• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA BERPIKIR , KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Ulkus traumatikus pada mukosa mulut adalah luka terbuka yang sering ditemukan di dalam rongga mulut. Hampir setiap orang pernah mengalami insidensi pada mukosa rongga mulut (83,6%). Ulkus traumatikus merupakan salah satu dari tiga kondisi yang paling sering ditemukan dalam rongga mulut. Ulkus traumatikus didefinisikan sebagai suatu kelainan yang berbentuk ulkus pada mukosa rongga mulut yaitu hilangnya lapisan epitelium hingga melebihi membrana basalis dan mengenai lamina propria oleh karena trauma. Trauma merupakan penyebab tersering terjadinya ulkus pada membran mukosa. Biasanya pasien dapat memperkirakan kejadian yang menimbulkan ulkus. Pada umumnya ulkus terjadi setelah beberapa kali paparan trauma.

Ulkus traumatikus dapat disebabkan oleh trauma mekanik seperti menggigit bibir, pipi atau lidah, mengonsumsi atau mengunyah makanan keras, gigitan dari tonjolan gigi yang tajam, trauma dari gigi yang patah dan iritasi gigi tiruan serta tumpatan yang tajam. Selain itu dapat juga berasal dari iritasi akibat pemasangan gigi tiruan yang tidak stabil, tepi protesa atau klamer gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL), gigi yang tajam atau gigi yang tidak rata, trauma oleh karena benda asing seperti penggunaan piranti ortodontik ataupun sikat gigi yang digunakan dengan teknik yang salah sehingga membuat erosi jaringan lunak

disekitarnya Hal ini menjadi alasan ulkus traumatikus banyak dijumpai pada pasien di bidang kedokteran gigi.

Penyembuhan ulkus dan luka memiliki prinsip yang sama yaitu melalui tahap inflamasi, proliferasi dan remodeling. Penyembuhan luka merupakan proses yang kompleks yang melibatkan banyak peristiwa fisiologis.

Sel-sel imunologi ditarik untuk melawan infeksi dan membuang jaringan yang rusak. Pasokan darah di daerah penyembuhan dibentuk kembali melalui angiogenesis. Regenerasi jaringan (proliferasi sel, fibroplasia) selanjutnya menggantikan jaringan yang rusak atau hancur. Daerah luka berkurang melalui kontraksi luka. penutupan luka dicapai melalui migrasi sel epitel (reepitelialisasi).

Penyembuhan ulkus traumatikus dapat dipercepat dengan memberikan obat-obatan baik secara oral maupun secara topikal. Larutan Povidone Iodine merupakan pengobatan yang relatif aman untuk luka akut kecil. Povidone iodine digunakan dalam perawatan luka namun dapat menyebabkan dermatitis kontak pada kulit, mempunyai efek toksikogenik terhadap fibroblas and lekosit, menghambat migrasi netrofil dan menurunkan sel monosit.

Pengobatan alternatif yang lebih baik untuk penyembuhan luka mungkin tersedia, Buah adas adalah salah satu jenis tanaman obat, karena dalam buah adas banyak mengandung bahan aktif yang berkhasiat untuk pengobatan antara lain : minyak atsiri, flavonoid, saponin, glikosidastilben funikulosida I, II, III, IV, stigmasterin, minyak lemak, protein, asam asam organik, pentosan, pectin, trigonelin, kolin, dan iodine.

Zat aktif flavonoid, dan saponin terdapat dalam buah adas mempunyai khasiat sebagai anti inflamasi, pembunuh kuman, antioksidan dan dapat menghilangkan rasa sakit, sehingga buah adas dapat digunakan sebagai obat penyembuhan ulkus traumatikus. Flavonoid mempunyai aktivitas antiinflamasi karena dapat menghambat beberapa enzim seperti aldose reduktase, xanthine oxidase, phosphodiesterase, lipooxygenase dan cylooxygenase. Terbentuknya mediator proses inflamasi difasilitasi melalui jalur enzim cylooxygenase dan lipooxygenase dari metabolisme asam arakidonat.

Buah adas dapat digunakan sebagai obat ulkus traumatikus karena mengandung saponin yang mempunyai kemampuan membersihkan dan bersifat anti-septik, tannin dan flavonoid bersifat sebagai antiinflamasi, alkanoid mampu menghilangkan rasa nyeri (analgetik) dan vitamin C berperan dalam perbaikan jaringan mukosa mulut, sehingga dapat membantu proses penyembuhan ulkus traumatikus.

