• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahap-tahap Penelitian

Dalam dokumen penerapan metode sorogan dalam meningkatkan (Halaman 61-89)

BAB III METODE PENELITIAN

G. Tahap-tahap Penelitian

Untuk mengetahui proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti mulai awal hingga akhir maka perlu diuraikan tahap-tahap penelitian yang dilalui dalam proses penelitian adalah sbagai berkut:

51 Djamal, Paradigma Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015) 130

52 Sugiyono, Metode Penelitian .., 274

1. Tahap Pra Lapangan

Menurut Kasiram “Tahap pra lapangan adalah tahap dimana ditetapkan apa saja yang harus dilakukan sebelum seorang peneliti masuk ke lapangan obyek studi.”

a. Menyusun Rancangan Penelitian

Pada tahapan ini peneliti membuat rancangan penelitian terlebih dahulu, dimulai dari pengajuan judul, penyusunan matrik penelitian yang selanjutnya dikonsultasikan kepada dosen pembimbing yaitu Bapak Nuruddin, M. Pd.I dan dilanjutkan dengan penyusunan proposal penelitian hingga diseminarkan.

b. Memilih Lapangan Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti harus terlebih dahulu memilih lapangan penelitian. Lapangan penelitian yang dipilih oleh peneliti adalah Pondok Pesantren Miftahul Ulum Banuputi Kidul Jatiroto Lumajang.

c. Mengurus Perizinan

Sebelum mengadakan penelitian, peneliti terlebih dahulu harus mengurusi dan meminta surat perizinan penelitian dari pihak kampus. Setelah meminta surat izin penelitian, peneliti menyerahkan kepada pihak Pondok Pesantren untuk kepentingan kelancaran penelitian yang akan dilakukan.

d. Menjajaki dan Menilai Lapangan

Setelah memperoleh izin, peneliti mulai melakukan penjajakandan menilai lapangan untuk lebih mengetahui latar belakang obyek penelitian, lingkungan pendidikan dan lingkungan sosial. Hal ini dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam menggali data.

Pada tahap ini peneliti mulai memilih informan untuk mendapatkan informasi yang dipilih. Informan yang diambil dalam penelitian ini adalah Pengurus Pesantren, Asatidz, Santri.

e. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Setelah semua selesai mulai dari rancangan penelitian hingga memilih informan, maka peneliti menyiapkan perlengkapan penelitian sebelum terjun ke lapangan yakni mulai dari alat tulis seperti pensil, pena, buku catatan, kertas dan sebagainya.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahap ini peneliti mulai melakukan penelitian ke lokasi.

Namun, peneliti hendaknya mempersiapkan diri dengan membawa pembekalan yang disiapkan sebelumnya. Agar penelitian bisa berjalan dengan lancar.

3. Tahap Analisis Data

Tahap ini merupakan tahap akhir dari proses penelitian. Pada tahap ini peneliti menyusun laporan dan mempertahankan hasil penelitian.

BAB IV

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat berdirinya Pondok Pesantren Miftahul Ulum

Pondok Pesantren Miftahul Ulum Banyuputih Kidul atau yang dikenal dengan Pondok Banyuputih atau PPMU Bakid merupakan pesantren yang sudah cukup tua di wilayah Kabupaten Lumajang. Secara legal formal pesantren ini diresmikan pada tahun 1957 M. Tepat di utara jalan raya Surabaya-Jember, jurusan Tanggul, pesantren ini mulai dirintis sejak 78 tahun yang silam.

Pesantren ini bermula dari sebuah majlis taklim yang dirintis oleh RKH. Sirajuddin bin Nasruddin bin Itsbat Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Ulum Bettet Pamekasan Madura. Pembentukan majlis taklim tersebut berawal dari sebuah keprihatinan salah seorang alunmi pesantren yang dikenal dengan Kiai Zainal Abidin, melihat kondisi, tatanan sosial dan budaya masyarakat desa Banyuputih Kidul yang sangat jauh dari nilai-nilai ajaran Islam. Budaya amoral, politheisme, tindak kriminal serta berbagai tindak kejahatan telah menyelimuti dan memberi warna kelabu di Banyuputih tahun itu.

