• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Teori

Dalam dokumen implementasi mata pelajaran aqidah akhlak (Halaman 34-51)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Kajian Teori

Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah usaha mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri. Melalui pembelajaran akan terjadi proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas, dan kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar.12

Proses pembelajaran tidak hanya terjadi ketika di dalam kelas saja, dalam interaksi antara siswa dengan lingkungan pun bisa dikatakan belajar, interaksi tersebut bisa dikatakan sebagai pengalaman belajar. Jadi seorang guru harus bisa mengaitkan pengalaman belajar yang telah dilalui peserta didik dengan proses pembelajaran.

12 Muhammad Fathurrohman, Sulistyorini, “Belajar dan Pembelajaran Meningkatkan Mutu Pembelajaran Sesuai Standar Nasional”, (Yogyakarta: Teras, 2012), 6.

Pola pembelajaran yang terjadi saat ini seringkali masih bersifat transmisif, yaitu peserta didik secara pasif menyerap struktur pengetahuan yang diberikan guru atau yang ada pada buku pelajaran saja. Adapun menurut Hudojo, menyatakan bahwa system pembelajaran dalam pandangan kontruktivis memberikan perbedaan yang nyata. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:

a. Peserta didik terlibat aktif dalam belajarnya. Peserta didik belajar materi secara bermakna dengan bekerja dan berfikir.

b. Informasi baru harus dikaitkan dengan informasi sebelumnya sehingga menyatu dengan pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik.13

2. Standar kecakapan ubudiyah dan akhlakul karimah (SKUA)

Standar Kecakapan Ubudiyah dan Akhlakul Karimah (SKUA) merupakan suatu cara yang dibentuk menjadi suatu kegiatan untuk mengukur standar kecakapan bagi peserta didik yang meliputi kecakapan al-Qur’an, hadits, aqidah akhlak, fikih, dzikir dan do‟a.

Standar Kecakapan Ubudiyah dan Akhlakul Karimah (SKUA) ini diberlakukan untuk madrasah di Jawa Timur baik madrasah negeri ataupun swasta harus melaksanakan kegiatan ini sesuai dengan jenjang pendidikan masing- masing lembaga pendidikan.

Pelaksanaan program kegiatan SKUA ini lebih bersifat personal yang mana lebih ditekankan pada peningkatan kompetensi individual

13 Trianto, “Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif”, (Jakarta: Kencana, 2009), 19.

dan dapat dilakukan secara klasikal. Pembimbing sekaligus penguji program SKUA pada setiap kelas telah ditentukan sebagaimana keputusan yang diterapkan oleh Kepala Madrasah. Dalam pelaksanaannya peserta didik harus membawa buku SKUA setiap akan melakukan setor hafalan kepada guru pembimbing sekaligus penguji untuk mendapatkan nilai dan paraf dari guru. Kegiatan Standar Kecakapan Ubudiyah dan Akhlakul Karimah dilaksanakan sebelum ujian semester dan penilaian hasil pengujian diberikan pada raport khusus SKUA yang dibawa oleh guru pembimbing sekaligus penguji.

Ketuntasan dalam pengujian SKUA menjadi persyaratan dalam mengikuti ujian semester pada setiap tingkatan. Apabila peserta didik tidak tuntas dalam mempraktikkan materi yang ada dalam buku SKUA maka peserta didik tidak dapat mengikuti ujian semester. Terkecuali dalam Ujian Nasional peserta didik boleh mengikuti Ujian akan tetapi Ijazah akan ditahan oleh pihak sekolah dan tidak akan diberikan sebelum peserta didik tuntas dalam setor hafalan dan praktik materi yang ada pada buku SKUA.

Dalam penerapan SKUA perlu adanya serangkaian kegiatan diantaranya adalah perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi terhadap keberhasilan dan kegagalan dalam penerapannya.

a. Perencanaan

Merencanakan adalah membuat suatu target-target yang akan dicapai atau diraih di masa depan. Dalam suatu organisasi

merencanakan merupakan suatu proses memikirkan dan menetapkan secara matang arah, tujuan dan tindakan sekaligus mengkaji berbagai sumber daya dan metode atau teknik yang tepat. Merencanakan pada dasarnya adalah membuat keputusan mengenai arah yang akan dituju, tindakan yang akan diambil, sumber daya yang akan diolah dan teknik atau metode yang dipilih untuk dipergunakan. Rencana akan mengarahkan tujuan organisasi dan menetapkan prosedur terbaik untuk mencapainya. Prosedur tersebut dapat berupa sumber daya dan penetapan teknik/metode.14

Menurut Tjokroamidjojo perencanaan dalam arti seluas- luasnya merupakan suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efektif dan efisien.15

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan merupakan kegiatan menetapkan serangkaian tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam rangka mencapai tujuan dengan cara menggunakan sumber daya yang dimiliki secara maksimal.

