• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

B. Kajian Teori

1. Kecerdasan Logis Matematis

a. Pengertian Kecerdasan Logis Matematis

Menurut Thomas dalam skripsi Kurniasih, kecerdasan merupakan kemampuan untuk menyelesaikan suatu masalah atau menciptakan hal yang bernilai dan berharga dalam suatu budaya.25

Menurut Thomas R. Hoerr dalam skripsi Sri Desti Probondani,

“intelligence is the ability to solve a problem or create a product that

25 Diyah Kurniasih, “Hubungan Antara Kecerdasan Logika-Matematika Dengan Minat Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri Se-Gugus 1 Kecamatan Wates Kabupaten Kulon Progo Tahun Ajaran 2015 / 2016”, (Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta, 2016).

is valued in a culture”.26 Kecerdasan dapat diaplikasikan oleh seseorang dengan menggunakan pengetahuan yang ia miliki dalam kehidupan sehari-hari dan dapat memecahkan beragam masalah yang dihadapi. Menurut versi Mainstream Science on Intellegence (MSI) kecerdasan atau intellegence adalah suatu kemampuan mental yang sangat umum yang melibatkan kemampuan akal, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami ide–ide yang kompleks, cepat belajar dan belajar dari pengalaman. Intellegence bukan hanya menyangkut kemampuan belajar dari buku, kemampuan akademik tertentu, atau pandai mengerjakan tes. Sebaliknya, intellegensi menggambarkan suatu kemampuan yang lebih mendalam dan meluas dalam memahami lingkungan. Dalam suatu lingkungan, kita bisa

“menangkap”, “mengerti”, atau “menerka-nerka” apa yang terjadi dan apa yang dilakukan.27

Menurut pakar psikologi Dr. Howard Gardner, individu memiliki beberapa kecerdasan dan kecerdasan-kecerdasan tersebut tergabung menjadi satu kesatuan membentuk kemampuan pribadi yang cukup tinggi. Gardner mengembangkan teori kecerdasan majemuk (multiple intelligences) dan membaginya menjadi delapan kecerdasan.

Teori multiple intelligences menegaskan bahwa setiap orang memiliki

26 Sri Desti Probondani, “Pengaruh Kecerdasan Logis-Matematis terhadap Kemampuan Representasi Matematis Peserta Didik Kelas XI Madrasah Aliyah Wathoniyah Islamiyah Banyumas Tahun Ajaran 2015/2016 pada Materi Pokok Trigonometri”, (Skripsi, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, 2016), 11.

27 Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), 155

beberapa level kecerdasan dan memiliki profil kecerdasan masing- masing dapat dikembangkan dengan cara yang berbeda pada setiap individu. Salah satu profil multiple intelligences yang erat kaitannya dengan matematika adalah kecerdasan matematis-logis.28

Menurut Adiningsih dalam skripsi Titin Maghfiroh, kecerdasan matematis-logis adalah kecerdasan yang melibatkan kemampuan untuk menganalisis masalah secara logis, menemukan rumus dan pola tertentu, serta menyelidiki sesuatu secara ilmiah.29 Kecerdasan ini juga berkaitan dengan aktivitas berpikir dan berargumentasi, baik secara induktif (penjabaran ilmiah dari umum ke khusus) maupun deduktif (penjabaran ilmiah dari khusus ke umum).

Menurut Gardner kecerdasan matematis-logis mencakup tiga bidang yang saling berhubungan yaitu matematika, ilmu pengetahuan (sains), dan logika. Amstrong dalam skripsi Theresia Christi Andreani mengatakan bahwa kecerdasan matematis-logis yaitu kemampuan menggunakan angka secara efektif. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap pola-pola dan hubungan- hubungan yang logis, pernyataan dan dalil, fungsi, dan abstraksi terkait lainnya.30

Menurut Fadila Alfi’a Nur Rohmah dan Jauharotul Maknunah dalam jurnalnya, kecerdasan matematis-logis merupakan kemampuan seseorang dalam menghitung, mengukur, menggunakan angka-angka,

28 Rizqona Maharani, “Kontribusi Kecerdasan Spiritual dan Kecerdasan Matematis Logis terhadap Penyelesaian Masalah Pembuktian dan Kecemasan Matematika”, (INSPIRAMATIKA, Vol. 4, No.

