• Tidak ada hasil yang ditemukan

35 39

Osteoarthritis Lutut Kerusakan cartilage

Gangguan Bone remodeling

Penurunan aktifitas osteoblast Peningkatan aktifitas osteoclast

Peningkatan produksi RANKL Peningkatan COMP Penurunan Produkksi OPG

ikatan RANK dengan RANKL tinggi

Subchondral Fracture

Proses Inflamasi Nyeri Lutut Gambar 3.1.1 Bagan Kerangka Berpikir OPG/RANKL dan COMP

Osteoarthritis pada sendi lutut juga bersifat sex-spesifik, dimana hormonal memegang peran penting dalam patofisiologinya. Hormone sexual pada wanita yaitu estrogen memiliki reseptor kerja pada sel kondrosit yang memiliki afinitas paling tinggi dibandingkan dengan reseptor testosterone, sehingga hormone estrogen memiliki efek kondroprotektif dan antioksidan terhadap sel kondrosit yang dapat membantu metabolism dan proliferasi sel kondrosit. Sedangkan hormone testosterone ataupun androgen memiliki efek modulator terhadap sel kondrosit pada tingkat post reseptor, sehingga hormone ini tidak bekerja langsung pada kondrosit. Reseptor testosterone memiliki afinitas tinggi pada macrofag-like cell pada synovium, sehingga pada inflamasi akan terjadi stimulasi aktivitas IL-1 yang dapat memicu produksi enzim protease MMP yang dapat menimbulkan degradasi kartilago bersama – sama dengan adanya perbedaan anatomi dan mekanik sendi antara laki – laki dan perempuan yang menimbulkan osteoarthritis.

Kerusakan Cartilage

Gambar 3.1.2 Bagan Kerangka Berfikit OA Lutut & Hormonal Sintesis MMP

OA Lutut

Degenerasi Pada Orang Tua

ESTROGEN

SEL KONDROSIT

Degradasi Proteoglycan

Reseptor Testosteron pada Macrofag-like cell synovium

Pelepasan dan  aktivitasIL-1

Testosteron dan Androgen Reseptor Estrogen

pada sel kondrosit

Aktivitas IL-6 

Aktivitas Post

Receptor testosteron

3.2. Kerangka Konsep

: Variable bebas : Variable tergantung : Variable Kendali

Gambar 3.2 Bagan Kerangka Konsep Penelitian 3.3. Hipotesis Penelitian

3.3.1 Ada hubungan antara rasio OPG/RANKL dengan derajat nyeri pada penderita OA lutut simtomatis wanita paska menopouse.

3.3.2 Ada hubungan antara kadar COMP dengan derajat nyeri pada penderita OA lutut simtomatis wanita paska menopouse.

Kadar COMP Penderita OA Lutut

wanita paska menopause

Umur IMT

Penderita OA Lutut Simtomatis dengan Nyeri Wanita paska menopause Rasio

OPG/RANKL

44

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian menggunakan studi cross-sectional untuk mengetahui hubungan nyeri dengan kadar COMP dan Rasio OPG/RANKL. Populasi yang memenuhi kriteria inklusi selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap kadar OPG/RANKL dan COMP serum.

4.2. Bagan Penelitian

P S COMP

Rasio OPG/RANKL Gambar 4.2.1 Bagan Penelitian

Keterangan:

P : Populasi penelitian S : Sampel penelitian COMP dan Rasio OPG/RANK

4.3 Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pemerintah Sanglah pada bulan Desember 2016 sampai dengan Maret 2017

4.4. Populasi Dan Sampel Penelitian 4.4.1. Populasi Penelitan

Populasi pada penelitian ini adalah pasien perempuan yang berkunjung ke poliklinik Orthopaedi di Rumah Sakit Umum Pemerintah Sanglah.

