• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian teori ini berisi pembahasan tentang teori yang dijadikan sebagai prespektif penelitian. Peneliti membahas teori yang terkait dalam penelitian secara luas dan mendalam guna untuk memperoleh wawasan penelitian dalam mengkaji permasalahan yang akah dipecahkan dalam penelitian.

1. Pengelolaan Kelas

a. Pengertian Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas dikemukakan oleh beberapa pakar disini peneliti mengambil 2 definisi. Pertama, menurut Wilford A. Weber.

Classroom management is a complex set of behaviours the teacher uses to establish and maintain classroom conditions that will enable students to echieve their instructional objectives efficiently that will enable to learn. Artinya pengelolaan kelas merupakan sekumpulan perilaku kompleks yang digunakan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi kelas sehingga peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efisien. Kedua, menurut Sudirman.

Pengelolaan kelas dalam upaya mendayagunakan potensi kelas. Kelas

mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses interaksi edukatif. Agar memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak didik untuk belajar, kelas harus dikelola sebaik-baiknya oleh pembelajar. Dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas merupakan upaya pengaturan pembelajaran di dalam kelas baik berupa perencanaan, pengaturan, sumber, bahan, serta pembelajaran guna menciptakan kegiatan pembelajaran yang efektif dan berkualitas bagi peserta didik. Dalam konteks yang demikian itulah kiranya pengelolaan kelas penting untuk diketahui oleh siapapun yang terjun didunia Pendidikan.19

Menurut Supriyanto di dalam buku Erwin Widiasworo, ruang lingkup pengelolaan kelas dapat diklasifikasikan menjadi dua :

1) Pengelolaan kelas yang memfokuskan pada hal-hal yang bersifat fisik. Adapun hal-hal yang bersifat fisik yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas mencakup :

a) Pengaturan peserta didik dalam belajar.

b) Pengaturan ruang belajar dan perabot kelas ( meja, kursi, lemari, papan tulis, dan meja guru).

Hal hal lain yang harus diperhatikan guru dalam mengatur peserta didik dalam belajar mencakup siapa yang menyusun anggota kelompok, kriteria pengelompokan (homogen, heterogeny,

19 Widiasworo, Cerdas Pengelolaan Kelas.

berdasarkan minat atau kemampuan), serta dinamika kelompok (tetap atau berubah sesuai kebutuhan ).20 Tempat duduk dengan pola berkelompok memungkinkan siswa dapat berkomunikasi dengan mudah antara satu dengan yang lain, dan dapat berpindah antara satu dengan yang lain. Disini bukan hanya guru yang dapat memutuskan susunan kelompok, tetapi siswa juga diberi kesempatan.21

Adapun rumusan dalam pengelompokan siswa yaitu pertama, pengelompokan menurut kesenangan berkawan.

Kelompok ini terdiri 4-6 orang atau lebih yang menurut mereka merupakan kawan-kawan dekat. Mereka duduk mengelilingi meja yang telah disusun sedemikian rupa dalam keadaan berhadapan.

Kedua, pengelompokan menurut kemampuan. Pada kenyataanya siswa ada yang pandai,sedang dan lambat, dalam mempelajari sesuatu. Untuk memudahkan pelayanan guru, siswa dikelompokkan ke dalam kelompok cerdas, sedang/menengah, dan lambat. Pengelompokan seperti ini diubah sesuai dengan kesanggupan individual dalam mempelajari mata pelajaran.

Seorang siswa mungkin cerdas dalam matematika, tetapi lambat dalam ilmu sosial. Pengelompokan demikian akan membantu

20 Widiasworo.

21 Holmes Parhusip et al., Manajemen Kelas, ed. oleh Toman Sony Tambunan, 1 ed. (Batu:

Literasi Nusantara, 2021),

https://www.google.co.id/books/edition/MANAJEMEN_KELAS/Xp9BEAAAQBAJ?hl=id&gbpv

=1&dq=pengelolaan+kelas&pg=PA42&printsec=frontcover.

siswa-siswa tertentu yang mengalami kesulitan khusus dalam mata pelajaran tertentu. Ketiga, pengelompokan menurut minat. Pada suatu Ketika ada siswa yang senang menulis, sedang yang lainya senang matematika, ilmu sosial, ilmu pengetahuan alam. Siswa yang melakukan kegiatan yang sama dikelompokkan. Pada situasi ini guru perlu mengawasi terus menerus dan memberikan dorongan kepada siswa. 22

Pada dasarnya aktifitas pembelajaran perlu mengintegrasikan dua hal penting, baik dari sisi orangnya maupun fasilitasnya. Dua hal ini perlu diperkuat satu sama lainnya.

