TEOLOGI ANTIKORUPSI DI SEKOLAH
Bagan 4: Kerangka Berpikir Antarvariabel Penelitian
3) Argumentasi adanya hubungan antara intelegensi dengan pemahaman konsep dan prinsip ruang.
Untuk memperjelas hubungan antara variabel-variabel tersebut, maka perlu disajikan paradigma atau model hubungan untuk penilaian dimaksud yaitu sebagai berikut:
yang khusus itu merupakan bagian atau kelas dari hal-hal yang bersifat umum di atas? Caranya kita mencari karekteristik pada hal-hal yang bersifat umum atau pada hal-hal yang bersifat khusus tersebut penjelasan sesuai dengan hukum logika. Bila dalam hal-hal yang bersifat khusus itu terdapat atau terbukti karakternya sama, berarti dia merupakan bagian dari yang bersifat umum akan berlaku pula dalam hal-hal yang bersifat umum, dan akan berlaku pula dalam hal-hal yang bersifat khusus, yang merupakan bagian atau kelas dari hal-hal yang bersifat umum itu.
Sesuai dengan jalan logika deduktif tersebut, tahap berpikir dalam menyusun kerangka berpikir ada tiga tahapan, yaitu: tahap berpikir judgement, conception dan reasoning.
Pertama, tahap judgement adalah tahap menyusun teori-teori, dalil- dalil, hukum-hukum, dan kaidah-kaidah, yang diperoleh dari berbagai bahan pustaka atau literatur.
Lukisan uraian teori-teori yang berkenaan dengan masalah itu merupakan ‘peta’ tingkat perkembangan ilmu sampai yang terakhir dalam disiplin ilmu yang bersangkutan. Teknik penyusunan uraian teori-teori itu, sebaiknya disusun dalam sebuah kerangka, mencakup ruang lingkup dan aksentuasi penelitian, dengan menetapkan komponen-komponen berupa aspek-aspek sesuai dengan identifikasi masalah yang tercantum dalam rancangan penelitian, hipotesis-hipotesis dan tujuan penelitian. Masing- masing aspek disediakan literatur acuannya, siapa penulis atau pakarnya, kapan tahun pernyataan dan apa esensi pernyataannya. Kemudian dilakukan analisis dan kritik dari penulis sebagai sikap pandangannya yang dituangkan dalam tulisan itu dengan menggunakan bahasa ilmiah.
Dijelaskan pula, perbedaan antarpakar, bila ada, dan mengapa penulis berpihak kepada salah satu dari mereka. Bila tinjauan kritis analitis itu tidak dilakukan oleh penulis, dikhawatirkan peneliti dikategorikan sebagai
“gudang ilmu” atau sebagai “pengecer ilmu”, yang selalu menurut sikap dan pandangan pribadinya.
Teknik kutipan pendapat atau gagasan orang lain secara langsung atau tidak, perlu mencamtumkan rujukannya, mungkin dengan memberi nomor numerik 1 sampai dengan n, versi pertama numerik itu merujuk kepada nomor yang sama dalam daftar pustaka (inside notes), versi kedua numerik merujuk kepada catatan kaki dibagian bawah halaman (footnotes), versi ketiga dibagian belakang esensi kutipan itu ditulis nama pakar/penulis, tahun dan esensi pernyataan yang terpadu dalam ulasan (endnotes).
Teori-teori, hukum-hukum, dalil-dalil, dan kaidah-kaidah itu dijadikan landasan berpikir deduktif, didalam ilmu logika disebut sebagai premis mayor.
Kedua, tahap conception, yaitu tahap menyusun konsep-konsep yang diperoleh dari kenyataan atau masalah-masalah yang telah diidentifikasi di atas. Pada setiap masalah terdapat konsep atau variable (perubahan) yaitu
dependent variable (perubah terikat) dan pada setiap faktor terdapat pula variable yang disebut independent variable (perubahan bebas). Konsep- konsep atau variable dari masalah-masalah itu disusun sedemikian rupa sehingga menjadi kerangka konsep atau conceptional framework, ini sebagai premis minor.
Ketiga, tahap reasoning, yaitu tahap membuat pertimbangan atau membuat argumentasi sebagai alasan duduk perkara premis minor dan premis mayor di atas. Apabila pertimbangan telah matang atau argumentasi telah mantap, berarti masalah telah duduk dalam teori, dalil, hukum, atau kaidah, kemudian ditarik kesimpulan sebagai konsekuensi dari logika itu. Kesimpulan itu bersifat sementara, sebagai teori kecil atau hypotetical conclusion, dan disebut hipotesis yang memerlukan pengujian dengan data hasil proses penghimpulan dari data lapangan.
