NILAI KEARIFAN LOKAL
5.3 Optimalisasi Nilai Kearifan Lokal
kehidupan sehari-hari, sehingga setidaknya hal ini mampu mendongkrak kesejahteraan masyarakat. Upaya menciptkan dialog dan pluralisme (hubungan antar umat bergama yang kondusif, tidak cukup dengan hanya mengandalkan para pemuka agama semata atau para intelektual, namun diperlukan juga sikap kerjasama dan proaktif dari semua elemen masyarakat.
Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki banyak keberagaman budaya yang ada di daerah-daerah. Ditengah-tengah pengaruh perkembangan budaya global yang sekarang ini masuk ke Indonesia, budaya lokal masih tetap dipertahankan oleh masyarakat sebagai sumber daya lokal. Hal ini patut diacungi jempol, karena masyarakat masih mau mempertahankan dan menggali kembali budaya-budaya lokal sebagai unsur kearifan lokal.
Keberagaman nilai-nilai budaya lokal yang ada di daerah yang diakui sebagai unsur kearifan lokal, kiranya perlu mendapatkan perhatian di era persaingan usaha sekarang ini.
Kiranya upaya-upaya untuk menggali nilai budaya lokal sebagai kearifan lokal daerah di masa-masa mendatang perlu dioptimalkan, agar pelaku usaha UMKM yang ada di daerah bisa bertahan dalam persaingan usaha dan mempertahankan perekonomian daerah.
Optimalisasi nilai kearifan lokal ini, bisa dilakukan pemerintah daerah bersama-sama dengan masyarakat yang ada di daerah melalui berbagai macam upaya, salah satunya adalah pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui program “one village one product” (OVOP).
Akhir-akhir ini di beberapa daerah di Indonesia sudah mulai digencarkan program OVOP oleh banyak pemerintahan daerah.
Program OVOP ini diyakini merupakan salah satu solusi yang bisa ditempuh untuk meningkatkan perekonomian daerah melalui pemberdayaan ekonomi masyarakatnya yang berbasis budaya lokal daerah (kearifan lokal).
Sebagai wujud dari implementasi pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis kearifan lokal melalui program OVOP ini, bisa kita lihat beberapa contoh yang ada dan berkembang di daerah-daerah di Indonesia.
Satu Desa Satu Product atau One Village One product adalah pendekatan pengembangan Potensi daerah di satu wilayah unuk menghasilkan satu produk kelas global yang unik khas daerah denga memanfatkan sumber daya lokal. Satu desa sebagaimana dimaksud dapat diperluas menjadi kecamatan, kabupaten/kota, maupun kesatuan wilayah lainnya sesuai dengan potensi dan skala usaha secara ekonomis. OVOP adalah pendekatan pengembangan potensi daerah untuk menghasilkan satu produk kelas global yang unik dan khas dengan memanfaatkan sumber daya lokal.
Lalu apa sebenarnya yang menjadi tujuan dari one village one product ini. Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai melalui program OVOP ini di daerah, antara lain :
(1) Untuk menggali dan mempromosikan produk inovatif dan kreatif lokal, dari sumber daya, yang bersifat unik khas daerah, bernilai tambah tinggi, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan, memiliki image dan daya saing yang tinggi.
(2) Pengembangan IKM yang berdaya saing tinggi di pasar domestik dan global dan Mencari komoditas potensial di satu sentra yang memanfaatkan Potensi Lokal.
Dalam pelaksanaan program OVOP ini harus memenuhi beberapa kriteria. Tiga kriteria yang harus dimiliki lokasi pengembangan program One Village One Product (OVOP) atau
satu desa satu produk, dalam rangka pengembangan IKM yang berdaya saing tinggi di pasar domestik dan global. Daerah yang menjadi pengembangan program OVOP harus ada keseragaman jenis usaha, memiliki tata ruang yang jelas, serta memiliki infrastruktur yang bagus, antara lain :
(1) Produk unggulan daerah dan/atau produk kompetensi inti daerah
(2) Unik khas budaya dan keaslian local (3) Berpotensi pasar domestik dan ekspor (4) Bermutu dan berpenampilan baik
(5) Diproduksi secara kontinyu dan konsisten
Dalam rangka kampanye OVOP tiga hal yang diperlukan, yaitu selain fulfilling desa-desa yang potensial sekaligus penduduknya; menyeleksi produk-produk competitive yang berasal dari bahan-bahan lokal dengan menggunakan kearifan lokal dan keterampilan – keterampilan yang unik untuk menghasilkan produk-produk asli, unik dan bernilai yang ditujukan untuk pasar domestik maupun global serta asli juga termasuk komitmen dan campur tangan pemerintahan lokal dan pusat.
Dalam mengadopsi program OVOP ini, ada 3 aspek dasar yang harus dipenuhi yaitu :
(1) Lokalitas produk mampu memenuhi pasar global (2) Masyarakatnya mampu bekerja secara mandiri (3) SDM memiliki mental siap dididik dan dibina.
Pendekatan OVOP di Indonesia tidak jauh berbeda dengan apa yang telah dilakukandi Jepang dan Thailand. Implementasi
OVOP di negara kita mengikuti suatu konsep program membangun suatu regional, mungkin bisa tingkat desa ,kecamatan, kota dan selanjutnya memilih satu produk utama yang dihasilkan dari kreatifitas masyarakat desa. Pendekatan OVOP juga menggunakan sumberdaya lokal, memiliki kearifan lokal dan bernilai tambah tinggi. Produk-produk yang dipilih menjadi gerakan OVOP tidak hanya dalam bentuk tangible product, tetapi juga dalam wujud intangible product, misalnya produk-produk budaya dan kesenian khas daerah yang memiliki nilai jual tinggi secara global.
OVOP dalam bentuk konsep SAKA SAKTI (Satu kabupaten/kota Satu kompetensi Inti) yaitu suatu konsep yang dikembangkan dalam rangka membangun daya saing suatu daerah dengan menciptakan kompetensi inti bagi daerah tersebut agar dapat bersaing di tingkat global. Konsep ini sangat diperlukan agar sumber daya dan kemampuan yang dimiliki oleh daerah diarahkan untuk menciptakan kompetensi inti. Ada dua konsep dalam membangun kompetensi inti melalui pendekatan gerakan OVOP.
Pertama, konsep membangun produk unggulan yaitu mengembangkan produk lokal yang memiliki keunggulan dari sisi keunikan, kekhasan, kemanfaatan yang lebih besar bagi pengguna produk serta memberikan keuntungan yang besar penghasil produk tersebut. Kedua, konsep membangun kompetensi inti daerah, dalam hal ini daerah harus memilih kompetensi inti daerah yang bersangkutan dilihat dari keunikan, kekhasan daerah, kekayaan sumber daya alam, peluang untuk menembus pasar internasional dan dampaknya.
Gerakan OVOP di Indonesia telah menjadi prioritas pembangunan nasional. Hal ini didukung dengan ditetapkannya Inpres No. 5 Tahun 2008 tentang Fokus Program Ekonomi Tahun 2008 - 2009 sebagai kelanjutan dari Inpres No. 6 Tahun 2007 Tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha (Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Inpres tersebut ditujukan untuk mendorong efektivitas pengembangan One Village One Product (OVOP). Sasaran gerakan OVOP di Indonesia adalah berkembangnya sinerji produksi dan pasar. Melalui Inpres ini semua Kementerian, Gubernur dan Bupati/Walikota berkoordinasi dan secara bersama mensukseskan gerakan OVOP.
Dalam rangka menindaklanjuti Inpres tersebut, pada tahun 2007 Menteri Perindustrian telah menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian No. 78/M/IND/PER/9/2009 Tentang Peningkatan efektivitas Pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) melalui Pendekatan Satu Desa Satu Produk (OVOP). Sasaran program pendekatan OVOP yang dilakukan Kementerian Perindustrian adalah industri kecil dan menengah (IKM) di sentra- sentra IKM yang menghasilkan produk-produk terbaik. Gerakan OVOP merupakan suatu gerakan nasional dan bersifat lintas sektoral, serta melibatkan instansi-instansi terkait.