• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kawasan Perlindungan Setempat

RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN

4.2. Rencana Kawasan Lindung

4.2.3. Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan perlindungan setempat adalah kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan-kawasan khusus setempat seperti sempadan pantai, sempadan sungai, sekitar waduk, sekitar mata air dan kawasan ruang terbuka hijau. Berdasarkan analisis terhadap kondisi lahan di Kabupaten Aceh Tamiang, khususnya areal sempadan pantai, sempadan sungai, sekitar waduk, sekitar mata air dan kawasan ruang terbuka hijau ditetapkan sebagai kawasan perlindungan setempat. Kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Aceh Tamiang dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5

Rencana Kawasan Perlindungan Setempat di Kabupaten Aceh Tamiang, Tahun 2012-2032

No. Kecamatan Luas (Ha)

Sempadan Pantai

(Ha)

Persen (%)

Sempadan Sungai

(Ha)

Persen (%)

1. Banda Mulia 6.015 21,87 0.009 55,22 0,025

2. Bandar Pusaka 21.273 - - 1.191,83 0,538

3. Bendahara 12.821 165,72 0.075 857,46 0,387

4. Karang Baru 10.294 - - 316,32 0,143

5. Kejuruan Muda 16.294 - - 612,19 0,276

6. Kota Kualasimpang 1.050 - - 87,40 0,039

7. Manyak Payed 22.230 127,67 0.058 436,62 0,197

8. Rantau 7.093 - - 224,86 0,101

9. Sekerak 14.081 - - 1.543,75 0,696

10. Seruway 16.748 189,78 0.085 632,80 0,285

11. Tamiang Hulu 47.456 - - 1.054,53 0,476

12 Tenggulun 46.306 - - 1.492,24 0,673

221.616 505,04 0.227 8.505,22 3,838

Sumber: Hasil Analisis dan Rencana, Tahun 2012

4.2.3.1. Kawasan Sempadan Pantai

Kawasan perlindungan setempat disepanjang pantai, dengan ketentuan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

Kawasan perlindungan sempadan pantai yang terdapat di Kabupaten Aceh Tamiang seluas 505,04 hektar berupa daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai yang tersebar di :

a. Kecamatan Seruway seluas 189,78 Ha;

b. Kecamatan Bendahara seluas 165,72 Ha;

c. Kecamatan Manyak Payed seluas 127,67 Ha; dan d. Kecamatan Banda Mulia seluas 21,87 Ha.

4.2.3.2. Kawasan Sempadan Sungai

Garis sempadan sungai, berdasarkan pengertian sebagaimana diuraikan dalam Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 tentang Sungai adalah garis batas luar pengamanan sungai, ditetapkan berdasarkan peraturan-peraturan.

Aturan mengenai sempadan sungai meliputi:

a. Garis sempadan sungai bertanggul ditetapkan dengan batas lebar sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul

b. Garis sempadan sungai tidak bertanggul ditetapkan berdasarkan pertimbangan teknis dan sosial ekonomis oleh pejabat yang berwenang

c. Garis sempadan sungai yang bertanggul dan tidak bertanggul yang berada di wilayah perkotaan dan sepanjang jalan ditetapkan tersendiri oleh pejabat yang berwenang Dalam Keputusan Presiden No. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, sempadan sungai didefinisikan sebagai kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Sempadan Sungai ini masuk dalam lingkup kawasan perlindungan setempat dengan kriteria sempadan sungai adalah;

a. Sekurang-kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besar dan 50 meter di kiri kanan anak sungai yang berada di luar permukiman.

b. Untuk sungai di kawasan permukiman, sempadan sungai diperkirakan cukup dibangun jalan inspeksi antara 10 – 15 meter.

Disamping Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 1991 tentang Sungai dan Keputusan Presiden No. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, peraturan lain yang menjelaskan tentang daerah sempadan sungai adalah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai. Sempadan sungai sebagaimana yang diatur dalam Permen PU yaitu:

a. Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan sekurang- kurangnya 5 (lima) meter disebelah luar sepanjang kaki tanggul.

b. Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang- kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.

c. Garis sempadan sungai tak bertanggul diluar kawasan perkotaan didasarkan pada:

 Sungai besar dengan daerah pengaliran 500 Km2 atau lebih sekurang-kurangnya 100 meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

 Sungai kecil dengan daerah pengaliran kurang dari 500 Km2 sekurang-kurangnya 50 meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

d. Garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan didasarkan pada:

 Sungai dengan kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dari tepi sungai pada waktu yang ditetapkan.

 Sungai dengan kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan 20 (dua puluh) meter, sekurang-kurangnya 15 meter dihitung dari tepi sungai pada waktu yang ditetapkan.

 Sungai dengan kedalaman lebih dari 20 (dua puluh) meter, sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu yang ditetapkan.

Kawasan perlindungan sempadan sungai yang terdapat di Kabupaten Aceh Tamiang seluas 8.505,22 Ha, tersebar di :

a. Kecamatan Banda Mulia 55,22 Ha;

b. Kecamatan Bandar Pusaka 1.191,83 Ha;

c. Kecamatan Bendahara 857,46 Ha;

d. Kecamatan Karang Baru 316,32 Ha;

e. Kecamatan Kejuruan Muda 612,19 Ha;

f. Kecamatan Kota Kualasimpang 87,4 Ha;

g. Kecamatan Rantau 436,62 Ha;

h. Kecamatan Sekerak 1.543,75 Ha;

i. Kecamatan Seruway 632,80 Ha;

j. Kecamatan Tamiang Hulu 1.054,53 Ha; dan k. Kecamatan Tenggulun 1.492,24 Ha.

