• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian teori tentang kemampuan santri membaca kitab

Dalam dokumen penerapan metode sorogan dalam meningkatkan (Halaman 43-55)

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN

B. Kajian Teori

3. Kajian teori tentang kemampuan santri membaca kitab

Kemampuan adalah perlengkapan atau tindakan atau pengetahuan yang dapat ditujukan oleh si pelajar dari kata “mampu” yang berarti yang berarti “kuasa” (kesanggupan melakukan sesuatu).25 Untuk mengetahui kemampuan santri, dapat dilihat dari tiga ranah yakni: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dalam buku Sri Esti Wuryani, Bloom menjelaskan ranah-ranah tersebut yakni ;

1) Ranah Kognitif

a) Pengetahuan, meliputi ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan.

b) Pemahaman, meliputi kemampuan untuk manangkap arti dari mata pelajaran yang dipelajari.

23 Zamachsari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan hidup Kiyai, (Jakarta:LP3S, 2011), cet. VIII, 54-55.

24 Armei Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), 152.

25 Saleh Muntasir, Pengajaran Terprogram (Jakarta: Rajawali, 1985), 46.

c) Penerapan, meliputi kemampuan untuk dapat memilih apa yang telah dipelajari.

d) Analisis, meliputi kemampuan untuk dapat memilih dan menyederhanakan suatu masalah.

e) Sintesis, meliputi kemampuan untuk dapat memilih dan menyederhanakan suatu masalah.

f) Evaluasi, meliputi kemampuan untuk mempertimbangkan nilai bersama dengan pertanggung jawaban berdasarkan kreteria tertentu.

2) Ranah Afektif

a) Penerimaan, yakni kesediaan siswa untuk dapat memperhatikan rangsangan atas stimuls.

b) Partisipasi, yakni aktif berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

c) Penilaian, meliputi kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu.

d) Organisasi, meliputi kemampuan untuk membawa bersama-sama perbedaan nilai, menyelesaikan konflik diantara nilai-nilai dan mulai membentuk suatu sistem nilai konsisten.

e) Pembentukan pola hidup, meliputi kemampuan untuk menghayati kehidupan sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi pegangan dalam mengatur hidupnya dalam kurun waktu yang lama.

3) Ranah Psikomotor

a) Persepsi, meliputi kemampuan unutk membuat deskriminasi yang tepat.

b) Kesiapan, meliputi kemampuan untuk menempatkan dirinya jika akan memulai serangkaian gerakan.

c) Gerakan terbiasa, meliputi kemampuan untuk melakukan sesuatu rangkain gerak gerik dengan lancar tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.

d) Gerakan kompleks, meliputi kemampuan untuk melaksanakan suatu keterampilan yang terdiri atas beberapa kompnen dengan lancar, tepat, dan efesien.

e) Gerakan yang terbimbing, meliputi kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak gerik sesuai dengan contoh.

f) Penyesuaian pola gerakan, meliputi kemampuan untuk membuat perubahan dan penyesuaian pola gerak gerik dengan kondisi setempat atau dengan persyaratan khusus yang berlaku.

g) Kreativitas meliputi kemampuan untuk melahirkan gerak gerik yang baru.26

Santri sendiri ialah yakni orang yang mendalami agama Islam.27 Santri, siswa atau murid yang belajar di pesantren. Pada umumnya santri terbagi dalam dua kategori yakni pertama santri mukim, yaitu santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap

26 Sri Esti Wuryani, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Grafindo, 2002), 211-213.

27 Desy Anwar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Amelia, 2003), 398.

dalam kelompok pesantren. Santri mukim paling lama tinggal di pesantren tersebut biasanya merupakan satu kelompok tersendiri yang memegang tanggung jawab mengurusi kepentingan pesantren sehari-hari. Kedua santri kalong yaitu siswa yang berada dari dari sekitar pesantren. Mereka bolak balik dari rumahnya sendiri ke pesantren ketika ada tugas belajar dan aktivitas pesantren lainnya.28 a. Kelancaran membaca

