19
secara pasti, dari mana mulai diajarkannya dan kapan di akhiri.9
Dalam bahasa Arab, kata kurikulum biasa diungkapkan dengan manhaj yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupan. Sedangkan kurikulum pendidikan (manhaj al-dirasah) dalam Qamus Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.10
Sedangkan Menurut Hafni Ladjid dalam bukunya Pengembangan Kurikulum menuju kurikulum berbasis kompetensi mengatakan bahwa
“kurikulum dipandang sebagai suatu bahan yang tertulis yang berisi uraian tentang program pendidikan suatu sekolah yang harus dilaksanakan dari tahun ke tahun”.11Artinya dengan adanya program atau suatu perencanaan kegiatan apapun dalam pelaksanaannya akan terarah, berjalan dengan maksimal.
9 Dakir, Perencaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), Cet. ke-2, h. 2
10 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: kalam Mulia, 2008), Cet. ke-7, h. 150
11 Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum menuju kurikulum berbasis kompetensi, (Jakarta: Ciputat Press, 2005), Cet. ke-1, h. 1
Menurut Samsul Nizar dalam bukunya Filsafat pendidikan Islam mengatakan bahwa Kurikulum adalah “merupakan landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing peserta didiknya ke arah tujuan pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap mental”.12 berarti kurikulum menurut Samsul Nizar bahwa proses kependidikan Islam bukanlah suatu proses yang dapat dilakukan sembrono atau semaunya, serampangan, akan tetapi harus mengacu pada konsep yang sudah ditentukan sehingga menjadikan hasil manusia paripur (al-insan kamil).
Menurut Zainal Arifin dalam bukunya konsep dan model pengembangan kurikulum menjelaskan bahwa “istilah kurikulum dalam pendidikan adalah sejumlah mata pelajaran yang harus di tempuh atau di selesaikan peseta didik di sekolah untuk memperoleh ijazah”.13 Bahwasannya keberadaan kurikulum dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan, karena dengan kurikulum itulah kegiatan belajar mengajar
12 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis, (Jakarta: PT. Intermasa, 2002), Cet. ke-1, h. 56
13 Zainal Arifin, Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya Offset, 2011), Cet. ke-1, h. 3
akan mendapat mencapai tujuan yang diharapkan, baik tujuan yang bersifat kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Yang berkaitan dengan ilmu agama maupun umum. Dengan mengenyam suatu pendidikan dengan di adakannya evaluasi setelah proses pembelajaran maka akan ada hasil dari evaluasi tersebut yang di berikan kepada peserta didik berupa ijazah.
Pengertian kurikulum menurut UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, pada Bab I pasal I dijelaskan bahwa kurikulum adalah “seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.14 Menurut UU kurikulum sebuah rancangan, perencanaan pembelajaran yang didalamnya memiliki tujuan, isi, sejumlah mata pelajaran dan metode yang di gunakan ketika belajar mengajar untuk mencapai tujuan tertentu.
14 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional, pasal 1ayat 19, h. 3
Dalam Al-Qur‟an, Allah SWT juga menerangkan tentang kurikulum dalam surat Al- Luqman ayat 13:
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".(QS. Luqman [31]: 13).
Dalam ayat tersebut diterangkan bahwa kurikulum atau ajaran yang pertama yang diterapkan oleh Luqman kepada Anaknya adalah tentang tauhid, Allah mencontohkan kepada kita mengenai pengajaran-pengajaran yang baik yang wajib disampaikan. kurikulum tersebut merupakan penggantian kurikulum, seperti halnya penggantian kurikulum 2006 atau KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menjadi kurikulum 2013.
Menurut S. Nasution dalam bukunya Asas- Asas Kurikulum menjelaskan bahwa “ Kurikulum
adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan”. Oleh karenanya perencanaan dalam pembelajaran harus dimiliki baik pendidik, peserta didik, dalam sarana prasarana, metode yang akan di gunakan, dan materi yang akan di kaji. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar dan menghasilkan tujuan pendidikan nasional.
Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Manajemen Pengembangan Kurikulum menjelaskan bahwa “ Kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa”.15 Dalam program pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar yang dapat mendorong perkembangan dan pertumbuhan potensinya sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai. Sehinggga, kurikulum tidak hanya terbatas pada sejumlah mata pelajaran yang ditetapkan, namun meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan siswa, seperti:
bangunan sekolah, sarana prasarana, tenaga
15 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2010) Cet. ke-4, h. 10
pendidikan, halaman sekolah, perpustakaan, dan lain-lain.
Sedangkan Kurikulum menurut Crow and Crow dalam bukunya Pengantar Ilmu Pendidikan, mengatakan bahwa “Kurikulum rancangan pengajaran yang isinya sejumlah mata pelajaran yang di susun secara sistematis, sebagai syarat untuk menyelesaikan suatu program pendidikan tertentu”.16
Kurikulum harus bersifat dinamis, artinya kurikulum selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, tingkat kecerdasan peserta didik, kultur, sistem nilai, serta kebutuhan masyarakat. Oleh sebab itu, termasuk guru harus memiliki wawasan yang luas dan mendalam hal ilmu pengetahuan.
Jadi menurut beberapa pendapat ahli diatas bahwasanya kurikulum tidak hanya rancangan pengajaran hanya terbatas pada sejumlah mata pelajaran yang ditetapkan, namun meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan dan
16 Crow and Crow, pengantar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1990), Cet. Ke-3 h. 75
pertumbuhan siswa, dan seluruh kegiatan yang ikut serta dalam suatu institut tersebut.
b. Kurikulum Pendidikan Islam
Mengenai pembahasan Kurikulum Pendidikan Islam itu sendiri mengandung beberapa pengertian:
1) Menurut Zuhairin secara sederhana dapat diartikan
“bahan-bahan pendidikan agama berupa kegiatan- kegiatan, pengetahuan dan pengalaman yang dengan sengaja dan sistematis diberikan kepada anak didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan agama”.17 Sedangkan tujuan akhir dari proses pendidikan Islam terdapat dalam (QS. Ali Imran ayat 102)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali- kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam”. (QS. Ali Imran [3]: 102)
17 Zuhairin, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam (Surabaya:
Usaha Nasional, 1983), Cet. ke-8, h. 59
Maksud dari ayat diatas ialah mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses hidup jelas berisi kegiatan pendidikan.
Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang dapat dianggap sebagai tujuan akhir. Insan Kamil yang mati dari proses pendidikan Islam.
2) Sedangkan menurut Hafni Ladjid dalam bukunya pengembangan kurikulum; menuju KBK
”Kurikulum pendidikan agama Islam merupakan
“sarana atau alat untuk mencapai tujuan pendidikan agama Islam yang sekali juga arah pendidikan agama dalam rangka pembangunan bangsa manusia Indonesia seutuhnya”.18
3) Sebagaimana dikatakan oleh Abdullah Idibahwa
“kurikulum pendidikan Islam dirancang berdasarkan nash Al-Qur‟an dan Al-Hadits, yang bertujuan agar manusia mendapat kesejahteraan di dunia dan tetap dekat kepada Khaliknya.
Kurikulum pendidikan Islam dirancang agar kehidupan duniawi dan ukhrawi menjadi milik
18 Hafni Ladjid, Pengembangan Menuju Kurikulum; Mnuju KBK, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), Cet. ke-1, h.26
umat-Nya dengan modal iman, amal dan takwa kepada-Nya”.19 Pendidikan Islam tersebut. dan setiap aspek dikaitkan dengan nilai-nilai Islami”.20
Disinilah letak perbedaan kurikulum pendidikan Islam dengan kurikulum Pendidikan lain yang mempunyai kecenderungan mengutamakan aspek material dan nilai pragmatisme semata. Sesuai dengan hakikat pendidikan Islam, maka rancangan kurikulum pendidikan Islam yang ideal itu menurut Haidar Putra Daulay adalah mencakup seluruh aspek- aspek yang terdapat dalam kurikulum pendidikan Islam.