14 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2012), 93-94.

15Syafalevi, Perencanaan Pembangunan Melalui Musrenbang Di Desa Arangkaa Kecamatan Gemeh Kabupaten Kepulauan Talaud, (Talaud: JURNAL POLITICO, Vol.10 N0.7, 2011), 28.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan kegiatan melaksanakan segala sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan. Dalam pelaksanaan memungkinkan peserta didik mendapatkan pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan dan percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan keindividuan, kesosialan dan moral.16

Pelaksanaan menuruut Wiestra, dkk (2014:12) pelaksanaan adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijakan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi segala kebutuhan alat-alat yang diperlukan, siapa yang akan melaksanakan, dimana tempat pelaksanaanya dan kapan waktu dimulainya.

Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan adalah kegiatan melaksanakan rangkaian kegiatan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

c. Evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam

16 Abdul Manab, Manajemen Perubahan Kurikulum (Yogyakarta : Kalimedia, 2015), 236

pengambilan keputusan.17 Evaluasi pelaksanaan program merupakan tahap untuk mengetahui sejauh mana program yang telah diputuskan atau ditetapkan. Evaluasi memiliki satu fungsi, yaitu memperbaiki pelaksanaan program agar lebih baik pada waktu yang akan datang.

Evaluasi menurut pendapat Curtis, Dan B; Floyd, James J.; Winsor, Jerryl L, Evaluasi didefinisikan sebagai suatu proses penilaian. Penilaian ini dapat menjadi netral, positif atau negatif atau merupakan gabungan dari keduanya. Ketika sesuatu dievaluasi biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang nilai atau manfaatnya.18

Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa evaluasi adalah suatu kegiatan untuk mengetahui informasi tentang pelaksanaan program dan informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam pengambilan keputusan.

3. Dasar dan Tujuan Pelaksanaan SKUA

Pelaksanaan SKUA ini berdasarkan pada Surat Edaran Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Jawa Timur, Kw.13.4/HK.00.8//1465/2012, Tentang Standar Kecakapan Ubudiyah dan Akhlakul Karimah19. Untuk mencapai tujuan, maka pelaksanaan

17 Mukhibat, Manajemen Berbasis Sekolah (Ponorogo : STAIN Ponorogo Press, 2012), 47

18 Mayasari, laporan dan evaluasi penelitian, (sumatera utara : ALACRITY, vol.2 no.1, 2021), 35.

19 Surat Edaran Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Jawa Timur Nomor : Kw.13.4/HK.00.8/1465/2012.

kegiatan SKUA menjadi bagian dari kurikulum madrasah. Adapun tujuan dari Standar kecakapan Ubudiyah adalah sebagai berikut:

a. Memberikan penguatan terhadap materi Pendidikan Agama Islam serta memberikan solusi terhadap kelemahan Baca Tulis Al- Qur‟an, ubudiyah dan akhlakul karimah bagi siswa madrasah.

Setiap madrasah (Negeri dan Swasta) harus melaksanaka SKUA sesuai dengan jenjang pendidikan yang ada di masing- masing lembaga dan menjadi salah satu syarat mengikuti UAS, UKK, UAM dan UN.

Pelaksanaan pembimbingan SKUA dilakukan di minggu sebelum ulangan semester, bersifat personal dan ditekankan pada peningkatan kompetensi individual. Pembimbing kecakapan ubudiyah dan akhlakul karimah, sekaligus sebagai penguji pada setiap kelas sebagaimana surat keputusan yang telah ditetapkan oleh kepala sekolah.

Dalam pembimbingan, buku SKUA harus dibawa setiap mengikuti pembinaan dan pengujian untuk mendapatkan nilai dan paraf guru pembimbing. Pengujian pelaksanaan ujian semester dan penilaian hasil pengujian diberikan pada raport khusus standar kecakapan ubudiyah dan akhlakul karimah (SKUA).

Ketuntasan dalam SKUA menjadi prasyarat dalam mengikuti ujian semester pada setiap tingkatan, artinya peserta didik yang tidak tuntas dalam mempraktikkan materi yang ada

dalam buku SKUA maka peserta didik tersebut tidak dapat mengikuti ujian semester, namun tetap diperbolehkan mengikuti Ujian Nasional (UN) akan tetapi ijazah akan ditahan oleh pihak madrasah dan akan diberikan ketika peserta didik sudah melunasi atau tuntas dalam melaksanakan praktek SKUA-nya.

Dalam menjamin proses pelaksanaan dan mengefektifkan pencapaian tujuan, maka pelaksanaan SKUA menjadi bagian tidak terpisahkan dari kurikulum madrasah.

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa Standar Kecakapan Ubudiyah dan Akhlakul Karimah (SKUA) adalah suatu pengajaran mengenai tata cara beribadah dan berperilaku yang benar sesuai syari‟at Islam.

b. Unsur Program Kegiatan SKUA

Program kegiatan SKUA ini sangatlah penting jika dilihat dari dua unsur yaitu Ubudiyah dan Akhlakul Karimah.

1) Ubudiyah

Menurut bahasa kata ibadah berarti patuh, tunduk, mengabdi.

Ubudiyah artinya tunduk dan merendahkan diri. Ibadah menurut istilah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para rasul-Nya.20 „Ubudiyah dapat diartikan sebagai pengajaran tata cara beribadah yang benar yang nantinya akan berdampak pada gaya hidup seseorang.

20 Sidik Tono, dkk. Ibadah dan Akhlak dalam Islam, (Yogyakarta : UUI Press Indonesia, 1998), 2

Menghambakan diri atau mengabdikan diri kepada Allah Swt.

merupakan inti dari nilai ajaran Islam. Ibadah atau ubudiyah dapat dibagi menjadi dua yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah:21

a) Ibadah mahdhah ialah ibadah yang hubungannya langsung antara hamba dengan Allah swt. (hablum minallah) ibadah ini ditunjukkan untuk menjaga keharmonisan hubungan dengan Allah, agar kita memiliki keimanan yang benar dan lurus serta agar kehidupan kita terhindar dari berbagai hal yang merusak, menyesatkan dan mendapatkan ketenangan batin. Adapun yang termasuk dalam ibadah mahdhah, antara lain wudhu, tayamum, mandi hadats, adzan, iqomat, shalat, membaca Al-Qur‟an, I‟tikaf, puasa, haji, umrah dan tajhiz al-janazah.

b) Ibadah ghairu mahdhah yaitu ibadah yang disamping sebagai hubungan hamba dengan Allah juga merupakan hubungan antara hamba dengan manusia (hablum minannas) serta hubungan hamba dengan alam (hablum minal alam). Adapun yang tegolong ibadah ghoiru mahdhah antara lain seperti belajar, menjaga kebersihan lingkungan, dzikir, dakwah, tolong menolong, melestarikan lingkugan dan lain sebagainya.

21 Ibid,3.

2) Akhlakul Karimah

Akhlakul Karimah berasal dari dua kata yaitu akhlak dan karimah. Menurut Ya‟qub yang dikutip oleh Zainudin Ali, Akhlak berasal dari bahasa arab jama‟ dari “khuluqun”

yang berarti budi pekerti, tingkah laku atau tabiat, tata krama sopan santun, adab, tindakan. Akhlak adalah keadaan batin seseorang yang menjadi sumber lahirnya perbuatan, di mana perbuatan itu lahir dengan mudah tanpa memikirkan untung dan rugi.

Sedangkan karimah adalah budi pekerti atau peragai yang mulia. Akhlak yang baik atau akhlakul karimah dapat diartikan sebagai sistem nilai yang menjadi asas perilaku yang bersumber dari Al- Qur‟an, Hadits dan nilai-nilai alamiah (Sunnatullah).22 Akhlak mengandung beberapa arti, di antaranya:

a) Tabiat, yaitu sifat dalam diri yang terbentuk oleh manusia tanpa dikehendaki dan tanpa diupayakan

b) Adat, yaitu sifat dalam diri yang diupayakan manusia melalui latihan, yakni berdasarkan keinginan

c) Watak, cakupannya meliputi hal-hal yang menjadi tabiat dan hal- hal yang diupayakan hingga menjadi adat.23

22 Zainudin Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 2010), 31.

23 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2012), 9-10.

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa akhlak yang baik adalah yang paling utama dalam perjalanan seorang hamba. Orang yang memiliki akhlak yang baik akan melakukan kebaikan secara spontan tanpa pamrih apapun.

Adapun macam-macam akhlakul karimah, antara lain husnuzzan, gigih, berinisiatif, rela berkorban, tata krama terhadap makhluk Allah, adil, ridho, amal, shaleh, sabar, tawakal, qona‟ah, bijaksana, percaya diri dan lain sebagainya.

selain itu kita sebagai manusia atau seorang hamba juga harus memiliki akhlak yang baik yaitu akhlak kepada Allah (Pencipta), akhlak terhadap sesama manusia dan lingkungan hidup.