1) Kelancaran dalam membaca

Mengenai kategori dalam kelancaran dalam membaca, didasarkan atas kaidah-kaidah aturan membacanya, diantara peserta didik mengetahui dan menguasai kaidah-kaidah nahwiyah (tata bahasa) dan kaidah sharfiyah.29 Membaca adalah memahami isi dari bacaan dengan melisankan. Mengucapkan, mengeja atau melafalkan apa yang tertulis.30 Dalam kamus besar bahasa Indoesia dikatakan bahwa membaca adalah proses belajar yang menjalin hubungan antara pembaca dengan penulisnya. Penulis sendiri menyampaikan amanat atau pesan sedangkan pesan tersebut disalurkan melalui lambang yang berbentuk huruf dan tanda baca. Lambang itu mendukung bahasa yang dimiliki penulis. Bahasa yang dipakai oleh penulis harus sama dengan yang diketahui oleh pembaca. Jadi,

28Amin Haedari, Masa Depan Pesantrean Dalam Tantangan Modernitas Dan Tantangan Kompliksitas Global (Cet.I; Jakarta: IRD Press, 2004),135.

29Taufiqul Hakim, Amtsilati : Metode Praktis Mendalami Al-Qur’an dan Membaca Kitab Kuning, Al-Falah, (Jepara, 2003), 65.

30Ahmad Izzan, Metodoogi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Humaniora, 2011), 149.

membaca adalah sebuah pesan yang disampaikan dari seorang penulis kepada pembaca menggunakan simbol berupa tulisan yang bisa dipahami isinya dengan melisankan, menjaga atau melafalkan bacaan tersebut. Tahapan membaca meliputi sebagai berikut:

1. Tahapan membaca ekstensif yaitu membaca untuk menemukan gagsan baru yang dapat ditemukan dengan penjelasan atau contoh-contoh dari bacaan sendiri.

2. Tahapan membaca intensif yaitu membaca untuk mendalami isi dan makna bacaan berdasarkan kosa kata yang terdapat dalam bacaan itu sendiri.31

Cara penyampaiannya atau proses belajarnya yaitu dimulai dengan santri membaca teks atau matan Kitab yang akan dikaji secara bergantian diantara para santri yang ditunjuk langsung oleh tuan guru. Pada saat membaca santri tidak menerjemahkan atau memberi arti pada teks yang di bacanya tersebut. Bila santri membaca teks secara salah, tidak sesuai dengan I’rabul jumlah maka tuan guru akan membetulkannya secara langsung atau menanyakannya kepada santri lainnya mengapa dibaca demikian. Setelah itu tuan guru memberi arti setiap kata kemudian menerangkan kalimat demi kalimat dengan

31 Herwono, Quantum Reading, (Bandung; MLC, 2003), 53.

penekanan I’rabul Jumlah serta tasrifannya sebagai alat penguasa makna teks tersebut.32

Membaca secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu membaca nyaring (al-qira;ah al-jahiriyah) dan membaca dalam hati (al-qira’ah al-shomitah):

a) Membaca nyaring adalah membaca secara lantang dan melafalkan atau menyuarakan simbol-simbol tertulis berupa kata-kata atau teks yang dibaca.

b) Membaca diam atau disebut juga dengan membaca dalam hati lazim dikenal dengan pemahaman, yaitu membaca dengan tidak melafalkan simbol-simbol tertulis berupa kata- kata teks yang dibaca, melainkan hanya mengandalkan kecermatan eksplorasi visual.

Dari macam-macam membaca diatas yang difokuskan penyusun dalam penelitian ini adalah membaca dengan nyaring.

Dari membaca nyaring itu, sisiwa diharapkan mampu membaca setiap kalimat dengan benar sesuai nahwu dan sharfiyahnya, dan memahami dari teks yang dibaca.