Menurut Ahmad Tafsir dalam bukunya Ilmu pendidikan dalam perspektif Islam mengutif dari Al- syaibani, menyatakan bahwa “Kurikulum Islam harus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a) Kurikulum pendidikan Islam harus menonjolkan mata pelajaran agama dan akhlak. Muatan mata pelajaran agama dan akhlak harus diambil dari Al-
19 Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum; Teori Dan Praktik, (Jakarta: Gaya Medika Prtama, 1999), Cet.ke-1,h. 23
20 Haidar Putra Daulay, pendidikan islam dan pendidikan nasional di indonesia, (Jakarta:kencana, 204), Cet. ke-1, h.158
Qur‟an dan hadits serta contoh-contoh tokoh teladan yang shaleh terdahulu.
b) Kurikulum pendidikan Islam harus memperhatikan pengembangan aspek pribadi siswa, yaitu aspek jasmani, rohani dan akal.
c) Kurikulum pendidikan Islam memperhatikan keseimbangan antara pribadi dan masyarakat, dunia dan akhirat, jasmani, akal dan rohani manusia.
d) Kurikulum pendidikan Islam memperhatikan juga seni halus, yaitu seni ukir, pahat, tulis-indah, gambar dan sejenisnya. Selainitu kurikulum Islam juga harus memperhatikan pendidikan jasmani, latihan militer (perang), teknik keterampilan dan bahasa asing kesemuannya itu diberikan berdasarkan minat, bakat, dan kebutuhan siswa.
e) Kurikulum pendidikan Islam mempertimbangkan perbedaan-perbedaan kebudayaan yang ada di masyarakat.21
Suatu kurikulum pendidikan Islam yang hendaknya mengandung beberapa unsur utama sepeti tujuan, isi, mata pelajaran, metode mengajar dan
21 Ahmad Tafsir, Ilmu pendiidkan Dalam perspektif islam, (bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. ke-7, h. 65
metode penelitian. Semuanya yang berkaitan satu sama lainnya. sudah mencakup dan harus tersusun dan mengacu pada suatu sumber kekuatan yang menjadi landasan dalam pembentukannya.
Secara umum kerakteristik kuirkulum pendidikan Islam adalah pencerminan nilai-nilai Islami yang dihasilkan dari pemikiran kefilsafatan dan termanifestasi dalam seluruh aktivitas dan kegiatan pendidikan dalam prakteknya. Dalam konteks ini harus difahami bahwa karakteristik kurikulum pendidikan Islam senantiasa memiliki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan dengan prinsip-prinsip yang telah diletakkan Allah SWT dan Rasul-Nya, Muhammad SAW. Konep ini lah yang membedakan kurikulum pendidian Islam dengan kurikulum pendidikan umum.22
c. Asas-Asas Kurikulum Pendidikan Islam
Suatu kurikulum dalam pendidikan, termasuk pendidikan Islam, hendaknya mengandung unsur utama seperti tujuan, isi mata pelajaran, metode mengajar dan metode penelitian. Sumber kekuatan
22 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis, (Jakarta: PT. Intermasa, 2002), Cet. ke-1, h. 61
tersebut dikatakan sebagai asas-asas pembentukan kurikulum pendidikan.23
Menurut Samsul Nizar dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam mengutif dari al-Thoumy al- Syaibany, mengemukakan bahwa asas-asas umum yang menjadi landasan pembentukan kurikulum pendidikan Islam itu adalah:
1) Asas Agama
Kurikulum pada ajaran Islam yang meliputi Aqidah, Ibadah, Muamalah dan hubungan- hubungan yang berlaku di dalam masyarakat. Hal ini bermakna bahwa semua itu pada akhirnya harus mengacu pada dua sumber utama syari‟at Islam, yaitu Al-Qur‟an dan Sunnah. Sementara sumber- sumber lainnya yang sering digolongkan oleh para ahli seperti ijma,qiyas, kepentingan umum dan yang dianggap baik (ihtihsan). Adalah merupakan penjabaran dari kedua sumber diatas.
