F. Kerangka Teori
4. Kebudayaan Lokal Masyarakat Suku Sasak yang Berbasis Matematika
29
Upaya daalam menginterpretasikan kebudayaan pendidikan, khususnya di dalam prosedur belajar-mengajar, Bruner mengemukakan empat jenis pandangan ilmu pengetahuan, yaitu: pandangan internalis, pandangan eksternalis, pandangan intersubjektif, dan pandangan objektif.
Pendidikan nasional di dalam era reformasi dewasa ini perlu ditemukan kembali (reinvention) artinya menempatkan kembali pendidikan nasional di dalam konteks kebudayaan nasional Indonesia. Dengan demikian konsep mengenai manusia Indonesia seutuhnya merupakan manusia Indonesia yang berpendidikan dan sekaligus berbudaya.
4. Kebudayaan Lokal Masyarakat Suku Sasak yang Berbasis Matematika
30
mengundang kerumunan orang banyak sehingga kegiatan adat perkawinan ( nyongkolan ) yang menjadi ritual perkawinan suku sasak tidak pernah di adakan.
5. Kerajinan Tenun Kain Tradisional Songket
Pulau Lombok merupakan salah satu pulau penghasil kain tenun tradisional songket. Bukan hanya di satu wilayah, akan tetapi pengrajin kain tradisional songket tersebar luas di berbagai wilayah plosok desa dan rata-rata para pengrajinnya masih menenun dengan cara tradisional yaitu menggunakan alat tenun dan tidak menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Hal ini menjadi ciri khas dari kain tenun tradisional songket karena proses pembuatannya yang masih mengguanakan alat tradisional maka setiap kain songket yang dihasilkan terdapat makna tersendiri dan karakteristik,serta motif yg berbeda
Untuk menghasilkan selembar kain songket masyarakat Sukarara menggunakan sebuah alat yang terbuat dari bahan dasar kayu yang penggunaannya masih manual dan tradisional. Penenun kain songket biasanya duduk di tanah beralaskan tikar/kain atau disebuah balai-balai dengan kaki diselonjorkan lurus kedepan sehingga mempermudah mereka dalam proses menenun kain songket. Alat tenun kain songket di Desa Sukarara merupakan alat tenun yang diwariskan secara turuntemurun. Seiring perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan yang sadar akan pentingnya menjaga warisan leluhur maka lahirlah terobosan-terobosan baru (alat modern) yang mempermudah dalam menenun kain songket namun tetap terjaga kualitas serta nilai estetika dalam tenunan kain songket di Desa Sukarara. Dengan alat model baru yaitu alat pemintal benang berbentuk roda putar yang disatukan dengan alat Kanjian (alat pemintal model lama). Dengan menggunakan alat pemintal model baru
31
hanya membutuhkan kurun waktu 3 jam untuk satu bahan baku kain, sementara dengan menggunakan peralatan lama Kanjian membutuhkan kurun waktu hingga 24 jam untuk satu bahan kain. Selain itu juga, alat Hanean terbaru menggunakan 11 jari yang mampu menghasikan kain yang lebih panjang dari pada alat Hanean model lama yang menggunakan 9 jari. Pada dasarnya alat tenun kain songket hanya dapat menghasilkan lebar 70 cm dan panjang kain akan mengikuti bentuk alat Hanean tersebut.
Gambar 1. Alat-alat tenun Kain Songket20
Nama- nama alat tenun kain songket Desa Sukarara sebagai barikut : Kanjian, Hanaen 9 jari dan Hanaen 11 jari, Lampat Jajak, Daun Jajak, Jejanggel, Tutukan, Lelagan, Lelidi, Penggulung, Lurusan Gun, Belidaatau Berira, Sisir (Suri ), Kampit, Anak Apit, Lekot, Tali Lek, Peliting, Teropong Kanjian, Gantian Tatakan, dan Erekan.
20 Efendi N, Sudarmawan A, Supir KI. (2014). Tenun Kain Songket Di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia.
32
Gambar 2. Bahan Tenun Kain Songket21
Nama-nama bahan Tenun Kain Songket Desa Sukarara sebagai berikut : Benang Kapas, Benang Katun, Benang Misrais, Benang Piber/ Rayon.
Gambar 3. Peroses Pembuatan Tenun Kain Songket22
Sebelum membuat selembar kain songket pengrajin terlebih dahulu harus mempersiapkan bahan – bahan yang dibutuhkan ketika menyongket, adapun bahan – bahan yang perlu disediakan antaranya : misrais, katun, kapas, rayon, piber. Dan juga melakukan proses penyiapan bahan baku tenun, Kapas, Katun, Piber, Misrais, Penanjian Benang, Penjemuran Benang, Pengelosan Benang, Penghanian, Pencucukan Sisir (Suri), Penggulungan ( Melipat Benang Lungsin ), Pemeletan, dan proses terakhir melakukan penenunan kain songket.
Kain tenun songket terkenal sebagai kain tenun yang sangat mewah karena proses pembuatannya yang menggunakan benang emas dan benang perak dan hanya di hasilkan di beberapa daerah di wilayah Indonesia, sehingga kain tenun
21 Efendi N, Sudarmawan A, Supir KI. (2014). Tenun Kain Songket Di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia.
22 Efendi N, Sudarmawan A, Supir KI. (2014). Tenun Kain Songket Di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia.
33
songket hanya di gunakan oleh para bangsawan yang berfungsi untuk menunjukkan kemuliaan derajat dan martabat pemakainya. Akan tetapi seiring berjalannya waktu kini kain songket tidak hanya di gunakan oleh kalangan orang kaya, tetapi juga bisa digunakan oleh masyarakat umum sesuai dengan kualitas bahan yang digunakan. Namun kain songket dengan kualitas terbaik akan tetap di hargai sebagai bentuk kesenian yang anggun dan mewah.23
Salah satu penghasil kain tenun tradisional songket suku sasak adalah Desa Sukarara kecamatan Jonggat Tengah. Sebagian besar dari penduduk desa Sukarara melakukan pekerjaan menenun kain songket tradisional, disamping menjadi pengrajin tenun kain songket penduduk desa Sukarara juga melakukan kegiatan bertani dan biasanya masyarakat melakukan kegiataan menenun pada saat panen ( mengambil hasil bumi ) telah selesai. Sehingga dapat dikatakan bahwa kegiatan bertenun tidak menjadi rutinitas atau hanya sebagai pekerjaan sampingan di kalangan masyarakat desa Sukarara karena kegiatan bertenun hanya dilakukan untuk mengisi waktu luang dikala masyarakat desa Sukarara tidak melakukan kegiatan bertani.24
Seorang warga bernama sandi yang berprofesi sebagai local gaet di desa Sukarara mengatakan bahwa kerajinan kain songket di Desa Sukarara bersifat 33aying33e rumahan. Dalam proses songket yang dihasilkan tidak hanya digunakan untuk pakaian namun juga mempunyai fungsi dekoratif sebagai pelengkap 33aying33e interior rumah. Ciri khas motif dan makna 33aying dari kain tenun yang di padu padankan dengan warna yang indah menjadikan kain
23 Sabilirrosyad, S. (2018). Ethnomathematics Sasak: Eksplorasi Geometri Tenun Suku Sasak Sukarara Dan Implikasinya Untuk Pembelajaran. Jurnal Tatsqif, 14(1), 49–65. https://doi.org/10.20414/jtq.v14i1.21
24 Kain, T., Di, S., Sukarara, D., Jonggat, K., Tengah, L., Tenggara, N., Norman, B., Sudarmawan, A., Jurusan, K., Seni, P., Universitas, R., Ganesha, P., E-mail, I., Penelitian, A., Sukarara, D., Sukarara, D., Sukarara, D., Sukarara, D., Lombok, S., … Sukarara, D. (n.d.).
34
tenun songket desa Sukarara memilliki keunikan tersendiri dan tersohor sejak zaman kerajaan suku sasak. Beberapa jenis serta Motif tenun Sukarara yang di hasilkan sebgai berikut:
1. Motif Subahanale
Gambar 4. Motif subahnale25
Kain tenun songket motif subahanale di ambil dari kata subhanallah yang dalam bahasa sasaknya subahanale, motif ini memiliki makna yang terkandung didalamnya yaitu maha kuasa atau tuhan itu satu. Penamaan motif subahanale berasal dari seorang penenun membuat kain singket sampai berbulan-bulan sehingga pada saat kain songket tersebut selesai dibuat sang penenun mengucapkan subahanale karena ia kagum melihat hasil kain yang ditenun dengan sangat indah.
2. Motif Bintang Empet
Gambar 5. Motif Bintang empat 26
25 Efendi N, Sudarmawan A, Supir KI. (2014). Tenun Kain Songket Di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia.
26 Efendi N, Sudarmawan A, Supir KI. (2014). Tenun Kain Songket Di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia.
35
Sesuai dengan namanya motif ini memiliki bentuk motif bintang yang berdekatan sehingga dinakaman motif bintang empet, makna yang terkandung di dalamnya adalah sesame manusia harus menjaga tali persaudaraan.