Berdasakarkan paparan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa SKUA merupakan suatu pengajaran mengenai tata cara beribadah dan berperilaku yang benar sesuai dengan syari‟at Islam.

4. Mata Pelajaran al-Qur’an

Al-qur‟an merupakan kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia sampai akhir zaman sebagai sumber utama ajaran Islam dan pedoman hidup bagi setiap muslim. Al-Qur‟an tidak hanya memuat tentang hubungan manusia dengan Tuhan akan tetapi juga

mengatur bubungan manusia dengan sesama dan manusia dengan alam sekitar.24

5. Pengertian Pendidikan Akidah Akhlak

Akidah menurut bahasa artinya kepercayaan, keyakinan. Menurut istilah, akidah Islam adalah sesuatu yang dipercayai dan diyakini kebenarannya oleh hati manusia, sesuai ajaran Islam dengan berpedoman kepada Al-Qur’an dan hadits (Wahyudin, 2009: 4).

Secara etimologi akhlak berasal dari bahasa Arab akhlak bentuk jamak dari mufradnya khuluk yang berarti akhlak (Djatmika, 1996: 26).

Sedangkan menurut Al-Ghazali sebagai berikut: ”Khuluk adalah tabiat atau sifat yang tertanam di dalam jiwa yang daripadanya lahir perbuatan yang mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.”

Maksud dari perbuatan yang dilahirkan dengan mudah tanpa pikir lagi di sini bukan berarti bahwa perbuatan tersebut dilakukan dengan tidak disengaja atau dikehendaki, namun perbuatan itu merupakan kemauan yang kuat tentang suatu perbuatan. Oleh karena itu jelas bahwa perbuatan itu memang disengaja dikehendaki hanya karena sudah menjadi adat (kebiasaan) untuk melakukannya, sehingga perbuatan itu timbul dengan mudah, spontan tanpa dipikir dan direnungkan.

Menurut Yunahar Ilyas, akhlaq (Bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau

24 Said Agil Husin Al-Munawar, Al-Qur‟an Tradisi Keshalehan Hakiki, (Jakarta : Cipta Press, 2003), 3.

tabiat. Berakar dari kata khalaqa yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq (Pencipta), makhluq (yang diciptakan) dan khalq (penciptaan). Dari pengertian terminologis seperti ini, akhlaq bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta sekalipun (Ilyas, 2005: 1).

Sedangkan menurut Ali Abdul Halim Mahmud akhlak menunjukkan sejumlah sifat tabi’at fitri (asli) pada manusia dan sejumlah sifat yang diusahakan hingga seolah-olah fitrah akhlak ini memiliki dua bentuk, pertama, bersifat batiniah (kejiwaan), dan kedua bersifat dzahiriyah yang terimplementasi (mengejawantah) dalam bentuk amaliyah (Mahmud, 1991: 95) Keseluruhan definisi akhlak tersebut di atas tampak tidak terdapat pertentangan yang signifikan, melainkan memiliki kemiripan satu sama lain. Definisi-definisi akhlak tersebut secara substansi tampak saling melengkapi satu sama lain, dan pembahasan definisi di atas dapat di tarik konnklusi mengenai empat (4) ciri yang terdapat dalam akhlak, yaitu: pertama, akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. Kedua, akhlah adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran (spontanitas). Ketiga, akhlak adalah perbuatan yang timbul dri dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa

ada intervensi dari luar. Keempat, akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena rekayasa.

Selanjutnya dalam menentukan baik buruknya, akhlak Islam telah meletakkan dasar-dasar sebagai suatu pendidikan nilai, dimana ia tidak mendasarkan konsep al-ma’ruf dan al-munkar semata-mata pada rasio (common sense), nafsu, intuisi, dan pengalaman yang muncul lewt panca indra yang selalu mengalami perubahan. Tetapi Islam telah memberikan sumber tetap, yang menentukan tingkah laku moral yang tetap dan universal, yaitu al-Qur’an dan as- sunah. Dasar tersebut menyangkut kehidupan individu, keluarga, tetangga, masyarakat sampai kehidupan berbangsa dan bernegara (Mahfudz, 1994: 180-181).

