TEOLOGI ANTIKORUPSI DI SEKOLAH
Bagan 4: Proses Penyusunan Kerangka Teoretik
3. Kerangka Teoretik dan Kerangka berpikir
Terdapat perbedaan pendapat atas penggunaan kata kerangka teoretik dengan kerangka berpikir. Sebagian menganggap keduanya adalah identik, sementara yang lain membedakannya. Suharsimi Arikunto, misalnya, menggunakan kedua istilah tersebut secara berbeda. Menurutnya, kerangka teori merupakan bagian dari penelitian yang menjelaskan hubungan antarvariabel atau pokok masalah, sedang kerangka berpikir atau paradigma adalah bagian teori dari penelitian yang menjelaskan argumenasi bagi hipotesis. Kerangka teoretik kadang disebut juga dengan kerangka konseptual.
Meskipun demikian, tulisan ini tidak hendak menekankan pada salah satu istilah, namun mencoba untuk menjelaskan kekhususan-kekhususan yang ada pada kerangka teoretik dan kerangka berpikir.
a. Kerangka Teoretik
Kerangka Teoretik adalah dukungan dasar teoretik sebagai dasar pemikiran dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi peneliti. Teori yang dimaksud adalah relevan, sehingga dengan demikian temuan baru itu merupakan lanjutan kesinambungan kegiatan yang telah dirintis oleh para ilmuwan sebelumnya. Untuk tiap disiplin ilmu telah tersedia teori yang banyak. Kerangka berpikir yang dibuat adalah dalam bentuk esei- argumentasi dukungan dasar teoretik sebagai rangkuman dari evidensi- evidensi, yaitu risalah singkat yang lebih menonjolkan sikap dan pandangan pribadi mengenai suatu fenomena yang disoroti secara kritis- analitis.
Kerangka teoretik adalah bagian dari penelitian, tempat penelitian memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub-variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitiannya.
Agar penjelasan tentang kerangka teoretik (berpikir) ini lebih mengenai sasaran, berikut ini akan dikemukakan contoh penelitian.
Contoh:
Judul penelitian:
Kualitas Pengelolaan Kelas Ditinjau dari Latar Belakang Pendidikan dan Pengalaman Mengajar Guru Sekolah Dasar
Untuk dapat menyusun kerangka teoretik bagi penelitian yang judulnya disebutkan di atas, peneliti terlebih dahulu harus menentukan pengertian-pengertian yang terkandung dalam judul tersebut, yaitu:
1) Kualitas pengelolaan kelas.
2) Latar Belakang pendidikan guru.
3) Pengalaman mengajar guru.
4) Pengaruh latar belakang pendidikan guru terhadap kualitas pengelolaan kelas.
5) Pengaruh pengalaman mengajar guru terhadap kualitas pengelolaan kelas.
Uraian yang harus dibuat oleh peneliti berdasarkan atas hasil tinjauan pustaka mengenai pengertian-pengertian yang disebutkan di atas sekurang-kurangnya menyangkut hal-hal seperti berikut. Oleh karena jika semua pengertian ini diuraikan secara luas dan lengkap akan memakan waktu dan tempat, maka di dalam penjelasan hanya akan disajikan sebuah contoh saja.
Contoh pengertian: Kualitas Pengelolaan Kelas
Dalam memberikan dukungan teori kelas, pengertian ini peneliti tidak hanya langsung menerangkan keseluruhan pengertian tersebut tetapi dilakukan melalui penjelasan sebagai berikut:
1) Mula-mula peneliti memberikan penjelasan dahulu tentang pengertian- pengertian yang menyangkut istilah-istilah penting hal ini peneliti menerangkan tentang: “kualitas”, “pengelolaan” dan “kelas”.
2) Kemudian peneliti menerangkan pengertian yang lebih luas yang mungkin merupakan gabungan antara penggalan-penggalannya tetapi yang membentuk satu pengertian. Dalam hal ini peneliti perlu menjelaskan pengertian “pengelolaan kelas”.
3) Selanjutnya peneliti menerangkan pengertian gabungannya, yakni:
“kualitas pengelolaan kelas”, yang dalam penelitian ini memang merupakan salah satu variabel pokok yang menjadi sasaran untuk diteliti. Dalam memberikan penjelasan ini peneliti hanya dapat sekedar memberi batasan dengan menuliskan “batasan pengertian” atau
“batasan istilah” saja. Uraiannya cukup singkat karena tujuannya hanya sekedar menjelaskan kepada orang lain mengenai apa yang dimaksud dengan istilah yang dikemukakan.
Apabila peneliti ingin menjanjikan kerangka teoretik, maka peneliti tidak hanya sampai pada memberikan batasan pengertian saja, tetapi juga hal-hal yang terkait dengan variabel tersebut dan yang berhubungan dengan judul penelitian. Jadi, uraiannya meliputi lingkup yang lebih besar, serta diramu menjadi suatu penjelasan yang komprehensif.