4.4.2. Sampel Penelitian

Subjek penelitian adalah pasien wanita yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pemerintah Sanglah dengan OA lutut yang mengeluh nyeri paska menopouse, pemilihan sampel menggunakan teknik consecutive sampling dimana setiap subyek yang datang ke poliklinik dan memenuhi kriteria pemilihan dijadikan sampel sampai jumlah sampel terpenuhi

Kriteria Inklusi:

1. Penderita OA lutut yang ditegakkan dengan pemeriksaan plain x-ray Genu AP/Lateral berumur 50 - 70 tahun yang mengeluh nyeri atau wanita yang tidak menstruasi selama 1 tahun terakhir

2. perempuan dengan IMT Normal 3. Bersedia mengikuti penelitian

Kriteria Eksklusi:

1. Wanita yang mendapatkan terapi obat hormonal 2. Riwayat operasi lutut

3. Sedang dalam pengobatan kortikosteroid 4. Riwayat operasi pengangkatan kedua ovarium 5. Menderita penyakit keganasan

6. Menderita osteoarthritis di regio lain selain lutut 4.4.3. Besar Sampel

Besar sampel ditentukan dengan rumus deskriptif kategorik

Keterangan:

n = besar sampel

Zα = nilai Z untuk tingkat kesalahan tipe I (α) ditetapkan sebesar 5%

sehingga Zα= 1,96

P =Insiden OA lutut simtomatis = 6%  0,06 Q = 1 – P

Q =1 – 0,06 = 0,94

d =Precision (Kesalahan prediksi yang bisa diterima) = 5%  0,05

4.5 Identifikasi Variabel

1. Variabel tergantung : Osteoarthritis lutut dengan nyeri

2. Variabel tergantung : Kadar OPG/RANKL dan COMP serum 3. Variabel kendali :

a. Umur

b. Indeks Massa Tubuh (IMT)

4.6 Definisi Operasional Variabel

a) Menopause adalah berhentinya fungsi ovarium secara permanen yang ditandai dengan berhentinya menstruasi normal selama ≥ 12 bulan (wawancara).

b) Lama menopause adalah rentang waktu dari menopause sampai ditetapkan sebagai kasus atau kontrol (bulan).

c) Wanita pasca menopause adalah wanita yang telah mengalami menopause sampai dengan rentang 10 tahun setelah menopause.

d) Umur adalah umur resmi yang diketahui dari tanggal kelahiran yang didapat dari wawancara atau dari dokumen resmi seperti akte kelahiran, kartu keluarga, KTP dan SIM.

e) Osteoarthritis lutut adalah degenerasi pada sendi lutut yang ditandai dengan adanya penyempitan celah sendi, pembentukan osteophyte, terdapatnya subkondral sklerosis dan kista subkondral pada pemeriksaan plain x-ray genu AP/lateral yang dibaca oleh dua orang radiolog.

f) Nyeri Lutut: Dinilai dengan menggunakan Visual Analouge Scale

g) Rasio ekspresi RANKL/OPG adalah hasil Pemeriksaan ini dilakukan oleh satu Ahli Patologi yang berpengalaman dari Bagian / SMF Patologi Klinik FK UNUD / RSUP Sanglah Denpasar. OPG diperiksa menggunakan OPG ELISA dengan nilai normal 4.1 ± 2.3 pmol/l dan RANKL diperiksa menggunakan RANKL ELISA dengan nilai normal 339.34 ± 42.30 pmol/l

h) Cartilage Oligomeric Matrix Protein adalah kadar COMP serum yang diukur di Laboratorium Pathologi Klinik RSUP Sanglah Denpasar dengan teknik ELISA, menggunakan human COMP kit dari Quantikine, R&D System, Inc (Ameriksa Serikat) dengan nomor katalog DCMP0. Satuan yang digunakan adalah ng/mL.

Kadar COMP serum yang tinggi adalah kadar COMP yang ≥ median kadar COMP seluruh sampel.

i) Penderita penyakit keganasan adalah sedang menderita penyakit keganasan yang dapat diketahui dengan anamnesis, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang patologi anatomi.

j) Pernah mengalami operasi pengangkatan kedua ovarium: diketahui dengan wawancara.

k) Mengkonsumsi obat kortikosteroid: pernah atau sedang menggunakan obat- obatan kortikosteroid selama 6 bulan, yang diketahui melalui wawancara.

l) Menggunakan terapi sulih hormon (obat hormonal) atau sejenisnya: pernah atau sedang menggunakan obat-obatan hormonal, seperti terapi sulih hormon, SERM, obat-obat KB hormonal.

m) Tinggi badan: diukur dengan alat ukur tinggi badan dengan Merk Health Scale dari seri ZT-120 dalam keadaan berdiri tegak, tanpa alas kaki, dengan satuan centimeter (cm).