Dari penjelasan di atas dapat di ambil kesimpulan tentang definisi pendidikan akhlak. Pendidikan akhlak adalah ”pendidikan mengenai dasar-dasar moral, etika dan keutamaan budi pekerti, tabi’at yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan-kebiasaan yang baik sehingga menghasilkan perubahan terhadap perkembangan jasmani dan rohani yang dimanifestasikan dalam bentuk kenyataan hidup menuju terbentuknya kepribadian yang utama yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam”. Jadi, pendidikan akhlak merupakan suatu proses untuk menumbuhkan, mengembangkan kepribadian yang utama dengan mendidiknya, mengajar dan melatih. Sebagaimana diungkapkan dalam Kamus Pendidikan disebutkan bahwa pendidikan akhlak adalah pendidikan yang membantu perkembangan keluhuran dan keutamaan

peserta didik (Vebrianto, et al, 1993: 12). Firman Allah QS. Al- Ahzab ayat 21 yang artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.

Selain al-Qur’an, Al-Hadits juga merupakan sumber dasar yang monumental bagi Islam, yang sekaligus menjadi penafsir dan bagian yang komplementer terhadap Al-Qur’an. Al-Hadits sebagai pedoman perbuatan, ketetapan dan ucapan Nabi SAW merupakan cerminan akhlak yang luhur, Sebagaimana HR. Baihaqi: ”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.

6. Tujuan Pendidikan Akhlak

Tujuan pendidikan akhlak menurut Abdul Fatah Jalal meliputi: 1).

Berkaitan dengan khaliq (Allah) sebagaimana dijelaskan dalam QS. Saba’: 28, QS. Adzariyah:56-58, dan QS. Al-Baqarah: 21-22).

Berkaitan dengan sesama makhluk, sebagaimana dijelaskan dalam QS.9, At;Taubah:122, dan QS.Al-Isra’:23.

Akhlak hendak menjadikan orang berakhlak baik, bertindak tanduk yang baik terhadap manusia, terhadap makhluk dan terhadap Tuhan (Masy’ari, 1990: 4). Manusia sempurna ialah manusia yang berakhlak mulia serta bertingkah laku dan bergaul dengan baik, inilah yang menjadi aspek penting tujuan pendidikan akhlak (akhlak pendidikan) dalam pendidikan Islam (Aly dan Munzier, 2003: 152). Rumusan Ibnu

Maskawih yang dikutip oleh Abuddin Nata bahwa tujuan pendidikan akhlak ialah terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong seseorang secara spontan untuk melahirkan semua perbuatan yang bernilai baik (Nata, 2001: 11).25

Dengan demikian jelaslah bahwa isi pendidikan akidah Islam sangat berkaitan erat dengan pendidikan karakter. Pendidikan akhlak mencakup hubungan kepada Allah dan hubungan kepada sesama Dan tujuan dari akhlak ialah hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna.

7. Implementasi Standar Kecakapan Ubudiyah dan Akhlakul Karimah Implementasi adalah suatu kegiatan atau suatu tindakan dari sebuah rencana yang dibuat secara terperinci untuk mencapai suatu tujuan. Implementasi mulai dilakukan apabila seluruh perencanaan sudah dianggap sempurna. Implementasi menurut teori Jones bahwa: “Those Activities directed toward putting a program into effect”(Proses mewujudkan program hingga memperlihatkan hasilnya). Jadi Implementasi adalah tindakan yang dilakukan setelah suatu kebijakan ditetapkan. Implementasi merupakan cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya.26

Pengertian implementasi menurut Nurdin Usman dalam bukunya yang berjudul Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum menjelaskan

25 Dewi Prasari Suryawati, “Implementasi Pembelajaran Akidah Akhlak Terhadap Pembentukan Karakter Siswa di MTs Negeri Semanu Gunungkidul”, (Gunung Kidul:MTsN Semanu, 2016), 313-315.

26 Mulyadi,Implementasi kebijakan(Jakarta:Balai Pustaka,2015),45.

mengenai implementasi sebagai berikut: “Implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem.

Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan”27 Pengertian implementasi diatas menjelaskan bahwa implentasi itu bukan sekedar aktivitas saja, tetapi juga kegiatan terencana yang dilaksanakan dengan sungguh-sungguh berdasarkan acuan-acuan yang direncanakan dengan sungguh-sungguh. Oleh karena itu implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh objek berikutnya yaitu terlaksananya suatu program.

Jadi implementasi Standar Kecakapan Ubudiyah dan Akhlakul Karimah adalah suatu tindakan terencana yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari kecakapan ubudiyah dan terutama kecakapan akhlakul karimah.

27 Nurdin Usman,Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum(Jakarta:Grasindo, 2002),

170.

39

Dalam dokumen implementasi mata pelajaran aqidah akhlak (Halaman 34-51)

Dokumen terkait