• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Kajian Teori

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Teori Phenomenologis

Dijelaskan oleh Carl Rogers yang dikutip Dra. Nuraeni. MA ( 1997 : 48 ) tentang teori kepribadian menurut aliran Phenomenologis ia mengemukakan tentang metode terapi Client-Centered. Dalam membimbing individu menurut Carl Regers mendasarkan terapinya pada konsep diri. Suatu konsep yang menggambarkan siapa aku dengan segala konsep ciri dan sifatnya, serta bagaimana hubungannya dengan lingkungan. Bahwa kehidupan selalu member manusia tumbuh, berkembang dan matang.

Manusia juga memiliki kecenderungan untuk mengaktualisasikan dirinya yakni kecenderungan untuk mengembangkan diri agar mampu mempertahankan dan memelihara hubungan dengan individu lain dan sekitarnya. Pada dasarnya manusia akan termotivasi ke arah penyesuaian dirinya pada lingkungan dan pada pengalaman baru.

Jadi teori phenomenologist atau lazim juga disebut teori tentang konsep diri adalah teori kepribadian yang bertumpu pada diri subjective individu, pengalaman internal dan konsep konsep pribadi. Bahwa perbedaan individu bukan dilahirkan (dibawah sejak lahir). Tetapi berdasarkan pada perkembangannya.

Sedangkan perkembangan individu didasarkan pada kesempatan yang diterima di lingkungannya. Perkembangan seseorang sangat bergantung pada pengalaman yang pernah diperoleh dari lingkungannya, itu sebabnya manusia tumbuh dan berkembang secara unik.

2. Teori Nativisme

Teori Nativisme menganggap bahwa manusia sudah memiliki watak/kepribadian yang bersifat pembawaan sejak lahir yang sering disebut sebagai innate / original idea (sebuah ide yang diperoleh tanpa melalui proses persepsi ataupun pengaruh dari lingkungan sekitarnya) selain itu hal ini seringkali berkaitan dengan konsep intelegensia seseorang. Selain itu ada juga yang disebut sebagai adventitious idea, yang mana sebuah ide atau konsep yang muncul (melalui proses kognisi) disebabkan oleh obyek yang ada di luar fikiran kita.

Secara filsafati teori ini berasal dari paham rasionalisme Phytagoras seorang filsuf Yunani Kuno pada abad ke 6 sebelum masehi yang kemudian dikembangkan oleh Gottfried Wilhelm Leibniz, ia meragukan argumen John Locke diatas dan menyebutkan bahwa terdapat suatu “jiwa” (logos), “The question of the origin of our

ideas and our maxims is not preliminary in Philosophy and we must have made great progress in order to solve it successfully, I think, however, that I can say that our ideas, even those of sensible things come from within our own soul.

Leibniz menyatakan bahwa hal-hal yang nyata oleh indra manusia sekalipun itu berasal dari jiwa. Argumen yang dibuat oleh Leibniz cenderung bersifat metafisika dan bersifat subyektif karena dalam paham filsafatnya Leibniz seringkali

mengaitkannya dengan teologi namun begitu ia sangat percaya intelektualitas bersifat bawaan karena ia adalah seorang inventor (penemu) dibanding seorang filsuf murni seperti John Locke.

Teori Nativis terutama sekali menyatakan bahwa faktor intelegensia seseorang ditentukan oleh faktor genetika, penelitian dibidang ini kebanyakan dilakukan oleh ahli biologi.

Menurut paham nativisme bahwa cara berfikir dan berperilaku manusia sama sekali tidak berkaitan dengan faktor lingkungan di sekitarnya (secara psikologis masing-masing manusia mempunyai jati dirinya masing-masing yang bersifat unik).

Hal ini mempunyai kebenaran jika misalnya dikaitkan dengan sejarah terciptanya ilmu matematika, Phytagoras misalnya tidak melakukan observasi empiris saat ia menciptakan rumus Phytagoras dan hal tersebut merupakan logika terstruktur yang ada didalam fikirannya menurut banyak orang hal tersebut adalah ide orisinil.

Dari contoh tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa tidak selamanya pengamatan inderawi manusia turut mempengaruhi pemikirannya. Di dalam perkembangan ilmu psikologi selanjutnya, Franz Joseph Gall seorang fisiolog dari Jerman menciptakan metode yang dinamakan phrenology untuk melacak jejak pembawaan kepribadian seseorang namun karena kurang kuat dasar-dasar ilmiahnya (pseudo-science) maka metode ini tidak bertahan lama.

(file:///c:/users/user/documents/teori konvergensi, pengertian dan tokoh nya. Htm

#sthash. bd2tcrx2 .dpuf).

3. Teori Konvergensi (Memusat ke satu titik)

Teori Konvergensi (berasal dari kata Convergence (Inggris) yang berarti pertemuan di satu titik) menyatakan bahwa pembentukan atau perkembangan kepribadian seseorang ditentukan oleh faktor pembawaan dan juga faktor lingkungan di sekitarnya, hal ini dikemukakan oleh salah satu tokohnya yaitu William Louis.

William stern berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan bayi baik maupun pembawaan buruk. Proses pembawaan anak, baik faktor pembawaan maupun factor lingkungan sama-sama peranan sangat penting. Bakat yang di bawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai perkembangan anak itu.

Penganut aliran ini juga berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peran yang sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu anak tersebut dilahirkan tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan yang baik sesuai dengan perkembangan bakat anak itu.

Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak akan menghasilkan prrkembangan anak yang optimal kalau memang pada diri anak itu tidak terdapat bakat yang diperlukan untuk dikembangkannya, sebagai contoh, hakekat kemampuan anak berbahasa dengan kata-kata, adalah juga hasil dari konvensi.

Pada manusia ada pembawaan untuk berbicara melalui situasi lingkungannya, anak berbicara dalam bahasa tertuntu. Lingkungan pun mempengaruhi anak dalam

pembawaan bahanya. Karena itu setiap anak manusia mula-mula menggunakan bahasa lingkungannya.

Kemampuan dua orang anak (yang tinggal dalam lingkungan yang sama) untuk mempelajari bahasa mungkin tidak sama. Itu disebabkan oleh faktor kualitas pembawaan dan perbedaan sutuasi lingkungan, biarpun lingkungan kedua anak tersebut menggunakan bahasa yang sama.

William stern berpendapat bahwa hasil pendidikan itu tergantung pada pembawaan dan lingkungan, seakan-akan dua garis yang menuju ke satu titik pertemuan. (http://julaihasapsuha.blogspot.com/)

Dokumen terkait