n) Berat badan: diukur dengan alat timbangan dengan Merk Health Scale dengan seri ZT-120, dalam keadaan busana seminimal mungkin dengan satuan kilogram (kg).

o) Indeks Massa Tubuh (IMT) diperoleh melalui perhitungan dengan rumus: IMT

= BB(kg) / TB(m)2. Pengukuran berat badan dan tinggi badan dilakukan sesuai dengan prosedur standar. Berdasarkan WHO nilai IMT dikelompokkan menjadi underweight bila IMT < 18,5 kg/m2, Normal bila IMT 18,5 - 24,9 kg/m2 dan overweight bila ≥ 25 kg/m2

4.7. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara klinis, semua wanita paska menopause penderita OA lutut dengan keluhan nyeri digunakan sebagai sample penelitian.

Kemudian diperiksa Kadar OPG/RANKL dan COMP diperiksa pada hari penelitian.

Data kadar OPG/RANKL dan COMP kemudian dikumpulkan dan dilakukan analisis statistik.

4.8. Alur Penelitian

Rasio OPG/RANKL, COMP Serum

DATA PENELITIAN ANALISIS DATA SIMPULAN PENELITIAN

KRITERIA INKLUSI 1.

Wanita penderita OA Lutut yang ditegakkan dengan pemeriksaan plain x-ray Genu AP/Lateral berumur 50 - 70 tahun yang mengeluh nyeri atau wanita yang tidak menstruasi selama 1 tahun terakhir

2. perempuan dengan IMT Normal 3. Bersedia mengikuti penelitian

KRITERIA EKSKLUSI

CONSECUTIVE SAMPLING

POPULASI TERJANGKAU

Wanita penderita osteoarhtitis lutut pasca

menopause 1. Wanita yang

mendapatkan terapi obat hormonal

2. Riwayat operasi lutut 3. Sedang dalam pengobatan

kortikosteroid 4. Riwayat operasi

pengangkatan kedua ovarium

5. Menderita penyakit keganasan

6. Menderita osteoarthritis di regio lain selain lutut

PASIEN OSTEOARTHRITIS LUTUT di POLIKLINIK

ORTHOPAEDI

1. INFORMED CONSENT

2. ANAMNESIS : VAS Sedang 3-5, VAS Berat 6-10

3. PEMERIKSAAN FISIK

4.9. Analisis Data

Data yang didapat pada penelitian ini akan dianalisis sebagai berikut : 1. Analisis Deskriptif

2. Analisis Normalitas dan Homogenitas :

a. Uji normalitas data dengan Kolmogorov Smirnof Test untuk mengetahui rerata data sampel berdistribusi normal atau tidak.

3. Analisis Inferensial : Bila distribusi normal dengan uji Chi-square dan Pearson Correlation, apabila distribusi data tidak normal dengan uji chi- square dan spearment test.

53

BAB V

HASIL PENELITIAN 5.1 Analisis Sampel

Penelitian dimulai pada bulan Desember 2016 sampai dengan Maret 2017 setelah mendapatkan keterangan kelaikan etik (Ethical Clearance) dari Komisi Etika Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar melalui surat Nomor 558/UN.14.2/KEP/2016 tertanggal 19 Desember 2016 dan Surat Ijin dari Direktur SDM dan Pendidikan Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar, Nomor:::LB.02.01/II.C5.D11/1622/2017 tertanggal 18 Januari 2017.

Dari data penelitian didapatkan 75 pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. Sampel penelitian ini adalah penderita OA lutut pada wanita yang tidak menstruasi selama 1 tahun terakhir yang berkunjung ke poliklinik Orthopaedi di Rumah Sakit Umum Pemerintah Sanglah dan mengeluh nyeri yang diukur dengan VAS. Pasien dengan terapi obat hormonal, riwayat operasi lutut, sedang dalam pengobatan kortikosteroid, riwayat operasi pengangkatan kedua ovarium, menderita penyakit keganasan dan menderita osteoarthritis di regio lain selain lutut dieksklusi dari sampel penelitian.

Pemeriksaan kadar COMP dan rasio OPG/RANKL dilakukan pada 75 sampel.