Sekitar tahun 1940 M, majlis taklim baru bisa didirikan setelah melakukan akulturasi dengan masyarakat setempat. Majlis taklim ini diawali dengan pemberian pemahaman ajaran Islam dan amalan praktis sehari-hari (al-a’mal al-yaumiyah). Beberapa tahun kemudian, sekitar

tahun 1944 M, RKH. Sirajuddin dan Kiai Haral serta dibantu oleh masyarakat sekitar berhasil membangun sebuah masjid sebagai sarana ibadah. Hari demi hari fungsi masjid pun kian berkembang, bukan sekedar tempat ibadah tapi juga sebagai sarana pendidikan, tempat memberi mauidzah hasanah dan pengajian. Masyarakat pun mulai banyak berdatangan untuk belajar ilmu agama. Untuk itulah, beberapa tahun kemudian pembangunan pun dilanjutkan dengan pendirian madrasah diniyah sebagai lembaga pendidikan agama.

Penamaan pesantren dengan nama ’Miftahul Ulum’ ini karena taf’ulan wa tabarrukan (baca: mengharap berkah) dari pesantren leluhurnya, PP Miftahul Ulum Bettet Pamekasan dan juga nama madrasah Miftahul Ulum PP Sidogiri, pesantren almamater RKH. Zuhri.

Dalam beberapa tahun kemudian, Pesantren Miftahul Ulum di bawah asuhan RKH. Zuhri, semakin berkembang. Jumlah santri pun kia hari semakin meningkat pesat dan santri dari berbagai daerah luar wilayah Lumajang pun mulai berdatangan, sehingga membutuhkan penambahan asrama santri yang semakin banyak pula.

Setelah wafatnya RKH. Zuhri, estafet kepemimpinan PPMU kemudian dilanjutkan oleh menantu beliau yang juga masih sepupu yaitu RKH. M. Thayyib Rafi'i dari Pamekasan. Kepemimpinan RKH. M.

Thayyib ini berlangsung selama 8 tahun, yaitu dari tahun 1982 s/d 1990 M. Walaupun demikian, banyak keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai oleh RKH. M. Thayyib. Seiring dengan perkembangan dan

tuntutan zaman yang terus berkembang, PPMU mengalami perkembangan yang signifikan, pembangunan gedung madrasah pun terus dilakukan, asrama santri pun perlahan-lahan mulai dibangun dari tembok dan tidak lagi terbuat dari gubuk bambu sebagaimana pada masa sebelumnya.

Pada periode kepemimpinan RKH. M. Thayyib inilah, lembaga pendidikan yang ada di bawah naungan PPMU mulai dikembangkan, tidak hanya meliputi pendidikan diniyah saja, tetapi juga membuka pendidikan formal, dari tingkat Ibtidaiyah/SD sampai tingkat Aliyah/SMA. Pada tahun 1983, PPMU berhasil membuka dan mendirikan lembaga pendidikan formal setingkat SLTP, yaitu MTs Miftahul Ulum.

Setahun kemudian yaitu pada tahun 1984 PPMU berhasil mendirikan MI Miftahul Ulum. Setelah berhasil meluluskan siswa angkatan pertama dari MTs, maka untuk menampung lulusannya, pada tahun 1986, PPMU kemudian mendirikan Madrasah Aliyah Miftahul Ulum.