4) Unsur-unsur yang termasuk dalam “pengelolaan kelas”. Untuk menyebutkan hal-hal yang terkait dengan pengertian ini peneliti dapat mendaftar antara lain: ketertiban siswa, interaksi antara guru dengan siswa, antara siswa dengan siswa, pemanfaatan waktu untuk belajar secara efektif, keterlibatan guru dalam kegiatan belajar mengajar, teknik guru membuka dan menutup pelajaran, cara guru memberi giliran, dan sebagainya. Agar guru dapat mendaftar hal-hal yang terkait ini seluas-luasnya, ia harus banyak membaca sumber pustaka.
5) Faktor-faktor apa yang yang mempengaruhi tinggi rendahnya “kualitas pengelolaan kelas”. Untuk dapat menyebutkan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan pengelolaan kelas menjadi baik, peneliti harus pula mengkaji pustaka yang cukup banyak agar betul-betul memperoleh informasi yang tepat. Dalam menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pengelolaan kelas tersebut peneliti harus sanggup mencari informasi, bahwa guru merupakan salah satu di antara faktor-faktor penting yang menentukan kualitas pengelolaan kelas, dan dari faktor guru inilah latar belakang pendidikan dan pengalaman memegang peranan penting.
Sehubungan dengan judul yang dicontohkan di atas, peneliti dalam kerangka teoretik masih harus menerangkan empat hal lagi, yaitu:
1) Latar belakang pendidikan guru.
2) Pengalaman mengajar guru.
3) Pengaruh latar belakang pendidikan guru terhadap kualitas pengelolaan kelas.
4) Pengaruh pengalaman mengajar guru terhadap kualitas pengelolaan kelas.
Kata “pengaruh” menunjukkan adanya sebab-akibat, yaitu:
Variabel pertama : pengalaman mengajar guru.
Variabel kedua : kualitas pengelolaan kelas
Variabel pertama merupakan penyebab timbulnya variasi untuk variabel kedua. Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh peneliti dalam membuat kerangka teoretik adalah:
1) Menjelaskan batasan tentang pengalaman mengajar guru. Apa yang dimaksud dengan pengalaman mengajar guru dalam penelitian ini adalah pengalaman yang ditunjukkan oleh banyaknya tahun yang telah dilalui selama mereka bekerja sebagai guru, ataukah juga pengalaman dalam memegang mata pelajaran atau kelas tertentu. Untuk menentukan pengertian mana yang dikehendaki, peneliti harus mengingat pada judul. Variabel pokok yang tertera pada judul adalah:
“pengelolaan kelas” saja, bukan “ pengelolaan kelas pengajaran IPA”.
Jika yang tertera pada judul “pengelolaan kelas pengajaran IPA”, maka pengalaman guru dalam mengajarkan bidang studi IPA menjadi penting. Oleh karena pengelolaan kelas yang dimaksud dalam judul hanya pengelolaan kelas dalam pengertian umum, maka pengalaman mengajar guru yang tepat adalah pengalaman yang ditunjukkan oleh banyak tahun dinas.
2) Menjelaskan batasan tentang “kualitas pengelolaan kelas” yang harus ditegaskan dengan jelas adalah pengelolaan kelas umum, bukan pengelolaan kelas untuk pengajaran suatu bidang studi.
3) Menjelaskan tentang teori hubungan antara pengalaman mengajar guru dengan kualitas pengelolaan kelas. Penjelasan tersebut meliputi:
faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kualitas pengelolaan kelas, faktor-faktor apa saja dalam diri guru yang diperkirakan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pengelolaan kelas.
Penjelasan tentang hubungan ini diberikan sekaligus digunakan sebagai pengantar bagi uraian kerangka berpikir yang akan mengarah pada hipotesis penelitian.
Agar bagian kerangka teoretik dapat baik sesuai dengan ketentuan, maka peneliti perlu menerapkan pedoman sebagai berikut:
1) Kerangka teoretik hendaknya lengkap, meliputi konsep-konsep variabel pokok yang ada dalam permasalahan penelitiannya. Yang dimaksud dengan “lengkap” adalah bahwa semua konsep yang tercakup dalam permasalahan atau judul penelitian diberi dukungan teori.
2) kerangka teoretik bukan hanya langsung memberikan penjelasan tentang variabel yang dimaksud, tetapi mulai dari beberapa penjelasan umum kemudian mengarah pada alternatif yang dimaksudkan. Dengan demikian pembaca proposal atau laporan akan memahami konteks keseluruhan dan tahu dimana kedudukan variabel yang dimaksud peneliti.
