• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Kajian Teori

Pengetahuan Sosial (IPS)

untuk penelitian dan pengembangan adalah model

pengembanganADDIE,

sedangkan pada

penelitian yang akan dilakukan adalah model pengembangan 4D 3) Jenis fisik produk yang

dihasilkan jika penelitian terdahulu menghasilkan produk berupa digital, sedangkan produk yang akan diteliti adalah dengan bentuk fisik media cetak.

B. Kajian Teori

disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan seperangkat bahan/alat pembelajaran yang digunakan oleh pendidik dan disusun secara sistematis dalam kegiatan belajar mengajar.

Secara konseptual, pengertian bahan atau materi pembelajaran pada dasarnya adalah “isi” dari kurikulum, yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topik/subtopik dan rinciannya. Bahan ajar merupakan seperangkat informasi yang harus diserap oleh peserta didik melaui pembelajaran yang menyenangkan. Hal ini menujukkan bahwa dalam penyususnan bahan ajar diharapkan siswa benar-benar merasakan manfaat bahan ajar atau materi itu setelah mempelajarinya.

Bahan ajar adalah bahan untuk mengajar yang berisi konten yang perlu dipelajari oleh siswa baik berbentuk cetak atau yang difasilitasi oleh pengajar untuk mencapai tujuan tertentu. Bahan ajar atau materi pembelajaran secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.23

Prastowo menjelaskan, Bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan secara utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Selanjutnya, Pannen menjelaskan, bahan ajar adalah bahan atau materi pelajaran yang

23 Nur Makhsun, Supervisi Akademik: Studi Peningkatan Kinerja Guru MI dalam Pengembangan Bahan Ajar, (Semarang: CV. Pilar Nusantara, 2020), 45

disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.24

Dari pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan salah satu bagian dari sumber ajar yang dapat diartikan sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran, baik yang bersifat khusus maupun yang bersifat umum yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran. Bahan ajar juga dapat disebut sebagai seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi dan subkompetensi dengan segala kompleksitasnya.

b. Karakteristik Bahan ajar

Bahan ajar sendiri memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Self Intructional, yang berarti bahan ajar dapat dipelajari sendiri oleh siswa karena disusun untuk maksud tersebut.

2) Self explanatory power, yaitu bahan ajar mampu menjelaskan sendiri karena menggunkan bahasa yang sederhana, isinya runtut, dan tersusun secara sistematik.

3) Self paced learning, yaitu siswa dapat mempelajari bahan ajar dengan kecepatan yang sesuai dengan dirinya tanpa perlu mengganggu siswa

24 Awalludin, Pengembangan Buku Teks Sintaksis Bahasa Indonesia, (Yogyakarta:

Deepublish, 2017), 11

lain yang lebih lambat atau merasa ketinggalan dari siswa yang lebih cepat.

4) Self contained, yaitu bahan ajar itu lengkap dengan sendirinya siswa tidak perlu tergantung dengan bahan ajar lainnya, kecuali bila bermaksud untuk memperkaya dan memperdalam pengetahuannya 5) Individualized learning materials, yaitu bahan ajar didesain sesuai

dengan kemampuan dan karakteristik siswa yang sedang dipelajarinya,.

6) Flexible and mobile learning materials, yaitu bahan ajar yang dapat dipelajari siswa kapan saja, di mana saja dalam keadaan diam ataupun bergerak.

7) Communicative and interactive learning materials, yaitu bahan ajar didesain sesuai dengan prinsip komunikatif yang efektif dan melibatkan proses interaksi dengan siswa yang sedang mempelajarinya.

8) Supported by tutorials, and study group, yaitu bahan ajar masih mungkin membutuhkan dukungan tutorial dan kelompok belajar.25

Kehadiran bahan ajar selain membantu siswa dalam pembelajaran juga sangat membantu guru. Dengan adanya bahan ajar guru lebih leluasa mengembangkan materi pelajaran. Berdasarkan pendapat diatas mengenai karakteristik bahan ajar, peneliti mennyimpulkan bahwa bahan ajar haruslah berisi materi yang memadai, bervariasi, mendalam, mudah

25 Awalludin, Pengembangan Buku Teks Sintaksis Bahasa Indonesia, (Yogyakarta:

Deepublish, 2017)., 47

dibaca, serta sesuai minat dan kebutuhan siswa. Selain itu bahan ajar haruslah berisi materi yang disusun secara sistematis dan bertahap.