Selanjutnya pada tahun 1990, RKH. M. Thayyib Rafi'i menyerahkan kepemimpinan PPMU kepada RKH. M. Husni Zuhri, putra bungsu RKH. Zuhri bin Sirajuddin, yang telah selesai menempuh studinya di Makkah Al-Mukarramah di bawah bimbingan tokoh Al- Allamah Hadratus Syaikh Isma’il bin Zain Al-Yamani. Kepemimpinan RKH. M. Husni Zuhri ini merupakan periode generasi pengasuh yang ketiga. Setelah menyerahkan estafet kepemimpinan PPMU kepada RKH.

M. Husni Zuhri yang juga adik iparnya, RKH. M. Tahyyib merintis pendirian pesantren baru yang kemudian dikenal dengan Pondok

PesantrenBustanul Ulum” (PPBU) yang letaknya tidak jauh dari PPMU, yaitu di Dusun Karang Baru Desa Banyuputih Kidul.

Dari sejarah perjalanan panjang PPMU hingga kini, kepemimpinan PPMU dapat dibagi menjadi 2 (dua) masa/periode; yaitu masa rintisan dan masa pasca diresmikan. Berikut adalah para masyayikh Pondok Pesantren Miftahul Ulum dari sejak berdirinya sampai sekarang:

a. Masa Rintisan (1932-1957)

1) RKH. Sirajuddin bin Nasruddin (1932-1944 M) 2) KH. Sufyan dan KH. Sonhaji (1944-1957 M) b. Pasca PPMU Diresmikan (1957- sekarang)

1) RKH. Zuhri bin Sirajuddin (1957-1982 M) 2) RKH. M. Thayyib Rafi'i (1982-1990 M) 3) RKH. M. Husni Zuhri (1990-sekarang)53 2. Visi dan Misi

Visi Pondok Pesantren Miftahul Ulum adalah mencetak dan mengkader generasi muslim yang ber-IMTAQ, ber-IPTEK serta ber- Akhlakul Karimah ala Aqidah Ahlu as-Sunnah wal Jama‘ah.

Misi Pondok Pesantren Miftahul Ulum adalah mencetak dan mengkader intelektual muslim yang ber-IMTAQ dan ber-IPTEK dan ber- Akhlaqul Karimah serta menciptakan kader ulama yang mampu mentransformasikan ilmu agama dalam berbagai kondisi.54

53 Dokumentasi, Pondok Pesantren Miftahu Uum 01 September 2018

54 Dokumentasi, Pondok Pesa tren Miftahul Ulum 01 September 2018

3. Struktur Organisasi

Pondok Pesantren Miftahul Ulum merupakan salah satu unit kerja di bawah naungan Yayasan Sosial, Pendidikan dan Dakwah Islamiyah (YSPDI) Miftahul Ulum. Yayasan ini membawahi tiga lembaga, yaitu Lembaga Sosial, Lembaga Pendidikan, Lembaga Dakwah.

Di bidang sosial, Yayasan Miftahul Ulum membawahi tiga unit kerja yaitu, Poskestren (Pos Kesehatan Pesantren), Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH), dan Koperasi Pondok Pesantren. Bidang pendidikan meliputi pendidikan umum (formal), pendidikan pesantren, dan pendidikan diniyah. Sedangkan di bidang dakwahya ini memiliki dua unit kerja yaitu Pengurus Guru Tugas (PGT) dan majlis taklim.

Tujuan Yayasan ini adalah membina, menyebar luaskan dakwah Islamiyah dan meningkatkan kuwalitas pendidikan Islam dan mengusahakan kesejahteraan bagi umat Islam.

Adapun komponen yang terdapat dalam struktur atau susunan organisasi PPMU terdiri atas tiga komponen, yaitu:

a. Pengasuh yang dibantu oleh Majlis Penasihat/Keluarga (pemegang kebijakan)

b. Pengurus (sebagai tenaga pelaksana)

c. Santri dan/atau Murid (sebagai obyek pendidikan)55

55 Dokumentasi, Poondok Pesantren Miftahul Ulum 01 September 2018

4. Keadaan Ustad

TABEL 4.1

DATA USTAD MADRASAH DINIYAH " MIFTAHUL ULUM "

Banyuputih Kidul jatiroto Lumajang Tahun Pelajaran 1439-1440 H./2018-2019 M.

