keempat aspek berikutnya disebut kognitif tingkat tinggi.
b) Ranah Afektif
Hal ini berkenaan dengan sikap dan nilai. Sikap seseorang dapat dilihat perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif.
Penilaian ranah afektif akan tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku. Ranah afektif terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
c) Ranah Psikomotorik
Hal ini berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak, yang terdiri atas enam aspek, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.49 Ranah psikomotorik merupakan bagian dari perkembangan individu yang berkaitan dengan gerak fisik berdasarkan hasil dari pengolahan antara kognisi dan afeksi yang membuahkan gerak fisik berupa perilaku.
49 Monica Christi, “Penerapan Model Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan Keaktifan, Motivasi, Da Hasil Belajar Mata Plajaran Ekonomi Siswa Kelas XI Ips 1 SMA Negeri 1 Depok Sleman Tahun Ajaran 2018/2019” (Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta, 2018) 26
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan hasil belajar terbagi menjadi tiga kategori atau ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual, ranah afektif berkenaan dengan sikap peserta didik, dan ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan.
3) Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar merupakan suatu proses perkembangan. Artinya bahwa secara kodrati jiwa raga anak mengalami perkembangan. Perkembangan sendiri memerlukan sesuatu baik yang berasal dari diri siswa sendiri maupun pengaruh dari lingkungannya.
Diungkapkan juga bahwa hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Secara perinci, uraian mengenai faktor internal dan eksternal, sebagai berikut:
a) Faktor internal, faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya.
b) Faktor eksternal, faktor eksternal faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.50
4) Karakteristik Indikator Hasil Belajar
Terdapat empat kriteria yang dijadikan karakteristik indikator hasil belajar yang baik, yaitu:
a. Harus mendukung pencapaian kompetensi dasar.
50 Fitri Diani, “Penerapan Metode Make A Match Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran Ipa Di MI Al-Adli Palembang” (Skripsi, Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, 2018) 80- 81
b. Meliputi seluruh aspek kemampuan, yaitu kognitif, afektif, motorik, dan sikap.
c. Jumlah indicator hasil belajar akan lebih banyak jumlahnya dibandingkan kompetensi dasar karena mencakup banyak aspek.
d. Menggunakan kata kerja transitif
Karakteristik indikator hasil belajar diatas adalah bentuk agarmampu mengembangkan indikator hasil belajar dengan baik dan juga sesuai.51
51 Agustin Citra Pertiwi, “Penggunaan Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Kelas IV SDN 6 Metro Barat,” (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Metro Lampung, 2020) 12-13