Aktivitas pengelolaan kelas yang dilakukan secara bersama-sama sejak awal mendesain ruang kelas baik secara fisik maupun penerapannya bagi komunitas kelas akan berdampak pada rasa kepemilikan bersama.23

Dalam belajar, siswa memerlukan tempat duduk. Tempat duduk yang bagus maka akan mempengaruhi belajar siswa, yakni tempat duduk dengan tidak terlalu rendah, tidak terlalu besar, dan sesuai dengan tubuh siswa maka siswa dapat belajar dengan tenang. Bentuk dan ukuran tempat yang digunakan sekarang

22 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, 5 ed. (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2018).

23 Andri Kurniawan et al., Manajemen Kelas, ed. oleh Ari Yanto dan Tri Putri Wahyuni, 1 ed.

(Padang: Global Eksekutif Teknologi, 2023),

https://www.google.co.id/books/edition/Manajemen_Kelas/FFylEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&kpt ab=overview.

bermacam-macam, ada yang satu tempat duduk dapat diduduki oleh beberapa orang. Ada pula yang dapat duduki oleh seorang siswa saja.24

Mengatur tempat duduk yang penting ialah memungkinkan terjadinya tatap muka, dengan demikian guru dapat mengontrol tingkah laku siswa. Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar.25

Adapun beberapa kunci yang perlu diingat dalam mengatur tempat duduk siswa :

a. Mengakomodasi jenis instruksi dan kegiatan yang paling sering digunakan.

b. Bersikap fleksibel sehingga siswa dapat dengan mudah dan cepat mengatur ulang perabot untuk mengakomodasi kegiatan khusus.

c. Menyediakan ruang untuk pengaturan pergerakan, penyimpanan, dan peralatan siswa.

d. Medorong gerakan dan fleksibilitas

e. Menyediakan ruang pribadi secara maksimal untuk setiap siswa.26

24 Djamarah dan Zain, Strategi Belajar Mengajar.

25 Aslamiah, Diani Ayu Pratiwi, dan Akhmad Riandy Agusta, Pengelolaan Kelas, ed. oleh Ahmad Nuriansyah, vol. 21 (Depok: Rajagrafindo Persada, 2020), http://journal.um- surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203.

26 Rahmah Johar dan Latifah Hanum, Strategi Belajar Mengajar : untuk Menjadi Guru yang Profesional, ed. oleh Cut Rita Zahara, Revisi (Aceh: Syiah Kuala University Press, 2021),

Dalam ruangan kelas guru juga harus memperhatikan penataan ruang yang ada dikelas tersebut selain pengaturan tempat duduk yang telah dijelaskan diatas, guru juga harus memperhatikan pengaturan alat-alat pengejaran seperti perpustakaan kelas, alat-alat peraga media pengajaran, papan tulis, kapur tulis, dan papan presensi. 27 guru juga harus memperhatikan pengaturan perabotan kelas. Misalnya hisan dinding untuk memperindah ruangan sehingga dapat menggairahkan siswa untuk betah tinggal di dalam kelas. Selain juga dapat memperindah ruangan juga bermanfaat untuk pengajaran. Begitu juga untuk lemari dan rak yang digunakan untuk menyimpan arsip.28

Ventilasi yang sesuai dengan ruangan kelas, sebaiknya guru tidak merokok, pengaturan cahaya perlu diperhatikan, cahaya yang masuk harus cukup (tidak terlalu terang dan juga tidak boleh gelap artinya cahaya yang masuk cahaya yang masuk cukup untuk meyinari seluruh ruangan ).29

Ruangan kelas juga memiliki area penting dimana guru dapat menyimpan bahan seperti rak buku, lemari tertutup, tempat https://books.google.co.id/books?id=ZT0pEAAAQBAJ&pg=PA167&dq=Pengelolaan+kelas&hl=i d&newbks=1&newbks_redir=0&source=gb_mobile_search&sa=X&ved=2ahUKEwjnwuLbmuX8 AhVX-HMBHUKxCbA4ChDoAXoECAIQAw#v=onepage&q=Pengelolaan kelas&f=false.

27 Djamarah dan Zain, Strategi Belajar Mengajar.

28 Rasmi Djabba, Implementasi Manajemen Kelas di Sekolah Dasar, ed. oleh Asmayani, 1 ed.

(Gowa: AGMA, 2019),

https://books.google.com/books?hl=en&lr=&id=L_J2EAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA22&dq=mana jemen+manajemen&ots=w7j6ljoH2_&sig=KWpDGzYHuPiCHflFGgb4DKH8c88.

29 Djamarah dan Zain, Strategi Belajar Mengajar.

sampah dan sistem penyimpanan kreatif lainya yang mungkin dimiliki guru. Menempatkan sistem penyimpanan yang dekat dengan area siswa belajar dapat menghemat waktu. Menyiapkan area penyimpanan pribadi juga penting untuk untuk manajemen kelas yang efektif. Penyimpanan catatan dalam kelas dapat dilakukan dengan aman jika tersedianya kabinet yang dikunci.

Kabinet adalah kebutuhan untuk penyimpanan yang aman dari catatan siswa, seperti kartu laporan, folder catatan permanen, hasil tes standar, catatan anekdot, buku kelas, dan portofolio. Masuk akal untuk menyimpan kunci lemari di tempat yang aman, dan tidak pernah mengizinkan siswanya mengaksesnya. Tanggung jawab guru termasuk memastikan bahwa catatan ini aman dan disimpan sesuai dengan kebijakan sekolah.30

2) Pengelolaan kelas yang memfokuskan pada hal-hal yang bersifat nonfisik. Hal-hal nonfisik dalam pengelolaan kelas memfokuskan pada aspek berikut:

a) Interaksi peserta didik dengan peserta didik lainya b) Peserta didik dengan guru

c) Lingkungan kelas maupun kondisi kelas menjelang, selama dan akhir pembelajaran. 31

30 Johar dan Hanum, Strategi Belajar Mengajar : untuk Menjadi Guru yang Profesional.

31 Widiasworo, Cerdas Pengelolaan Kelas.

Interaksi guru dan peserta didik didalam proses belajar mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan. Apabila guru sering menakut-nakuti atau membentak peserta didik maka tidak mungkin dalam proses belajar mengajar dapat berhasil. Hal ini sangat berkaitan dengan tipe kepemimpinan otoriter, peserta didik hanya aktif kalau ada guru, dan kalau tidak ada guru yang mengawasi maka semua atifitas menjadi menurun. Aktifitas proses belajar mengajar tergantung pada guru dan menuntut sangat banyak perhatian guru. Bagaimanapun baiknya bahan pelajaran yang diberikan, bagaimanapun sempurnanya metode yang digunakan, namun jika hubungan atau interaksi antar guru dan peserta didik tidak menunjukkan hubungan yang baik dan tidak harmonis maka tidak dapat menciptakan suatu hasil yang diinginkan.32

Bila anak di dorong atau diarahkan untuk berbuat, merasakan, berfikir sesuai dengan kehendak guru, maka guru mengedakan interaksi yang dominative. Namun, sebaliknya guru memberikan fasilitas kepada murid untuk merasakan dan berfikir sesuai kemampuannya dalam usaha berinteraksi dengan sesama dan dengan guru. Interaksi ini disebut interaksi sosial integratif. Dengan

32 Nana Suryana dan Rahmad Fadhil, Manajemen Pengelolaan Kelas, ed. oleh Yoga Adi Pratama, Pertama (Bandung: Penerbit Indonesia Emas Group, 2022), https://www.google.co.id/books/edition/Manajemen_Pengelolaan_Kelas/BxKkEAAAQBAJ?hl=id .

ini guru dapat memahami murid dan bisa melakukan manajemen kelas.33

Berdasarkan asas komunikasi, maka interaksi proses belajar mengajar mempunyai model interaksi sebagai berikut : 1) Model interaksi satu arah yaitu guru dengan siswa. Dalam mode interaksi belajar yang satu arah ini menunjukkan siswa hanya menerima materi sebanyak-banyaknya dari guru tanpa ada kesempatan bagi siswa untuk bertanya. Model belajar mengajar ini kurang manusiawi, dalam artian tidak memperhatikan kemampuan siswa, minat dan bakat. Model ini disebut dengan pola pembelajaran yang menekan pada kepentingan guru. 2) Model interaksi dua arah yaitu guru dengan siswa dan sebaliknya. Dalam interaksi belajar ini, siswa diberi kesempatan bertanya terhadap apa yang belum dimengarti, disini sudah lebih baik interkasinya antara guru dengan siswa. 3) Model multiarah ( ditinjau dari yang terlihat berinteraksi).

