Pengertian LGBT
LGBT adalah singkatan, yaitu lesbian, gay, biseksual, dan transgender. LGBT merupakan suatu bentuk penyimpangan dari orientasi seksual yang bertentangan dengan kodrat, kepercayaan juga tradisi bangsa Indonesia. Homoseksual adalah istilah untuk lelaki yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama laki laki. Kemudian lesbian mengacu pada ketertarikan seorang wanita terhadap wanita lain wanita secara fisik, seksual, emosional, atau spiritual. Sebutan gay merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk orang yang homoseksual atau karakteristik homoseksual. Sementara biseksual berarti seseorang yang menikmati hubungan emosional dan seksual menggunakan orang-orang dengan jenis kelamin laki-laki atau perempuan (kamuskesehatan.com). Sedangkan seorang transgender berarti ketidaksetaraan identitas gender seseorang
sehubungan dengan jenis kelamin yang ditugaskan kepada mereka atau mereka merubah jenis kelamin mereka yang tadinya adalah laki laki diubah menjadi perempuan. Orang transgender bisa diidentifikasi sebagai heteroseksual, lesbian, biseksual, dan aseksual. Tidak semua definisi di atas sama, tetapi sisi kepuasan seksual yang sama, tetapi kesamaannya adalah bahwa mereka menikmati baik secara psikologis maupun biologis dan seksual, tidak hanya dengan frekuensi yang sama tetapi juga dengan jenis kelamin yang sama. Selain itu, beberapa ahli menyimpulkan gagasan LGBT setelah melakukan banyak eksperimen, penelitian, dan pengamatan sosial.
- Asosiasi Psikiatri Amerika (APA)
Menurut American Psychiatric Association (APA), orientasi seksual akan terus senantiasa berkembang sepanjang masa hidup dari seseorang. Orientasi seksual itu sendiri dibagi menjadi 3 bagian sesuai dengan rangsangan emosional dan emosional yang merupakan daya tarik dari hubungan romantis homoseksual. Carol mengungkapkan bahwa orientasi seksual adalah daya tarik yang muncul pada seseorang dengan jenis kelamin tertentu dan didasarkan pada perasaan emosional, fisik, seksual dan cinta.
- Karl Maria Kertbeny
Istilah homoseksualitas pertama kali diciptakan oleh Kertbeny dimana istilah ini digunakan untuk mengekspresikan suatu tingkah laku hal seksual menjadi tiga kategori, yaitu monogami, heteroseksual, dan heteroseksual. Kelompok ini mengungkapkan gambaran tentang apa yang dianggap sebagai hubungan seksual homoseksual, hubungan seksual dengan orang lain atau penyimpangan pada orang non-homoseksual.
Sejarah LGBT
Awal mula adanya perilaku LGBT bermula pada masa Nabi Luth AS dimana saat itu kebanyakan dari kaum Nabi Luth melakukan tindakan penyimpangan dalam agama secara paksa dengan menempatkan para pria penyuka sesama jenis. Maka Allah SWT berfirman dalam Kitab Suci Al Quran Q.S Al Araaf yang artinya “Serta (Kami pula telah mengutus) Luth (kepada kaumnya).
(Ingatlah) tatkala beliau mengatakan kepada mereka:
"Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan seorangpun (di dunia ini) sebelummu? Sesungguhnya kamu mendatangi pria untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan pada wanita, malah kamu ini artinya kaum yang melampaui batas.” ( Q.S Al a’raaf ayat 80-81 )
Kemudian, sampai masa pemerintahan negara Turki Utsmaniyya pada masa Nabi Muhammad, di era Revolusi 1791, ketika LGBT kembali menyebar luas, sekularisme mulai mendapatkan wilayah temporal, peran agama terutama gereja talah menjadi tidak relevan dengan sosial, politik dan ekonomi sampai jatuhnya pemerintah Turki.
Orang Eropa yang awalnya berada di era kegelapan mulai melepaskan diri dari ikatan agama. Gerakan ini melahirkan bangsa pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, yang secara ilahi mengarah pada kehendak manusia (kemanusiaan) yang tidak terbatas sampai kepergian faksi yang mulai memberanikan untuk memperjuangkan orientasi seksual berdasarkan kebebasan hak asasi manusia dan hak asasi manusia.
Di sinilah penyakit moral ini, yang sama-sama diarahkan ke negara-negara Islam, mulai menyebar ke seluruh dunia.
Di negara-negara Barat, misalnya di Inggris, baru- baru ini ada banyak berita tentang aplikasi untuk LBGT.
Jumlah mereka meningkat, tidak hanya praktisi, tetapi
juga orang orang yang mendukung adanya LGBT tersebut. Mereka mendukung gerakan ini disebabkan karena mereka menuntut agar hak-hak homoseksual bisa dilihat sebagai kondisi di mana seseorang harus diakui sebagai aktivis hak asasi manusia. Kelompok simpatik melihat kebebasan orang yang layak mendapat pengakuan di sudut ruang. Barack Obama juga telah menyatakan dukungan untuk pernikahan LGBT.
Mengatakan:
"Saya harus memberi tahu Anda bahwa selama beberapa tahun saya berbicara dengan orang-orang terdekat, ketika saya berpikir tentang hubungan monogami yang luar biasa, hubungan sesama jenis, anggota kru saya membesarkan anak bersama-sama, ketika saya ingat para prajurit atau angkatan udara atau pelaut atau pelaut atau pelaut yang bertempur atas nama saya dan saya masih merasa terbatas. Bahkan sekarang jangan tanya, jangan katakan itu hilang, karena saya tidak bisa berkomitmen untuk menikah, saya memutuskan bahwa pada titik tertentu penting bagi diri saya sendiri untuk melanjutkan secara pribadi serta mengatakan bahwa saya percaya pasangan sesama jenis akan dapat menikah.”
"Selama bertahun-tahun saya telah berbicara dengan teman, keluarga, dan tetangga, sambil memikirkan anggota staf saya, saya berkewajiban untuk memberi tahu mereka bahwa ketika mereka memikirkan hubungan monogami yang paling berkomitmen, hubungan sesama jenis, membesarkan anak-anak bersama, di mana ada tentara atau angkatan udara atau orang-orang yang bertempur atas nama pelaut atau pelaut, Saya berkewajiban untuk memberi tahu Anda bahwa saya tidak merasa terbatas. Jangan katakan itu hilang, setidaknya sekarang, karena mereka tidak dapat berkomitmen untuk menikah, saya memutuskan penting bagi saya untuk
melanjutkan di beberapa titik dan mengatakan saya percaya pasangan sesama jenis akan dapat menikah. "
Menurut Abidin (2012), ideologi Barack Obama dapat didasarkan pada kepentingan politik atau agama yang berkaitan dengan hak rakyat atas kebebasan yang merupakan "pilar iman" dalam kehidupannya. Dalam upaya untuk mempertahankan perasaan para pendukung, politisi dan bahkan gereja mulai membuka ruang bagi kelompok ini, tidak hanya untuk pernikahan, tetapi juga sebagai seorang imam. (misalnya, ini terjadi pada Gereja Skotlandia)
Dan di sinilah kegiatan LGBT mulai menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Faktor-faktor yang membuat seseorang menjadi LGBT
Faktor-Faktor yang Menyebabkan LGBT
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi bagian dari LGBT, seperti:
1. Pengalaman keluarga atau trauma masa kecil Misalnya: bullying oleh ibu/ayah selama anak merasa bahwa semua pria/wanita kasar, kejam dan hangat, membiarkan anak menyimpan dendam terhadap orang tersebut. Penguasaan dalam pemilihan identitas terjadi melalui hubungan keluarga yang lemah. Misalnya, bagi seorang homoseksual, ayah, kakak, dan kakak, pengalaman atau trauma yang dialami perempuan sejak kecil akibat kekerasan yang dilakukan oleh laki-laki.
Kekerasan yang dialami baik itu dalam hal fisik, non fisik maupun segi seksual dapat membuat seorang wanita membenci semua lelaki. Selain itu, untuk kelompok transgender, faktor lain yang menyebabkan seseorang menerapkan kerusakan gender adalah sikap orang tua
yang mendambakan anak laki-laki atau perempuan, yang cenderung ke arah apa yang diinginkan anak.
2. Biologis
Beberapa penelitian juga telah dilakukan untuk melihat apakah perilaku LGBT terkait dengan genetika, ras, atau hormon. Homoseksual memiliki kecenderungan untuk melakukan homoseksualitas karena ia didorong dari dalam tubuh, yang bersifat degenerasi/warisan.
Transgender, peran pria dalam hal suara, fisik, gerak tubuh dan kecenderungan terhadap wanita dipengaruhi oleh hormon testeron. Jika hormon testosterone dari seorang laki laki itu rendah maka hal tersebut dapat mempengaruhi perilaku pria menjadi seperti halnya wanita. Dalam kedokteran, pada dasarnya kromosom pria normal adalah XY, sedangkan wanita normal juga XX.
Bagi sebagian pria memiliki XXY turun temurun. Dalam kondisi ini, pria juga akan memiliki kromosom X lain.
Bahkan, perilaku mereka agak mirip dengan wanita.
3. Moral dan Akhlaq
Kelompok homoseksual ini disebabkan oleh perubahan norma moral yang diadopsi oleh masyarakat dan habisnya kontrol sosial yang ada dalam masyarakat itu. Penyebabnya adalah kepercayaan diri yang lemah dan kontrol nafsu dan sejumlah besar kebangkitan seksual.
Kelemahan iman seseorang juga dapat menyebabkan semua kejahatan karena iman mungkin merupakan kekuatan yang cukup efektif untuk menekan penyimpangan seksual.
4. Kurangnya Ilmu Pengetahuan dalam Bidang Agama
Selain itu, kurangnya pengetahuan serta pemahaman agama merupakan faktor intrinsik yang berpengaruh terhadap penampilan homoseksual. Karena penulis percaya bahwa pendidikan agama dan moral sangat
penting dalam membentuk tujuan, orang, dan pribadi individu. Pengetahuan ilmu agama memegang peran yang cukup penting sebagai kekuatan keselamatan yang ideal dalam pendidikan mandiri untuk membedakan antara apa yang baik dan apa yang berlawanan, haram dan haram, dan lain sebagainya. Faktor lain yang diperoleh peneliti dari data wawancara dengan individu transgender yang berbeda termasuk kecenderungan masa kecil mereka.
Keinginan untuk menjadi seorang wanita muncul sejak kecil karena kurangnya perhatian kedua orang tua. Sejak usia 13 tahun, ia mulai hidup mandiri, mengikuti teman- teman seperti pelacur di lorong. Selain itu, faktor media dan Internet juga merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap rasa bersalah ini.
Selain itu, ada beberapa alasan LGBT dalam ilmu psikologi, antara lain:
1. Tauma masa kecil
Sebagai seorang anak ia tidak memiliki perilaku kekerasan atau pelecehan seksual sesama jenis. Jadi ketika Anda dewasa Anda akan dapat mempengaruhi suasana hati dan orientasi seksual.
2. Alasan untuk melarikan diri
Dalam hal ini biasanya dilakukan oleh orang orang yang telah putus asa yang pada umumnya dalam hal romansa.
Dimana seseorang bisa saja telah menyatakan cintanya kepada banyak lawan jenis tetapi selalu menerima penolakan yang dimana kemudian ia tertarik untuk mencoba bercinta dengan sesama jenis yang pada akhirnya menumbuhkan kenyamanan pada diri orang tersebut karena adanya penerimaan.
Faktor - Faktor Penularan LGBT
Dalam survei yang dilakukan CIA pada 2015, malaysia.com menyatakan bahwa Indonesia sendiri
merupakan negara nomor 5 penyumbang kontribusi LGBT dengan 3% populasi yang jika dihitung dari keseluruhan jumlah masyarakat di Indonesia berarti sebanyak 7,5 juta dari 250 juta penduduk di Indonesia adalab LGBT. Dimana jumlah ini merupakan terbesar setelah China, India, Negara Negara di Eropa, dan Amerika Serikat.
Menurut Ayub et al. (2015), gerakan LGBT dimulai di Barat. Gerakan ini lahir pada tahun 1970 di London untuk pembentukan Front Pembebasan Gay (GLF).
Terbentuknya gerakan ini merupakan sebuah inspirasi dari gerakan yang sebelumnya di Amerika tahun 1969 yang bertempatan di Stonewall dengan tujuan untuk membuat para LGBT seta masyarakat sadar bahwa perilaku mereka berhak atas hak hak seksual seperti orang lain karena bukan merupakan suatu penyakit ataupun penyimpangan (Santoso, 2016).