2) Asas Falsafah
Dasar ini memberikan arah dan kompas tujuan pendidikan Islam, dengan dasar filosofis,
23Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis, h. 57
sehingga susunan kurikulum pendidikan Islam mengandung suatu kebenaran, terutama dari sisi nilai-nilai sebagai pandangan hidup yang diyakini kebenarannya. asas filosofis berperan sebagai penentu tujuan umum pendidikan.
3) Asas psikologi
Asas psikologi ini bahwa kurikulum berikan arti bahwa kurikulum Pendidikan Islam hendaknya disusun dengan mempertimbangkan tahapan- tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang dinilai anak didik. Kurikulum pendidikan Islam harus dirancang sejalan dengan ciri-ciri perkembangan anak didik, tahap kematangan bakat-bakat jasmani, intelektual, bahasa , emosi dan sosial, kebutuhan dan keinginan, minat, kecakapan, perbedaan individual dan lain sebagainya berhungan dengan aspek-apek psikologis. Halnya asas psikologi berperan memberikan berbagai prinsip tentang perkembangan anak didik dalam berbagai aspeknya, serta cara menyampaikan bahan
pelajaran agar dapat dicerna dan dikuasai oleh anak didik sesuai dengan tahaan perkembangannya.24 4) Asas Sosiologis
Pembentukan kurikulum pendidikan Islam harus mengacu ke arah realisasi individu dalam masyarakat. Pola yang demikian iniberarti bahwa semua kecenderungan dan perubahan yang telah dan bakal terjadi dalam perkembangan masyarakat manusia sebagai makhluk sosial harus mendapat tempat dalam kurikulum pendidikan Islam. Asas sosiologi berperan sebagai memberikan dasar untuk menentukan apa saja yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan, perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Bahwasanya keempat asas tersebut harus dijadikan landasan dalam pembentukan kurikulum pendidikan agama Islam. Perlu ditekankan bahwa antara satu asas dengan asas yang lainnya tidaklah berdiri sendiri-sendiri, tetapi harus merupakan suatu
24 S. Nasution, Pengembangan Kurikulum Pendidikan, (Bandung:
Citra Adirya Bakti, 1991), h. 11-14
kesatuan yang utuh sehingga dapat membentuk kurikulum pendidikan Islam yang terpadu.25
Asas-asas ini menjadi bagian yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dengan cermat dalam menyusun kurikulum pendidikan Islam.
d. Fungsi Kurikulum Pendidikan Islam
Fungsi kurikulum pendidikan Agama Islam (PAI) menurut Muhaimin dalam bukunya Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam;
Di Sekolah, Madrasah, Dan Perguruan Tinggi mengatakan bahwa:
Sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan agama Islam yang diinginkan atau dalam istilah KBK disebut standar kompetensi PAI, meliputi fungsi dan tujuan pendidikan nasional, kompetensi lintas kurikulum, kompetensi tamatan/lulusan, kompetensi bahan kajian PAI, kompetensi mata pelajaran PAI.
1) Pedoman untuk mengatur kegiatan-kegiatan pendidikan agama Islam di sekolah/ madrasah.
25 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; pendekatan historis, teoritis, dan praktis, h. 57-58
a) Bagi masyarakat:
Masyarakat sebagai pengguna lulusan (Users), sehingga sekolah/ madrasah harus mengetahui hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat dalam konteks pengembangan PAI.
b) Adanya kerjasama yang harmonis dalam hal pembenahan dan pengembangan kurikulum PAI.
Karena itu, pengembangan kurikulum PAI perlu dilakukan secara terus menerus guna merespons dan mengantisipasi perkembangan dan tuntutan yang ada tanpa harus menunggu pergantian Mentri Pendidikan Nasional atau Mentri Agama.26
Apalagi saat ini masyarakat sudah memasuki era globalisasi, baik dibidang ipteks maupun sosial, politik, budaya dan etika. Hal ini akan berimplikasi pada banyaknya masalah pendidikan yang harus segera diatasi, tanpa harus menunggu-nunggu keputusan dari atas.