Sampel darah untuk pemeriksaan tersebut kemudian diperiksakan dengan metode ELISA (enzymelinkedimmunoassay). Hasil COMP dan Rasio OPG/RNKL

dibaca oleh seorang ahli patologi klinik yang berpengalaman. Data diolah dan dianalisis untuk mengevaluasi serta menjawab hipotesis dan tujuan penelitian yang dibuat.

5.2 Analisis Deskriptif

Data sampel yang didapatkan dianalisis berdasarkan umur, IMT dan lama menopause dan disajikan secara deskriptif untuk mengetahui karakteristik sampel penelitian.

5.2.1. Data Karakteristik Sampel Penelitian

Tabel 5.1 Karakteristik Sampel Penelitian Rerata ± Simpang Baku

Total (n=75) Umur (tahun) 73,72 ± 9,45 IMT (kg/m2) 22,03 ± 4,51 Lama Menopause (tahun) 15,93 ± 5,38 VAS Score 4,333 ± 1,154

Dari 75 sampel yang didapatkan, rerata usia sampel adalah 73,72 ± 9,45 tahun dengan rerata indeks massa tubuh (IMT) sebesar 22,03 ± 4,51 kg/m2. Sampel pada penelitian ini rata – rata memiliki lama menopause 15,93 ± 5,38 tahun. Sampel pasien dengan OA lutut memiliki rerata skala nyeri dengan pengukuran VAS 4,333± 1,154.

5.2.2 Data Rerata VAS Score, Kadar COMP dan Kadar Rasio OPG/RANKL Rerata VAS Score pada sampel penelitian adalah 4,333 ± 1,154 dengan nilai median 4,000. Sedangkan rerata kadar COMP dan rasio Kadar OPG/RANKL adalah

masing – masing 7,772 ± 9,699 dan 0,030 ± 0,041 dengan nilai median masing – masing 4,859 dan 0,019. Kadar COMP dikatakan tinggi bila kadarnya di atas nilai median dan rasio OPG/RANKL dikatakan rendah apabila nilainya di bawah nilai median.

Tabel 5.2 Rerata Kadar COMP dan Rasio OPG/RANKL Rerata ± Simpang Baku

Total (n=75)

Median

COMP (pg/mL) 7,772 ± 9,699 Rasio OPG/RANKL 0,030 ± 0,041

4,859 0,019

5.3. Analisis Inferensial

Analisis inferensial dilakukan untuk mengeneralisasi sample penelitian di populasi. Analisis ini didahului dengan uji normalitas Kolmogorov Smirnov Test untuk mengetahui rerata data sampel berdistribusi normal atau tidak.

5.3.1. Uji Normalitas

Tabel 5.3 Uji Normalitas Data COMP dan Rasio OPG/RANKL Kolmogorov - Smirnov

Statistic Sig. Keterangan

COMP (pg/mL) 0,266 0,000 Tidak Normal

Rasio OPG/RANKL (pg/mL)

0,231 0,000

Tidak Normal

Berdasarkan uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov – Smirnov, didapatkan sebaran data COMP plasma dan rasio OPG/RANKL tidak berdistribusi normal dengan nilai p < 0,05. Maka analisis inferensial dilanjutkan dengan uji Chi- square dan uji korelasi spearman untuk mengetahui hubungan antara skala nyeri pasien OA lutut dengan kadar COMP serum dan rasio kadar OPG/RANKL.

5.3.2. Uji Chi-Square

Berdasarkan uji normalitas didapatkan sebaran data rasio OPG/RANKL tidak berdistribusi normal sehingga dilakukan uji non-parametrik dengan Chi Square.

Tabel 5.4 Rasio Kadar OPG/RANKL berdasarkan Skala Nyeri (VAS)

Rasio OPG/RANKL P

(Sig. (2- tailed))

Rendah Tinggi

VAS Berat

(VAS 6-10)

17 (70,8%) 7 (29,2%)

24 (100%)

0,015 Sedang

(VAS 3-5)

21 (41,2%) 30 (58,8%)

51 (100%) 38 (50,7%) 37 (49,3%) 75

(100%)

Tabel di atas menunjukkan bahwa dengan menggunakan rasio kadar OPG/RANKL serum sebesar 0,019 sebagai cut-off point didapatkan pasien OA lutut dengan skala VAS yang berat memiliki rasio kadar OPG/RANKL yang rendah dengan persentase sebesar 70,8%, sedangkan pasien OA lutut dengan skala VAS yang sedang memiliki rasio kadar OPG/RANKL yang tinggi dengan persentase sebesar 58,8% dengan nilai p = 0,015 (p < 0,05) yang secara statistik berbeda bermakna.

Tabel 5.5 Kadar COMP Plasma berdasarkan Skala Nyeri (VAS)

COMP P

(Sig. (2- tailed))

Tinggi Rendah

VAS Berat

(VAS 6-10)

14 (58,3%) 10 (41,7%)

24 (100%)

0,307 Sedang

(VAS 3-5)

25 (49,0 %) 26 (51,0 %)

51 (100%) 38 (52,0 %) 37 (48,0 %) 75

(100%)

Tabel di atas menunjukkan bahwa dengan menggunakan kadar COMP serum sebesar 4,859 sebagai cut-off point didapatkan pasien OA lutut dengan skala VAS yang berat memiliki kadar COMP serum yang tinggi dengan persentase sebesar 58,3

%, sedangkan pasien OA lutut dengan skala VAS yang sedang memiliki kadar COMP serum yang rendah dengan persentase sebesar 51,0% dengan nilai p = 0,307 (p >

0,05) yang secara statistik tidak berbeda bermakna.

5.3.3. Uji Korelasi dengan Spearman Test antara VAS dengan COMP dan Rasio OPG/RANKL

Tabel 5.6 SpearmanTest

Spearman’s Rho

Koefisien Korelasi

P (Sig. (1-tailed)) VAS dengan Rasio

OPG/RANKL - 0,277 0,008

VAS dengan COMP 0,087 0,229

Signifikan pada nilai p< 0,05

Pada penelitian ini didapatkan bahwa rasio kadar OPG/RANKL serum memiliki korelasi negative sedang yang signifikan secara statistik dengan p=0,008 (p<0,05). Nilai koefisien yang didapatkan sebesar -0,277 yang berarti korelasi sedang menurut deVaus (2002).

60

BAB VI PEMBAHASAN

6.1. Karakteristik Umur, IMT, Lama Menopause dan Skor VAS pada Osteoarthritis Lutut

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar penderita OA lutut pada wanita yang tidak menstruasi selama 1 tahun terakhir memiliki usia sekitar 73 tahun dengan indeks massa tubuh (IMT) katagori normal dan lama menopause sekitar 15 tahun. Sebagian besar penderita OA lutut ini mengalami keluhan nyeri pada lututnya dengan VAS skor sekitar 4 atau mengalami nyeri yang sedang. Pada wanita kandungan lemak dalam tubuhnya lebih dari 30% sedang pada laki-laki batas bawahnya lebih rendah yaitu 20-25%. Hal ini disebabkan karena perbobot total tubuh pada wanita lebih banyak dari pada laki-laki. Semakin bertambah usia maka cendrung kehilangan massa otot dan mudah terjadi akumulasi lemak tubuh. Hal ini dikarenakan penurunan hormon tiroid yang mengakibatkan lemak susah dicairkan yang membuatnya terus menumpuk dalam tubuh dan sulit terbakar karena metabolisme berjalan lambat. Hal ini mengakibatkan terjadinya kenaikan berat badan yang berlebihan. Oleh karena itu pada wanita berusia lanjut lebih banyak yang mengalami berat badan yang berlebih

6.2 Hubungan antara VAS dengan kadar COMP Serum pada Osteoarthritis Lutut

Pada penelitian ini didapatkan kadar COMP serum yang tinggi pada pasien OA lutut dengan skala VAS yang berat dengan persentase sebesar

58,3 %, sedangkan pasien OA lutut dengan skala VAS yang sedang memiliki kadar COMP serum yang rendah dengan persentase sebesar 51,0 % dengan nilai p = 0,307 (p > 0,05) yang secara statistik tidak berbeda bermakna. Antara variabel VAS dengan kadar COMP pada OA lutut juga tidak menunjukkan nilai korelasi yang signifikan dengan nilai p=0,690 (p> 0,05).

Hasil penelitian ini berbeda dengan yang didapatkan oleh Vilım et al. (2002) dimana pada penelitiannya menemukan level COMP yang tinggi pada pasien dengan progres radiologis yang menandakan perbedaan dalam aktivitas penyakit dapat diketahui melalui seluruh interval yang diikuti. Dikatakan pula bahwa COMP merupakan penanda yang memiliki sensitivitas tinggi, spesifik dan akurat.