Untuk Sempadan sungai dalam wilayah Kabupaten Aceh Tamiang di tetapkan :

a. sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan pada sungai besar ditetapkan garis sempadan sungainya 100 meter;

b. sungai tidak bertanggul diluar kawasan perkotaan pada sungai kecil ditetapkan garis sempadan sungainya 50 meter;

c. sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan garis sempadan sungainya 25 meter disebelah luar sepanjang kaki tanggul;

d. sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan garis sempadan sungainya 15 meter disebelah luar sepanjang kaki tanggul; dan

e. sungai dalam kawasan pusat perkotaan Kualasimpang dengan sempadan sungai 50 m dari tepi sungai dan atau tepi bahu jalan yang bersangkutan dengan ketentuan

konstruksi dan penggunaan jalan harus menjamin bagi kelestarian dan keamanan sungai serta bangunan sungai.

Tujuan pengelolaan kawasan sempadan sungai adalah untuk mencegah timbulnya kerusakan lingkungan hidup dan melestarikan fungsi kawasan lindung serta mencegah terjadinya pendangkalan sungai. Langkah yang harus ditempuh adalah menjaga sempadan sungai dari kegiatan manusia yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik sekitar pinggiran sungai.

4.2.3.3. Kawasan Sekitar Waduk

Kriteria kawasan lindung untuk sempadan waduk adalah sebagai berikut; sempadan waduk yaitu daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik waduk yaitu 50 - 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat

Perlindungan kawasan sekitar waduk yang terdapat di Kabupaten Aceh Tamiang, meliputi : a. Waduk Kampung Selamat Simpang Kiri Kecamatan Tenggulun ditetapkan 100 meter

dari titik pasang tertinggi ke arah darat; dan

b. Waduk Sangka Pane kampung Pengidam kecamatan Bandar Pusaka ditetapkan 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.

4.2.3.4. Kawasan Sekitar Mata Air

Perlindungan terhadap kawasan sekitar mata air dilakukan untuk melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya.

Untuk menjaga kelestariannya, maka di sekitar mata air tersebut direncanakan diberi perlindungan dari berbagai kegiatan penduduk yang dapat mengganggu kerusakan lingkungan di sekitarnya, kawasan perlindungan di sekitar mata air sekurang-kurangnya berdiameter 400 meter di sekitar mata air atau berjari-jari 200 meter dari sumber mata air.

Perlindungan kawasan sekitar mata air yang terdapat di Kabupaten Aceh Tamiang, yaitu Mata air Gedung Biara terdapat di Kecamatan Seruway Kampung Gedung Biara.

4.2.3.5. Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau yang terdapat di Kabupaten Aceh Tamiang direncanakan seluas 752,14 hektar atau sebesar 30,70 persen dari luasan kawasan permukiman perkotaan yaitu 2.450,04 Ha.

RTH memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis:

 memberi jaminan pengadaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota);

 pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat berlangsung lancar;

 sebagai peneduh;

 produsen oksigen;

 penyerap air hujan;

 penyedia habitat satwa;

 penyerap polutan media udara, air dan tanah, serta

 penahan angin.

b. Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu:

 Fungsi sosial dan budaya:

 menggambarkan ekspresi budaya lokal;

 merupakan media komunikasi warga kota;

 tempat rekreasi;

 wadah dan objek pendidikan, penelitian, dan pelatihan dalam mempelajari alam.

 Fungsi ekonomi:

 sumber produk yang bisa dijual, seperti tanaman bunga, buah, daun, sayur mayur;

 bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan dan lain- lain.

 Fungsi estetika:

 meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik dari skala mikro: halaman rumah, lingkungan permukimam, maupun makro: lansekap kota secara keseluruhan;

 menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota;

 pembentuk faktor keindahan arsitektural;

 menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun.

Dalam suatu wilayah perkotaan, empat fungsi utama ini dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, dan keberlanjutan kota seperti perlindungan tata air, keseimbangan ekologi dan konservasi hayati. Dilihat dari fungsi RTH dapat berfungsi ekologis, sosial budaya, estetika, dan ekonomi. Secara struktur ruang, RTH dapat mengikuti

pola ekologis (mengelompok, memanjang, tersebar), maupun pola planologis yang mengikuti hirarki dan struktur ruang perkotaan.

Dari segi kepemilikan, RTH dibedakan ke dalam RTH publik dan RTH privat. Baik RTH publik maupun privat memiliki beberapa fungsi utama seperti fungsi ekologis serta fungsi tambahan, yaitu sosial budaya, ekonomi, estetika/arsitektural. Khusus untuk RTH dengan fungsi sosial seperti tempat istirahat, sarana olahraga dan atau area bermain, maka RTH ini harus memiliki aksesibilitas yang baik untuk semua orang, termasuk aksesibilitas bagi penyandang cacat.

Dokumen terkait