D. Rangkuman
Asumsi dasar adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti dan dirumuskan secara jelas. Perumusan asumsi dasar dalam penelitian bermanfaat untuk memperkuat permasalahan dan dapat membantu peneliti dalam memperjelas objek penelitian, wilayah penelitian, pengumpulan dan pengolahan data. Untuk dapat merumuskan asumsi dasar tersebut, peneliti harus banyak membaca buku, mendengar informasi dari berbagai sumber dan mengunjungi berbagai tempat.
Setelah peneliti menetapkan masalah penelitian dan menyusun asumsi dasar, maka sebagai pedoman kerja ia membuat hipotesis sebagai arah untuk menetapkan variabel, mengumpulkan dan mengolah data serta mengambil kesimpulan. Dalam hal ini ada dua macam hipotesis, yaitu: hipotesis kerja atau hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho) yang disebut juga dengan hipotesis statistik. Namun, tidak semua jenis penelitian menggunakan hipotesis.
Hipotesis disusun melalui kerangka teoretik yang jelas, dimana dalam bagian landasan teoretik ini terdapat dua tempat penting yang memerlukan hasil tinjauan pustaka, yaitu: kerangka teoretik dan kerangka berpikir. Kerangka teoretik merupakan wadah untuk menerangkan variabel atau pokok masalah yang terkandung dalam penelitian, sedangkan kerangka berpikir memberikan landasan bagi perumusan hipotesis.
E. Latihan dan Tugas
1. Apa manfaat asumsi dasar bagi peneliti dalam merumuskan hipotesis?
2. Apakah hipotesis yang dirumuskan dengan benar oleh peneliti diharapkan diterima dalam pembuktian?
3. Apa syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam merumuskan hipotesis?
4. Sebelum merumuskan hipotesis, peneliti sudah mempelajari kerangka teoretik masalah penelitiannya dengan seksama. Apa sebab dalam proses penelitian masih diperbolehkan untuk mengadakan perubahan terhadap hipotesis itu?
F. Tes Mandiri
1. Suatu anggapan yang diyakini kebenarannya oleh seseorang dan dirumuskan secara jelas disebut dengan
a. Perumusan masalah b. Asumsi dasar c. Kerangka teoretik d. Kerangka berpikir e. Hipotesis
2. Bagian teori dari penelitian yang menjelaskan tentang alasan atau argumentasi bagi rumusan hipotesis disebut dengan
a. Perumusan masalah b. Asumsi dasar c. Kerangka teoretik d. Kerangka berpikir e. Hipotesis
3. Kebenaran di bawah atau jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul disebut dengan
a. Perumusan masalah b. Asumsi dasar c. Kerangka teoretik d. Kerangka berpikir e. Hipotesis
BAB X
CONTOH MODEL PENELITIAN
I. CLASSROOM ACTION RESEARCH (CAR) A. Kompetensi Dasar
Setelah mempelajari materi diharapkan peneliti mampu:
1. Menyusun proposal penelitian sesuai dengan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) .
2. Melaksanakan dan membuat laporan hasil penelitian.
B. Materi Pokok 1. Definisi
Apakah Penelitian Tindakan Kelas atau PTK itu? Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencobakan hal-hal baru pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran.
Penelitian tindakan (Action Research) merupakan sebuah proses dimana para partisipan meneliti praktek pendidikannya sendiri secara sistematis dan cermat melalui penggunaan berbagai teknik penelitian. Penelitian tindakan didasarkan pada asumsi sebagai berikut:
a. Para guru dan kepala sekolah bekerja sebaik mungkin menyelesaikan berbagai masalah yang telah mereka identifikasi sendiri;
b. Para guru dan kelapa sekolah menjadi lebih efektif ketika mereka didorong untuk meneliti dan mengakses pekerjaan mereka sendiri kemudian mempertimbangkan berbagai cara dalam bekerja;
c. Para guru dan kepala sekolah saling membantu dan bekerjasana secara kolaboratif.
d. Bekerjasama dengan para kolega dapat membantu para guru dan kepala sekolah dalam pengembangan profesi mereka.
2. Urgensi
Penelitian Tindakan Kelas penting artinya bagi hal-hal sebagai berikut:
a. Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Selain itu hasil-hasil PTK yang dilaporkan dapat menjadi bahan artikel ilmiah atau makalah untuk berbagai kepentingan, antara lain disajikan dalam forum ilmiah dan dimuat di jurnal ilmiah.
b. Menumbuhkembangkan kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti dan menulis artikel ilmiah di kalangan guru. Hal ini telah ikut mendukung
professionalisme dan karir guru. Mampu mewujudkan kerja sama, kaloborasi, dan atau sinergi antar-guru dalam satu sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran.
c. Mampu meningkatkan kemampuan guru dalam menjabarkan kurikulum atau program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal, sekolah, dan kelas. Hal ini memperkuat dan relevansi pembelajaran bagi kebutuhan siswa.
d. Dapat memupuk dan meningkatkan keterlibatan , kegairahan, ketertarikan, kenyamanan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas yang dilaksanakan guru. Hasil belajar siswa pun dapat meningkatkan.
e. Dapat mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang, nyaman, menyenangkan, dan melibatkan siswa karena strategi, metode, teknik, dan atau media yang digunakan dalam pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara sungguh-sungguh.