Interaksi belajar mengajar yang melibatkan semua siswa yang masing-masing tidak hanya berinteraksi antar siswa itu sendiri tetapi mereka juga berinteraksi dengan gurunya. Model interaksi

33 Rinja Efendi dan Delita Gustriani, Manajemen Kelas di Sekolah Dasar, ed. oleh Qiara Media, 1

ed. (Pasuruan: CV. Penerbit Qiara Media, 2020),

https://www.google.co.id/books/edition/Manajemen_Kelas_Di_Sekolah_Dasar/L_J2EAAAQBAJ

?hl=id&gbpv=1&dq=interaksi+disekolah&pg=PA79&printsec=frontcover.

belajar mengajar ini dalam prakteknya beberapa pola pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi.34

Bentuk interaksi siswa dengan siswa lainya dalam proses kegiatan pembelajaran dapat terjadi dalam hubungan seperti diskusi yang dilaksanakan di dalam masing-masing kelompok. Ketita proses pembelajaran di dalam kelas atau misalkan diskusi secara mandiri ketika ada siswa yang kesulitan dengan materi yang dipelajari maka bertanya kepada siswa yang dianggap lebih memahami materi yang dipelajari. Atau terbentuk karena metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru kelas.35

Mengelola kelas merupakan keterampilan guru atau dosen untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal jika terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan remedial. Usaha yang dilakukan dalam menciptakan kondisi yang diharapkan apabila : diketahui secara tepat faktor- faktor mana sajakan yang dapat menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar mengajar, dikenal masalah apa sajakah yang diperkirakan dan biasanya timbul

34 Suharti et al., Strategi Belajar Mengajar, ed. oleh Tika Lestari (Surabaya: Jakad Media

Publishing, 2020),

https://www.google.co.id/books/edition/STRATEGI_BELAJAR_MENGAJAR/p5z- DwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1.

35 Herman et al., Psikologi Belajar dan Pembelajaran, ed. oleh Ari Yanto dan Tri Putri Wahyuni

(Padang: Global Eksekutif Teknologi, 2023),

https://www.google.co.id/books/edition/Psikologi_Belajar_Dan_Pembelajaran/6X6nEAAAQBAJ?

hl=id&gbpv=0.

merusak iklim belajar mengajar, dikuasainya berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas dan diketahui pula kapan dan untuk masalah mana suatu pendekatan digunakan. Penerapan pengelolaan di kelas bermafaat bagi siswa, yaitu untuk mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya, membantu siswa untuk mengerti tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib dalam kelas, dan memahami bahwa teguran merupakan suatu peringatan bukan kemarahan.36

Dengan munculnya pengelolaan kelas yang tepat maka pencegahan tehadap bullying atau perundungan disekolah dapat dilakukan. Guru berperan penting untuk mengendalikan perilaku menyimpang siswa di dalam kelas. Dengan adanya aturan-aturan dan disiplin serta respon guru terhadap hal-hal yang tidak tepat yang dilakukan oleh siswa. Makan perundungan dikelas dapat dicegah untuk bisa terjadi di dalam kelas.37

Dalam mengelola kelas guru juga harus mengamati peserta didiknya. Berikut ini merupakan 4 jenis yang dapat diamati guru untuk peserta didiknya: Pertama, jenis kelas yang selalu gaduh.

Dimana guru harus bergelud sepanjang hari untuk menguasai kelas,

36 Dewi Dyah, ―Pengelolaan Kelas Yang Efektif,‖ Universitas Dirgantara Marsekal Suryadarma 6, no. 1 (2014): 61–67.

37 Hani Subakri et al., Sukses menjadi Pendidik Profesional Abad 21, ed. oleh Janner Simarmata dan Ronal Watrianthos, 1 ed. (Yayasan Kita Menulis, 2023), https://www.google.co.id/books/edition/Sukses_Menjadi_Pendidik_Profesional_Abad/4RqpEAA AQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=pengelolaan+kelas+secara+fisik&pg=PA110&printsec=frontcover.

tetapi tidak berhasil sepenuhnya. Petunjuk dan ancaman sering diabadikan, dan hukuman tampaknya tidak efektif. Kedua, jenis kelas yang termasuk gaduh tapi suasananya lebih positif. Guru mencoba untuk membuat sekolah sebagai tempat yang menyenangkan bagi siswanya dengan memperkenalkan permainan dan kegiatan yang menyenangka, membaca cerita, serta menyelenggarakan kegiatan kesenian dan pameran kerajinan siswa.

