NILAI KEARIFAN LOKAL
5.5 Kearifan Lokal Sebagai Daya Saing
Diantara fenomena atau wujud kearifan lokal, yang merupakan bagian inti kebudayaan adalah nilai-nilai dan konsep- konsep dasar yang memberikan arah bagi berbagai tindakan.
Menggali dan menanamkan kembali kearifan lokal secara inheren dapat dikatakan sebagai gerakan kembali pada basis nilai budaya daerahnya sendiri sebagai bagian upaya membangun identitas suatu daerah, yang memiliki korelasi menciptakan langkah-langkah strategis dan nyata dalam memberdayakan dan mengembangkan potensi (sosial, budaya, ekonomi, politik dan keamanan) daerah secara optimal serta sebagai filter dalam menyeleksi berbagai pengaruh budaya dari luar.
sudah jelas diterima pasar. Selanjutnya, pemilihan suatu industri hendaknya diorientasikan pada upaya pemenuhan permintaan pasar. Pandangan berbasis-pasar akan mengarahkan kabupaten/kota hanya menghasilkan produk-produk yang pasarnya sudah ada dan dengan demikian meminimalkan risiko produk tidak terjual.
Pandangan kedua adalah pandangan berbasis sumber daya (resource-based view). Pandangan ini mengatakan bahwa seharusnya kabupaten/kota memilih industri yang sesuai dengan sumber daya yang tersedia. Sebenarnya cikal-bakal resource-based view adalah resourcefullness-based view. Resource dalam bahasa lndonesia diterjemahkan menjadi sumber daya, sementara resourcefullness adalah kepandaian, kecerdikan, atau kelihaian.
Dalam kebudayaan lokal ada yang disebut dengan kearifan lokal yang menjadi nilai-nilai bermakna, antara lain, diterjemahkan ke dalam bentuk fisik berupa produk kreatif daerah setempat.
Ekonomi kreatif tidak bisa dilihat dalam konteks ekonomi saja, tetapi juga dimensi budaya. Ide-ide kreatif yang muncul adalah produk budaya. Karenanya, strategi kebudayaan sangat menentukan arah perkembangan ekonomi kreatif. Mengembangkan ekonomi kreatif berbasis budaya dan kearifan lokal adalah solusi alternatif untuk menstimulus perkembangan ekonomi kreatif untuk bisa mandiri dan bisa mengembangkan usaha terutama di daerah.
Pada umumnya setiap daerah memiliki potensi produk yang bisa diangkat dan dikembangkan. Keunikan atau kekhasan produk lokal itulah yang harus menjadi intinya kemudian ditambah unsur kreatifitas dengan sentuhan teknologi.
Oleh karenanya, upaya menumbuh kembangkan ekonomi kreatif tidak bisa lepas dari budaya setempat. Budaya harus menjadi basis pengembangannya, sehingga dengan demikian produk-produk yang dihasilkan melalui ekonomi kreatif akan tetap mencerminkan budaya lokal dan kearifan lokal suatu daerah tertentu.
Industri yang berbasis ekonomi kreatif sekarang ini juga mulai berkembang dan banyak dilakukan oleh masyarakat. Industri kreatif yang berkembang di Indonesia, sangat sarat dengan ciri-ciri khas kedaerahan, seperti kerajinan misalnya. Dengan memiliki ciri khas kedaerahan ini, maka unsur keraifan lokal dalam industri kreatif yang ada di daerah-daerah di Indonesia sangat mencerminkan kearifan lokalnya.
Peran ekonomi kreatif dalam perekonomian nasional serta karakteristik Indonesia yang terkenal dengan keragaman sosio- budaya yang tersebar di seluruh pelosok nusantara tentunya dapat menjadi sumber inspirasi dalam melakukan pengembangan industri kreatif. Keragaman budaya Indonesia menandakan tingginya kreatifitas yang telah tertanam dalam masyarakat Indonesia. Belum lagi dukungan keragaman etnis dalam masyarakat Indonesia. Hal ini menunjukkan Indonesia memiliki faktor pendukung yang kuat dalam melakukan pengembangan ekonomi kreatif.
Menumbuh kembangkan ekonomi kreatif tidak bisa lepas dari budaya setempat. Budaya harus menjadi basis pengembangannya. Dalam kebudayaan lokal ada yang disebut dengan kearifan lokal yang menjadi nilai-nilai bermakna, antara
lain, diterjemahkan ke dalam bentuk fisik berupa produk kreatif daerah setempat.
Berkembangnya industri/ekonomi kreatif yang terjadi di Indonesia sekarang ini tidak terlepas dari upaya menggali budaya lokal sebagai unsur kearifan lokal daerah yang sangat beragam yang terdapat hampir di seluruh daerah pelosok Indonesia.
Telah kita sepakati bersama bahwa Indonesia kaya akan ragam budaya, dimana masing-masing budaya mempunyai ciri khas kedaerahan secara tersendiri. Dengan keberagaman budaya ini, maka tidak mengherankan kalau nilai kearifan lokal yang ada sangat beragam dan banyak jumlahnya. Keragaman budaya yang didasarkan atas ciri khas kedaerahan ini pada hakikatnya mencerminkan nilai kearifan lokal daerah dan sudah semestinya hal ini dapat dijadikan sebagai sumber daya saing daerah yang ada di Indonesia.
Pada sektor usaha UMKM batik misalnya, masing-masing sentra UMKM batik yang ada di daerah memiliki motif yang berbeda-beda sesuai dengan budaya lokal atau nilai kearifan lokal daerahnya. Batik Gedog misalnya merupakan kearifan lokal produk batik dari daerah Tuban, demikian juga batik Pekalongan.
Industri kreatif batik di Surabaya beberapa tahun terakhir cukup berkembang, dan di Surabaya terdapat beberapa kampung batik. Batik Surabaya identik dengan warnanya yang kuat dan berani sangat mewakili karakteristik orang-orang Surabaya yang cenderung keras dan berani. Warna-warna batik Surabaya
cenderung lebih cerah apabila dibandingkan dengan batik jawa tengahan.
Sedangkan motif - motifnya didominasi oleh beberapa hal yang juga mencerminkan ciri khas kota Surabaya, antara lain motif daun semanggi, motif suro dan boyo, serta motif lainnya yang ada pada batik mangrove yang ada di Kampung Batik Mangrove Wonorejo.
Sedangkan daerah lainnya di Jawa Timur, seperti Kediri misalnya memiliki motif khas sebagai kearifan lokalnya dengan motif batik Gumul, Batik Garuda, Batik Teratai, dan lain-lain. Lain halnya Kediri, di Madiun pun memiliki ciri khas battik tersediri, seperti motif batik Porang, motif batik Pecelan, motif batif Serat Kayu Jati.
Beberapa contoh keanekaragaman budaya pada ciri khas yang dimiliki oleh daerah seperti disebutkan diatas, pada hakikatnya merupakan daya saing produk lokal daerah yang berbasis kearifan lokal. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa dalam pembuatan produk, mereka selalu mengangkat dan mengusung unsur-unsur budaya lokal yang selama ini ada dan berkembang di masyarakat untuk dijadikan sebagai “icon” atau
“ciri khas” ataupun juga dapat disebut sebagai “kearifan lokal”
sebagai unsur pembeda dengan produk yang ada pada daerah- daerah lainnya.