2, 2018), 92.

29 Maghfiroh, Pengaruh, 10-11.

30 Andreani, Pengaruh, 11-12

memecahkan soal-soal matematis, berpikir secara deduktif dan induktif, serta membuat pola-pola dan hubungan-hubungan yang logis dalam kehidupan sehari-hari.31 Kecerdasan matematis-logis adalah kemampuan yang berkenaan dengan rangkaian alasan mengenal pola- pola dan aturan. Menurut Linda dan Bruce Campbell dalam buku Masykur dan Fathani, kecerdasan matematis-logis biasanya dikaitkan dengan otak yang melibatkan beberapa komponen, yaitu perhitungan secara matematis, berpikir logis, pemecahan masalah, pertimbangan induktif, deduktif, dan ketajaman pola-pola serta hubungan- hubungan.32 Orang dengan kecerdasan ini gemar bekerja dengan data seperti mengumpulkan dan mengorganisasi, menganalisis serta menginterpretasikan, menyimpulkan kemudian meramalkannya.

Mereka akan melihat dan mencermati adanya pola serta keterkaitan antar data, suka memecahkan soal matematis dan memainkan permainan strategi. Kecerdasan logis-matematis sering dipandang dan dihargai lebih tinggi dari jenis kecerdasan lainnya, khususnya dalam masyarakat teknologi. Kecerdasan ini sering dicirikan sebagai kegiatan otak kiri.33

Dari berbagai pendapat ahli dapat diketahui bahwa kecerdasan logis matematis adalah salah satu dari kecerdasan majemuk (multiple intelligences) yang lebih mengarah pada beberapa bidang yang saling

31 Rohmah Pengaruh, 4

32 Moch Masykur, dan Abdul Halim Fathani, Mathematical Intelligence. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008) 153.

33 Probondani, Pengaruh, 12-13.

berhubungan yakni matematika, ilmu pengetahuan (sains), dan logika.

Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan siswa dalam operasi hitung bilangan atau angka dan kemampuan berpikir secara logis.

b. Karakteristik Kecerdasan Logis Matematis

Yaumi dan Ibrahim mengatakan bahwa kecerdasan logis matematis memiliki karakteristik yaitu senang menyimpan sesuatu dengan rapi dan teratur, merasa senang jika mendapat arahan secara bertahap dan sistematis, mudah mengerjakan sesuatu yang berhubungan dengan menyelesaikan masalah, tidak menyukai ketidakteraturan atau acak-acakan, dapat mengalkulasi soal-soal hitungan dengan cepat, senang teka-teki yang rasional, sulit mengerjakan soal yang baru jika pertanyaan sebelumnya belum dijawab, kesuksesan mudah diraih jika dilakukan dengan terstruktur dan tahapan yang jelas, jika memakai komputer senang bekerja melalui program spread sheet dan database, tidak merasa puas jika sesuatu yang dilakukan atau dipelajari tidak memberikan makna dalam kehidupan.34

Seorang siswa yang memiliki kecerdasan matematis logis tinggi akan lebih senang menyelesaikan masalah-masalah matematika, termasuk masalah pembuktian matematika yang penyelesaiannya membutuhkan alasan rasional berdasarkan dalildalil yang ada.35

34 M. Yaumi dan N. Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak (Multiple Intelligences) Mengidentifikasi dan Mengembangkan Multitalenta Anak. (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), 63.

35 Maharani, Kontribusi, 93.

Ciri-ciri dari kecerdasan matematis-logis ini adalah:36 1) Suka mencari penyelesaian suatu masalah

2) Mampu memikirkan dan menyusun solusi dengan urutan logis 3) Menunjukkan minat yang besar terhadap analogi dan silogisme 4) Menyukai aktivitas yang melibatkan angka, urutan, pengukuran

dan perkiraan.

5) Dapat mengerti pola hubungan

6) Mampu melakukan proses berpikir deduktif dan induktif.

c. Indikator Kecerdasan Logis Matematis

Menurut Julia Jasmine dalam skripsi Faridah Bahiyatun Nisa mengemukakan pendapat bahwa seseorang yang memiliki kecerdasan matematis-logis akan bekerja menggunakan data, mengumpulkan, mengorganisasi, menganalisis, menginterpretasikan, menyimpulkan kemudian meramalkan.37 Dari berbagai pendapat tokoh yang mengemukakan indikator kecerdasan logis matematis, peneliti mengambil indikator dalam skripsi Theresia Christi Andreani yang kemudian akan dibuat angket kecerdasan logis matematis, yaitu:38

36 Roikha, Pengaruh, 19-20.

37 Nisa, Pengaruh, 25.

38 Theresia, Pengaruh, 25.

1) Berhitung, indikatornya:

a) Kemampuan berhitung b) Gemar pelajaran berhitung

c) Belajar dengan cepat operasi perhitungan 2) Berpikir Sistematis, indikatornya:

a) Kemampuan mengurutkan, mengklasifikasikan sesuatu 3) Berpikir Logis, indikatornya:

a) Kemampuan dalam bernalar secara logis b) Kemampuan dalam pemecahan masalah

c) Senang mengerjakan kuis asah otak atau teka-teki 4) Eksperimen, indikatornya:

a) Ingin tahu dan mengamati sesuatu (bereksperimen) 2. Kecerdasan Linguistik

a. Pengertian Kecerdasan Linguistik

Kecerdasan linguistik adalah kemampuan seseorang dalam merangkai atau mengolah kata-kata yang tepat. Gardner menyatakan bahwa individu yang memiliki kecerdasan linguistik tidak akan kesulitan dalam menyusun redaksi kata-kata menjadi susunan kalimat yang baik untuk dikomunikasikan dengan orang lain. Kecerdasan ini meliputi kemampuan memanipulasi tata bahasa atau struktur bahasa, fonologi atau bunyi bahasa, semantik atau makna bahasa, dimensi prakmatis atau penggunaan praktis bahasa. Menurut Kenzeie yang dikutip Muhammad Yaumi, kecerdasan linguistik disebut juga

kecerdasan verbal karena mencakup kemampuan untuk mengekspresikan diri secara lisan dan tertulis serta kemampuan untuk menguasai bahasa asing.39

Kecerdasan linguistik adalah kemampuan menyusun pikiran dengan jelas dan mampu menggunakan kemampuan ini secara kompeten melalui kata-kata untuk mengungkapkan pikiran-pikiran dalam bicara, membaca, dan menulis. Biasanya kecerdasan ini dimiliki oleh para orator, negosiator, pengacara, atau para pemimpin negara di dunia.40

Berdasarkan dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan linguistik adalah kecerdasan peserta didik menggunakan bahasa baik lisan maupun tulisan, menyukai membaca buku, mereka menggunakan kata untuk membujuk, mengajak, membantah, menghibur, atau membelajarkan orang lain.

b. Karakteristik Kecerdasan Linguistik

Setiap kecerdasan pasti memiliki ciri tersendiri yang menggambarkan karakter dari kecerdasan tersebut akan tetapi perlu dicatat bahwa individu-individu mungkin tidak menunjukkan semua

39 Muhammad Yaumi, Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak (Multiple Intellegences) Mengidentifikasi dan Mengembangkan Multitalenta Anak, (Jakarta : Prenadamedia Group, 2013), hlm. 13.

40 Munif Chatib, Orang Tuanya Manusia Melejitkan Potensi dan Kecerdasan dengan Menghargai Fitrah Setiap Anak, (Bandung:Kaifa,2010), hlm 88.

aspek dari intelegens ini. Adapun beberapa ciri kecerdasan linguistik yaitu:41

1) Menulis lebih baik dari anak seusianya

2) Suka berbicara dan menyampaikan cerita yang lucu

3) Mempunyai memori yang baik untuk nama, tempat, hal-hal sepele Senang bermain kata

4) Senang membaca buku

5) Mampu mengucapkan kata secara akurat untuk anak-anak seusianya

6) Menghargai sajak-sajak walaupun berupakata-kata yang tidak masuk akal

7) Memiliki kosakata yang baik untuk anak seusianya

8) Mampu berkomunikasi dengan orang lain melalui cara yang verbal 9) Senang mendengar kata-kata lisan (cerita, komentar dalam radio,

dan buku-buku audio)

Kecerdasan linguistik meliputi empat aspek yaitu sebagai berikut : 1) Mendengar

Bagi orang-orang yang bias mendengar, suara manusia memberikan pengalaman pertama pada bahasa.

2) Berbicara

Kemampuan berbicara dapat dikembangkan melalui belajar dan berkomunikasi dengan orang lain. Berbicara yang efektif tidak

41 Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak (Multiple intelligence) Mengidentifikasi dan Mengembangkan Multitalenta Anak, (Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2013), hlm. 25.

hanya melibatkan kata-kata yang digunakan nada suara, ekspresi wajah, sikap dan gerakan tubuh.

3) Membaca

Membaca melibatkan belajar memahami dan menggunakan bahasa, khususnya bentuk bahasa tulis. Dalam kelas besar, penting bagi guru untuk mengidentifikasi perkembangan dan minat siswa, kebiasaan untuk malas membaca dapat berubah ketika mereka diberikan kesempatan untuk membaca buku sesuai dengan minat mereka.

4) Menulis

Kegiatan menulis tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bahasa lainnya. Menulis didorong oleh kegiatan berbicara, mendengar, dan membaca. Siswa dalam kegiatan menulis dapat mengembangkan perasaan dan merasakan kegiatan menulis sebagai tindakan yang relevan terjadi di antara diri sendiri, orang lain dan masyarakat. Menulis dapat menyebabkan manusia untuk berkomunikasi dengan lainnya yang belum pernah saling bertemu.

Kemampuan berpikir melalui kata-kata manusia dapat menganalisis, menyelesaikan masalah, merencanakan ke depan, dan mencipta sesuatu.42

42 May Lwin, Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan, Terj. Cristine Sudjana, (Jakarta: PT Indeks, 2008), hlm. 10.

c. Strategi mengembangkan Kecerdasan Linguistik

Secara umum aktivitas pembelajaran yang disenangi oleh mereka yang memiliki kecerdasan linguistik sebagai berikut :

1) Sumbang saran

Sumbang saran adalah suatu teknik kreativitas kelompok untuk mencoba menemukan solusi terhadap persoalan khusus yang dihadapi dengan mengumpulkan sejumlah paparan ide secara spontan dari masing-masing anggota. Pemaparan ide yang disampaikan oleh anggota dalam suatu kelompok dapat dikumpulkan dan ditulis langsung di papan tulis.

Keunggulan sumbang saran adalah dapat menciptakan ide- ide baru, menyelesaikan masalah, memberi motivasi dan mengembangkan kelompok. Adapun prosedur pembelajaran berbasis kecerdasan linguistik:43

a) Guru menentukan topik pembahasan yang memerlukan aktivitas sumbang saran.

b) Guru meminta setiap peserta didik mengemukakan ide yang berhubungan dengan komponen-komponen judul, subjudul, atau bagian-bagian yang lebih kecil dari itu.

c) Guru mencatat atau mengetik setiap kata atau kalimat yang dipaparkan oleh masing-masing peserta didik.

43 Muhammad Yaumi dan Nurdin Ibrahim, Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Jamak (Multiple Intellegence) Mengidentifikasi dan Mengembangkan Multi Talenta Anak, (Jakarta : Prenadamedia Group, 2013), hlm. 49.

d) Guru membuat kategori, menggabungkan, atau memperbaiki kemungkinan adanya kesalahan kata tetapi maksudnya benar oleh peserta didik.

e) Secara bersama-sama guru dan siswa menilai, menyusun kata- kata kedalam bentuk cerita.