Namun, jenis kelas demikian masih menimbulkan masalah. Banyak siswa yang kurang memberi perhatiandi kelas dan tugas-tugas sekolah tidak diselesaikan dengan baik atau tugas tersebut dikerjakan secara acak-acakan. Hal ini dapat terjadi meskipun guru memberi kegiatan akademik, yang minimal mencoba semaksimal mungkin supaya kegiatan akademik tersebut menyenangkan.

Ketiga,jenis kelas yang tenang dan disiplin baik karena guru telah menciptakan banyak aturan maupun meminta agar aturan tersebut dipatuhi. Pelanggaran langsung dicatat dan diikuti dengan peringatan tegas, dan bila perlu diserta dengan hukuman. Guru sering menghabiskan banyak waktu dengan melakukan hal ini karena dengan cepat dapat memerhatikan bentuk pelanggaran. Ia tampak berhasil menanamkan disiplin karena biasanya siswa patuh.

Namun,suasana kelas menjadi tidak nyaman. Ketenangan yang

demikian hanya Nampak di permukaan saja karena Ketika guru meninggalkan kelas, kelas akan menjadi gaduh dan kacau.

Keempat, jenis kelas yang menggelinding dengan sendirinya. Guru menghabiskan Sebagian besar waktunya untuk mengajar dan tidak untuk menegakkan disiplin. Siswa mengikuti pelajaran dan menyelesaikan tugas dengan kemauanya sendiri tanpa harus dipelototi oleh guru. Siswa tampak terlibat dalam tugas pekerjaan saling berinteraksi sehingga suara muncul dari beberapa tempat bersamaan. Namun, suara tersebut dapat dikendalikan, dan siswa menjadi giat serta tidak saling menganggu, guru memberi sedikit peringatan dan kelas menjadi tenang dan kondusif. Siapa pun akan melihat kelas semacam ini bergitu hangat dan menghasilkan prestasi yang membanggakan. 38

Dalam pengelolaan kelas dengan kondisi yang bersih juga terkandung unsur moral yaitu peserta didik akan bertanggung jawab atas kebersihan kelasnya, berusaha mengkondisikan agar membuang sampah pada tempatnya, dan saling mengingatkan satu sama lain antar peserta didik untuk menjaga kebersihan kelas.

Budaya bersih di sekolah akan dapat terlaksana jika didukung oleh

38 Njamuddin Muhammad, Multitasking Teachers menjadi Guru yang Mampu Mencerdaskan Siswa dan Mengeola Kelas dengan Sempurna, Araska (Yogyakarta, 2019), https://books.google.co.id/books?id=MZlDEAAAQBAJ&pg=PA164&dq=Pengelolaan+kelas&hl=

id&sa=X&ved=2ahUKEwjwkMe_wsr4AhUNR2wGHXGaA0cQ6AF6BAgHEAM#v=onepage&q

=Pengelolaan kelas&f=false.

manajemen sekolah yang mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap kebersihan lingkungan.39

Pengelolaan kelas sebagai proses penciptaan iklim sosio- emosional yang positif didalam kelas. Pandangan ini mempunyai anggaran dasar bahwa kegiatan belajar akan berkembang secara maksimal didalam kelas yang beriklim positif, yaitu suasana hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa siswa dengan siswa. Untuk terciptanya suasana seperti ini guru memegang peranan kunci. Dengan demikian peranan guru ialah mengembangkan iklim sosio-emosional kelas yang positif melalui pertumbuhan hubungan interpersonal yang sehat.40 Guru yang baik adalah guru yang melandasi interaksinya dengan peserta didik dengan cinta dan kasih sayang.41

Guru juga harus melatih siswa dalam beroganisasi dengan beroganisasi interasi lebih bermakna antar siswa selain itu dengan berorganisasi dapat menciptakan ketertiban kelas. Pembentukan organisasi merupakan Langkah awal untuk melatih dan membina

39 Hendro Widodo, Pendidikan Holistik Berbasis Budaya Sekolah, 1 ed. (Yogyakarta: UAD

PRESS, 2019),

https://www.google.co.id/books/edition/Pendidikan_Holistik_Berbasis_Budaya_Seko/a- AxEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=kondisi+kelas+bersih&pg=PA90&printsec=frontcover.