3.2 Konsep Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan kajian pustaka yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat dibuat suatu kerangka konsep yang terkait dengan masalah penelitian seperti di bawah ini:

Gambar 3.1 Konsep Penelitian 3.3 Hipotesis Penelitian

1. Pemberian topikal ekstrak buah adas konsentrasi 50% lebih meningkatkan angiogenesis daripada Povidone Iodine untuk penyembuhan ulkus traumatikus tikus putih jantan.

2. Pemberian topikal ekstrak buah adas konsentrasi 50% lebih meningkatkan reepitelialisasi daripada Povidone Iodine untuk penyembuhan ulkus traumatikus tikus putih jantan.

Ulkus Traumatikus

Angiogenesis dan Reepitelialisasi

Faktor Eksogen : - Lingkungan - Stress - Infeksi - obat Faktor Endogen :

- Hormonal - Psikologis - Genetik

- Sistem kekebalan

Pemberian ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% secara topikal Pemberian Povidone Iodine secara

topikal

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental dengan Randomized Post Test Only Control Group Design (Federer, 2008). Skema rancangan penelitian:

Gambar 4.1 Rancangan Penelitian Keterangan :

P : Populasi S : Sampel

RA : Random Alokasi

K : Kelompok kontrol diberikan Povidone Iodine

P : Kelompok perlakuan diberikan estrak adas konsentrasi 50%

O1 : Observasi angiogenesis dan reepitelialisasi kelompok kontrol setelah diberikan Povidone Iodine

O2 : Observasi angiogenesis dan reepitelialisasi kelompok perlakuan setelah diberikan ekstrak adas 50%.

K

P

P S RA

O1

O2

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi : Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Unud dan Fakultas Kedokteran Hewan Unud.

Waktu Penelitian : Februari - Mei 2015 4.3. Sumber Data

Sampel penelitian 32 ekor dan telah diinduksi dengan H2O2 sehingga terjadi ulkus traumatikus pada mukosa labial bibir bawah. kemudian dibagi dalam 2 kelompok yang tidak berpasangan, yaitu satu kelompok kontrol diberikan Povidone Iodine, satu kelompok perlakuan diberikan ekstrak etanol buah adas 50%.

4.3.1 Besar Sampel :

Besar sampel diperoleh dari rumus Federer sebagai berikut (Federer, 2008):

(r-1) (t-1) ≥ 15 (r-1) (2-1) ≥ 15

(r-1) ≥ 15 r ≥ 16

Pada rumus tersebut r adalah replikasi dan t adalah jumlah pengamatan atau intervensi. Pada penelitian ini total sampel yang digunakan adalah 32 ekor tikus putih jantan (Rattus norvegicus) yang terbagi dalam dua kelompok, sehingga jumlah sampel 16 ekor per kelompok

4.3.2 Kriteria Sampel

Sampel yang digunakan sebagai objek penelitian adalah tikus putih jantan (Rattus novergicus) yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

4.3.2.1 Kriteria Inklusi :

1. Tikus putih jantan dewasa strain winstar 2. Umur tikus 2 bulan

3. Berat badan 180 – 200 gram 4. Sehat

4.3.2.2 Kriteria Drop out : Tikus mati saat penelitian

4.4 Klasifikasi dan identifikasi variabel

Variabel penelitian adalah semua faktor yang mempengaruhi jumlah angiogenesis dan reepitelialisasi pada penyembuhan ulkus traumatikus mukosa mulut tikus putih jantan, antara lain :

4.4.1 Variabel Bebas :

a. Ekstrak etanol buah adas (Foenicullum Vullgare Mill) konsentrasi 50%

b. Povidone Iodine 4.4.2 Variabel Tergantung :

a. Angiogenesis b. Reepitelialisasi

4.4. 3 Variabel Terkendali : 1. Galur Tikus

2. Umur Tikus

3. Jenis kelamin tikus

Variabel bebas : - Ekstrak Etanol Buah Adas 50%

- Povidone Iodine

Variabel kendali : Galur Tikus, Umur Tikus, Jenis kelamin tikus, Berat

badan tikus, Jenis Makanan Tikus.