NO NAMA TEMPAT

LAHIR

TANGGAL

LAHIR ALAMAT MULAI

MENGAJAR

JABA TAN

1

Ust.

Moh.

Badrul Munir

Pamekas an

12 Februari 1989

Banyumas Proppo Pamekasan

2016 VI A MID 2

Ust.

Ahmad Riyadi

Jember 10 April 1991

Gelang Sumberbaru Jember

2014 VI B MID 3

Ust.

Ahmad Fauzan

Lumajan g

11 Agustus 1991

Dawuhan Rowokangku ng Lumajang

2017 VI C MID 4

Ust.

Bachrul Huda

Sampang 15 Juli 1990

Baruh Sampang Madura

2012 VI D MID 5

Ust.

Moh.

Kamiludi n

Jember 30 Agustus 1989

Gambiran Umbulsari Jember

2011 VI E MID 6

Ust.

Agus Salim

Jember 12 Agustus 1991

Yosorati Sumberbaru Jember

2014 VI F MID 7

Ust. A.

Syamsul Huda

Jember 28 Mei 1994

Dsn. Krajan III Jombang Jember

2016 V A

MID 8

Ust.

Fathul Bari

Sampang 06 Mei 1994

Banjar Kedungdung Sampang

2014 V B

MID

9

Ust.

Muham mad Faisol Ali

Jember 05 Juni 1993

Dsn. Krajan Ngampel Rejo Jombang Jember

2016 V C

MID

10 Ust.

Mustain Sampang 17 Juli 1995

Komis Kedungdung Sampang

2016 V D

MID 11 Ust.

Jauhari Sampang 19 Mei 1989

Kramat Kedungdung Sampang

2015 V E

MID

12 Ust.

Taufiq Hidayat B

Jember 27 Oktober 1992

Gelang Sumberbaru Jember

2014 V F

MID 13 Ust.

Fauzan

Pamekas an

27 Maret 1989

Samatan Proppo Pamekasan

2012 V G

MID 14 Ust. M.

Amanu Jember 07 Februari 1993

Congapan Karang Bayat Sumberbaru Jember

2016 V H

MID

15 Ust.

Mohama d

Rosyiful Aqli

Jember 02 Januari 1993

Karang Semanding Balung Jember

2017 IV A MID

16 Ust.

Sufyan Huda

Jember 28 Agustus 1996

Kepanjen Gumuk emas Jember

2017 IV B MID 17 Ust. Nur

Hipni Jember 07 Mei 1992

Yosorati Sumberbaru Jember

2014 IV C MID 18

Ust.

Hasanud din

Jember 29 September 1994

Gelang Sumberbaru Jember

2017 IV D MID

19 Ust.

Muh.Guf ron Hidayatu llah

Jember 07 Agustus 1994

Yosorati Sumber Baru Jember

2017 IV E MID

20

Ust. M.

Hafidz Risqi

Jember 19 Mei 1990

Rambutan Bangsalsari Jember

2014 IV F MID 21

Ust.

Abd.

Qoyyum

Jember 18 April 1991

Yosorati Sumberbaru Jember

2014 IV G MID 22

Ust.

Muhama d Muzaki

Jember 11 Nopember 1993

Tambakrejo Sumberbaru Jember

2017 IV H MID 23

Ust.

Fathor Rosi

Jember 05 Juni 1992

Gelang Sumberbaru Jember

2014 IV I MID 24 Ust. Isbir Pamekas

an 17 Mei 1997

Samatan Proppo Pamekasan

2018 III A MID

25 Ust.

Abdur Rohim D

Lumajan g

02 Agustus 1995

Jugosari Candipuro Lumajang

2015 III B MID 26

Ust.