Apa sebenarnya fungsi kurikulum bagi guru, siswa, kepala sekolah/pengawas, orang tua, dan
26 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam;
Di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,, 2009), Cet ke-3, hal 12
masyarakat? Pada dasaranya kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau acuan.
Jadi fungsi kurikulum bagi kepala sekolah/pengawas ialah sebagai pedoman untuk melaksanakan supervisi atau pengawasan. Sedangkan bagi orang tua, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar dirumah. Bagi masyarakat, kurikulum berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi terselenggaranya proses pendidikan disekolah. Sedangkan bagi siswa, kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.
e. Tujuan Kurikulum Pendidikan Islam
Tujuan kurikulum tiap satuan pendidikan harus mengacu ke arah pencapaian tujuan pendidikan nasional, sebagaimana telah di tetapkan dalam Undang-Undang No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kurikulum merupakan suatu alat pendidikan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas.
Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Kurikulum dan Pembelajaran menjelaskan bahwa
“tujuan kurikulum adalah tujuan yang hendak dicapai oleh suatu program studi, bidang studi, dan suatu mata
ajaran, yang disusun berdasarkan tujuan intruksional”.27 Kurikulum menyediakan kesempatan yang luas bagi peserta didik untuk mengalami proses pendidikan dan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional khususnya dan sumber daya manusia yang berkualitas umumnya.
Sedangkan tujuan mata ajar mempunyai tujuan tersendiri dan berbeda dengan tujuan yang hendak dicapai oleh mata pelajaran lainnya. Tujuan mata pelajaran merupakan penjabaran dari tujuan kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.28
Sebagai contoh kita pilih tujuan mata pelajaran hitung, sebagai berikut:
1). Menanamkan, memupuk, dan mengembangkan pengetahuan dan kecakapan dasar berhitung yang praktis.
2).Menanamkan, memupuk, dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam pola pikir abstrak, sehingga mampu memecahkan soal- soal yang dihadapinya dalam kehidupan sehari- hari.
27 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Bandung:
Bumi Aksara, 2013), Cet ke-13, hal 6
28 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, h. 24-25
3).Menanamkan, memupuk, dan mengembangkan kemampuan untuk hemat dan pandai menghargai waktu, rasional, ekonomis.
4).Menanamkan, memupuk, dan mengembangkan sikap gotong royong, jujur, serta percaya kepada diri sendiri.
Berdasarkan tujuan-tujuan tersebut, baik tujuan umum maupun yang khusus, selanjutnya dapat ditetapkan/ direncanakan materi pelajaran.29
Bahwasanya sesuatu kegiatan yang kita lakukan dan yang sudah direncanakan, di programkan, di rancang akan memiliki tujuan, sama halnya dengan adanya kurikulum di sebuah pendidikan dalam pembelajaran maka ada tujuan yang diinginkan dalam pelaksanaan mengacu ke arah pencapaian tujuan pendidikan nasional yakni pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas.
f. Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum Pemerintah pun sadar akan pentingnya pengembangan kurikulum sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, sehingga pemerintah memberikan perhatian khusus
29 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, h. 25-26
pada pengembangan kurikulum, hal ini terlihat dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional “Pengembangan kurikulum dilaksanakan dengan mengacu pada standar nasional.”30
Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum
“pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum agar dapat menghasilkan kurikulum yang luas dan spesifik”. 31 pengembangan kurikulum termasuk dalam proses perencanaan kurikulum agar dapat menghasilkan kurikulum yang lebih baik dari kurikulum sebelumnya. Proses pengembangan kurikulum harus berdasarkan prinsip-prinsip tertentu, seperti kaidah, norma, pertimbangan atau aturan yang menjiwai kurikulum tersebut.