3. Implementasi
a. Menyusun proposal PTK. Dalam kegiatan ini perlu dilakukan kegiatan pokok, yaitu;
1). mendeskripsikan dan menemukan masalah PTK dengan berbagai metode atau cara,
2). menentukan cara pemecahan masalah PTK dengan pendekatan, strategi, media, atau kiat tertentu,
3). memilih dan merumuskan masalah PTK baik berupa pertanyaan atau pernyataan sesuai dengan masalah dan cara pemecahannya,
4). menetapkan tujuan pelaksanaan PTK sesuai dengan masalah yang ditetapkan,
5). memilih dan menyusun persfektif, konsep, dan perbandingan yang akan mendukung dan melandasi pelaksanaan PTK,
6). menyusun siklus-siklus yang berisi rencana-rencana tindakan yang diyakini dapat memecahkan masalah-masalah yang telah dirumuskan, 7). menetapkan cara mengumpulkan data sekaligus menyusun instrumen
yang diperlukan untuk menjaring data PTK,
8). menetapkan dan menyusun cara-cara analisis data PTK.
b. Melasanakan siklus (rencana tindakan) di dalam kelas. Dalam kegiatan ini diterapkan rencana tindakan yang telah disusun dengan variasi tertentu sesuai dengan kondisi kelas. Selama pelaksanaan tindakan dalam siklus dilakukan pula pengamatan dan refleksi. baik pelaksanaan tindakan, pengamatan maupun refleksi dapat dilakukan secara beiringan, bahkan bersamaan. Semua hal yang berkaitan dengan hal diatas perlu dikumpulkan dengan sebaik-baiknya.
c. Menganalisis data yang telah dikumpulkan baik data tahap perencanaan, pelaksnaan tindakan, pengamatan, maupun refleksi. Analisis data ini harus disesuaikan dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Hasil analisis
data ini dipaparkan sebagai hasil PTK. Setelah itu, perlu dibuat kesimpulan dan rumusan saran.
d. Menulis laporan PTK, yang dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan menganalisis data. Dalam kegiatan ini pertama-tama perlu ditulis paparan hasil-hasil PTK. Paparan hasil PTK ini disatukan dengan deskripsi masalah, rumusan masalah, tujuan, dan kajian konsep atau teoritis.
C. Uraian Materi
Esensi penelitian tindakan terletak pada adanya tindakan dalam situasi yang alami untuk memecahkan permasalahan-permasalahan praktis. Penggunaan nama penelitian tindakan menyiratkan pikiran-pikiran dasar yang melandasinya.
Perpaduan antara istilah penelitian dan tindakan menggambarkan ciri esensial dalam pendekatan tersebut, yaitu mencoba menerapkan ide-ide atau pemikiran ke dalam praktik sebagai sarana pengembangan dan peningkatan pengetahuan tentang sesuatu. Penelitian tindakan merupakan suatu cara untuk menggabungkan teori dengan praktik menjadi satu kesatuan ide dalam praktik.
Menurut Kemmis (1983), penelitian tindakan merupakan upaya mengujicobakan ide-ide ke dalam praktik untuk memperbaiki atau mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi. Selanjutnya, Kemmis dan Taggart (1988) menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif yang secara kolektif dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penelaran dan keadilan praktik pendidikan dan sosial mereka, serta pemahaman mereka mengenai praktik dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut. Dengan demikian, penelitian tindakan menekankan kepada kegiatan (tindakan) dengan mengujicobakan sesuatu ide ke dalam praktik atau situasi nyata dalam skala mikro, yang diharapkan kegiatan tersebut mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dalam bidang pendidikan, dan melakukan perbaikan sosial di bidang sosial.
Orang pertama yang menggunakan istilah penelitian tindakan adalah Kurt Lewis (1940), seorang psikolog Amerika. Istilah tindakan mengacu pada pengertian jenis penelitian yang mempertemukan antara pendekatan eksperimental dalam ilmu sosial dengan program tindakan sosial untuk memecahkan isu pokok yang berkembang di masyarakat. Menurut Lewis, penelitian tindakan dapat dibedakan menjadi dua bentuk; yaitu: (1) penelitian komparatif yang membandingkan kondisi dan pengaruh dari berbagai ragam tindakan sosial, (2) penelitian yang merespon konflik-konflik sosial tertentu dan mengarahkannya pada tindakan sosial.