Variabel tergantung - Angiogenesis - Reepitelialisasi 4. Berat badan tikus

5. Jenis Makanan Tikus 4.4.4 Hubungan Antar Variabel

Gambar. 4.2 Hubungan Antar Variabel 4.5 Definisi Operasional

1. Ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50%: Ekstrak etanol buah adas (Foenicullum vulgare Mill.) yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari daerah Singaraja Bali, buah adas yang telah dikeringkan kemudian digiling halus dan ditambah etanol 70% diaduk selama 30 menit dengan stirrer magnetic dan didiamkan selama 48 jam. Hasil maserasi disaring sebanyak 3 kali dengan corong buctner yang dilapisi kertas saring dan ditampung dengan erlenmeyer. Filtrat hasil penyaringan diuapkan dengan vacum rotary evaporator. Selanjutnya dilakukan pengenceran dengan akuades sehingga mencapai konsentrasi 50%.

2. Povidone Iodine: adalah polimer larut air yang mengandung sekitar 10%

Iodine.

3. Ulkus Traumatikus: adalah suatu kelainan yang berbentuk ulkus pada mukosa rongga mulut yang disebabkan oleh paparan trauma, merupakan lesi sekunder yang berbentuk ulkus, dengan lesi berupa bercak putih kekuningan, bentuk diffuse, dan dikelilingi oleh pinggiran yang kemerahan. Pada penelitian ini ulkus dibuat dengan pengolesan bahan hidrogen peroksida (H2O2) 30% menggunakan cottonbud pada bagian mukosa labial di bawah frenulum insisivus sentral rahang bawah sehingga terjadi ulkus traumatikus pada mukosa labial tikus dengan ukuran yg hampir sama.

4. Angiogenesis: jumlah lumen pembuluh darah kapiler, tampak gambaran berwarna merah dengan pengecatan Harris Hematoxcylin-Eosin. Lumen yang teridentifikasi berupa gambaran lumen dengan dengan diameter 9-12 μm, terdapat lapisan endotel pada dinding dan dikelilingi sel perisit (Bloom dan Fawcett, 2002), kemudian dihitung dalam 4 lapang pandang menggunakan mikroskop elektrik merk Olympus CX21 dengan pembesaran 400x. Satuan neoangiogenesis adalah unit per 4 lapang pandang.

5. Reepitelialisasi: jarak celah epitel luka yang masih terbuka. Pengukuran celah epitel dilakukan menggunakan metoda morfometri dengan satuan mikrometer dalam 4 lapang pandang menggunakan mikroskop elektrik merk Olympus CX21 dengan pembesaran 400x (Nanci, 2008).

6. Galur tikus: Hewan coba yang digunakan adalah tikus Wistar yang merupakan family ratus-ratus berasal dari Benua Amerika, banyak digunakan

sebagai hewan percobaan pada penelitian di bidang kedokteran, pengobatan, dan kedokteran hewan.

7. Umur tikus: Tikus yang digunakan berumur 2 bulan, dihitung sejak kelahiran, didapatkan dari pengembangbiakan tikus.

8. Jenis kelamin tikus: Tikus yang digunakan adalah tikus jantan, ditetapkan berdasarkan fenotipe tikus yang didapatkan dari pemeliharaan Laboratory Animal Unit Fakultas Kedokteran Udayana Denpasar.

9. Berat badan tikus: Tikus yang digunakan memiliki berat badan 180-200 gram yang ditimbang menggunakan timbangan khusus merk Shunle tersedia di Laboratory Animal Unit Fakultas Kedokteran Udayana Denpasar.

10. Jenis makanan tikus: sesuai dengan formula standar berupa konsentrat dengan kandungan protein 20-25 %, lemak 5%, pati, serat kasar, abu, vitamin dan mineral. Jenis pakan HPS 594 produksi PT. Charoen Pokphand diberikan 12 – 20 gram per ekor per hari dan diberikan air minum secara ad Libitum. Selama penelitian tikus memiliki akses yang bebas untuk makan dan minum (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988)

4.6 Bahan dan Alat Penelitian 4.6.1Bahan penelitian

a. Bahan utama :

1. Mukosa labial tikus 2. Povidone Iodine

3. Ekstrak etanol buah adas 50%

b. Bahan penunjang

1. Anastesi (xylazin dan ketamin) 2. Hidrogen Peroksida (H2O2) 30%

3. Cat Harris Hematoxcylin–Eosin 4. Alkohol 70 %

5. Neutral Buffer Formalin (NBF) 10%

4.6.2 Alat penelitian :

1. Mikroskop elektrik(Olympus Type CX 21) 2. Scalpel

3. Pinset 4. Cotton buds

5. Mikro brush ( diameter 2mm) 6. Gunting bedah

7. Stop watch 8. Dan lain-lain.

4.7 Prosedur Penelitian

4.7.1 Pembuatan Ekstrak Etanol Adas Konsentrasi 50%

Pada penelitian ini, bahan obat yang dipakai adalah ekstrak etanol buah adas 50%. Buah adas yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Singaraja Bali. Ekstrak buah adas didapat dengan cara menggiling halus buah adas.