Hasil yang berbeda juga didapatkan oleh Fernandes et al. (2007) dalam penelitiannya pada populasi di Brasil. Pada penelitiannya disebutkan bahwa kelompok subyek dengan OA simptomatis memiliki nilai COMP yang signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol dan OA non simptomatis.

Peningkatan kadar serum COMP bisa juga mengindikasikan kerusakan dini dari kartilago pada pasien dengan bukti klinis OA namun tidak ditemukan kelainan radiologi, ini dapat menjadi suatu keuntungan untuk pengobatan awal (Fernandes et al., 2007).

Cartilage Oligomeric Matrix Protein (COMP) yang disebut juga thrombospondin 5 adalah suatu homopentamer glikoprotein non kolagen dari matiks ekstraseluler, merupakan anggota family trombospondin dengan berat molekul 524 kDa (Tseng dkk, 2009). Cartilage oligomeric matrix protein terutama diproduksi oleh kartilago sendi. Selain itu, COMP juga diproduksi oleh fibroblas dalam synovium,

tendon, ligamen, meniscus, otot polos pembuluh darah dan corpus vitreus bola mata.

(Mobasheri dan Henrotin, 2008).

Sampai saat ini fungsi COMP belum diketahui dengan pasti. Fungsi COMP diperkirakan berperan dalam stabilitas matriks ekstra seluler rawan sendi, karena berikatan dengan kolagen dan komponen matriks ekstra seluler lainnya. Cartilage oligomeric matrix protein juga menjadi mediator interaksi antara kondrosit dan matriks ekstrasel tulang rawan melalui interaksi dengan reseptor–reseptor integrin di permukaan sel, (Mobasheri dan Henrotin, 2008), berperan sebagai katalis dalam fibrilogenesis kolagen tipe I dan II (Hallasz et al, 2007), dan berperan juga sebagai mediator interaksi berbagai molekul matriks ekstrasel dalam mengorganisasikan matriks tulang rawan untuk mempertahankan fungsinya sebagai penyangga beban (Chen et al, 2007).

Sebagai biomarker konsentrasi COMP pada cairan synovial ataupun dalam serum dapat digunakan sebagai indikator awal adanya kelainan pada pemeriksaan radiologis (Sharif et al, 2004; Dragomir et al, 2002). Demikian pula COMP sangat sensitif untuk mendeteksi dini terjadinya prematur OA pada penderita yang secara genetik menderita OA (Bleasel et al, 1999; William et al, 2006).

Kerusakan tulang rawan pada OA dapat disebabkan oleh faktor mekanik yang mencetuskan pelepasan antigen oleh tulang rawan sendi. Keadaan ini akan menstimulasi sistem imun, sehingga terjadi reaksi immunologis yang menyebabkan pelepasan mediator inflamasi dan protease yang bersifat destruktif yang akan memperberat kerusakan tulang rawan (Yuan et al, 2003). Kerusakan tulang rawan ini ditandai dengan meningkatnya COMP. Sebagai indikator diagnosis COMP

berkorelasi dengan keparahan penyakit hal ini dibuktikan dengan terdeteksinya COMP 10 kali lebih tinggi dalam cairan sinovial penderita dengan osteoarthritis.

Degradasi kartilago yang terjadi pada OA mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar COMP dalam cairan sinovium dan dalam serum. Produksi degradasi kartilago ini akan difagositosis oleh sinovium dan menstimulasi proses inflamasi. Sel – sel sinovium akan teraktivasi dan memproduksi berbagai mediator katabolik dan pro inflamasi serta enzim proteolitik yang akan menyebabkan terjadinya kerusakan kartilago.

COMP diketahui diekspresikan pada fase paling awal dan semakin meningkat pada OA derajat yang lebih berat, namun COMP serum tidak dapat dinyatakan sebagai indikator spesifik yang mencerminkan kerusakan kartilago pada sendi lutut karena kadar COMP serum secara umum meningkat akibat kerusakan pada kartilago di berbagai sendi tubuh. Hal ini sejalan dengan penelitian Soderlinetal (2004), yang menyatakan bahwa peningkatan COMP serum sangat umum terjadi pada osteoarthritis yang mengindikasikan keterlibatan kartilago. Tetapi tidak terbukti pada penelitian ini, COMP berhubungan dengan derajat nyeri pada pasien OA lutut simtomatis wanita paska menopause.