Materi yang disajikan dengan metode dan sarana yang mampu menstimulasi siswa untuk tertarik membaca. Dan terakhir, bahan ajar haruslah berisi alat evaluasi yang memungkinkan siswa mampu mengetahui kompetensi yang telah dicapainya.

c. Fungsi Bahan Ajar

Berdasarkan fungsinya, bahan ajar dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Bagi guru

Membantu guru dalam menghemat waktu ketika proses pembelajaran di dalam kelas, mengubah peran guru menjadi seorang fasilitator, meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan dijadikan alat evaluasi dalam penguasaan hasil pembelajaran.

2) Bagi siswa

Siswa dapat belajar mandiri, pembelajaran dapat dilakukan kapan dan dimana saja, sebagai sumber belajar tambahan, membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuannya sesuai dengan minat dan bakatnya.26.

Pendapat tentang fungsi bahan ajar tersebut lebih ditekankan pada kepentingan peserta didik, yakni sebagai sarana belajar, sumber informasi, dan sarana berlatih di dalam menguasai program pembelajaran tertentu. Selain itu guru juga mendapat manfaatnya.

26 Jajang Bayu Kelana dan Fadly Pratama, Pengembangan Bahan Ajar IPA berbasis Literasi Sains, (Bandung: LEKKAS, 2019) 4

Menurut Pusat Pembukuan, dengan keberadaan bahan ajar, guru memiliki kebebasan dalam memilih, mengembangkan, dan menyajikan materi. Fungsi bahan ajar bagi guru juga dikemukakan Sari & Reigeluth. Pertama, kehadiran bahan ajar memungkinkan guru untuk lebih banyak berhadapan dengan peserta didik secara perseorangan atau dengan kelompok kecil. Kedua, guru lebih banyak memusatkan perhatiannya kepada usaha membangkitkan minat peserta didik, dan jika diperlukan dapat menolong peserta didik yang lemah. Ketiga, karena keterampilan dan pengetahuan dasar telah diperoleh dari buku sebelum masuk kelas, waktu selama di kelas dapat dimanfaatkan untuk kegiatan yang lebih menyenangkan dan sama pentingnya, yakni kegiatan yang diarahkan kepada pemantapan ingatan dan kepahaman, dan bahkan kepada pengembangan pengetahuan yang dibahas.

Manfaat dan kegunaan bahan ajar secara umum dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Merupakan pembuka jalan dan wawasan terhadap ladang keilmuan yang akan ditelusuri. Dalam pembelajaran ini, bahan ajar merupakan peta dasar yang perlu dijajaki secara makro agar wawasan terhadap rentangan pengetahuan akan yang dipelajari dapat diperoleh lebih awal.

2) Merupakan pemandu secara teknis dan langkah-langkah operasional untuk menelursuri secara lebih teliti menuju penugasan keilmuan secara tuntas.

3) Memberikan berbagai macam ilustrasi dan contoh-contoh yang berkaitan dengan aspek-aspek bidang keilmuan yang dipelajari.

Manfaat bahan ajar dalam konteks pembelajaran, antara lain, mencakup hal-hal berikut. 1) Memberi pengalaman belajar yang konkret dan langsung kepada peserta didik dalam kegiatan belajarnya.

Hal ini dapat dilakukan dengan cara membaca bahan ajar ke dalam kelas atau mengunjungi bahan ajar yang dapat dijangkau peserta didik maupun guru. 2) Menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diamati secara langsung, yaitu dengan cara menunjukkan model, denah, foto, film, dsb. 3) Memperluas cakrawala sajian didalam kelas. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti menggunakan buku, teks, majalah, narasumber, dsb. 4) Memberi informasi yang akurat dan terbaru atau bersifat melengkapi/memprluas informasi yang sudah ada.

5) Memberi atau mempertinggi motivasi belajar.27 d. Prinsip dalam pemilihan bahan ajar

Terdapat beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan atau diperhatikan pada saat akan memilih bahan ajar. Prinsip-prinsip tersebut meliputi prinsip-prinsip relevansi, konsistensi dan kecukupan.