2) Bercerita

Selama ini, bercerita dianggap sebagai salah satu bentuk hiburan bagi anak-anak ketika berkunjung ke suatu perpustakaan atau mungkin hanya sekedar untuk mengisi waktu senggang di ruang kelas. Namun, bercerita merupakan aktivitas pembelajaran yang dapat berkontribusi pada kemampuan menyajikan informasi, konsep, dan ide-ide, serta dapat mengintegrasikannya ke dalam tujuan pembelajaran yang dapat disampaikan secara langsung kepada siswa. Jika telas terintegrasi ke dalam tujuan pembelajaran, guru dapat mengarahkan siswa untuk menyiapkan bahan cerita sebelum pembelajaran berlangsung.44 Adapun prosedur pembelajaran berbasis kecerdasan linguistik adalah :

a) Guru membagi kelompok yang terdiri atas kelompok yang membawakan cerita dan beberapa kelompok lain yang menyimak ide cerita

b) Guru menentukan topik cerita peserta didik atau meminta jenis cerita yang dimintai siswa

44 Ibid., hlm, 43.

c) Guru menunjuk beberapa siswa yang dapat memerankan tokoh cerita

d) Guru membagi naskah cerita bersambung tersebut atau meminta kepada siswa untuk mencari sendiri

e) Siswa meringkas dan mengambil hikmah dan pelajaran yang akan dipaparkan

f) Guru menyediakan daftar pertanyaan yang dapat dijawab oleh siswa setelah cerita tersebut disajikan

g) Guru memeriksa dan menjelaskan jawaban yang benar

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan linguistik memiliki beberapa karakteristik diantaranya ada yang suka berbicara dan menyampaikan cerita yang lucu, mempunyai memori yang baik untuk nama, tempat, atau hal-hal sepele.

Aktivitas pembelajaran yang disenangi oleh mereka yang memiliki kecerdasan linguistik adalah sumbang saran dan bercerita.

3. Hasil Belajar Matematika

a. Pengertian Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar berasal dari dua kata yaitu “hasil” dan “belajar”, untuk memahami maksud dari hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan mendefinisikan kata yang menyusunnya yaitu “hasil” dan

“belajar”. Pengertian hasil menunjukkan suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan

perubahannya input secara fungsional.45 Sedangkan belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar baik individual maupun kelompok, baik mandiri maupun terbimbing.46

Hasil belajar matematika merupakan kemampuan yang diperoleh seseorang melalui kegiatan belajar matematika. Hasil belajar matematika tersebut diukur untuk mengetahui pencapaian tujuan pendidikan sehingga hasil belajar matematika harus sesuai dengan tujuan pendidikan. Pengukuran dilakukan agar pengambilan keputusan hasil belajar matematika dapat diambil secara akurat.

Hasil belajar peserta didik dapat berupa penilaian yang berupa angka sebagai indeks prestasi untuk mengetahui keberhasilan siswa.

Hasil penilaian memberi informasi balik, baik siswa maupun guru.

Kelemahan dalam hasil belajar ditafsirkan sebagai kurang tercapainya tujuan pengajaran. Dengan kata lain, ada sejumlah tujuan yang mungkin tidak tercapai atau kurang mencapai target yang direncanakan sebelumnya.47 Hal ini sejalan dengan pendapat Nasution yang mengemukakan bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes

45 Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Belajar. 2010), 44.

46 Mulyati Arifin, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: JICA Fakultas Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2000), 8.

47 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran berdasarkan Pendekatan system, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), 234.

yang diberikan oleh guru.48 Sedangkan Arikunto mendefinisikan bahwa hasil belajar itu merupakan hasil akhir setelah mengalami proses belajar, dimana tingkah laku itu tampak dalam bentuk perbuatan yang dapat diamati atau diukur, jadi hasil belajar siswa adalah hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan suatu proses belajar matematika selama kurun waktu tertentu dimana hasil belajar tersebut bisa diukur melalui suatu tes.49

Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan yang direncanakan.50 Dengan demikian tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah merancang instrumen yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan data tersebut guru dapat mengembangkan dan pemperbaiki program pembelajaran. Hasil belajar matematika merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajaran setelah mengalami aktivitas belajar matematika.51 Hasil belajar juga merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar adalah terjadinya perubahan dari hasil masukan pribadi berupa motivasi dan harapan untuk berhasil dan masukan dari lingkungan berupa rancangan dan pengelolaan motivasional tidak berpengaruh terhadap besarnya usaha yang

48 Nasution, S. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar,·(Bandung: PT. Bumi Aksara, 2006), 36.

49 Budiarti, Pengaruh, 144.

50 Wina Sanjaya, Kurikulum dan pembelajaran, Teori dan praktek Pengembangan Kurikulum KTSP, (Jakarta: Kencana, 2010), 13.