Kemudian ditambah etanol 70% diaduk selama 30 menit dengan stirrer magnetic dan didiamkan selama 48 jam. Hasil maserasi disaring sebanyak 3 kali dengan corong buctner yang dilapisi kertas saring dan ditampung dengan erlenmeyer.

Filtrat hasil penyaringan diuapkan dengan vacum rotary evaporator. Selanjutnya dilakukan pengenceran dengan akuades sehingga mencapai konsentrasi 50%

(Voigt, 1994).

4.7.2 Perlakuan pada Hewan Percobaan Sebelum Penelitian

1. Tiga puluh dua ekor tikus putih jantan, diletakkan dalam kandang, masing- masing kandang berisi 3 ekor tikus.

2. Kandang terbuat dari wadah plastik berukuran 23cm x 17cm x 9,5cm dengan alas sekam padi dengan tutup dari anyaman kawat yng kuat, tahan gigitan, tidak mudah rusak, sehingga hewan tidak mudah lepas.

3. Kandang ditempatkan pada ruangan dengan ventilasi baik, cukup cahaya, tenang, tidak bising, suhu diatur pada suhu kamar 20oC dengan kelembaban berkisar 50%. Kandang dibersihkan 3 hari sekali.

4. Tikus diadaptasikan selama 7 hari, diberikan air untuk minum dan diet standar dengan menggunakan makanan merk HPS 594 produksi PT Charoen Pokphand diberikan 12-20 gram per ekor per hari dan diberikan minum secara Ad Libitum.

4.7.3 Selama Penelitian

1. Tiga puluh dua ekor tikus yang telah diadaptasikan mendapat pengolesan hidrogen peroksida 30% dengan menggunakan cottonbud pada jaringan mukosa labial mulut selama dua menit sehari yang diberikan selama 3 hari berturut- turut bertujuan untuk membuat ulkus traumatikus karena trauma kimia.

2. Untuk memudahkan aplikasi bahan, setiap tikus dianastesi menggunakan kombinasi xylazin (5mg/kg BB) dan ketamin (20mg/kg BB) secara intraperitoneal (Hajiaghaalipour dkk., 2013).

3. Tikus yang telah dibuat ulkus pada mukosa labial bibir bawah kemudian dibagi dalam kelompok kontrol (16 ekor) dan kelompok perlakuan (16 ekor). Masing-masing tikus diberi tanda dengan spidol dan label pada kandang sesuai dengan kelompoknya.

4. Pemberian bahan obat dilakukan mulai pada hari ke empat selama 2 menit berturut-turut. Kelompok kontrol diolesi Povidone Iodine menggunakan microbrush (diameter 2mm) selama 2 menit, 3 kali sehari, berturut-turut selama 3 hari. Kelompok perlakuan diolesi ekstrak etanol buah adas 50%

menggunakan microbrush (diameter 2 mm) selama 2 menit, 3 kali sehari, berturut-turut selama 3 hari. Pengolesan selama 2 menit karena dengan waktu tersebut obat sudah dapat berpenetrasi atau meresap ke dalam jaringan mukosa rongga mulut. Pengobatan dengan bahan ini selama 3 hari diharapkan peneliti dapat membedakan proses angiogenesis dan reepitelisasi yang terjadi pada kedua kelompok.

5. Pada hari ke 7 semua hewan percobaan dieutanasia menggunakan eter secara inhalasi dan diambil jaringan ulkus pada mukosa labial rahang bawah.

4.7.4 Setelah Penelitian

Setelah dilakukan euthanasia dan pengambilan jaringan, tikus yang digunakan pada penelitian ini segera dikubur dan diperlakukan dengan sebaik- baiknya.