27 Kosasih, Pengembangan Bahan Ajar, (Jakarta Timur: PT. Bumi Aksara, 2021), 1

1) Prinsip Relevansi

Materi pembelajaran harus relevan atau terkait dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Misalnya, apabila kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik adalah dalam bentuk mengingat fakta, materi pelajaran harus dalam bentuk mengingat fakta.

2) Prinsip Konsistensi

Apabila terdapat empat kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik, maka bahan ajar yang diajarkan harus memiliki empat jenis. Misalnya, jika kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik adalah keterampilan menulis empat jenis esai, materi yang dipelajari juga harus mencakup keterampilan menulis empat jenis esai.

3) Prinsip Kecukupan

Pada prinsip kecukupan, materi yang diajarkan harus memadai atau cukup untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran mereka (menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar). Bahan ajar tidak boleh terlalu sedikit atau terlalu banyak, karena apabila terlalu sedikit, peserta didik akan kesulitan mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan, jika bahan ajar terlalu banyak, hanya akan membuang waktu dan energi yang tidak efisien.28

28 Nana, Pengembangan Bahan Ajar, (Klaten: Lakeisha, 2020), 1

Tomlinson mengemukakan bahwa terdapat prinsip-prinsip pengembangan bahan ajar yang menunjang penguasaan adalah: 1) bahan ajar seharusnya memberi pengaruh/efek pada pelajar, 2) bahan ajar seharusnya membuat pelajar merasa mudah untuk belajar, 3) bahan ajar seharusnya membantu pelajar meningkatkan rasa percaya diri, 4) bahan ajar hendaknya relevan dan bermanfaat bagi siswa, 5) bahan ajar hendaknya memerlukan dan memfasilitasi investasi diri pelajar, 6) bahan ajar membuat pelajar siap belajar, 7) bahan ajar memfasilitasi pelajar dengan penggunaan bahasa yang autentik, 8) bahan ajar menyebabkan perhatian pelajar tertuju pada fitur kebahasaan, 9) bahan ajar seharusnya mempertimbangkan efek positif pembelajaran, 10) bahan ajar sebaiknya memberi kesempatan untuk pemberian kerangka umpan balik.29

e. Bentuk-bentuk Bahan ajar

Heinich, mengelompokkan jenis bahan ajar berdasarkan cara kerjanya. Untuk itu ia mengelompokkan jenis bahan ajar ke dalam 5 kelompok, yaitu:

1) Bahan ajar yang tidak diproyeksikan seperti foto, diagram, display, modul

2) Bahan ajar yang diproyeksikan, seperti slide, filmstrips, overhead transparencies, proyeksi komputer

3) Bahan ajar audio, seperti kaset dan compact disc

29 Awalludin, Pengembangan Buku Teks Sintaksis Bahasa Indonesia, (Yogyakarta:

Deepublish, 2017), 15

4) Bahan ajar video, seperti video dan film

5) Bahan ajar (media) komputer, misalnya Computer Mediated Instruction (CMI), Computer based Multimedia atau Hypermedia.30

Menurut Prastowo, bahan ajar dibagi berdasarkan bentuk, cara kerja, sifat, dan substansi.

1) Menurut Bentuk Bahan Ajar

Menurut Prastowo dari segi bentuknya, dari segi bentuknya, bahan ajar dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu:

a) Bahan ajar Cetak (Printed), yaitu sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas, yang dapay berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi. Contoh: handout, buku, modul, LKS, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket.

b) Bahan ajar dengar (audio) atau program audio, yaitu: semua sistem yang menggunakan sinyal radio secara langsung, yang dapat dimainkan atau didengar oleh seseorang atau sekelompok orang. Contoh: kaset, radio. Piringan hitam, dan compact disk audio.

c) Bahan ajar pandang dengar (audio visual), yaitu: segala sesuatu yang memungkinkan sinya audio dapat dikombinasikan dengan

30Ina Magdalena, et al., “Analisis Bahan Ajar”, Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial, Vol. 2, No. 2 (Juli 2020): 315

gambar bergerak secara sekuensial. Contoh: video, compact disk, dan film

d) Bahan ajar interaktif (interactive teaching materials), yaitu:

kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi, dan video) yang oleh penggunanya dimanipulasi atau diberi perlakuan untuk mengendalikan suatu perintah atau perilaku alami dari presentasi. Contoh: compact disk interaktif.31