6.3 Hubungan antara VAS dengan Rasio OPG/RANKL Serum pada Osteoarthritis Lutut

Pada penelitian ini didapatkan bahwa rasio kadar OPG/RANKL yang rendah pada pasien OA lutut dengan skala VAS yang berat dengan persentase sebesar 70,8%, sedangkan pasien OA lutut dengan skala VAS yang sedang memiliki rasio kadar

OPG/RANKL yang tinggi dengan persentase sebesar 58,8% dengan nilai p = 0,015 (p

< 0,05) yang secara statistik berbeda bermakna. Antara variabel VAS dengan kadar rasio OPG/RANKL pada OA lutut menunjukkan nilai korelasi sedang yang signifikan dengan nilai p=0,008 (p< 0,05). Ini artinya, apabila derajat nyeri berat pada pasien osteoarthritis simtomatis wanita paska menopause akan memiliki kadar rasio OPG/RANKL yang rendah. Dimana kadar rasio OPG/RANKL yang rendah dihubungkan dengan kerusakan tulang subchondral. Hubungan yang terjadi adalah korelasi negative sedang sebesar -0.277 dengan P=0,016 (p<0,05) yang sesuai dengan deVaus (2002).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Remuzgo-Martínez et al. (2016) yang mengemukakan bahwa rasio OPG/RANKL secara signifikan menurun pada pasien dengan rheumatoidarthritis. Creamer et al. (1998) dalam tulisannya juga menyampaikan bahwa nyeri pada pasien osteoarthrititis lutut terbanyak pada bagian medial dan nyeri secara keseluruhan bagian lutut. VAS (skala 0 sampai 100) pada bagian medial memiliki skala 53,1 (+ 22,4) dan nyeri keseluruhan memiliki skala 58,3 (+ 20,9).

RANKL adalah protein transmembranhomotrimer tipe II yang diekspresikan sebagai protein terikat-membran dan tersekresi, yang berasal dari bentuk membrannya sebagai akibat baik pemecahan proteolitik ataupun splicing alternatif.

RANKL bertanggung jawab, setidaknya sebagian, memerantarai kerusakan sendi pada pasien dengan rheumatoid artritis (Vilimetal, 2001; Tsengetal, 2009).

Osteoprotegerin diekspresikan dalam banyak jaringan selain osteoblas, meliputi jantung, ginjal, hati, limfa, dan sumsum tulang. Ekspresinya diregulasi oleh

faktor yang menginduksi ekspresi RANKL oleh osteoblas. Pada umumnya regulasi ke hulu RANKL dikaitkan dengan regulasi ke hilir OPG, atau sedikitnya menurunkan induksi OPG, sehingga perbandingan RANKL terhadap OPG berubah pada proses osteoklastogenesis. Proses perubahan tulang subchondral Osteoartritis (OA) terlibat dalam kerusakan tulang rawan, dan OPG dan RANKL mungkin terlibat (Haynesetal, 2003; Fonseca etal, 2004; Pelletieretal, 2009).

Data lain menunjukkan bahwa penderita OA tulang subchondral, osteoblas memiliki tingkat OPG dan RANKL yang abnormal sehingga rasio OPG/RANKL berubah. Data yang lebih lanjut juga mengungkapkan keterlibatan osteotropic beberapa faktor dengan target modulasi diferensial isoform RANKL. Secara keseluruhan, sistem ini dapat ditargetkan sebagai strategi baru untuk pengobatan OA (Pelletieretal, 2009; Bellidoetal, 2010).

Rasio OPG/RANKL merupakan sebuah determinan yang penting dalam menentukan masa tulang dan integritas tulang (Boyce dan Xing, 2007). Penelitian dengan populasi wanita di Saudi menunjukkan bahwa rasio tersebut berasosiasi dengan Bone Mineral Density (Hassan et al.). Pada wanita menopause dengan rheumatoidarthritis memiliki rasio OPG/RANKL lebih rendah secara signifikan dibandingkan dengan wanita menopause yang sehat (Çakırca et al., 2012).

Dokumen terkait