Khoirul Anam

Jember 4 Desember 1994

Karangbayat Sumberbaru Jember

2018 III C MID 27

Ust.

Muhama d Imron

Jember 27 Februari 1996

Tambakrejo Sumberbaru Jember

2017 III D MID 5. Keadaan santri

Santri yang belajar di Pondok Pesantren Miftahul Ulum adalah 4256 santri, santri terssebut hasil dari penjumlahan perdaerah, santri laki- laki daerah A berjumlah 314 sanri putri berjumlah 876, santri laki-laki daerah B berjumlah 272, santri laki-laki daerah C berjumlah 373 santri putri berjumlah 365, santri lak-laki daerah D berjumlah 519 santri putri berjumlah 463, santri laki-laki daerah E berjumlah 316 santri putri berjumlah 271, santri laki-laki daerah F berjumlah 361, santri laki-laki daerah G berjumlah 442. Total keseluruhan berjumlah 4256.56

6. Sarana dan prasarana Pondok Pesantren Miftahul Ulum

Sebuah lembaga pendidikan sulit untuk berjalan tanpa ada dukungan finansial yang kuat. Oleh karena itu, Kopontren Al-Ikhwan sebagai salah satu badan usaha milik Pondok Pesantren Miftahul Ulum terus melakukan peningkatan dan perbaikan di segala bidang, baik sistem maupun manajemennya. Hal ini dilakukan agar Kopontren Al-Ikhwan mampu mengejar target yang telah ditetapkan oleh pengurus PPMU.

Sampai saat ini, Kopontren Al-Ikhwan memiliki 10 unit usaha, yaitu:

56Rosiful Aqli, Dokumentasi, 01 September 2018

a. Kopontren

1) Unit 1 : Toko Kitab, buku dan alat-alat tulis 2) Unit 2 : Konveksi (pakaian dan aksesoris) 3) Unit 3 : Kantin (camilan dan minuman) 4) Unit 4 : Obat-obatan dan depot Jamu 5) Unit 5 : Sembako dan migor

6) Unit 6 : Catering dan kantin (warung nasi dan minuman) 7) Unit 7 : Toko besi dan bahan bangunan (luar pesantren) 8) Unit 8 : Jasa penggilingan padi (di luar pesantren) 9) Unit 9 : Wartel (di luar pesantren)

10) Unit 10 : Perbengkelan (di luar pesantren) b. Asrama

Salah satu cirri pesantren yang jarang dimiliki oleh lembaga-lembaga pendidikan lain adalah adanya asrama pemukiman santri. Adanya asrama ini membuat santri betul-betul fokus diseluruh waktunya untuk belajar dan menempati diri. Di Pondok Pesantren Miftahul Ulum, tempat asrama santri diistilahkan “Daerah” sebanyak 7 daerah, yaitu Daerah A sampai G. Setiap daerah dipimpin oleh seorang Kepala Daerah (Kepda), dibantu oleh beberapa pembantu dan seorang Kepala Kamar (KK) untuk setiap kamar.

Dengan menempatkan santri di daerah-daerah, diharapkan perilaku keseharian santri dapat terkontrol dengan baik, karena lingkungan merupakan faktor yang sangat dominan dalam pendidikan

dan dalam membentuk sebuah karakter. Sehingga, pendidikan yang diajarkan di kelas atau surau tercapai dengan optimal. Selain itu, daerah juga merupakan tempat untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat dalam kehidupan nyata.

Di Pondok Pesantren Miftahul Ulum, Kepala Kamar berperan sebagai orang tuaasuh, karena Kepala Kamar-lah yang langsung berinteraksi dengan santri/warga. Kepala kamar mempunyai wewenang mengajukan izin warga kamarnya yang sakit atau hendak pulang kepada kepala daerah dan pengurus. Ada 140 kamar di Pondok Pesantren MiftahulUlum, dengan jumlah warga yang tidak sama.

Setiap bulan Kepala Kamar melaporkan perkembangan santri yang berada di kamarnya kepada Kepala Daerah. Rapat ini juga menjadi ajang konsultasi dan pemecahan masalah yang terjadi di kamar-kamar.

c. Sarana belajar/sekolah

Sarana belajar/sekolah berupa gedung madrasah dengan jumlah 4 gedung dan ruang kelas (lokal) sebanyak 40 ruang. Ruang belajar yang ada tersebut untuk kegiatan sekolah atau belajar mengajar, musyawarah kelas, kegiran kursus-kursus atau kegiatan belajar lainnya.Kegiatan sekoah dibagi menjadi dua shift, yakni, shift pagi (07.30 s/d 09.45 wis) untuk madrasah diniyah mulai tigkat sifir sampai tingkat tsanawiyah. Sedangkan untuk shift siang (10.00 s/d 14.00 wis) untuk sekolah formal dari tingkat MI sampai MA.

d. Sarana ibadah

Secara keseluruhan, sarana pemukiman santri juga bisa dipergunakan untuk kegiatan ibadah atau belajar atau mengaji.

Adapun sarana ibadah yang khusus adalah berupa Masjid. Salat berjamaah maktubah dan salat jum'at bertempat di Masjid. Sedangkan sarana kegiatan belajar yang melibatkan seluruh warga daerah banyak memakai serambi daerah.

e. Perpustakaan

Dalam lembaga pendidikan manapun, perpustakaan mutlak dibutuhkan sebagai referensi para pelajarnya, teruatama di zaman sekarang, di mana harga buku semakin melambung. Bagi Pondok Pesantren Miftahul Ulum, perpustakaan bukan hanya sebagai rujukan, tapi lebih dari itu, perpustakaan juga diharapkan menjadi sarana pendidikan alternatif.

Perpustakaan Miftahul Ulum sejak semula disiapkan untuk menjadi penyedia khazanah keislaman. Sekitar 95% koleksi Perpustakaan Miftahul Ulum merupakan Kitab, buku, majalah, kaset dan CD-CD keislaman. Selebihnya, terdapat buku-buku kedokteran, bahasa, sastra, sosial, ekonomi, politik, dll. dalam jumlah yang relatif sedikit.

Secara garis besar, koleksi Perpustakaan Miftahul Ulum bisa dikelompokkan dalam empat jenis:

1) Kitab (buku-buku berbahasa Arab). Jumlah koleksi jenis Kitab mencapai sekitar 70 % dari total koleksi Perpustakaan PPMU.

2) Buku (buku-buku berbahasa selain Arab).

3) Koleksi serial (majalah, jurnal, surat kabar, bulletin). Koleksi serial Perpustakaan Miftahul Ulum umumnya berbahasa Arab dan Indonesia, tapi adapula yang berbahasa Inggris.

f. Poskestren ( Pos Kesehatan Pesantren )

Poskestren adalah mitra dari Bagian Keskebsor (Kesehatan Kebersihan dan Olahraga) yang bertugas untuk mengobati santri yang terjangkit penyakit. Fungsi Poskestren ini tak ubahnya rumah sakit sebagaimana lazimnya. Santri yang sakit mendapat perawatan gratis di Poskestren, baik layanan perawatannya maupun obat-obatan yang dibutuhkan.

Selain melayani pengobatan santri, Poskestren juga melayani pengobatan kepada masyarakat umum di sekitar desa Banyuputih Kidul. Layanan pengobatan untuk santri dibuka setiap hari sesuai jadwal yang telah ditentukan, yaitu: pagi hari mulai pukul 09:30 WIB- 11:30 WIS; sore pukul 16:00 WIB-17:00 WIS; dan malam hari pukul 20:30 WIS-21:30 WIS.

g. Laboratorium komputer

Lab. komputer merupakan sarana untuk memberikan dan mengembangkan skill santri terutama dalam menghadapi tantangan zaman modern ini. Saat ini di PPMU terdapat 2 ruang Lab. Komputer

atau kelas multimedia yang terdiri 40 unit komputer untuk putra putri.