4.7.5 Pembuatan sediaan mikroskopis dan observasi

Spesimen mukosa labial rahang bawah yang telah diambil, difiksasi dengan Neutral Buffer Formalin (NBF) 10% dan dibuat sediaan mikroskopis.

Untuk semua spesimen, pemotongan dengan mikrotom dilakukan dengan ketebalan 5 mikron, diambil untuk diwarnai dengan Harris Hematoxcylin Eosin.

Perbandingan antar kelompok dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopik dengan mengamati neoangiogenesis dan reepitelisasi dilihat pada potongan melintang ulkus mukosa labial mulut, yang telah dibuat preparat/sediaan mikroskopis dan dilihat pada 4 lapang pandang menggunakan mikroskop elektrik merk Olympus CX21 dengan pembesaran 400x.

a. Angiogenesis ditentukan dengan menghitung jumlah pembuluh darah yang baru terbentuk. Pemotretan menggunakan videophoto dengan tiga kali pengulangan.

b. Reepitelialisasi ditentukan dengan mengukur lebar celah epitel yang masih terbuka menggunakan metoda morfometri dengan satuan mikrometer.

Pemotretan menggunakan videophoto dengan tiga kali pengulangan.

4.7.6 Alur Penelitian

Gambar 4.3 Alur penelitian 4.8 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Analisis Deskriptif. Analisis deskriptif dilakukan sebagai dasar untuk analisis statistik (uji hipotesis) untuk mengetahui karakteristik data yang dimiliki. Fungsi dari Statistik Deskriptif adalah memberikan gambaran atau deskripsi suatu data

Analisis data Kelompok kontrol (16 ekor) diolesi

Povidone Iodine 3x2 menit selama 3 hari

Kelompok perlakuan (16 ekor) diolesi ekstrak 50% sebanyak 3x2

menit selama 3 hari.

Menghitung jumlah pembuluh darah baru dan pengukuran lebar celah epitel

32 Ekor Tikus

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol

Dibuat ulkus traumatikus dengan diolesi hidrogen peroksida 30%, 1x2 menit selama 3 hari.

Euthanasia pada hari ke-7 Randomisasi

Pembuatan preparat dengan pewarnaan Harris Hematoxcylin Eosin.

yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), median dan standar deviasi dari angiogenesis dan reepitelialisasi.

2. Analisis normalitas data tiap kelompok dengan uji Shapiro-Wilk test karena data kurang dari 50. angiogenesis dan reepitelialisasi kelompok kontrol dan kelompok perlakuan ditentukan normalitasnya

3. Analisis homogenitas. Analisis homogenitas varian antar kelompok dengan Levene's test

4. Analisis komparasi. Pada penelitian ini dibandingkan dua kelompok pada hari yang sama (kelompok kontrol 7 hari dengan kelompok perlakuan 7 hari). Untuk membandingkan rerata parameter (angiogenesis dan reepitelialisasi) antara dua kelompok ini. Karena data yang diperoleh pada penelitian ini berdistribusi normal, maka digunakan uji statistik parametrik yaitu independent T-test.

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif kedua sampel menggambarkan rerata, range dan simpang baku dari distribusi frekuensi neoangiogenesis dan reepitelialisasi mukosa mulut setelah diberikan perlakuan selama 7 hari. Analisis ini disajikan pada Tabel 5.1 berikut.

Tabel 5.1

Analisis deskriptif neoangiogenesis (unit) dan reepitelialisasi (μm) mukosa mulut kelompok kontrol dan kelompok ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50%

Variabel N Minimal Maximal Rerata SD Neoangiogenesis (unit)

Povidone Iodine 16 14 19 16,50 1,63

Ekstrak Etanol Adas

Konsentrasi 50% 16 36 44 39,19 2,28

Reepitelialisasi (μm)

Povidone Iodine 16 1835 2163 2031,06 104,70

Ekstrak Etanol Adas

konsentrasi 50% 16 831 1174 976,88 97,82

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa rerata neoangiogenesis Kelompok Kontrol (Povidone Iodine) adalah 16,5±1,63 unit dan rerata Kelompok Perlakuan dengan pemberian ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% adalah 39,19±2,28 unit.

Rerata lebar celah epitel kelompok kontrol adalah 2031,06±104,70 μm, rerata kelompok perlakuan dengan pemberian ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50%

adalah 976,88±97,82 μm.