51 Chatrina Tri Anni, dkk, Psikologi Belajar (Semarang: UPT UNNES Press, 2002) 4.

dicurahkan oleh siswa untuk mencapai tujuan belajar.52 Hasil belajar matematika dapat dikatakan sebagai kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar matematika. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.

Seseorang dapat dikatakan telah belajar sesuatu apabila dalam dirinya telah terjadi suatu perubahan, akan tetapi tidak semua perubahan yang terjadi. Jadi hasil belajar matematika merupakan pencapaian tujuan belajar dan hasil belajar sebagai produk dari proses belajar, maka didapat hasil belajar matematika.

Demi tercapainya sebuah proses belajar mengajar maka perlu diketahui adanya prinsip-prinsip dalam belajar yaitu:

1) Belajar akan berhasil jika disertai kemauan dan tujuan tertentu 2) Belajar akan lebih berhasil jika disertai perbuatan pelatihan

3) Belajar akan lebih berhasil jika memberi hasil yang menyenangkan 4) Belajar lebih berhasil jika tujuan belajar berhubungan dengan aktifitas belajar itu sendiri atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya

52 H Nashr, Peranan Motivasi Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran, (Jakarta: Delia Press, 2004).

5) Belajar lebih berhasil jika bahan yang sedang dipelajari dipahami, bukan sekedar menghafal fakta

6) Dalam proses belajar memerlukan bantuan dan bimbingan orang lain

7) Hasil belajar dibuktikan dengan adanya perubahan dalam diri si pelajar

8) Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pengalaman53

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Berhasil tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh dua faktor,54 yaitu:

1) Faktor Internal (yang berasal dari dalam diri orang yang belajar) a) Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang yang tidak selalu sehat, sakit kepala, demam, pilek batuk dan sebagainya dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar.

Demikian pula halnya jika kesehatan rohani (jiwa) kurang baik b) Intelegensi dan Bakat

Kedua aspek kejiwaan ini besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Seseorang yang mempunyai intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan

53 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), 69.

54 Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), 55-60.

hasilnyapun cenderung baik. Bakat juga besar pengaruhnya dalma menentukan keberhasilan belajar. Jika seseorang mempunyai intelegensi yang tinggi dan bakatnya ada dalam bidang yang dipelajari, maka proses belajar akan lebih mudah dibandingkan orang yang hanya memiliki intelegensi tinggi saja atau bakat saja.

c) Minat dan Motivasi

Timbulnya minat belajar disebabkan beberapa hal, antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memeperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang atau bahagia. Begitu pula seseorang yang belajar dengan motivasi yang kuat, akan melaksanakan kegiatan belajarnya dengan sungguh–sungguh, penuh gairah dan semangat.

d) Cara belajar

Cara belajar seseorang juga memepengaruhi pencapaian hasil belajaranya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan akan memeperoleh hasil yang kurang

2) Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri orang belajar) a) Keluarga

Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar, misalnya tinggi rendahnya pendidikan, besar kecilnya penghasilan dan perhatian.

b) Sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar turut memepengaruhi tingkat keberhasilan anak. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau perlengkapan di sekolah dan sebagaianya, semua ini mempengaruhi keberhasilan belajar.

c) Masyarakat

Keadaan masyarat juga menentukan hasil belajar. Bila sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang–orang yang berependidikan, terutama anak–anaknya, rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak giat belajar.

d) Lingkungan Sekitar

Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat memepngaruhi hasil belajar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan sebagainya semua ini akan memepengaruhi kegairahan belajar

40

Dokumen terkait