Hal ini sebagai bentuk iplemetasi dari prinsip wal-akhdzu bil jadid al- ashlah (mengadopsi hal yang baru yang lebih baik. Dengan demikian pesantren dan para santri akan tetap eksist dan relevan dengan tuntutan zaman.

h. Gedung auditorium

Gedung ini merupakan sarana yang diseting dengan multifungsi, yaitu sebagai tempat belajar, kegiatan diskusi, seminar, diklat dan forum-forum ilmiah lainnya yang diselenggarakan olehsantri maupun pengurus pesantren, baik tingkat lokal maupun nasional. 57

B. Penyajian data dan analisis data

Sebagaimana telah dijelaskan dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi sebagai alat untuk memperoleh data yang berkaitan dan mendukung dalam penelitian ini. Oleh karena itu dalam pembahasan ini akan menyajikan beberapa pemaparan yang diungkapkan oleh beberapa informan secara rinci dan sistematis tentang objek yang diteliti, dan dalam hal ini mengacu pada fokus penelitian.

Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti tentang Penerapan metode sorogan dalam meningkatkan kemampuan santri belajar Kitab Fathul Qorib di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Banyuputih Kidul

57 Dokumentasi, Pondok Pesantrren Miftahu Ulum 01 September 2018

Jatiroto Lumajang Tahun Pelajaran 2018/2019 data yang dapat disajikan sebagai berikut:

1. Penerapan Metode Sorogan Dalam Meningkatkan Kemampuan Santri Belajar Membaca Kitab Fathul Qorib di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Banyuputih Kidul Jatiroto Lumajang Tahun Pelajaran 2018/2019

Pondok Pesantren Miftahul Ulum merupakan suatu lembaga non formal yang memprioritaskan ber- IMTAQ dan ber-IPTEK dan ber- Akhlaqul Karimah serta menciptakan kader ulama yang mampu mentransformasikan ilmu agama dalam berbagai kondisi.

Dari hasil penelitian peneliti mengenai tentang kemampuan santri belajar membaca Kitab Fathul Qorib di Pondok Pesantren Miftahul Ulum dalam hal ini seperti yang dinyatakan oleh Ustad Rofiq Fadli tentang tahap pelaksanaan metode sorogan pada tanggal 20 Agustus 2019.

“Seperti ini dek, tahapannya itu santri disini membaca pada kepada dewan guru atau asatid sekaligus yang menyimak bacaannya, dan juga harus memerhatikan titik koma dalam membaca, jadi dalam menerapkan untuk bisa membaca maka santri harus sebisa mungkin belajar dan berhati-hati agar ketika membaca santri tersebut tidak salah, otomatis darisitu santri tersebut sudah banyak belajar dari teman-temannya atau melalui musyawarah atau melihat kamus dan refrensi lainnya untuk bisa behati-hati dalam membaca. Sedangkan yang dibaca itu dimulai dari bab Muamalat (jual beli) sampai Jinayat Cara penerapannya dipanggil satu persatu sesuai dengan nomer urut yang ditentukan oleh panitian bacaan Kitab tersebut. Kemudian santri yang mendapat giliran maju mengambil lotan yang sudah di tentukan kemudian diberikan kepada panitia untuk menentukan materi mana yang akan di baca.58

58Rofiq Fadli, Wawancara, Ponpes Banyuputih Lumajang, 20 Agustus 2018

Hasil wawancara dengan ustad Muhyiddin tentang Tahap pelaksanaan metode sorogan dalam meningkatkan kemampuan santi belajar membaca Kitab Fathul Qorib.