Menurut Zainal Arifin dalam bukuny Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum bahwasanya
“esensi dari pengembangan kurikulum adalah proses
30 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional, Pasal 36 ayat (1)
31 Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011, Cet. ke- , h. 183
identifikasi, analisis, sintesis, evaluasi. Pengambilan keputusan, dan kreasi elemen-elemen kurikulum”.32
Inti dari proses pengembangan kurikulum dimulai dengan proses identifikasi untuk mengetahui secara utuh kurikulum yang akan dikembangkan kemudian dianalisis lebih dalam. Setelah proses analisis, kurikulum tersebut diintegrasikan dengan prinsi-prinsip tertentu sehingga menghasilkan suatu kurikulum baru. Namun, proses pengembangan kurikulum belum berhenti samapai disitu. Selanjutnya proses evaluasi untuk mempertimbangkan dan menemukan hakikat serta nilai dari kurikulum tersebut. evaluasi kurikulum bertujuan untuk memperbaiki substansi kurikulum, metode intruksional, prosedur implementasi dan pengaruhnya pada belajar serta prilaku siswa. Setelah proses evaluasi, kita dapat menentukan keputusan untuk kemudian menyusun elemen-elemen dari kurikulum baru tersebut.
Pada dasarnya banyak sekali prinsip yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum.
32 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, h. 28
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional “Kuirkulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidika, potensi daerah, dan peserta didik”.33
Sedangkan menurut Oemar Hamalik tujuan dari pengembangan kurikulum adalah untuk mencapai goals dan objectives. Goals merupakan tujuan yang dirumuskan dalam rumusan yang lebih abstrak dan bersifat umum, pencapaian pun relatif dalam jangka panjang, sedangkan Objectives lebih bersifat khusus, operasional, dan pencapaiannya dlam jangka pendek.34 Bahwasanya pengembangan kurikulum ini di buat dengan berbeda-beda sesuai dengan tigkat dan jenjang satuan pendidikan, potensi daerah yang dimiliki serta kemampuan dan keadaan peserta didik.
Menurut zainal arifin Dari berbagai macam prinsip, prinsip-prinsip tersebut dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu prinsip umum dan prinsip khusus.
33 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 36, ayat (2).
34 Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, h. 187
1. Prinsip umum pengembangan kurikulum yang pertama adalah prinsip yang berorientasi pada tujuan, karena tujuan utama dari kuirkulum adalah untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, baik tujuan pendidikan nasional, tujuan institusi, Tujuan Intruksional Umum (TIU), maupun Tujuan Intruksional Khusu (TIK), selanjutnya adalah yang berorientasi pada kompetensi, karena langkah pertama yang ditempuh oleh pengembangan kurikulum adalah menentukan standar kompetensi kelulusan. Prinsip pengembangan kurikulum juga harus relevan, relevan terhadap kebutuhan peserta didik, kingkungan, dan masyarakat serta relevan pada komponen-komponen kurikulum itu sendiri.35 2. Prinsip Khusus ini bersumber dari komponen-
komponen kurikulum itu sendiri, diantaranya adalah prinsip dari tujuan kurikulum yang menjadi elemen penting dalam penegmbangan kurikulum, prinsip isi kurikulum yang mencerminkan falsafah bangsa, mengembangkan segala potensi dan kemampuan yang dimiliki peserta didik serta
35 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulu, h. 38
dintegrasikan dalam pembangaunan karakter.
Selanjutnya prinsip yang berkenaan dengan proses pembelajaran meliputi pendekatan, metode, teknik, dan strategi juga kesesuaian media, materi pelajaran, kemampuan tenaga pendidik, serta tingkat perkembangan peserta didik. 36
Penggunaan prinsip umum dan prinsip khusus dalam penegmbanagn kurikulum dapat saling melengkapi jika digunakan secra bersamaan, sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.
Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya Manajemen Pengembangan Kurikulum
“pengembangan kurikulum berlandasan pada faktor- faktor filsafat dan tujuan pendidikan nasional, sosial budaya, perkembangan peserta didik, keadaan lingkungan, kebutuhan pembangunan, perkembangan IPTEK dan landasan manajemen; yang satu dengan yang lainnya saling pengaruh mempengaruhi dan secara keseluruhan merupakan suatu sistem”.37
Jika dari berbagai macam landasan diterapkan dalam proses perkembangan kurikulum, tentu hasil
36 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulu, h. 39
37 Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kuirkulum, h. 112