Secara general munculnya suatu perilaku LGBT dapat dipicu berdasarkan dua hal, yaitu unsur seksualitas dan pembenaran (pemikiran) akal. Karena secara biologis tubuh manusia memiliki sistem hormon, satu-satunya fungsinya terkait dengan stimulasi seksualitas dan orientasi seksual Anda. Ini diperkuat oleh penguatan rangsangan yang masuk melalui indera (mata, telinga, kulit), yang merangsang aktivitas hormonal tubuh, yang merangsang tindakan untuk memenuhi kebutuhan biologis dalam bentuk difusi seksual. Stimulasi seksual didorong oleh seseorang yang mengalami kontak kulit atau tampilan cabul karena aktivitas seksual, atau yang mengalami aktivitas seksual atau melihat, merasakan, menyentuh, melihat, merasakan, menyentuh apa pun yang berhubungan dengan seks, atau melihat, merasakan, menyentuh sentuhan kulit. Seseorang memiliki keinginan untuk menyalurkan dan ingin menyalurkan seks ketika ada stimulus untuk gairah seksual dari luar.
Beberapa aspek penularan LGBT diilustrasikan di bawah ini:
1. Trauma dalam aspek seksual (kekerasan seksual/pelecehan seksual)
Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa timbulnya perilaku penyimpangan seksual yang dilakukan oleh pelaku gay atau lesbian dikarenakan pernah mendapat pengalaman seksual yang kurang menyenangkan dari lingkungan bahkan di dalam keluarga mereka sendiri. Bentuk Pelecehan seksual yang dialami oleh anak-anak tersebut relatif beragam. Contohnya Perlakuan dipaksa dan dipegang alat kelaminnya. Ada pula yang pengalaman seksual yang dialami seperti mengoral kelamin kakak kandungnya sendiri dan ada juga alat kelamin seseorang yang menjadi panutan di ponpes digesek gesekkan di alat kelamin mereka dan masih banyak lagi contoh lainnya.
2. Pornografi
Akses yang mudah ke teknologi saat ini dan penyebaran pornografi yang mudah dan meluas di berbagai media, program televisi, dan Internet memicu keinginan siapa pun untuk mencobanya. Berbagai tulisan, gambar, dan tindakan pronografis ditampilkan di mana-mana.
Majalah, surat kabar, buku, komik, jejaring sosial, televisi, dan Internet. Semua orang mengirim pesan bahwa perilaku LGBT adalah tindakan yang menyenangkan, normal, dan normal. Dan dalam kasus terburuk, semua jenis pornografi dilihat oleh anak-anak dan remaja. Oleh karena itu, sesuai dengan peran di usianya sebagai peniru yang berpengalaman dan percaya diri, mudah untuk
mewujudkan keinginan untuk meniru dan mencoba kebiasaan LGBT.
3. Narkoba
Penyebaran perilaku LGBT jauh lebih mudah di kalangan pengguna narkoba dan narkoba. Dalam keadaan tidak sadar, di mana pengaruh obat-obatan atau obat-obatan masih ada, mereka dapat dilecehkan secara seksual dan terganggu secara seksual kapan saja. Kecanduan narkoba menjebak mereka untuk dengan mudah memaksa mereka untuk terlibat dalam kebiasaan LGBT.
4. Patah Hati yang Berlarut
Prevalensi perilaku LGBT juga sangat dipengaruhi oleh faktor ini. Ini karena orang yang memilukan menarik diri dari dirinya sendiri, larut dengan hatinya karena kekecewaan yang mendalam, sehingga beberapa orang frustrasi oleh lawan jenis dan memilih jenis kelamin mereka sendiri untuk orientasi seksual mereka.
5. Lingkungan yang tidak sehat / lingkungan pro- LGBT
Ada kecenderungan masalah muncul dengan penyimpangan dari perilaku seksual pada remaja maupun anak anak. Hal ini sejalan dengan sifat dari anak seusia mereka yang terbilang masih mudah dipengaruhi melalui lingkungan sekitarnya.
Penyimpangan perilaku seksual seperti itu terjadi karena kelainan yang bersifat psikologis atau kejiwaan. Kecuali anak tunggal yang tidak terbiasa dengan kebiasaan LGBT adalah contoh atau diperkenalkan oleh orang lain. Oleh karena itu, ini mungkin merupakan awal dari awal