BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN
B. Kajian Teori
Dalam kajian teori ini akan dibahas: manajemen konflik dan pendidikan karakter secara umum dan menurut pandangan islam. Yaitu sebagai berikut:
1. Kebijakan Kepala Madarasah a. Pengertian Kebijakan
Klain dan Murphy sebagaimana dikutip oleh Syafaruddin mengatakan bahwa kebijakan adalah seperangkat tujuan-tujuan, prinsip- prinsip serta peraturan-peraturan yang membimbing suatu organisasi.
Dengan demikian kebijakan mencakup keseluruhan petunjuk organisasi.24
Menurut Indra Fachrudi sebagai penulis buku kebijaksanaan pendidikan mengatakan bahwa kebijakan adalah “wisdom” sedangkan
24 Syafaruddin, Efektifitas Kebijakan Pendidikan, Konsep, Strategi, Dan Aplikasi Kebijakan Menuju Organisasi Sekolah Yang Efektif, (Jakarta: Rineka Cipta,2008), 76.
kebijaksanaan adalah “policy”. Kebijakan (wisdom) suatu ketentuan dari pimpinan yang berbeda dengan aturan yang ada, yang dikenakan kepada seseorang karena ada alas an yang dapat diterima untuk tidak memberlakukan aturan yang berlaku, sedangkan kebijaksanaan (policy) adalah aturan-aturan yang mestinya dan harus diikuti tanpa pandang bulu, mengikat kepada siapapun yang dimaksudkanuntuk diikat oleh kebijaksanaan tersebut.25
Kebijakan adalah suatu kearifan pimpinan kepada bawahannya/masyarakatnya. Pimpinan yang arif dapat saja mengecualikan aturan yang baku kepada seseorang/sekelompok orang tersebut tidak dapat dan tidak mungkin memenuhi aturan yang umum, dengan kata lain dapat diperkecualikan.26
b. Pengertian Kepala Madrasah
Kepala madrasah terdiri dari dua kata yaitu “kepala” dan
“madrasah”. Kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam sebuah organisasi atau lembaga. Sedang madrasah (sekolah) adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran.27
Menurut Wahjosumidjo kata kepala dapat diartikan sebagai ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Dengan demikian secara sederhana kepala madrasah dapat didefinisikan sebagai
25 Ali Imran, Kebijaksaan Pendidikan di Indonesia Proses, Produk dan Masa Depannya, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2008), 14-17.
26 Syaiful Sagala, Adaministrasi Penididikan Kontemporer, (Yogyakarta: Alfabeta, 2008 ), 97.
27 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Perum Balai Pustaka, 1988), 796.
“seorang tenaga fungsional yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran”. Sedangkan madarsah adalah sebuah lembaga dimana menjadi tempat menerima dan memberi pelajaran.28
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan kepala madrasah adalah hasil dari keputusan-keputusan yang dibuat secara arif dan bijaksana oleh kepala madrasah kepada seseorang/sekelompok orang guna untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan melangkah lebih maju ke masa depan. Keberadaan madarasah adalah sebagai lembaga formal dalam penyelenggaraan kebijakan pendidikan nasional/kebijakan dinas pendidikan kabupaten/kota dalam kekuasaan dan kewenangan kepala madrasah.
Seorang kepala madrasah bertanggung jawab dalam melaksanakan kebijakan pendidikan nasional yang telah ditetapkan oleh pemerintah, dan kepala madrasah jika bertanggung jawab penuh akan lembaga yang dipimpinnya.
Sehubungan dengan hal itu, seorang kepala madrasah merupakan pemegang kunci keberhasilan suatu lembaga, karena kapala madrasah adalah seorang pemimpin dilembaganya yang membawa lembaganya kearah tujuan yang ingin dicapai oleh lembaga tersebut. Kepala madrasah dikatakan berhasil apabila memahami keberadaan lembaganya sebagai
28 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala madrasah, 83.
organisasi yang kompleks dan uni, serta mampu melaksanakan tugasnya sebagai stakeholder di lembaganya tersebut.