Tujuan pengajaran membaca pada dasarnya adalah memberi bekal pengetahuan dan kemampuan kepada peserta didik untuk menguasai teknik-teknik membaca serta menanggapi isi atau makna bacaan. Tujuan membaca adalah

32 Fadhal AR Bafadhal, Pergeseran Literatur Pondok Pesantren Salafiah di Indonesia (Jakarta:

Puslitbang, 2006), 58.

untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi memahami makna.33 Secara rinci tujuaan umum pengajaran membaca adalah sebagai berikut:

a) Memupuk dan mengembangkan kemampuan sisiwa untuk mengenal dan melaksanakan cara membaca dengan baik dan benar;

b) Melatih dan mengembangkan kemampuan siswa untuk mengenal dan menuliskan huurf-huruf (abjad) sebagai tanda bunyi atau suara;

c) Melatih dan mengembangkan kemampuan siswa agar terampil mengubah huruf dalam kata menjadi suara dan terampil menuliskan bunyi atau suara yang didengarnya;

d) Mengenal dalam melatih siswa mampu membaca sesuai dengan teknik-teknik tertentu;

e) Melatih keterampilan siswa untuk memahami kata-kata yang dibaca dan mengingat artinya dengan baik;

f) Melatih keterampilan siswa untuk dapat menerapkan arti tertentu dari sebuah kata dalam kontrak kalimat;

g) Memupuk dan mengembangkan kemampuan siswa untuk memahami, memuliakan, menggunakan dan menikmati serta keindahan cerita atau teks;

33Henry Guntur Taringan, Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1979), 9.

h) Mengungkapan idea atau gagasan, pesan sederhana secara lisan dan tertulis.34

Bentuk-bentuk pendekatan dan pembelajaran membaca.

Pembelajaran membaca adalah salah satu pembelajaran keterampilan berbahasa yang menggunakan pendekatan pendekatan sesuai dengan rambu-rambu pembelajaran dalam kurikulum. Bentuk-bentuk pendekatan tersebut sebagai berikut:

a) Pendekatan komunikatif yaitu pembelajaran membaca bacaan dan menyatakan pendapat atau perasaan.

b) Pendekatan integratif yaitu pendekatan yang terlihat pada butir pembelajaran atau kelompok.

c) Pendekatan ketermpilan proses yaitu terlihat pada membaca teks bacaan, menemukan gagsan utama, dan menjawab pertanyaan yang diajukan.

d) Pendekatan tematis yaitu pendekatan yang terlihat pada butir pembelajaran membaca novel anak-anak dan membicarakan isinya.35

b. Kelancaran Memahami

Aktifitas membaca tidaklah hanya sebatas membaca pada teks tertulis, melainkan membaca yang disertai dengan pemahaman atas teks tertulis tersebut. Dalam rangka memahami bacaan seseorang akan lebih mengetahui maksud, ide-ide, gagasan dan

34 Depikbud, Petunjuk Pengajaran Membaca dan Menulis, (jakarta: P2MSDK, 1991/1992), 5.

35Yeti Mulyati, pendidikan Bahasa dan Satra Indonesia di Kelas Tinggi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2004), 29.

pokok pikiran yang dikehendaki oleh penulis. Secara lebih dalam ia dapat mengetahui kosa kata dan struktur kalimat dalam teks tersebut karena pada dasarnya membaca merupakan proses pembentukan makna dalam teks-teks tertulis. Orang akan mampu mengucapkan huruf-huruf tercetak namun tidak dapat memahami maknanya juga bukan membaca, demikian juga ketika kita melafdzkan kata bahasa asing yang tidak kita ketahui maknanya. Dari sudut pandang ini membaca mencakup kemampuan untuk mengenal kata. Dan kemampuan untuk memahami.

Hakikat membaca adalah memahami isi bacaan dari teks-teks tertulis, siswa telah meningkat pada tahapan pola belajarnya yaitu belajar dan memahami pesan yang terkandung dalam teks.

Memahami bacaan dari kandungan isi kitab kuning bukanlah seperti membaca tulisan-tulisan berbahasa non-arab, ini membutuhkan perhatian khusus, kecermatan dan ketekunan dalam memahaminya.