40 Dyah, ―Pengelolaan Kelas Yang Efektif.‖

41 Syaripuddin, Sukses Mengajar Abad 21 (Keterampilan Dasar Mengajar dan Pendekatan Pembelajaran k13), ed. oleh Fungky, 1 ed. (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2019), https://books.google.co.id/books?id=KnipDwAAQBAJ&pg=PA68&dq=pengelolaan+kelas+non+f isik&hl=id&newbks=1&newbks_redir=0&source=gb_mobile_search&ovdme=1&sa=X&ved=2ah UKEwjym4XT7IH8AhUMFLcAHeAOD4IQ6AF6BAgBEAM#v=onepage&q=pengelolaan kelas non fisik&f=false.

siswa dalam hal berorganisasi. Mereka dilatih berorganisasi untuk belajar tanggung jawab atas tugas yang dipercayakan. Organisasi siswa dapat membantu guru dalam menyediakan sarana pengajaran.

Misalnya, batu kapur, alat peraga, buku peraga, mengisi absen dan lain sebagainya. Organisasi kelas pada umumnya dibuat sederhana yang personilnya meliputi ketua kelas, wakil kelas, sekertaris, bendahara, dan beberapa buah seksi lainya. Dengan melakukan ini berarti guru melakukan fungsi manajerial.42

Kedua hal, yaitu fisik dan nonfisik tersebut perlu dikelola dengan baik dalam rangka menghasilkan suasana yang kondusif bagi terciptanya pembelajaran yang efektif dan berkualitas.43 Keharmonisan guru dan siswa dalam interaksi juga berpengaruh besar terhadap pengelolaan kelas. Guru yang selalu memperhatikan siswa dan selalu terbuka akan cenderung dirindukan oleh siswa sehingga kehadiranya akan dinanti-nanti oleh siswa.

2. Fungsi pengelolaan kelas

Pengelolaan kelas berfungsi untuk membuat perubahan-perubahan dalam kelas, sehingga peserta didik dapat berkerja sama dan mengembangkan kontrol diri. Peserta didik harus mampu mengontrol diri dan mengembangkan sikap aktif, khususnya dalam belajar. Kerja sama anggota kelas sangat dibutuhkan untuk mendorong semangat belajar peserta didik. Untuk itu, peserta didik perlu mengembangkan sikap kerja

42 Djamarah dan Zain, Strategi Belajar Mengajar.

43 Widiasworo, Cerdas Pengelolaan Kelas.

sama dalam kelas guna menumbuhkan semangat belajar para anggotanya.

Berkaitan dengan hal tersebut guru harus mampu mengelola peserta didik terkait pengembangan sikap kerja sama dalam kegiatan pembelajaran.

Pengelolaan kelas erat kaitanya dengan pengaturan kelas untuk keberhasilan proses pembelajaran. Dengan demikian, salah satu tugas guru adalah menciptakan suasana yang dapat menimbulkan gairah belajar, meningkatkan prestasi belajar peserta didik, meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran, serta memberikan bimbingan pada peserta didik.

3. Tujuan Pengelolaan Kelas

Tujuan pengelolaan kelas untuk menyediakan fasilitas bagi macam-macam kegiatan belajar peserta didik dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan tersebut memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dan berkerja menemukan pengetahuanya. Selain itu, terciptanya suasana sosial memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual emosional dan sikap, serta apresiasi peserta didik.44

Selain itu, seorang guru dalam mengelola kelas juga harus mengetahui beberapa hal yang perlu disiapkan, diantaranya adalah prinsip- prinsip dan keterampilan pengelolaan kelas, yaitu : pertama hangat dan antusias. Guru yang hangat dan akrab dengan peserta didik selalu menunjukkan antusiasmenya pada tugasnya akan berhasil dalam

44 Widiasworo.

mengimplementasikan pengelolaan kelas. Kedua, tantangan. Penggunaan kata-kata, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah peserta didik untuk belajar sehingga mnengurangi kemungkinan munculnya tigkah laku yang menyimpang. 45

4. Pembelajaran Tematik

a. Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan autentik.

Pembelajaran terpadu berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa. Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan atau hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak . teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan pekembangan anak. Pendekatan pembelajaran terpadu menekankan pada penerapan konsep belajar sambal menekankan sesuatu ( learning by doing ).

45 Muhammad, Multitasking Teachers menjadi Guru yang Mampu Mencerdaskan Siswa dan Mengeola Kelas dengan Sempurna.

Dokumen terkait