Untuk mencapai peningkatan mutu madarsah, maka seorang kepala madrasah sebagai petugas professional dituntut untuk mengformasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasi kebijakan pendidikan. Kebijakan madrasah merupakan suatu turunan dari kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan. Menurut Beare dan Boyd seperti dikutip oleh syafaruddin mengatakan bahwa terdapat lima jenis kebijakan pendidikan yang mencakup:
1) Penataan/penyususnan tujuan dan sasaran lembaga pendidikan 2) Mengalokasikan sumber daya untuk pelayanan pendidikan 3) Menentukan tujuan pemberian pelayanan pendidikan 4) Menentukan pelayanan pendidikan yang hendak diberikan
5) Menentukan tingakat investasi dalam mutu pendidikan untuk memajukan pertumbuhan ekonomi.29
c. Tahapan Kebijakan Kepala Madrasah
Dalam suatu kebijakan pendidikan ini terdapat tiga tahapan kebijakan yaitu: formulasi, implementasi dan evaluasi. Kepala madrasah sebagai petugas yang professional dituntut untuk untuk mengformasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasi kebijakan pendidikan tersebut.
Adapun tiga tahapan tersebut adalah:
29Syafaruddin, Efektifitas Kebijakan Pendidikan, 117-118.
1) Formulasi kebijakan
Formulasi kebijakan adalah perumusan atau pembuatan. Jadi, formulasi kebijakan adalah perumusan suatu kebijakan dalam pendidikan. Berikut adlah tahap-tahap proses peumusan kebijakan pendidikan:
a) Penyusunan agenda, yakni menempatkan masalah pada agenda pendidikan
b) Formlasi kebijakan merumuskan kebijakan untuk mengatasi masalah
c) Adopsi kebijakan yakni kebijakan alternatif tersebut diadopsi/diambil untuk solusi dalam menyelesaikan suatu masalah
d) Implementasi kebijakan yakni kebijakan yang telah diambil dan dilaksanakan dalam pendidikan.
e) Penilaian kebijakan yakni penialaian dalam pembuatan kebijakan dan pencapaian tujuan dalam kebiajakan pedidikan.
2) Implementasi kebijakan
Implementasi kebijakan pada intinya adalah cara yang dilaksanakan agar sebuah kebijakan tersebut mencapai tujuan.
Implementasi kebijakan adalah serangkaian aktifitas dan keputusan yang memudahkan penyataan kebijakan dalam pembuatan kebijakan terwujud kedalam prakteknya/realisasinya. Terdapat empat factor
pentinga dalam mengimplmentasikan kebijakan, yaitu: komunikasi, sumber daya, sikap pelakasana kebijakan dan struktur birokrasi.
Untuk mengimplementasikan kebijakan pendidikan ada dua cara, yaitu: secara langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-program pendidikan, dan melalui kebijakan turunan dari kebijakan nasional tersebut.
3) Evaluasi kebijakan
Setelah adanya pelasanaan kebijakan kemudian diadakan pengevaluasian dalam kebijakan pendidikan, karena akan dapat diketahui sejauh mana pelaksanaan tersebut tercapai. Menurut Putt dan Springer bahwa evaluasi adalah langkah menerima umpan balik yang utama dari proses kebijakan.30 Tujuan dari evaluasi kebijkan adalah untuk mempelajari pencapaian sasaran dari pengalaman terdahulu.
d. Kepemimpinan Kepala Madarsah yang Efektif dalam Penentuan Kebijakan
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan E Mulyasa dalam bukunya mengungkapkan bahwa adanya hubungan erat antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin, iklim budaya sekolah, dan perilaku peserta didik. Menyadari hal tersebut, kepala sekolah dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan
30 Ibid, 88.
pendidikan secara terarah, berecana, dan berkesinambungan menetapkan kebijakan-kebijakan yang dianggap dapat meningkatkan kualitas pendidikan.31
Kepemimpinan merupakan suatu masalah yang penting bagi suatu kelompok atau organisasi kelembagaan. Hal ini karena kepemimpinan merupakan suatu salah satu factor yang sangat mempengaruhi bagi keberhasilan kelompok tersebut untuk mencapai sebuah tujuan.
Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain dalam kerjanya dengan mengunakan kekuasaan. Kekuasaan adalah kemmpuan untuk mngarahkan dan mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya.32
Kepemimpinan menurut U Husna Asmara adalah segenap kegiatan dalam usaha mempengaruhi personal dilingkungan pendidikan pada situasi tertentu agar mereka melalui usaha kerjasama, mau bekerja dengan penuh tanggung jawab dan ikhlas demi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.33 Pemimpin dalam dunia pendidikan terutama sekolah disebut kepala sekolah, ia memiliki peranan penting Karena ia mempengaruhi, mengkordinasi, membimbing, dan mengarahkan serta mengawasi semua personalia dalam hal yang ada
31 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, konsep, strategi, dan implementasi, (Bandung: PT.
Remaja RosdaKarya, 2004), 107.
32 Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT Rosda Karya, 1999),19.
33 U. Husna Asmara, Pengantar Kebijakan Pendidikan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2007), 45.
kaitannya dengan kegiatan yang dilaksanakan sehingga dapat tercapai tujuan pendidikan yang efektif dan efisien.
Ada beberpa pertimbangan yang penting bagi kepemimpinan kepala sekolah. Pertama, kepala sekolah harus mampu mengkomunikasikan nilai-nilai lembaga terhadap staf pengajar, pelajar, dan masyarakat luas. Kedua, kepala sekolah harus mampu memahami, berkomunikasi, dan mendiskusikan proses yang berkembang dalam lembaga dengan tidak hanya duduk di belakang meja kerjanya. Ketiga, ia harus mampu menumbuhkan rasa kebersamaan, keinginan, semangat, dan potensi dari semua staf untuk mencapai tujuan.34
Kepemimpinan dalam lingkungan sekolah cenderung terletak pada kekuatan nilai-nilai keagamaan yang menjadi pusat prhatian kepala sekolah. Bahkan sering karena penekanan kepemimpinan yang menekankan aspek nilai, maka aspek teknis manajemen kurang begitu diperhatikan. Karena itu, isu-isu yang harus diperhatikan adala masalah kepemimpinan, teutama bagaimana kualitas kepemimpinan dapat diidentiikasi dan dipelihara agar kekuatan kepemimpinan memiliki fondasi yang bersifat teknikal dan bersifat nilai yang dapat digerakkan.
Dengan demikian kepala sekolah perlu memahami dan mengkritisi komponen-komponen yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan proses pembelajaran.35
34 Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Konsep, Strategi, dan Aplikasi, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana, 2002), 57.
35 Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pusat Studi Agama, 2003), 185.
Kebijakan merupakan unsur vital bagi sebuah organisasi. Ia adalah landasan dan garis dasar organisasi dalam menjalankan aktifitasnya guna mencapai tujuan. Kebijakan biasanya diwujudkan dalam bentuk putusan, strategi, rencana, peraturan, kesepakatan, consensus, program, dan sebagainya yang menjadi acuan organisasi dalam menjalankan aktivitas guna mencapai tujuan. Kepala sekolah dituntut untuk memiliki keterampilan yang handal untuk membuat keputusan-keputusan yang dapat dijadikan dasar, strategi, atau progam aktivitas sekolah. Kemampuan kepala sekolah dalam membuat keputusan-keputusan yang dapat dijadikan dasar, strategi, atau program aktivitas sekolah. Kemampuan kepala sekolah dalam membuat keputusan-keputusan bermutu melalui langkah-langkah sistematis sangat menentukan efektifitas sekolah.36
Kebijakan kepala madarah akan memengaruhi mekanisme kerja madrasah dan berperan besar dalam meningkatkan profesionalisme guru.
Kebijakan yang dapat mendorong peningkatan profesionalisme guru akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan mutu madrasah. Sebaliknya, bila kebijakan tidak dapat mendorong peningkatan, maka kebijakan tersebut akan berdampak pada penurunan mutu madrasah. Maka disini, secar tidak langsung kebijakan sangat berperan dalam meningkatkan profesionalisme guru.
36 Syaiful Sagala, Administrasi, 130.
Kebijakan pendidikan dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu:
1) Kebijakan yang brkenaan dengan fungsi esensial, seperti: kurikulum, penetapan rekrutmen, dan penerimaan peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan
2) Kebijakan mengeanai lembaga individual dan keseluruhan siswa kependidikan
3) Kebijakan yang berkaitan dengan penerimaan dan penarikan tenaga kerja, promosi, pengawasan dan penggantian keseluruhan staf
4) Kebijakan berkaitan dengan pengalokasian sumbe daya non manusia, seperti sumber finansial, gedung dan perlengkapan-perlengkapan.37 Kepala madrasah harus mengetahui problem apa yang terdapat di madrasah tersebut agar dapat ditemukan solusi yang efektif dan efisien dalam penyelesaian masalah tersebut.
Sebelum lebih jauh menjelaskan tentang kepemimpinan kepala madrasah yang efektif dalam penentuan kebijakan, maka kita harus mengetahui beberapa pihak yang dapat mengambil keputusan yaitu:
1) Kebijakan mengenai standar kurikulum menjadi kewenangan menteri pendidikan.
2) Kebijakan mengenai alokasi anggaran menjadi tanggungjawab pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota yang di dalamnya termasuk legislatif, dan
37Syaiful Sagala, Kemampuan Professional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), 121.
3) Kebijakan pembelajaran ada pada madrasah yang dikendalikan oleh kepala madrasah. Kebijakan pembelajaran ini seperti: mengelaborasi kurikulum menjadi bahan ajar pada setiap mata pelajaran, menyediakan kelengkapan pengajaran, menyiapkan ruang kelas yang layak dan nyaman dipakai, melakukan supervisi kepada guru dan membina pertumbuhan jabatan melalui pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan.
Menurut Duke dan Canady sebagaimana dikutip oleh Syafaruddin mengatakan bahwa strategi dan aktivitas kbijakan pengembangan staf dan guru mencakup beragam level dari komitmen finansial atas bagian dari system sekolah. Dengan demikian, tidak hanya satu strategi saja yang dapat dilakukan dengan pengembangan guru seperti pengembangan kurikulum, metodologi pembelajaran, workshop, tetapi dapat pula melakukan studi banding, mendatangkan ahli, pendidikan lanjutan, atau pelatihan berjenjang dalam kompetensi keguruan. Bahkan hal lain yang penting termasuk dalam format peningkatan adalah kebijakan dalam reward dan insentif. Dan untuk mendukung pilihan-pilihan pengembangan professional guru, maka pengambil kebijakan harus memelihara pendanaan yang mencukupi.38
Oleh karena itu, sekolah diperlukan seorang pemimpin yang efektif dalam penentuan kebijakan dalam pendidikan. Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang mampu menumbuhkan dan
38 Syafaruddin, efektifitas kbijakan pendidikan, 36-37.
mengembangkan usaha kerjasama serta memelihara iklim yang kondusif dalam kehidupan organisasi. Setiap orang sebagai anggota suatu kelompok dapat memberikan sumbangannya untuk kesuksesan kelompoknya. Tugas utama pemimpin adalah pengambilan keputusan yang dilakukan secara rasional (efektif dan efisien) oleh kepala madrasah. Pertimbangan keputusan tersebut harus dilihat dari: tujuan organisasi, sumber daya yang ada, informasi yang lengkap tentang fungsi system kerja, pengalokasian sumber dana didasarkan pada prioritas dan harus memahami pengelolaan dana.39
Setiap orang sebagai anggota suatu kelompok dapat memberikan sumbangsinya untuk kesuksesan kelompoknya. Kepemimpinan kepala madrasah yang efektif harus mampu merumuskan program dan melaksanakan kegiatan, mengutamakan partisipasi seluruh anggotanya sehingga dapat melaksanakan kebijakannya dengan benar.
e. Kebijakan Kepala Madrasah yang Arif dan Bijaksana
Kepemimpinan seseorang sangat besar peranannya dalam seiap pengambilan keputusan, sehingga dapat membuat keputusan dan mengambil tanggung jawab terhadaap hasilnya adalah salah satu tugas seorang pemimpin, jika seorang pemimpin tidak dapat membuat keputusan seharusnya dia tidak dapat menjadi pemimpin.
39 Syaiful Sagala, Kemampuan Professional Guru dan Tenaga Kependidikan, 123.
Dalam memimpin haruslah senantiasa mengambil keputusan dan bertindak secara benar, tidak ceroboh dan tidak menuruti hawa nafsu.
Sebagaimana firman Allah:
Artinya: “Maka berikanlah keputusan (perkara) diantara manusia dengan ahli dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah”.40
Dirasakan bahwa kebijakan kepala madarsah yang arif dan bijaksana tersebut benar-benar berfungsi dengan baik maka tujuan pendidikan akan terlaksana dengan baik dan benar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebijakan dibuat untuk menjadi pedoman dalam bertindak.
2. Profesionalisme Guru
a. Pengertian Profesionalisme Guru
Istilah Profesionalime guru berasal dari kata job performance/actual permance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
40 Al-Qur’an, 38: 26.
kepadanya.41 Profesionalime guru pada dasarnya merupakan kinerja atau unjuk kerja yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Kualitas Profesionalime guru akan sangat menentukan pada kualitas hasil pendidikan, karena guru merupakan pihak yang paling banyak bersentuhan langsung dengan siswa dalam proses pendidikan atau pembelajaran di lembaga pendidikan sekolah.
Dalam undang-undang Nomor 14 tahun 2005 bab 1 pasal 1 tentang Guru dan Dosen disebutkan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Keberhasilan seorang guru bisa dilihat apabila kriteria-kriteria yang ada telah mencapai secara keseluruhan. Jika kriteria telah tercapai berarti pekerjaan seseorang telah dianggap memiliki kualitas kerja yang baik. Sebagaimana yang telah disebutkan dalam pengertian kinerja bahwa Profesionalime guru adalah hasil kerja yang terlihat dari serangkaian kemampuan yang dimiliki oleh seorang yang berprofesi guru. Kemampuan yang harus dimiliki guru telah disebutkan dalam peraturan pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat 3 yang berbunyi:
Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:
41Mangkunegara, AA. Anwar Prabu, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung: PT. Rosda Karya, 2001), 67.
1) Kompetensi paedagogik 2) Kompetensi kepribadian 3) Kompetensi profesional 4) Kompentensi sosial.42
Kompentensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif berikut penjelasannya:
1) Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dimilikinya.
Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian. Kompetensi Menyusun Rencana Pembelajaran, kemampuan merencanakan program belajar mengajar mencakup kemampuan: (1) merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaran, (2) merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar, (3) merencanakan
42Tim Penulis Materi Diklat. Penilaian Profesionalime Guru (Jakarta: Direktur Tenaga Kependidikan Dirjen PMPTK, 2008), 4-7.
pengelolaan kelas, (4) merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran; dan (5) merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.
Adapun kompetensi penyusunan rencana pembelajaran meliputi: (a) mampu mendeskripsikan tujuan, (b) mampu memilih materi, (c) mampu mengorganisir materi, (d) mampu menentukan metode/strategi pembelajaran, (e) mampu menentukan sumber belajar/media/alat peraga pembelajaran, (f) mampu menyusun perangkat penilaian, (g) mampu menentukan teknik penilaian, dan (h) mampu mengalokasikan waktu.Berdasarkan uraian di atas, merencanakan program belajar mengajar merupakan proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung, yang mencakup: merumuskan tujuan, menguraikan deskripsi satuan bahasan, merancang kegiatan belajar mengajar, memilih berbagai media dan sumber belajar, dan merencanakan penilaian penguasaan tujuan.
2) Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi kepribadian guru tercermin dalam sikap dan perbuatannya dalam membina dan membimbing anak didik. Sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil idola, seluruh kehidupannya adalah figur yang paripurna. Dalam peraturan pemerintah Republik
Indonesia18 Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru, Bab II tentang Kompetensi dan Sertifikasi, Pasal 3 ayat (5)16, kompetensi kepribadian sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) sekurang- kurangnya mencakup kepribadian yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, arif dan bijaksana, demokratis, mantap, berwibawa, stabil, dewasa, jujur, sportif, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri, serta mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
3) Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Tanpa mengabaikan kompetensi yang lainnya, kompetensi professional merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yang profesional. Kompetensi tersebut harus dikembangkan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran di sekolah. Kompetensi profesional dipandang penting untuk dikembangkan oleh para guru karena kompetensi profesional mencakup kemampuan guru dalam penguasaan terhadap materi pelajaran dan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran.
4) Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Keempat kompetensi tersebut juga terintegrasi dalam Profesionalime guru yang mana Pekerjaan seorang guru adalah merupakan suatu profesi yang tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang.43 Profesi adalah pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus dan biasanya dibuktikan dengan sertifikasi dalam bentuk ijazah. Profesi guru ini memiliki prinsip yang dijelaskan dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005 sebagai berikut:
1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme
2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia
3) Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas.
4) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas 5) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan 6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi
kerja
7) Memiliki kesempatan untuk mengembangan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan sepanjang hayat
8) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
9) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan yang mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.
43 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2003), 16.
Profesionalime guru mempunyai spesifikasi tertentu.
Profesionalime guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru.
Berkaitan dengan Profesionalime guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.44
1) Perencanaan Pembelajaran
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, seorang guru dituntut membuat perencanaan pembelajaran, fungsi perencanaan pembelajaran ialah untuk mempermudah guru dalam melaksanakan tugas selanjutnya. Sehingga proses belajar mengajar akan benar- benar terskenario dengan baik, efektif dan efesien.
Tahap perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap yang berhubungan dengan kemampuan guru menguasai bahan ajar. Kemampuan guru dapat dilihat dari cara atau proses penyusunan program semester/tahunan, program kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru, yaitu mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Dalam membuat rencana tersebut biasanya guru di bantu oleh kepala sekolah juga rekannya yang biasanya dimusyawarahkan
44 Ibid, 21.
dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran. Organisasi guru semacam ini biasanya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing sekolah.
2) Pelaksanaan Pembelajaran
Setelah guru membuat rencana pembelajaran, maka tugas guru selanjutnya adalah melaksanakan pembelajaran yang merupakan salah satu aktivitas ini di sekolah. Guru harus menunjukkan penampilan yang terbaik bagi para guru siswanya.
Penjelasannya mudah dipahami, penguasaan keilmuannya benar, menguasai metodologi, dan seni pengendalian siswa. Seorang guru juga harus bisa menjadi teman belajar yang baik bagi para siswanya sehingga siswa merasa senang dan termotivasi belajar bersamanya.
Kegiatan pembelajaran di kelas ini adalah inti penyelenggaraan pendidikan yang ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber belajar, dan penggunaan metode serta strategi pembelajaran. Semua tugas tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab guru yang secara optimal dalam pelaksanaanya menuntut kemampuan guru.
3) Evaluasi Pembelajaran
Langkah guru berikutnya adalah mengevaluasi hasil pembelajaran. Segala sesuatu yang terencana harus dievaluasi agar dapat diketahui apakah yang direncanakan sudah sesuai dengan realisasinya serta tujuan yang ingin dicapai dan apakah siswa telah