Dengan memahami kitab kuning serta kandungan isinya secara detail yang ditunjang dengan penguasaan kitab nahwu sharafnya secara tidak langsung siswa dapat menghayati, yang sangat mempengaruhi pemahaman atas nilai sastra yang terkandung dalam Al-Qur’an.36

Kemampuan membaca memiliki tujuan kearah pemahaman pada arti teks arab, dalam konteks ini ada tiga hal yang harus

36Sahal Mahfud, Nuansa Fiqih Sosial, L KIS, (Yogyakarta: 1994), 142.

dikuasai oleh siswa dalam rangka menguasai kemampuan membaca yang berorientasi pada pemahaman teks arab, yaiu kemampuan mufradat yang dimiliki dengan qowaid yang didalamnya terdapat unsur nahwu shorof, serta kemampuan tathbiq yaitu kemampuan menerapkan mufradat yang dimiliki dengan qowaid yang sudah dikuasai.37

Pemahaman menurut kamus lengkap bahasa indonesia adalah sesuatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar.38 Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, pemahaman adalaah bagaimana seseorang mempertahankan pemahaman, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan penjelasan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menulis kembali, dan memperkirakan pemahaman.39

Pemahaman juga dijelaskan sebagai suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, dan menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.40

Pemahaman termasuk dalam klasifikasi ranah kognitif level 2 setelah pengetahuan. Pengertian pemahaman siswa dapat di urai dari kata ”Faham” yang memiliki arti tanggap, mengerti benar,

37 Nuruddin, Sketsa Kurikulum Bahasa Arab di Pesantren (Jember: Stain Jember Press, 2013), 58.

38Amran YS Chaniago, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), Cet.

Ke-V, 427.

39Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan; Edisi Revisi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. Ke-IX, 118.

40 Arif Sukadi Sadiman, Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar, (Jakarta: Mediyatama

Sarana Perkasa, 1946), 109.

pandangan, ajaran. Disini ada pengertian tentang pemahaman yaitu:

kemampuan memahami arti suatu bahan pelajaran, seperti menafsirkan, menjelaskan atau meringkas atau merangkum suatu pengertian kemampuan macam ini lebih tinggi dari pada pengetahuan. Pemahaman merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif berupa kemampuan memahami tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu mempertimbangkan atau memperhubungkannya dengan isi pelajaran lainnya.41

Berbicara tentang pemahaman, tentunya tidak akan luput dari proses belajar mengajar atau pembelajaran. Istilah belajar akan bermuara pada satu hal yaitu perubahan tingkah laku seseorang dengan kegiatan yang disengaja, disusun dengan sistematis dan terencana dengan melakukan serangkaian kegiatan. Maka belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif, dimana proses adaptasi tersebut akan menghasilkan hasil yang optimal apabila diberi penguat (reinforcer).

Sedangkan mengajar merupakan suatau usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan berlangsungnya proses belajar, atau sebagaimana definisi mengajar menurut Smith yaitu menanamkan pengetahuan atau keterampilan (Teaching is imparting knowledge or skill).42

41 W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta : PT. Gramedia, 1996), cet. ke-4, 246.

42Ali Muhammad, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2000), 13.

Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi dibandingkan tipe belajar pengetahuan. Menurut Nana Sudjana, pemahaman ini dapat dibedakan menjadi 3 kategori yaitu:

1) Tingkatan terendah yaitu pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti sebenarnya, mengartikan prinsip- prinsip.

2) Tingkat menengah yaitu pemahaman yang memiliki penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok.

3) Tingkat tinggi yaitu pemahaman ekstrapolasi. Memiliki tingkat pemahaman ekstrapolasi berarti seseorang mampu melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan, konsekuensi, berdasarkan pada pengertian kondisi yang diterangkan dalam ide-ide atau simbol, serta kemampuan membuat kesimpulan yang dihubungkan dengan implikasi dan konsekuensinya.43

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman Kitab Fathul Qorib adalah peserta didik mampu memahami, mengerti, menerangkan, menyimpulakn, memberi contoh dan mengimplikasikan materi Kitab Fathul Qorib yang pernah diajarkan atau dijelaskan oleh ustadz dalam kehidupan sehari-hari.

43Nana Sudjana, Penilaian Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya,1995), 24.

Dalam dokumen penerapan metode sorogan dalam meningkatkan (Halaman 43-55)

Dokumen terkait