5.2 Uji Normalitas Data

Data neoangiogenesis dan reepitelialisasi pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan semua data berdistribusi normal, dengan nilai p>0,05, disajikan pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2

Hasil Uji Normalitas neoangiogenesis (unit) dan reepitelialisasi (μm) mukosa mulut kelompok kontrol (Povidone Iodine) dan kelompok ekstrak etanol buah

konsentrasi 50%

Variabel Kelompok p Keterangan

Neoangiogenesis

(unit) Povidone Iodine 0,325 Normal

Ekstrak Etanol Adas Konsentrasi 50%

0,608 Normal

Reepitelialisasi

(μm) Povidone Iodine 0,279

Normal Ekstrak Etanol Adas

Konsentrasi 50% 0,400 Normal

Seluruh nilai probabilitas yang disajikan melalui Tabel 5.2 lebih besar dari nilai alpha. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh kelompok data telah berdistribusi normal (p > 0,05). Oleh sebab itu, pengujian terhadap data dilakukan menggunakan metode parametrik, dalam hal ini menggunakan uji independent T- test.

5.3 Uji Homogenitas

Data neoangiogenesis dan reepitelialisasi pada masing-masing kelompok diuji homogenitasnya dengan menggunakan Levene's test. Hasilnya menunjukkan semua data homogen (p>0,05) disajikan pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3

Hasil Uji Homogenitas neoangiogenesis (unit) dan reepitelialisasi (μm) mukosa mulut kelompok kontrol dan kelompok ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50%

Variabel F P Keterangan

Angiogenesis

(unit) 1,488 0,232 Homogen

Reepitelialisasi

(μm) 0,368 0,549 Homogen

Seluruh data yang disajikan melalui Tabel 5.3 lebih besar dari nilai alpha.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa varian data antar kelompok adalah homogen (p > 0,05).

5.4 Uji Komparasi 5.4.1 Neoangiogenesis

Uji komparasi bertujuan untuk membandingkan rerata neoangiogenesis antar kelompok. Hasil analisis kemaknaan dengan uji independent T-test disajikan pada Tabel 5.4 .

Tabel 5.4

Rerata neoangiogenesis (unit) mukosa mulut dan Hasil Uji Komparasi independent T-test antar kelompok

Kelompok Subjek n Rerata Neoangiogenesis

(Unit)

SB Beda

Rerata

t P

Povidone Iodine 16 16,5 1,63

-22,68 -32,29 0.000 Ekstrak Etanol

Adas Konsentrasi 50%

16 39,19 2,28

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa rerata neoangiogenesis Kelompok Kontrol adalah 16,5+1,63 unit dan rerata Kelompok Perlakuan dengan pemberian ekstrak

etanol buah adas konsentrasi 50% adalah 39,19±2,28 unit. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata neoangiogenesis tertinggi terdapat pada kelompok perlakuan pemberian pemberian ekstrak etanol buah adas, yaitu 39,19 dengan simpang baku sebesar 2,28, sedangkan rata-rata pada kelompok kontrol (Povidone Iodine) lebih rendah yaitu sebesar 16,50 dengan simpang baku 1,63.

Analisis kemaknaan dengan uji independent T-test menunjukkan bahwa nilai t sebesar -32,29 memiliki memiliki p-value yang lebih kecil dari alpha. Dengan demikian terdapat perbedaan neoangiogenesis yang signifikan di antara dua Kelompok Perlakuan yang dibandingkan (p < 0,05), yang berarti ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% lebih meningkatkan angiogenesis dibandingkan Povidone Iodine pada penyembuhan ulkus traumatikus tikus putih jantan.

5.4.2 Reepitelialisasi (Lebar celah epitel)

Uji komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata reepitelialisasi dalam hal ini lebar celah epitel antar kelompok. Hasil analisis kemaknaan dengan uji independent T-test disajikan pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5

Rerata reepitelialisasi (μm) mukosa mulut dan Hasil Uji Komparasi independent T-test antar kelompok

Kelompok Subjek n Rerata Reepitelialisasi

(μm)

SB Beda

Rerata

t p

Povidone Iodine 16 2031,06 104,70

1054,18 29,42 0.000 Ekstrak Etanol

Adas Konsentrasi 50%

16 976,88 97,82

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa rerata reepitelialisasi (lebar celah epitel) Kelompok Kontrol (Povidone Iodine) adalah 2031.06±104.70μm, rerata Kelompok Perlakuan dengan pemberian ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% adalah 976,88±97,82 μm. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata lebar celah epitel tertinggi terdapat pada Kelompok Kontrol (Povidone Iodine) yaitu 2031,06 μm dengan simpang baku sebesar 104,70, sedangkan rata-rata pada Kelompok Perlakuan pemberian ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% lebih rendah yaitu sebesar 976,88 μm dengan simpang baku sebesar 97,82. Analisis kemaknaan dengan uji independent T-test menunjukkan bahwa nilai t sebesar 29,42 memiliki p-value yang lebih kecil dari alpha. Dengan demikian terdapat perbedaan reepitelialisasi (lebar celah epitel) yang signifikan di antara dua kelompok yang dibandingkan (p < 0,05), yang berarti ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% lebih meningkatkan reepitelialisasi dibandingkan Povidone Iodine pada penyembuhan ulkus traumatikus tikus putih jantan.

BAB VI

PEMBAHASAN 6.1 Subjek Penelitian

Untuk menguji perbedaan efek pemberian ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% dan Povidone Iodine terhadap peningkatan penyembuhan ulkus traumatikus mukosa mulut tikus yang terpapar H2O2 30% dengan perubahan yang signifikan terhadap neoangiogenesis dan reepitelialisasi pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol, digunakan tikus putih (Rattus Novergicus) , sehat, umur 2 bulan, dan berat 180-200 gram sebagai sampel. Sampel ini dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu Kelompok Perlakuan dengan pemberian ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% dan Kelompok Kontrol dengan pemberian Povidone Iodine, masing-masing kelompok berjumlah 16 ekor.

6.2 Ekstrak Etanol Meningkatkan Penyembuhan Ulkus Traumatikus Mukosa Mulut

Pada penelitian ini, pengamatan dilakukan pada hari ke 7, ditentukan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Mandala 2006; Anton 2007). Pemberian ekstrak etanol buah adas pada luka gingival selama 3 hari menyebabkan peningkatan neoangiogenesis dan reepitelialisasi (Rather dkk., 2012). Selain itu, pada penelitian pendahuluan (Pertiwi, 2015) pengamatan dilakukan pada hari ke 7 menunjukan adanya peningkatan neoangiogenesis dan reepitelialisasi pada luka mukosa mulut tikus.

Penentuan konsentrasi ekstrak etanol buah adas (Foenicullum vulgare Mill) sebesar 50% dilakukan berdasarkan penelitian yang dilakukan Setyaningsih (2006), di mana aplikasi topikal ekstrak etanol buah adas 50% dapat meningkatkan jumlah fibroblas. Pada penelitiannya menggunakan model tikus, ekstrak etanol buah adas

dapat meningkatkan penyembuhan luka gingival tikus melalui peningkatan jumlah fibroblas (Setyaningsih, 2006). Selain itu, pada penelitian pendahuluan (Pertiwi, 2015), konsentrasi 50% paling efektif untuk meningkatkan neoangiogenesis dan reepitelialisasi pada ulkus traumatikus mukosa mulut tikus.

6.2.1 Perbandingan Rerata Neoangiogenesis

Uji perbandingan rerata neoangiogenesis antar kelompok menggunakan uji independent T-test, menunjukan terdapat perbedaan neoangiogenesis yang signifikan pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan (p<0,05) yang disajikan pada Tabel 5.4. Terdapat peningkatan neoangiogenesis yang bermakna pada Kelompok Perlakuan ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50%

dibandingkan kelompok Povidone Iodine pada pengamatan hari ke 7. Hal ini mempunyai arti bahwa proses penyembuhan ulkus traumatikus mukosa mulut lebih cepat terjadi pada kelompok yang diberikan ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% dibandingkan kelompok Povidone Iodine.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Anton pada tahun 2007 di mana pemberian ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50%

dapat meningkatkan penyembuhan luka gingiva tikus. Pengamatan dilakukan pada hari ke 7 menunjukan adanya peningkatan poliferasi pembuluh darah dan kepadatan angiogenesis. Gambaran histopatologi pada penelitian tersebut menunjukan perbedan yang signifikan antara Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol, di mana Kelompok Perlakuan yang diberikan ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% menunjukan jumlah pembuluh darah yang baru terbentuk lebih banyak dibandingkan Kelompok Kontrol (Anton, 2007).

Dokumen terkait