Peneliti tindakan mengkaji persoalan yang muncul dari dan dalam masyarakat (bukan dari sudut pandang peneliti) dan berupaya menemukan alternatif pemecahan yang dapat diterapkan dalam masyarakat tersebut. Karena para praktisi terlibat langsung dalam tindakan yang diberikan, dia dapat merasakan dan memilih tindakan yang tepat terhadap persoalan yang dihadapi.
Corey (1953) merupakan orang pertama yang menggunakan penelitian tindakan dalam pendidikan. Dia menyatakan bahwa metode ilmiah konvensional (penelitian kuantitatif) kurang memberikan sumbangan nyata pada praktik pendidikan dan sebagian besar peneliti kependidikan sampai pada generalisasi tanpa diikuti tindakan dari hasil penelitiannya. Dalam penelitian tindakan,
perubahan-perubahan dalam praktik kependidikan sangat mungkin terjadi, sebab para guru, pengawas dan administrator terlibat langsung dalam penelitian dan mengaplikasikan temuannya.
Apa yang harus dilakukan oleh guru dalam melaksanakan PTK? Pada saat guru mengajar di depan kelas, ia bisa juga bertindak sebagai peneliti. Berikut ini adalah beberapa hal yang dapat dilakukan oleh guru dalam melakukan PTK, yaitu:
1. Guru mengembangkan pertanyaan penelitian berdasarkan atas rasa ingin tahunya sendiri seputar proses belajar-mengajar yang ia lakukan di ruang kelas.
2. Guru mempertanyakan kembali apa asumsi utama guru tentang proses belajar- mengajar;
3. Guru mengumpulkan data secara sistematis dari para murid;
4. Guru berbagi pendapat dan mendiskusikan data yang mereka temukan serta metodologi penelitian yang digunakan bersama rekan guru;
5. Guru menganalisa dan menafsirkan data melalui bantuan sejawatnya;
6. Guru menuliskan hasil penelitiannya;
7. Guru berbagi pendapat tentang hasil temuannya bersama para siswa, sejawat, dan para anggota komunitas pendidikan lainnya;
8. Guru mendiskusikan hasil penelitiannya bersama sejawatnya tentang kaitan antara teori, praktek dan penelitiannya;
9. Guru Mempertanggungjawabkan perkembangan kemampuan profesionalnya.
Apa yang dihasilkan guru setelah melakukan PTK? Beberapa manfaat PTK adalah: dapat meningkatkan kerjasama lintas jurusan, disiplin ilmu, dan jenjang pendidikan. Selain itu, PTK mampu meningkatkan dialog seputar masalah pembelajaran dengan siswa, mampu meningkatkan komunikasi antara guru dengan siswa, mampu mengadakan perbaikan perilaku siswa, memperbaiki praktik mengajar berdasarkan pengetahuan baru tentang belajar-mengajar. Di samping itu, PTK merupakan rancangan guru untuk pengembangan karyawan, pengembangan program sekolah dan upaya assessment serta memberi manfaat pada profesi guru dalam proses belajar-mengajar.
Menurut Cohen dan Manion (1980), penelitian tindakan mempunyai beberapa fungsi, yaitu: pertama, sebagai alat untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan diagnosis dalam situasi tertentu; kedua, sebagai alat pelatihan dalam jabatan sehingga membekali guru yang bersangkutan dengan keterampilan, metode dan teknik mengajar yang baru, memertajam kemampuan analisisnya dan mempertinggi kesadaran atas kelebihan dan kekurangan pada dirinya; ketiga, sebagai alat untuk mengenalkan pendekatan tambahan atau yang inovatif pada pengajaran; keempat, sebagai alat untuk meningkatkan komunikasi antara guru di lapangan dan peneliti akademis, serta memperbaiki kegagalan penelitian tradisional; kelima, sebagai alat untuk menyediakan alternatif atau pilihan yang lebih baik untuk mengantisipasi pendekatan yang lebih subyektif dan impresionistik dalam memecahkan masalah di dalam kelas. Ringkasnya, penelitian tindakan berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan pendidikan.
Ada beberapa tahap atau langkah yang perlu dipersiapkan dan dilakukan oleh guru yang akan melakukan PTK. Langkah-langkah penelitian tindakan yang akan dilaksanakan adalah mengacu pada uraian Kemmis dan Mc Taggart yang mengemukakan prosedur penelitian tindakan sebagai siklus spiral yang terdiri atas komponen perencanaan (plan), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection), yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya (Kemmis, 1988:11). Adapun keempat langkah operasionalisasi penelitian tindakan tadi dapat digambarkan sebagai berikut: