• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Pustaka

1. Kajian Teori

15

16

mampu.22 Beasiswa Bidikmisi (beasiswa pendidikan mahasiswa berprestasi) adalah bantuan biaya pendidikan dari pemerintah yang hanya ditujukan untuk calon mahasiswa tidak mampu (miskin).

Program beasiswa Bidikmisi mempunyai misi untuk menghidupkan harapan bagi masyarakat kurang mampu dan memiliki potensi akademik memadai untuk dapat menempuh pendidikan sampai kejenjang Pendidikan Tinggi.23

Ketentuan beasiswa bidikmisi yaitu mahasiswa penerima bidikmisi menerima biaya tunjangan kuliah sebesar 4.200.000 ribu rupiah per enam bulan sekali, dengan spesifikasi 700.000 ribu rupiah untuk satu bulannya dan digunakan untuk menunjang proses perkuliahan seperti membeli ATK, buku, print tugas dan konsumsi dari mahasiswa itu sendiri.

Tujuan dari beasiswa bidikmisi adalah:

1) Meningkatkan akses dan kesempatan belajar di perguruan tinggi bagi mahasiswa yang tidak mampu secara ekonomi namun memiliki prestasi akademik yang baik.

2) Meningkatkan prestasi mahasiswa, baik pada bidang kurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler.

22Angga Sucitra Hendrayana, Dina Thaib, Raja Rosnenty, “Motivasi Belajar, Kemandirian Belajar Dan Prestasi Belajar Mahasiswa Beasiswa Bidikmisi Di UPBJJ UT Bandung”, Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Vol. 15, Nomor 2, September 2014, hlm.

81-82.

23 Helna Wardhana1, Baiq Dinda Uswatun Hasanah, “Aplikasi Monitoring Penerima Beasiswa Bidikmisi Berbasis Web, Android Dan Sms Gateway”, Jurnal Matrik, Vol. 16, Nomor 1, November 2016, hlm. 22.

17

3) Menjamin keberlangsungan studi mahasiswa dengan tepat waktu.

4) Melahirkan lulusan yang mandiri, produktif, dan memiliki kepedulian sosial sehingga mampu berperan dalam upaya pemutusan mata rantai kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat.

b. Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata lain Motive yang berarti dorongan atau bahasa Inggrisnya to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force). Motif tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dengan faktor-faktor lain, baik faktor eksternal, maupun faktor internal. Hal-hal yang mempengaruhi motif disebut motivasi. Michel J. Jucius menyebutkan motivasi sebagai kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki.24

Menurut Jex dalam izudin (2002) motivasi seperti gravitasi yang tidak bisa dilihat secara visual atau dirasakan namun hanya bisa dilihat efek yang dihasilkan olehnya.25 Sedangkan menurut Wahab (2016) “motivasi belajar merupakan daya penggerak yang menentukan seseorang untuk beraktivitas dan seberapa sering

24 Widayat Prihartanta, “Teori-Teori Motivasi”, Jurnal Adabiya, Vol. 1, Nomor 83, 2015, hlm. 2-3.

25 Heriyati, “Pengaruh Minat Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika” Jurnal Formatif, Vol. 7, Nomor 1, 2017, hlm. 26.

18

aktivitas tersebut dilakukan”. Motivasi yang sifatnya sebagai daya penggerak diharapkan mampu menimbulkan dan menjamin serta mengarahkan suatu kegiatan belajar seseorang sehingga dapat mencapai tujuannya. Motivasi juga adalah sebuah alasan bagi seseorang untuk melakukan bertindak. Lalu menurut Hamalik (2011), “motivasi menjadi salah satu faktor penentu seseorang berhasil atau tidak dalam meraih tujuan yang telah ditetapkan.

Belajar tanpa adanya motivasi akan sulit kiranya untuk berhasil secara optimal.” Pada realitasnya, tujuan seseorang untuk belajar itu berbeda-beda, di satu sisi belajar karena ingin semakin pintar, dan di satu sisi lagi ada yang belajar karena ingin mendapatkan sesuatu seperti hadiah dari seseorang. Atau juga bisa jadi takut akan dihukum oleh orang tuanya. Perbedaan motivasi ini dikarenakan terdapat dua jenis motivasi, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.26

Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari dalam diri individu yang munculnya tidak memerlukan pengaruh orang lain. Indikator-indikator motivasi intrinsik antara lain: 1) hasrat dan keinginan berhasil; 2) dorongan kebutuhan belajar; 3) kesadaran; 4) minat terhadap bidang ilmu yang dipelajari; 5) harapan akan cita-cita; dan 6) orientasi mengikuti pendidikan tinggi. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal

26 Silvia Retnaningtyas, Bambang Budi Wiyono, Achmad Supriyanto, “Perbedaan Motivasi Belajar Dan Prestasi Akademik Antara Mahasiswa Bidikmisi Dan Reguler”, Jurnal Manajemen dan Supervisi Pendidikan, Vol. 2, Nomor 3, Juli 2018, hlm 202.

19

dari luar individu, berfungsinya ketika ada pengaruh dari orang lain dan lingkungan. Indikator-indikator motivasi ekstrinsik sebagai berikut: 1) penghargaan atau hadiah, 2) lingkungan belajar yang kondusif, dan 3) kegiatan belajar yang menarik.27

Sealain daripada jenis motivasi yang telah dijelaskan di atas, terdapat juga konsep motivasi. Sebagaimana yang dijelaskan oleh suwanto adalah sebagai berikut:

a) Model Tradisional

Untuk memotivasi pegawai agar gairah kerja meningkat perlu diterapkan sistem insentif dalam bentuk uang atau barang kepada pegawai yang berprestasi.

b) Model Hubungan Manusia

Untuk memotivasi pegawai agar gairah kerjanya meningkat adalah dengan mengakui kebutuhan sosial mereka dan membuat mereka merasa berguna dan penting.

c) Model Sumber Daya Manusia

Pegawai dimotivasi oleh banyak faktor, bukan hanya uang atau barang tetapi juga kebutuhan akan pencapaian dan pekerjaan yang berarti.

c. Gaya Hidup

Menurut Featherstonr (2001), “lifestyle atau gaya hidup secara sosiologis dengan pengertian terbatas merujuk pada gaya

27Ibid, hlm. 202-203

20

hidup khas suatu kelompok tertentu”. Menurut Chaney (2004),

“dalam masyarakat modern sendiri, lifestyle atau gaya hidup mampu menggambarkan mengenai sikap, nilai-nilai, dan kekayaan, serta posisi sosial seseorang. Dalam masyarakat modern istilah ini mengkonotasikan individualisme, baik ekspresi diri serta kesadaran diri untuk bergaya. Indikator dari gaya hidup sendiri mencangkup banyak hal, mulai dari busana, hiburan, pemilihan makan dan minum, bahkan pemilihan tempat tinggal (kos). Menurut Joseph T.

Plumber dalam Andri Tri, Achmad Fauzi, Brilyyanes (2015) mengatakan bahwa gaya hidup mengukur aktivitas-aktivitas manusia dalam hal; (1) Bagaimana mereka menghabiskan waktunya, (2) Minat mereka apa yang dianggap penting di sekitarnya. (3) Pandangan-pandangan baik terhadap diri sendiri.

Yang dimaksud menghabiskan waktu yaitu disaat seseorang mengikuti kegiatan-kegiatan dalam suatu organisasinya, di bidikmisi kegiatan yang biasanya dirancang untuk diikuti oleh mahasiswa penerima beasiswa bidikmisi yaitu; rutin mengikuti seminar, webinar dan kegiatan kemasyarakatan yang diadakan oleh pengelola bidikmisi. Lalu minat yang dimaksud dalam gaya hidup adalah bagaimana ketertarikan seseorang pada sesuatu yang cenderung positif tau negatif, dalam hal ini memfokuskan bagaimana minat mahasiswa pada fashion atau pada perkuliahannya. Dan yang dimaksud dengan pandangan baik

21

terhadap diri sendiri adalah ketika seseorang mampu mengontrol perilaku dirinya, sehingga dalam mengambil keputusan dapat memutuskan hal yang baik.

Fenomena gaya hidup masyarakat di Indonesia dalam Ibrahim (2007), dapat dijelaskan, masyarakat konsumen di Indonesia tumbuh bersamaan dengan globalisasi, ekonomi, dan juga transformasi kapitalisme konsumsi, dalam hal ini dapat ditandai dengan bermunculannya pusat perbelanjaan seperti mall atau pusat perbelanjaan, pusat mode atau fashion, pusat kecantikan, kuliner, industri gosip, penginapan, makanan serba instant (fast food), telepon seluler (HP).28

Pada era gaya hidup, penampilan adalah segalanya bagi banyak orang. Perhatian untuk penampilan pada dasarnya bukan hal yang baru ditemukan. Urusan gaya atau penampilan diri ini sudah sangat lama menjadi perbincangan di kalangan masyarakat.

Erving Goffman (1959), misalnya dalam The Presentation of Self Everyday Life. Mengatakan bahwa; “kehidupan sosial terutama terdiri dari penampilan teatrikal yang diritualkan, yang kemudian lebih dikenal dengan pendekatan dramaturgi (dramatugical approach). Manusia seolah-olah sedang bertindak di atas sebuah panggung”. menurut Goffman sendiri penggunaan ruang, barang- barang, bahasa tubuh, dan interaksi sosial hadir untuk

28 Retno Hendariningrum, M. Edy Susilo, “Fashion Dan Gaya Hidup : Identitas Dan Komunikasi”, Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol. 6, Nomor 2, Mei - Agustus 2008, hlm. 26.

22

memfasilitasi kehidupan bermasyarakat bagi seseorang. Sedangkan menurut Chaney (2004), “penampakan luar menjadi salah satu hal yang penting bagi gaya hidup. Gaya dan desain yang dikenakan akan menjadi hal yang lebih penting daripada fungsinya.29

d. Prestasi Belajar

Istilah prestasi belajar pada awaslnya terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar. Kata prestasi dalam kamus ilmiah populer diartikan sebagai hasil yang telah dicapai. Dalam Wahab (2015) dan di simpulkan oleh Noehi Nasution bahwa “belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respons utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah baru itu bukan disebabkan oleh adanya perubahan sementara karena sesuatu hal”.30

Ngalim Purwanto (1997) berpendapat bahwa “prestasi belajar adalah kemampuan maksimal dan tertinggi pada saat tertentu oleh seorang anak dalam rangka mengadakan hubungan rangsang dan reaksi yang akhirnya terjadi suatu proses perubahan untuk memperoleh kecakapan dan ketrampilan”. Sedangkan Menurut Djamaroh (2002), prestasi belajar yaitu “hasil kegiatan

29Ibid,hlm. 27-28.

30 Ahmad Syafi’I, Tri Marfiyanto, Siti Kholidatur Rodiyah, “Studi Tentang Prestasi Belajar Siswa Dalam Berbagai Aspek Dan Faktor Yang Mempengaruhi”, Jurnal Komunikasi Pendidikan, Vol. 2, Nomor 2, Juli 2018, hlm. 117.

23

usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang telah dicapai oleh seseorang”. Sementara menurut Siti Pratini (2005), berpendapat bahwa pestasi “adalah suatu hasil yang dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan belajar”.31

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulkan bahwa prestasi belajar ialah suatu rangkaian dari kegiatan jiwa dan raga yang telah dilakukan oleh seseorang dari suatu hasil yang telah dicapai sebagai perubahan dari tingkah laku yang dilalui dengan pamahaman dan pengalaman untuk mampu berinteraksi dengan lingkungan yang menyangkut pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik serta dinyatakan dalam hasil akhir. Dari hasil belajar yang telah didapatkan oleh siswa/mahasiswa terdapat beberapa faktor dan aspek yang mempengaruhi.Berikut ini adalah aspek dan faktor-fakot yang mempengaruhi prestasi belajar:

a) Aspek-Aspek Prestasi belajar

Hasil sebuah prestasi dari belajar tentunya memiliki aspek yang bisa menjadi indikator terhadap pencapaian dalam belajar. Aspek-aspek tersebut setidaknya ada tiga (3) aspek prestasi belajara yang ketiganya dapat dikaji dalam berbagai literasi. Pertama adalah aspek kognitif. Aspek kognitif sebagai indikator dalam pencapaian sebuah prestasi hal ini seperti yang

31Ibid, hlm.118.

24

disampaikan oleh Muhibbin Syah 2001, bahwa “untuk mengukur prestasi siswa bidang kognitif ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tulis maupun tes lisan”.Lalu menurut Syaodih, 1996, “Hasil belajar dalam tingkatan ini merupakan hasil belajar yang tertinggi dalam ranah (domain) kognitif, sehingga memerlukan tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari tingkatan sebelumnya (pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sentesis)”.Aspek kognitif dapat dikelompokkan menjadi (enam) tingkatan yaitu;

(1) Tingkat pengetahuan (knowledge),(2) Tingkat pemahaman (komprehensip), (3) Tingkat Penerapan (aplicatioan), (4) Tingkat Analisis (analysis), (5) Tingkat sintesis (syinthesis), (6) tingkat evaluasi (evaluation).32

Kedua adalah aspek afektif. Aspek afektif ialah ranah berfikir yang meliputi watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Menurut Harun Rasyid dan Mansur

“ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang.

Orang yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan studi secara optimal. Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal, Rasyid & Mansur, 2007. Selanjutnya Muhibbin Syah (2004), berpendapat bahwa

32 Ahmad Syafi’I, Tri Marfiyanto, Siti Kholidatur Rodiyah, “Studi Tentang Prestasi Belajar Siswa Dalam Berbagai Aspek Dan Faktor Yang Mempengaruhi”, Jurnal Komunikasi Pendidikan, Vol. 2, Nomor 2, Juli 2018, hlm. 118-119.

25

“prestasi yang bersifat afektif yaitu meliputi penerimaan sambutan, apresiasi atau sikap menghargai, internalisasi atau pendalaman, karakterisasi atau penghayatan”. Misalnya seorang siswa mampu menunjukkan sikap menerima atau menolak pada suatu pernyataan dari permasalahan yang ada atau mampu menunjukkan sikap partisipasi dalam hal yang dianggap positif (baik).33

Ketiga, aspek psikomotorik adalah sesuatu yang berhubungan dengan fisik seperti otot-otot syaraf contohnya;

lari, melangkah, menggambar, berbicara, membongkar suatu peralatan atau memasangnya. Harun Rasyid dan Mansur (2007), mengatakan “Gerakan dasar adalah gerakan yang mengarah pada keterampilan komplek yang khusus. Siswa yang telah mencapai kompetensi dasar pada ranah ini mampu melakukan tugas dalam bentuk keterampilan sesuai dengan standar atau kriteria”. Pencapaian prestasi belajar atau hasil belajar dari siswa dapat digolongkan menjadi beberapa aspek yaitu; aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik.

Dengan kata lain bahwa ketiga aspek prestasi belajar tersebut akan lebih sempurna jika ketiga dari aspek itu dimiliki oleh setiap siswa. Sehingga siswa tidak hanya akan pintar dalam mata pelajaran saja namun juga pintar dalam menerapkannya

33Ibid, hlm. 119-120.

26

di kehidupan sehari-hari. Pencapaian prestasi belajar akan selalu berhubungan satu sama lain, sehingga tidak bisa berdiri sendiri.34

b) Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.

Suatu hasil dari prestasi belajar di seseorang merupakan hasil usaha belajar yang secara umum sangat banyak dipengaruhi oleh kemampuan yang dapat diukur. Pengukuran kemampuan pada dasarmya dapat melalui kecerdasan intelektual (Intelligence Quotients). Karena dengan kecerdasan intelektual yang tinggi akan mampu menggbarkan kesuksesan dalam belajar. Namun walaupun demikian pada beberapa hal masalah kecerdasan intelektual yang tinggipun tidak mampu menjamin suatu kesuksesan seseorang. Rohmalia Wahab (2015), mengemukakan bahwa “Intelligence Quotients bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan kesuksesan prestasi belajar seseorang. Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak dan kurikulum berbasis kompetensi di Sekolah Dasar” faktor-faktor tersebut adalah antara lain sebagai berikut; “(1) Pengaruh pendidikan dan pembelajaran unggul; (2) Perkembangan dan pengukuran otak, dan (3) Kecerdasan (intelegensi) emosional”.35

34 Ahmad Syafi’I, Tri Marfiyanto, Siti Kholidatur Rodiyah, “Studi Tentang Prestasi Belajar Siswa Dalam Berbagai Aspek Dan Faktor Yang Mempengaruhi”, Jurnal Komunikasi Pendidikan, Vol. 2, Nomor 2, Juli 2018, hlm. 120.

35Ibid, hlm. 120-121

27

Prestasi belajar yang telah dicapai oleh seseorang adalah hasil dari interaksi sebagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri “internal” maupun dari luar diri “eksternal

suatu individu. Pengenalan pada faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar sangatlah penting. Artinya agar mampu membantu peserta didik dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Terkait faktor internal Sumadi Surya Brata (1998), mengatakan bahwa “faktor intern terdiri dari fisiologis yang merupakan keadaan jasmani terutama panca indera sebagai pintu gerbang masuknya pengaruh dari luar dan psikologis”.36

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2011), merincikan dalam faktor yaitu, “Pertama faktor internal; (1) Faktor jasmani (penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainnya), (2) Faktor psikologi, antara lain; (a) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial yaitu kecerdasan, bakat dan faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki, (b) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, (3) Faktor kematangan fisik maupun psikis. Kedua Faktor Eksternal (1) Faktor sosial yang terdiri atas; (a). Lingkungan keluarga, (b) Sekolah, (c)

36 Ahmad Syafi’I, Tri Marfiyanto, Siti Kholidatur Rodiyah, “Studi Tentang Prestasi Belajar Siswa Dalam Berbagai Aspek Dan Faktor Yang Mempengaruhi”, Jurnal Komunikasi Pendidikan, Vol. 2, Nomor 2, Juli 2018, hlm. 121.

28

Masyarakat, (d) Kelompok; (2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian; (3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim”.37

Dokumen terkait