“Tahap pelaksanaannya yaitu dipanggil satu persatu sesuai dengan nomer urut yang ditentukan oleh panitian bacaan Kitab tersebut. Kemudian santri yang mendapat giliran maju mengambil lotan atau undian yang sudah di tentukan kemudian diberikan kepada panitia untuk mennetukan materi mana yang akan di baca, setelah itu santri ditentukan lampu untuk proses membacanya jika lampu hijau maka santri membaca dan ketika warna kuning persiapan berhenti dan ketika lampu merah maka santri diharuskan berhenti. Dari situ dewan juri sudah menilai bagaimana bacaan dan pemahaman santri59

Hasil wawancara dengan ustad Khoirol tentang Tahap pelaksanaan metode sorogan dalam meningkatkan kemampuan santi belajar membaca kitab Fathul Qorib.

“Ketika saya mengajar tahapannya itu santri di ada di dalam satu ruangan kemudian santri dipanggil satu persatu sesuai dengan nomer urut santri yang sudah maju kemudian mengambil undian atau mengambil bab mana yang akan di baca kemudian diberikan kepada panitia. Sedangkan persiapannya saya fokus ke hasil belajar santri yang akan dicapainya, mengenai tentang metode sorogan yang digunakan saat ujian akhir nanti jadi saya mengembleng dari pembelajaran nahwu dan shorfiyahnya bertujuan agar ketika santri membaca tidak hanya sekedar membaca melainkan bisa memahami isi kandungan dan bisa mengamalkannya, mendalami dari belajar nahwu dan shorfiyahnya santri bisa meraba-raba bacaan dan pemahaman ketikan sudah memperaktekkan, tentunya sudah mengetahui mana tarkib (nahwu) yang sesuai dengan kaidah-kaidahnya dan bisa menentukan kalimat yang harus berhenti dan melanjtkan bacaan dan pemahaman.60

59Muhyiddin, Wawancara, Ponpes Banyuputih Lumajang, 10 Agustus 2018

60 Khoirol, Wawancara, Ponpes Banyuputih Lumajang, 03 September 2018

Sedangkan dari hasil observasi peneliti mengenai Tahap pelaksanaa metode sorogan dalam meningkatkan kemampuan santri belajar membaca bahwasannya santri tersebut maju satu persatu sesuai dengan nomer urut kemudian mengambil undian yang ditentukan panitia dan didalmnya ada bab-bab yang akan dibaca oleh santri, cara mengembangkan kemampuan membacanya yaitu dengan cara bermusyawarah diluar jam pelajaran dan mutola’ah disetiap daerahnya masing-masing dan ada yang memimpinnya. Santri dibimbing secara langsung oleh wali kelasnya dengan mendalami ilmu nahwu dan sharfiyahnya.61

Hasil wawancara dengan ustad Rofiq Fadli tentang evaluasi metode sorogan dalam meningkatkan kemampuan santi belajar membaca Kitab Fathul Qorib.

“Evaluasinya ketika ada santri yang kemampuannya kurang dalam membaca maka saya mencatat santi-santri tersebut dan memberikan pelajaran khusus dalam kata lain memberikan pelajaran tambahan agar lebih mudah dalam proses belajar membacanya dan memberikan tugas-tugas yang didalamnya berisi soal untuk nahwu shorof untuk dikerjakan demi utuk mengingat kaidah-kaidahnya dlam membaca, kemudian memberikan motivasi agar lebih giat agi dalam belajar membacanya.”62

Hasil wawancara dengan ustad Muhyiddin tentang Evaluasi metode sorogan dalam meningkatkan kemampuan santi belajar membaca Kitab Fathul Qorib.

61Obsevasi, Ponpes Banyuputih, 10 Agustus 2018

62 Rofiq Fadli, Wawancara, Ponpes Banyuputih Lumajang, 20 Agustus 2018

Dalam dokumen penerapan metode sorogan dalam meningkatkan (Halaman 61-89)

Dokumen terkait