3. Motif Kembang Komak
Gambar 6. Motif Kembang Komak27
Kain motif ini memiliki makna khitanan atau yang lebih di kena dengan istilah sunatan
4. Motif double Trudak
Gambar 7. Motif Double Trudak28
Kain motif ini bermakna motif yang menggunakan dua trudak 5. Motif Rang-rang
27 Efendi N, Sudarmawan A, Supir KI. (2014). Tenun Kain Songket Di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia.
28 Efendi N, Sudarmawan A, Supir KI. (2014). Tenun Kain Songket Di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia.
36
Gambar 8. Motif Rang-rang29
Kain motif ini bermakna watak agar tidak bersifat negative 6. Motif Nanas
Gambar 9. Motif Nanas30 Kain motif ini memiliki arti buah buahan 7. Motif Bangket (Petak Sawah )
Gambar 10. Motif Bangket31
29 Efendi N, Sudarmawan A, Supir KI. (2014). Tenun Kain Songket Di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia.
30 Efendi N, Sudarmawan A, Supir KI. (2014). Tenun Kain Songket Di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia.
31 Efendi N, Sudarmawan A, Supir KI. (2014). Tenun Kain Songket Di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia.
37
Kain motif ini bermakna persawahan yang dalam bahasa sasak di sebut “ Bangket “ yang merupakan tempat bercocok tanam.
8. Motif Alang (Lumbung)
Gambar 11. Motif Alang32
Kain motif ini bermakana tempat penyimpanan padi yang dimana suku sasak menyebutnya lumbung yang digunakan untuk menyimpan hasil panen padi mereka.
9. Motif Barong
Gambar 12. Motif Barong33
Seperti namanya Motif ini bermakna tarian yang berasal dari pulau Lombok dan Bali.
10.Motif keker
32 Efendi N, Sudarmawan A, Supir KI. (2014). Tenun Kain Songket Di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia.
33 Efendi N, Sudarmawan A, Supir KI. (2014). Tenun Kain Songket Di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia.
38
Gambar 13. Motif Keker34
Motif ini bermakna seseorang yang berbulan madu dan menciptakan kesucian cinta yang abadi.35
Etnomatematika merupakan pendekatan matematika yang mengintegrasikan unsur-unsur budaya, khususnya di wilayah Lombok. Penelitian ini diperoleh dari perbedaan kebiasaan sehari-hari masyarakat Lombok dalam hal seni, permainan dan budaya , kemudian dipaparkan dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran matematika sebenarnya terintegrasi dengan kebiasaan masyarakat itu sendiri.
Dalam kegiatan pembelajaran matematika di sekolah, intensi yang dimaksud guru adalah membentuk kerangka baru. Skema baru ini harus didasarkan pada skema mahasiswa yang sudah ada. Maka sudah selayaknya guru mulai memberikan bimbingan matematika resmi (matematika sekolah) dengan matematika informal yang aplikasikan oleh anak-anak di masyarakat.
Apabila anak memiliki pola pikir yang terbentuk dengan baik tentang matematika yang digunakan dalam keseharian mereka, maka guru akan membentuk serta memperkuat skema yang sudah ada untuk meningkatkan pengetahuan. Misalnya, saat guru sedang menjelaskan dalam pembelajaran struktur bangun ruang, guru dapat membawa atau menunjukkan contohbenda, artefak, lukisan, dan seni lainnya dengan motif budaya lokal yang memiliki nilai
34 Efendi N, Sudarmawan A, Supir KI. (2014). Tenun Kain Songket Di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggat, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia.
35 Sandi, wawancara, sukarara, 26 Januari 2022
39
spasial. Setelah membiasakan siswa dengan bentuk-bentuk ini, perkenalkan konsep struktur ruang formal. Berdasarkan argumentasi tersebut, peneliti ingin mendeskripsikan etno-matematika berbasis budaya Lombok dalam pembelajaran matematika. Uraian tentang gaya berpikir dalam penelitian ini disajikan sebagai berikut:
Gambar 14. Bagan Kerangka Berpikir Wawanca informan yakni : pemuka adat
dan pengrajjin kain tenun songket terkait teritorial budaya lombok yang berbasis
etnomatematika
Mendeskripsikan kerajinan kain tenun tradisional songket yang berbasis
etnomatematika
Peserta didik memahami dan mengenal kerajinan kain tenun tradisional songket Sukarara yang berbasis etnomatematika
dalam proses pembelajaran
Etnomatematika
40