2) Menurut cara kerja bahan ajar

Berdasarkan cara kerjanya, bahan ajar dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu:

a) Bahan ajar yang tidak diproyeksikan. Adalah bahan ajar yang tidak memerlukan perangkat proyektor untuk memproyeksikan isi didalamnya. Sehingga, siswa bisa langsung memergunkaan (membaca, melihat, mengamati bahan ajar tersebut). contoh:

foto, diagram, display, model, dsb.

b) Bahan ajar yang diproyeksikan. Adalah bahan ajar yang memerlukan proyektor agar bisa dimanfaatkan dan atau dipelajari siswa. Contoh: slide, filmstips OHP, dan proyeksi komputer,

c) Bahan ajar audio. Adalah bahan ajar yang berupa sinyal audio yang direkap dalam suatu media rekam. Untuk

31 Ina Magdalena, et al., “Analisis Bahan Ajar”, Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial, Vol. 2, No. 2 (Juli 2020): 315

menggunakannya, memerlukan alat pemain (player) media perekam tersebut seperti CD, VCD, multimedia player, dsb.

Contoh: kaset, CD, flash disk, dsb.

d) Bahan ajar video. Bahan ajar ini memerlukan alat pemutar yang biasanya berbentuk video tape player, VCD, DVD, dsb. Karena bahan ajar ini hampir dengan bahan ajar audio, jadi memerlukan media rekam. Namun perbedaannya bahan ajar ini ada pada gambarnya. Jadi, secara bersamaan, dalam tampilan dapat diperoleh sebuah sajian gambar dan suara. Contoh: video, film, dsb.

e) Bahan (media) komputer. Adalah berbagai jenis bahan ajar noncetak yang membutuhkan computer untuk menayangkan sesuatu untuk belajar. Contoh: computer mediated instruction (CMI) dan computer based multimedia atau hypermedia.

3) Menurut sifat bahan ajar

Jika dilihat dari sifatnya, maka bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu:

a) Bahan ajar berbasis cetak. Yang termasuk dalam kategori bahan ajar ini adalah buku, pamflet, panduan belajar sisa, bahan tutorial, peta, majalah, koran, dsb.

b) Bahan ajar berbasis teknologi. Yang termasuk dalam kategori bahan ajar ini adalah siaran radio, slide, film, video, siaran televisi, vidio interaktif, dan multimedia.

c) Bahan ajar yang digunakan untuk praktik atau proyek. Contoh:

lembar observasi, lembar wawancara, dsb.

d) Bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusi (terutama untuk keperluan pendidikan jarak jauh). Contoh:

telepon, handphone, laptop, dsb.

4) Menurut substansi materi bahan ajar

Secara garis besar, bahan ajar adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Atau, dengan kata lain, materi pembelajaran dapat dibedakan menjadi tiga jenis materi, yaitu materi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Dalam penelitian ini, bahan ajar yang akan dikembagkan adalah bahan ajar berdasarkan sifat bahan ajar tersebut. salah satu jenis bahan ajar berdasarkan sifat bahan ajar adalah bahan ajar berbasis cetak.

Secara umum, bahan ajar dibedakan menjadi dua jenis yaitu bahan ajar cetak dan non cetak. Bahan ajar cetak adalah bahan atau materi ajar yang dituangkan dalam bentuk tercetak pada sebidang kertas. Contoh: Handout, Modul, buku teks, LKS. Sedangkan bahan ajar non cetak, adalah bahan ajar yang tidak melibatkan media-media cetak. Contoh: 1) bahan ajar audio yaitu kaset, CD audio, piringan hitam. 2) bahan ajar audio visual yaitu, vidio, film,

animasi, dsb. 3) bahan ajar multimedia interaktif yaitu kombinasi dari beberapa media baik audio, gerak, gambar, vidio dalam proses pembelajaran, contoh: CD Interaktif, film interaktif, tanya jawab/diskusi.32

2. Pengertian Efektivitas

Konsep efektif berasal dari Bahasa inggris yaitu effective yang berarti berhasil, atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik.

Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Effendy, efektivitas didefinisikan sebagai komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan sesuai dengan yang telah ditetapkan.Efektivitas merupakan suatu konsep yang mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan dalam mencapai sasaran atau tujuan yang diharapkan.

Efektivitas menurut pengertian diatas mengartikan bahwa indikator efektivitas dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya merupakan sebuah pengukuran di mana suatu target telah tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan.33

32 Moh. Fery Fauzy dan Irma Anindiati, E-Learning Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang:

Universitas Muhammadiyah Malang, 2020), 45

33 Muhammad Sawir, Birokrasi Pelayanan Publik, konsep, teori, dan aplikasi, (Yogyakarta:

Deepublish, 2020) 126

3. Pocket Book

a. Pengertian Pocket Book

Pocket book atau buku saku merupakan salah satu bentuk bahan media pembelajaran cetak, pocketbook ini didesain berukuran lebih kecil dan praktis sehingga bisa dibawa kemana-mana. Pocketbook ini dirancang sedemikian rupa dengan variasi gambar, huruf, dan warna yang membuat peserta didik termotivasi untuk membacanya dan merangsang kemampuan siswa dalam mengeluarkan gagasan atau ide yang dimilikinya.34

Menurut Cahyono, dkk Pocketbook merupakan buku yang menyerupai modul, dengan ukuran yang kecil, dapat disimpan dalam saku, mudah dibawa kemana-mana dan dapat dipelajari setiap saat. Buku saku ini mampu menjadi salah satu sumber belajar untuk menarik perhatian dan minat peserta didik dalam pembelajaran, sehingga prestasi hasil belajar peserta didik dapat meningkat.35

Menurut Eliana dan Solikhah Pocketbook diartikan sebagai buku yang berukuran kecil, sehingga efektif untuk dibaa kemana saja dan dapat dibaca kapan saja. Pocketbook atau buku saku ini disusun secara runtut dan praktis, mempermudah peserta didik dalam memahami materi.

Buku saku disusun dengan konsep materi yang lebih detail, jelas dan

34 Dea Armelia, Iwit Prihatin, dan Utin Desy Susiaty, “Pengembangan Media Pocket Book berbasis Discovery Learning terhadap kemampuan pemahaman matematis”, Jurnal SAP, Vol. 3, No. 3 (April 2019): 177

35 Budi Cahyono, Dyan Falasifa Tsani, dan Aulia Rahma, “Pengembangan Buku Saku Matematika berbasis karakter pada materi Trigonometri,” Jurnal Phenomenon, Vol. 08, No. 2 (Oktober 2018): 188

padat dilengkapi ilustrasi sebagai pendukung dalam memahami materi.

Buku saku akan membuat peserta didik memeproleh materi sekaligus pengetahuan tanpa harus membaca terlalu lama guna mendapat materi maupun informasi.36

Menurut Setyono, Pocketbook ialah suatu buku yang berukuran kecil berisi informasi atau ilmu pengetahuan, sehingga dapat memudahkan peserta didik untuk mempelajari dalam keadaan apapun, karena buku tersebut dapat dibawa kemana saja.37

b. Karakteristik Pocket Book

Menurut Sankarto dan Endang, Pocketbook memiliki beberapa karakteristik antara lain yaitu:

1) Jumlah halaman tidak dibatasi, minimal 24 halaman, 2) Ukuran kertas yang dipakai adalah A6

3) Penyajian informasi sesuai dengan kepentingan,

4) Pustaka yang dirujuk tidak dicantumkan dalam teks, tetapi dicantumkan pada akhir tulisan,

5) Dicantumkan nama penyusun

Penggunaan Pocketbook dalam kegiatan belajar mengajar memiliki beberapa karateristik yaitu menurut Yaqin dan Rochmawati pocketbook memiliki karakteristik yang mampu merangsang peserta

36 Setiyaningrum, “Pengembangan Buku Saku Sebagai Bahan Ajar Kearsipan Kelas X OTKP SMK Negeri 1 Jombang,” Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran (JPAP), Vol. 8, No. 2 (Agustus 2020): 306

37 Puput Astya Agustina, Jeffry Handhika, dan Erawan Kurniadi, “Pengembangan MEPE KEBO (Media Pembelajaran PocketBook) Berbasis PjBL (Project Based Learning) untuk siswa SMP,” Jurnal Seminar Nasional Pendidikan Fisika IV, (Juli 2018), 245,

didik supaya lebih antusias dalam proses pembelajaran serta dapat menunjukkan adanya motivasi selama proses pembelajaran berlangsung.38

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun pocketbook atau buku saku antara lain, yaitu:

1) Konsistensi penggunaan simbol dan istilah pada pocketbook 2) Penulisan materi secara jelas

3) Penyusunan teks pada buku saku sedemikian rupa sehingga mudah dipahami

4) Memberikan warna dan desain yang menarik

5) Ukuran font standar isi adalah 9-11 point dan jenis font menyesuaikan isinya.

c. Fungsi dan manfaat Pocket book

Berikut adalah beberapa fungsi dari pocketbook menurut Sulistyani, sebagai berikut:

1) Fungsi atensi, pocketbook atau buku saku dicetak dengan kemasan kecil dan fullcoloursehingga dapat menarik perhatian peserta didik untuk fokus pada isi materi yang tertulis didalamnya.

2) Fungsi afektif, penulisaan gambar pada media pocketbook beserta keterangannya dapat meningkatkan minat dan kenikmatan peserta didik dalam belajar

38 Setiyaningrum, “Pengembangan Buku Saku Sebagai Bahan Ajar Kearsipan Kelas X OTKP SMK Negeri 1 Jombang,” Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran (JPAP), Vol. 8, No. 2 (Agustus 2020): 306

3) Fungsi kognitif, penulisan gambar dapat memperjelas materi yang terdapat dalam pocketbook sehingga dapat memperlancar pencapaian tujuan pembelajaran

4) Fungsi kompensatoris, penulisan ateri pada pocketbook yang singkat dan jelas dapat membantu peserta didik yang lemah dalam membaca dan supaya peserta didik dapat memahami materi dalam teks dan mengingatnya kembali

5) Fungsi evaluasi, penialaian kemampuan peserta didik dalam pemahaman materi dapat dilakukan dengan mengerjakan soal-soal evaluasi yang terdapat pada pocketbook.39

Adapun manfaat pocketbook menurut Nurul Hidayati, dalam proses belajar mengajar, anatara lain yaitu:

1) Penyampaian materi dalam pocketbook dapat diseragamkan,

2) Proses pembelajaran menjadi lebih jelas, menyenangkan dan menarik karena desainnya yang di cetak menggunakan warna,

3) Pocketbook yang dicetak dengan ukuran kecil sehingga dapat mempermudah siswa dalam membawa dan memanfaatkannya kapanpun dan dimanapun,

4) Penulisan materi yang singkat dan jelas pada pocketbook dapat meningkatkan kualitas belajar peserta didik,

39 Nurul Hidayati Dyah Sulistyani, Jamzuri, dan Dwi Teguh Rahardjo, “Perbedaan Hasil Belajar Siswa antara Menggunakan Media Pocket Book dan Tanpa Pocket Book pada Materi Kinematika Gerak Melingkar Kelas X”, Jurnal Pendidikan Fisika, Vol. 1, No.1, (April 2013): 167

5) Desain pocketbook yang menarik dan penuh warna dapat menumbuhkan sikap positif peserta didik terhadap materi yang dipelajari dalam proses pembelajaran.40

d. Kelebihan dan kelemahan Pocket Book

Pocketbook merupakan bahan ajar untuk peserta didik yang tergolong dalam media cetak. Menurut Dina Indriana bahan ajar media cetak pocketbook memiliki kelebihan antara lain sebagai berikut:

1) Materi pembelajaran dapat dipelajari sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kecepatan dari masing-masing individu.

2) Mudah dibawa kemanapun sehingga dapat dipelajari secara mandiri dan kapan saja.

3) Tampilan menarik yang dikombinasikan dengan gambar dan warna yang menarik.

4) Desain pocketbook disusun secara sederhana dan praktis

5) Menyajikan berbagai informasi pengetahuan secara lengkap, namun disajikan secara singkat, dan jelas sehingga mudah untuk dipahami oleh pembaca.

Sedangkan kelemahan dari Pocketbook sendiri ada beberapa antara lain :

1) Sukar dikemas dalam jangka waktu yang singkat, sehingga proses pembuatan membutuhkan waktu yang cukup lama.

40 Romaya A Siregar et al., “Pengembangan Bahan Ajar Pocket Book Pada Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri 183 Pekanbaru”, Jurnal Online Mahasiswa FKIP, Vol. 4, No. 1 (Februari 2017): 3

Dokumen terkait