LOKASI DAN TEMPAT USAHA
3.1 Lokasi Usaha
BAB 3
(1) adanya areal/bentangan lahan yang cukup luas dan telah dimatangkan,
(2) dilengkapi dengan sarana dan prasarana, (3) ada suatu badan (manajemen) pengelola, (4) memiliki izin usaha kawasan,
(5) biasanya diisi oleh orang atau badan yang menjalankan kegiatan usaha tertentu.
Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih lokasi, sebagai salah satu faktor mendasar, yang sangat berpengaruh pada penghasilan dan biaya, baik biaya tetap maupun biaya variabel. Lokasi usaha juga akan berhubungan dengan masalah efisiensi transportasi, sifat bahan baku atau sifat produknya, dan kemudahannya mencapai konsumen. Lokasi juga berpengaruh terhadap kenyamanan pembeli dan juga kenyamanan Anda sebagai pemilik usaha.
Salah satu contoh pemilihan lokasi usaha yang kebanyakan dilakukan oleh pelaku usaha adalah pada sentra usaha.
Sentra usaha adalah tempat berkumpulnya suatu usaha dalam satu wilayah, contohnya seperti food court, Bursa handphone, pasar tradisional, trade mall dan lain-lain. Mengapa tempat ini menjadi pilihan strategis ? Hal ini didasarkan pada anggapan bahwa konsumen dalam berbelanja cenderung memilih tempat yang banyak pilihan produknya, sentra-sentra usaha akan menjadi pilihan mereka, karena disana konsumen akan disuguhkan akan banyak sekali pilihan produk tidak hanya daru satu toko atau penjuala, akan tetapi dari dari banyak penjual. Oleh karena itu
sentra usaha akan didatangi secara berbondong-bondong oleh konsumen dalam mencari keperluan akan produk yang dibutuhkan dan diinginkan.
Pada kawasan-kawasan wisata pada umumnya, penentuan dan pengelolaan lokasi sebagai kawasan wisata ini menjadi sangat penting untuk meningkatan destinasi wisatawan, demikian juga seperti yang ada pada kawasan wisata religi yang ada di Jawa Timur.
Wisata Religi yaitu perjalanan ke tempat-tempat yang memiliki unsur religi agama tertentu. Wisata religi ini dimaksudkan untuk memperkaya wawasan keagamaan dan memperdalam rasa spiritual kita. Karena bagaimanapun, ini adalah perjalanan keagamaan yang ditujukan untuk memenuhi dahaga spiritual, agar jiwa yang kering kembali basah oleh hikmah-hikmah religi. Jadi ini bukan wisata biasa yang hanya dimaksudkan untuk bersenang-senang, menghilangkan kepenatan pikiran, semacam dengan pergi ke tempat hiburan.
Pada kawasan wisata religi Sunan Ampel Surabaya, kawasan ini ditata sedemikian rupa oleh pemerintah kota Surabaya, sehingga bagi setiap wisatawan yang akan berkunjung ke makam Sunan Ampel akan dengan mudah dan nyaman, karena makam ini berada pada suatu kawasan yang luas
dan ditata sedemikian rupa melalui proses perencanaan yang matang.
Pada kawasan wisata religi Sunan Maulana Malik Ibrahim dan Sunan Giri yang berada di Gresik, kawasan ini ditata sedemikian rupa oleh pemerintah kabupaten Gresik, sedemikian rupa sehingga sesuai dengan perencanaan pembangunan yang ada di kabupaten Gresik. Hal ini jelas terlihat dari perencanaan wilayah yang ada di Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) kabupaten Gresik.
Pada kawasan wisata religi Sunan Drajad yang berada di Lamongan, kawasan ini ditata sedemikian rupa oleh pemerintah kabupaten Lamongan, yang lokasinya berada di pinggiran kota Lamongan sehingga terasa suasana pedesaan.
Demikian juga pada kawasan wisata religi Sunan Bonang yang berada di kabupaten Tuban. Makam Sunan Bonang berada di pusat kota, persisnya
dibelakang masjid agung kota Tuban.
Pada bagian awal memasuki kawasan ini akan tampak tiruan gapura berbentuk paduraksa, Jarak sekitar 100 meter selanjutnya ada gapura dengan satu pintu masuk di bagian tengah.
Gapura ini cukup rendah, sehingga untuk memasuki kawasan ini harus sedikit menunduk.
Berdasarkan kondisi nyata yang ditemui di lapangan, beberapa lokasi kawasan wisata religi yang ada di Jawa Timur sudah saatnya untuk dilakukan penataan kembali, agar terlihat lebih menarik bagi wisatawan dan pengunjung, sehingga kesan kumuh dan tidak terawat akan bisa terkesampingkan.
Penataan kembali kawasan wisata religi yang ada di Jawa Timur, antara lain : Sunan Ampel Surabaya, Sunan Maulana Malik Ibrahim dan Sunan Giri di Gresik, Sunan Drajad di Lamongan, dan Sunan Bonang di Tuban dapat dilakukan melalui upaya revitalisasi.
Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kawasan yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial. Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan (sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat).
Gambar 4.1 Contoh Penerapan Konsep Revitalisasi
Revitalisasi sendiri bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat. Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut serta untuk mendukung aspek formalitas yang memerlukan adanya partisipasi masyarakat, selain itu masyarakat yang terlibat tidak hanya masyarakat di lingkungan tersebut saja, tapi masyarakat dalam arti luas.
Keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang menarik (interesting), jadi bukan sekedar membuat beautiful place. Maksudnya, kegiatan tersebut harus berdampak positif serta dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat/warga (public realms).
Sudah menjadi sebuah tuntutan yang logis, bahwa kegiatan perancangan dan pembangunan suatu kawasan untuk menciptakan lingkungan sosial yang berjati diri (place making) dan hal ini pun selanjutnya perlu didukung oleh suatu pengembangan institusi yang baik. Oleh karenanya peran dan kehadiran pemerintah dalam
hal ini menjadi sangat penting, misalnya dengan membentuk Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang berada langsung dibawah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Daerah yang memang berkaitan dengan urusan sektor industri pariwisata. Ambil contoh keberadaan UPTD Kenjeran Surabaya sangat berperan dalam pengelolaan dan pemeliharaan kawasan wisata Taman Hiburan Pantai (THP) Kenjeran dan wisata Religi Sunan Ampel. Hal ini mestinya bisa dijadikan contoh dan role model bagi pengelolaan sektor industri pariwisata yang berada di daerah kabupaten Gresik, Lamongan, maupun Tuban dalam pengelolaan kawasan wisatanya termasuk wisata religi.
Melalui upaya revitalisasi ini diharapkan destinasi kawasan wisata religi yang ada akan menjadi lebih menarik dan wisatawan maupun pengunjung yang datang akan lebih banyak lagi, sehingga hal ini tentunya akan dapat menggerakkan kegiatan perekonomian masyarakat yang berada di sekitar kawasan wisata religi.