Contoh:
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pengelolaan kelas dijelaskan dahulu, lalu mengambil guru sebagai faktor yang menentukan kualitas pengelolaan kelas, baru kemudian menerangkan pengalaman guru sebagai faktor yang mempengaruhi kualitas pengelolaan kelas.
3) Kerangka teoretik tidak selalu hanya dicari dari sumber yang menyangkut bidang yang diterapkan tetapi dapat juga diambil dari bidang-bidang yang lain yang relevan.
Contoh:
Untuk mencarikan dukungan teori tentang “pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kreativitas guru”, peneliti sebaiknya bukan hanya menggali informasi dari buku-buku ilmu pendidikan saja, tetapi juga buku psikologi serta buku administrasi dan supervisi pendidikan.
4) Hendaknya diusahakan agar sumber kajian pustaka bukan hanya yang bebahasa Indonesia saja, tetapi juga buku-buku yang berbahasa asing.
Dengan jujur kita akui bahwa dalam perkembangan ilmu pengetahuan negara kita belum berada dalam urutan depan. Oleh karena itu jika kita menginginkan sumber yang up to date mau tidak mau harus tekun mencari sumber-sumber dari luar.
5) Hendaknya diusahakan agar terdapat imbangan yang serasi antara jumlah kutipan yang bersifat teori dengan kutipan hasil penelitian.
Untuk memperoleh banyaknya informasi tentang hasil-hasil penelitian, kita harus banyak membaca sumber-sumber seperti: jurnal, buku, skripsi, tesis, disertasi dan sebagainya. Untuk membantu mencari informasi tersebut bisa digunakan bantuan index, direktori, ensiklopedia, kamus, dan lain sebagainya.
6) Kerangka teori sebaiknya menggunakan acuan yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti dan acuan-acuan yang berupa hasil penelitian terdahulu (bisa disajikan di Bab II atau dibuat sub-bab tersendiri)
7) Cara penulisan dari subbab ke subbab yang lain harus tetap mempunyai keterkaitan yang jelas dengan memperhatikan aturan penulisan pustaka.
8) Penulisan nama pengarang dalam endnotes atau footnotes yang bersumber dari kepustakaan tidak perlu mencantumkan gelar akademik.
9) Dalam kerangka teori, peubah dicantumkan sebatas yang diteliti dan dapat dikutip dari dua atau lebih karya tulis/bacaan.
10) Teori bukan merupakan pendapat pribadi (kecuali pendapat tersebut sudah ditulis di buku)
11) Pada akhir kerangka teori bagi penelitian korelasional disajikan model teori, model konsep (apabila diperlukan) dan model hipotesis pada subbab tersendiri, sedangkan penelitian studi kasus cukup menyusun Model teori dan beri keterangan. Model teori dimaksud merupakan kerangka pemikiran penulis dalam penelitian yang sedang dilakukan.
Kerangka itu dapat berupa kerangka dari ahli yang sudah ada, maupun kerangka yang berdasarkan teori-teori pendukung yang ada. Dari kerangka teori yang sudah disajikan dalam sebuah skema, harus dijabarkan jika dianggap perlu memberikan batasan-batasan, maka asumsi-asumsi harus dicantumkan.
b. Kerangka berpikir
Kerangka berpikir adalah bagian teori dari penelitian yang menjelaskan tentang alasan atau argumentasi bagi rumusan hipotesis.
Kerangka berpikir menggambarkan alur pikiran peneliti dan memberikan penjelasan kepada orang lain mengapa ia mempunyai anggapan seperti yang diutarakan dalam hipotesis. Penulisan kerangka berpikir harus didasarkan atas pendapat para ahli dan hasil-hasil penelitian yang mendahuluinya.
Untuk menjelaskan maksud peneliti, biasanya penyajian kerangka berpikir ini dilengkapi dengan sebuah bagan yang menunjukkan alur pikiran peneliti dalam kaitan antarvariabel yang diteliti.
Contoh:
Judul penelitian :
“Hubungan Antara Kemampuan Berbahasa, Kemampuan Berpikir, dan Intelegensi dengan Pemahaman Konsep dan Prinsip Ruang Siswa Kelas I SLTP Negeri I Kecamatan Manisrenggo Kabupaten Klaten”
Dalam contoh tersebut, kerangka berpikir yang harus dijelaskan oleh peneliti adalah:
1) Argumentasi adanya hubungan antara kemampuan berbahasa dengan pemahaman konsep dan prinsip ruang.
2) Argumentasi adanya hubungan antara kemampuan berpikir abstrak dengan pemahaman konsep dan prinsip ruang.
3) Argumentasi adanya hubungan antara intelegensi dengan pemahaman konsep dan prinsip ruang.
Untuk memperjelas hubungan antara variabel-variabel tersebut, maka perlu disajikan paradigma atau model hubungan untuk penilaian dimaksud yaitu sebagai berikut: