BAB V HASIL PENELITIAN
5.4 Uji Komparasi
Uji komparasi bertujuan untuk membandingkan rerata neoangiogenesis antar kelompok. Hasil analisis kemaknaan dengan uji independent T-test disajikan pada Tabel 5.4 .
Tabel 5.4
Rerata neoangiogenesis (unit) mukosa mulut dan Hasil Uji Komparasi independent T-test antar kelompok
Kelompok Subjek n Rerata Neoangiogenesis
(Unit)
SB Beda
Rerata
t P
Povidone Iodine 16 16,5 1,63
-22,68 -32,29 0.000 Ekstrak Etanol
Adas Konsentrasi 50%
16 39,19 2,28
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa rerata neoangiogenesis Kelompok Kontrol adalah 16,5+1,63 unit dan rerata Kelompok Perlakuan dengan pemberian ekstrak
etanol buah adas konsentrasi 50% adalah 39,19±2,28 unit. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata neoangiogenesis tertinggi terdapat pada kelompok perlakuan pemberian pemberian ekstrak etanol buah adas, yaitu 39,19 dengan simpang baku sebesar 2,28, sedangkan rata-rata pada kelompok kontrol (Povidone Iodine) lebih rendah yaitu sebesar 16,50 dengan simpang baku 1,63.
Analisis kemaknaan dengan uji independent T-test menunjukkan bahwa nilai t sebesar -32,29 memiliki memiliki p-value yang lebih kecil dari alpha. Dengan demikian terdapat perbedaan neoangiogenesis yang signifikan di antara dua Kelompok Perlakuan yang dibandingkan (p < 0,05), yang berarti ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% lebih meningkatkan angiogenesis dibandingkan Povidone Iodine pada penyembuhan ulkus traumatikus tikus putih jantan.
5.4.2 Reepitelialisasi (Lebar celah epitel)
Uji komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata reepitelialisasi dalam hal ini lebar celah epitel antar kelompok. Hasil analisis kemaknaan dengan uji independent T-test disajikan pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5
Rerata reepitelialisasi (μm) mukosa mulut dan Hasil Uji Komparasi independent T-test antar kelompok
Kelompok Subjek n Rerata Reepitelialisasi
(μm)
SB Beda
Rerata
t p
Povidone Iodine 16 2031,06 104,70
1054,18 29,42 0.000 Ekstrak Etanol
Adas Konsentrasi 50%
16 976,88 97,82
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa rerata reepitelialisasi (lebar celah epitel) Kelompok Kontrol (Povidone Iodine) adalah 2031.06±104.70μm, rerata Kelompok Perlakuan dengan pemberian ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% adalah 976,88±97,82 μm. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata lebar celah epitel tertinggi terdapat pada Kelompok Kontrol (Povidone Iodine) yaitu 2031,06 μm dengan simpang baku sebesar 104,70, sedangkan rata-rata pada Kelompok Perlakuan pemberian ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% lebih rendah yaitu sebesar 976,88 μm dengan simpang baku sebesar 97,82. Analisis kemaknaan dengan uji independent T-test menunjukkan bahwa nilai t sebesar 29,42 memiliki p-value yang lebih kecil dari alpha. Dengan demikian terdapat perbedaan reepitelialisasi (lebar celah epitel) yang signifikan di antara dua kelompok yang dibandingkan (p < 0,05), yang berarti ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% lebih meningkatkan reepitelialisasi dibandingkan Povidone Iodine pada penyembuhan ulkus traumatikus tikus putih jantan.
BAB VI
PEMBAHASAN 6.1 Subjek Penelitian
Untuk menguji perbedaan efek pemberian ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% dan Povidone Iodine terhadap peningkatan penyembuhan ulkus traumatikus mukosa mulut tikus yang terpapar H2O2 30% dengan perubahan yang signifikan terhadap neoangiogenesis dan reepitelialisasi pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol, digunakan tikus putih (Rattus Novergicus) , sehat, umur 2 bulan, dan berat 180-200 gram sebagai sampel. Sampel ini dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu Kelompok Perlakuan dengan pemberian ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% dan Kelompok Kontrol dengan pemberian Povidone Iodine, masing-masing kelompok berjumlah 16 ekor.
6.2 Ekstrak Etanol Meningkatkan Penyembuhan Ulkus Traumatikus Mukosa Mulut
Pada penelitian ini, pengamatan dilakukan pada hari ke 7, ditentukan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Mandala 2006; Anton 2007). Pemberian ekstrak etanol buah adas pada luka gingival selama 3 hari menyebabkan peningkatan neoangiogenesis dan reepitelialisasi (Rather dkk., 2012). Selain itu, pada penelitian pendahuluan (Pertiwi, 2015) pengamatan dilakukan pada hari ke 7 menunjukan adanya peningkatan neoangiogenesis dan reepitelialisasi pada luka mukosa mulut tikus.
Penentuan konsentrasi ekstrak etanol buah adas (Foenicullum vulgare Mill) sebesar 50% dilakukan berdasarkan penelitian yang dilakukan Setyaningsih (2006), di mana aplikasi topikal ekstrak etanol buah adas 50% dapat meningkatkan jumlah fibroblas. Pada penelitiannya menggunakan model tikus, ekstrak etanol buah adas
dapat meningkatkan penyembuhan luka gingival tikus melalui peningkatan jumlah fibroblas (Setyaningsih, 2006). Selain itu, pada penelitian pendahuluan (Pertiwi, 2015), konsentrasi 50% paling efektif untuk meningkatkan neoangiogenesis dan reepitelialisasi pada ulkus traumatikus mukosa mulut tikus.
6.2.1 Perbandingan Rerata Neoangiogenesis
Uji perbandingan rerata neoangiogenesis antar kelompok menggunakan uji independent T-test, menunjukan terdapat perbedaan neoangiogenesis yang signifikan pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan (p<0,05) yang disajikan pada Tabel 5.4. Terdapat peningkatan neoangiogenesis yang bermakna pada Kelompok Perlakuan ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50%
dibandingkan kelompok Povidone Iodine pada pengamatan hari ke 7. Hal ini mempunyai arti bahwa proses penyembuhan ulkus traumatikus mukosa mulut lebih cepat terjadi pada kelompok yang diberikan ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% dibandingkan kelompok Povidone Iodine.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Anton pada tahun 2007 di mana pemberian ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50%
dapat meningkatkan penyembuhan luka gingiva tikus. Pengamatan dilakukan pada hari ke 7 menunjukan adanya peningkatan poliferasi pembuluh darah dan kepadatan angiogenesis. Gambaran histopatologi pada penelitian tersebut menunjukan perbedan yang signifikan antara Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol, di mana Kelompok Perlakuan yang diberikan ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% menunjukan jumlah pembuluh darah yang baru terbentuk lebih banyak dibandingkan Kelompok Kontrol (Anton, 2007).
Terjadinya peningkatan neoangiogenesis pada penelitian ini dapat disebabkan oleh karena ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% memiliki potensi antioksidan dan antiinflamasi sehingga berpengaruh dalam proses penyembuhan luka. Ekstrak etanol buah adas (Foenicullum vulgare Mill) konsentrasi 50% merupakan antioksidan flavonoid, memiliki potensi mencegah terbentuknya radikal bebas yang keberadaannya dapat menyebabkan stress oksidatif dan respon inflamasi berkepanjangan sehingga dapat menunda dimulainya fase proliferasi penyembuhan luka (McKelvey dkk., 2012). Flavonoid dapat menurunkan inflamasi dan mencegah kerusakan oksidatif jaringan pada jaringan lunak rongga mulut (Shahat dkk., 2011).
Peningkatan proses penyembuhan luka setelah diberikan ekstrak buah adas juga ditemukan dalam penelitian Sahane dkk. (2015), hal tersebut dapat terjadi akibat efek dari flavonoid, yang terkandung di dalamnya, dapat meningkatkan ekspresi faktor pertumbuhan yang dibutuhkan dalam proses pembentukan pembuluh darah baru di area luka. Neoangiogenesis memiliki peran yang penting dalam penyembuhan jaringan yang rusak dengan membantu menyalurkan nutrisi dan oksigen. Angiogenesis, diatur oleh faktor pertumbuhan yang bekerja secara sinergi. VEGF, angiopoietin dan TGF-β merupakan komponen utama pada angiogenesis.
Angiogenesis pada Kelompok kontrol lebih rendah dari Kelompok perlakuan ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50%. Brinemark dkk. (2006) meneliti efek dari pemberian Povidone Iodine pada luka kecil di pipi hamster menemukan kelompok yang diberi Povidone Iodine selama satu menit terjadi
penghentian aliran darah pada permukaan kapiler dan tidak kembali normal dalam waktu satu jam. Penelitian Brennan dan Leaper (2005) yang meneliti mikrosirkulasi pada jaringan granulasi luka di telinga kelinci, setelah luka tergranulasi sempurna dialiri saline dan Povidone Iodine, mikrosirkulasi diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui efek dari bahan larutan pada mikrosirkulasi jaringan granulasi, kelompok yang dialiri Povidone Iodine menunjukkan penghentian aliran darah pada jaringan granulasi dan tidak mengalami perbaikan selama 72 jam.
6.2.2 Perbandingan rerata reepitelialisasi (lebar celah epitel) antar kelompok Untuk melihat peningkatan reepitelialisasi, diukur lebar celah epitel yang masih ada dengan metode morfometri. Uji perbandingan rerata lebar celah epitel antar kelompok menggunakan uji independent T-test, menunjukan terdapat perbedaan lebar celah epitel yang signifikan pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan (p<0,05) yang disajikan pada Tabel 5.5. Terdapat peningkatan repitelialisasi yang bermakna pada kelompok perlakuan ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% dibandingkan Kelompok pada pengamatan hari ke 7. Pada Kelompok Perlakuan, celah epitel yang masih terbuka lebih kecil dibandingkan Kelompok kontrol. Hal ini mempunyai arti bahwa proses reepitelialisasi pada penyembuhan ulkus traumatikus mukosa mulut lebih cepat terjadi pada kelompok yang diberikan ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50%
dibandingkan Kelompok Kontrol.
Peningkatan reepitelisasi pada penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mandala (2006) yang menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak
etanol buah adas dapat meningkatkan neoformasi sel epitel pada luka. Pada penelitiannya, observasi yang dilakukan pada hari ke 7 menunjukan adanya perbedaan yang signifikan antara Kelompok Kontrol dan Perlakuan di mana lebar celah epitel pada Kelompok Perlakuan pemberian ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% lebih pendek dibandingkan Kelompok Kontrol. Meningkatnya reepitelialisasi akan mempercepat proses penyembuhan luka. Reepitelialisasi yang baik ditandai dengan celah epitel yang tertutup sempurna akibat migrasi sel epitel yang terus terjadi sampai luka tertutup.
Meningkatnya reepitelialisasi pada kelompok yang diberikan ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% dapat disebabkan karena ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% mampu meningkatkan faktor pertumbuhan yang dibutuhkan dalam migrasi dan proliferasi sel epitel. Buah adas menunjukkan efek antiinflamasi dan antioksidan sehingga mampu meningkatkan penyembuhan luka melalui peningkatan kerja Transforming Growth Factor-beta 1 (TGF- β1). TGF-β 1 menstimulasi migrasi dan meningkatkan kekuatan adhesi sel-sel epitel (Sahane dkk., 2015), meningkatkan aktivitas enzim, menginduksi sintesis nitric oxide dan COX-2 yang diperlukan pada proses reepitelisasi luka (Larjava, 2012).
Pada penelitian ini, terdapat peningkatan reepitelialisasi yang signifikan pada kelompok yang diberikan ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50%. Hal ini menunjukan hasil yang sama dengan penelitian Sahane dkk., (2015) yang menyatakan bahwa ekstrak buah adas dapat meningkatkan regenerasi sel epitel yang signifikan pada Kelompok Perlakuan. Berdasarkan penelitian tersebut, Sahane dkk., (2015) menyimpulkan bahwa buah adas dapat mempercepat
penyembuhan luka. Peningkatan reepitelialisasi ini dapat disebabkan karena potensi buah adas sebagai antioksidan dalam mencegah terbentuknya radikal bebas yang menghambat migrasi sel. Buah adas mencegah terjadinya penundaan fase proliferasi penyembuhan luka akibat radikal bebas dan meningkatkan regenerasi jaringan untuk mengembalikan integritasnya. Buah adas juga mempersingkat proses inflamasi dan mengatur respon seluler terhadap luka berjalan dengan normal (Keller dkk., 2006).
Celah epitel pada Kelompok Kontrol yang diberikan Povidone Iodine lebih lebar dibandingkan kelompok perlakuan ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50%, hal tersebut sesuai dengan penelitian Kjolseth dkk. (2004) penelitiannya menunjukkan kelompok yang diberi Povidone Iodine memerlukan waktu yang lebih lama untuk epitelialisasi daripada Kelompok Kontrol yang diberikan saline. Begitu juga penelitian Gruber dkk. (2005) membandingkan waktu yang dibutuhkan untuk epitelialisasi luka pada luka partial thickness dan full thickness pada tikus, kemudian diberikan hydrogen peroksida 3%, Povidone Iodine, acetic acid, saline masing-masing 4 kali sehari. Hasilnya tidak ada perbedaan waktu epitelialisasi antara Povidone Iodine dan saline.
6.3 Mekanisme Ekstrak Etanol Buah Adas (Foenicullum vulgare Mill) konsentrasi 50% Meningkatkan Neoangiogenesis dan Reepitelisasi
Buah adas mengandung antioksidan flavonoid yang memiliki aktivitas antiinflamasi. Zat aktif ini dapat menembus hingga ke dalam sel untuk melindungi mitokondria dari kerusakan akibat radikal bebas yang sangat reaktif (Lingga,
2012). Antioksidan ini dapat memperbaiki kerusakan sel dan dinding pembuluh darah akibat radikal bebas (Winarsi, 2007).
Antioksidan dibutuhkan dan sangat penting untuk mencegah terjadinya kerusakan jaringan. Selain itu, antioksidan mencegah peningkatan produksi sitokin yang menyebabkan terjadinya proses inflamasi yang berlanjut. Oleh karena itu, terapi menggunakan antioksidan sangat diperlukan pada inflamasi kronis seperti penyembuhan luka (Carnelio dkk., 2008).
Flavonoid berfungsi untuk membatasi pelepasan mediator inflamasi.
Flavonoid merupakan golongan senyawa fenol terbesar yang memiliki aktivitas antiinflamasi melalui penghambatan siklooksigenase dan lipoksigenase sehingga dapat membatasi jumlah sel inflamasi ke jaringan luka. Hal ini menyebabkan proses inflamasi berlangsung lebih singkat dan meningkatkan kemampuan proliferatif dari TGF-β, sehingga proses proliferasi segera terjadi. Aktivitas flavonoid meningkatkan proses penyembuhan luka melalui mekanisme antiinflamasi dan antioksidan untuk mencegah kerusakan oksidatif akibat radikal bebas (McKelvey dkk., 2012).
Pada penelitian ini, dikaji potensi buah adas yang diformulasikan dalam bentuk ekstrak etanol dalam meningkatkan penyembuhan ulkus traumatikus mukosa mulut tikus. Reaksi inflamasi yang berlangsung lama dapat menyebabkan proses penyembuhan luka menjadi terlambat, sehingga diperlukan agen antiinflamasi untuk mencegah fase inflamasi yang terlalu lama dan antioksidan untuk menghambat kerusakan jaringan akibat radikal bebas. Pada penelitian ini, ditemukan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan terhadap neoangiogenesis
dan reepitelialisasi ulkus traumatikus mukosa mulut tikus pada kelompok perlakuan dengan pengolesan ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50%
dibandingkan Kelompok Kontrol.
Selain harus membentuk sel-sel jaringan yang baru untuk menggantikan jaringan yang rusak, tubuh juga harus menghilangkan mikroba karena adanya infeksi pada luka insisi. Marzoeki (2003) berpendapat bahwa luka terbuka memudahkan bakteri dalam mengkontaminasi luka. Bakteri masuk dan mengadakan invasi ke dalam jaringan sehingga timbul infeksi. Adanya mikroba ini menghambat proses pembentukan jaringan yang baru, hal ini sesuai dengan pendapat Jawetz dkk. (2004) yang menyatakan bahwa mikroba dalam perkem- bangannya memerlukan faktor-faktor pertumbuhan yaitu air, karbon, nitrogen, mineral, vitamin B, purine, pyrimidine sebagai sumber energi serta suhu yang optimal. Untuk memenuhi kebutuhan akan zat nutrisi ini mikroba yang menginvasi lokasi daerah luka mengambil nutrient dari hasil metabolisme tubuh penderita, yang dibawa oleh darah kapiler di sekitar daerah luka sehingga energi metabolisme untuk pembentukan jaringan tubuh akan berkurang yang akhirnya menghambat proses pembentukan jaringan yang baru.
Buah adas mengandung antiseptik yang mempunyai daya bunuh kuman dan mempunyai aktivitas antibakteri (Setiadi dkk., 2005). Penelitian ini dapat membuktikan bahwa ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% lebih meningkatkan neoangiogenesis dan reepitelialisasi dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa zat-zat berkhasiat Saponin, Tannin, Flavanoid, vitamin C, dan kalsium yang terdapat dalam buah adas konsentrasi
50% dapat menekan infeksi dan dapat mempercepat proses penyembuhan ulkus traumatikus pada mukosa mulut tikus putih jantan.
Saponin merupakan triterpena atau steroid, terutama terdapat sebagai glikosida yang menyebabkan rasa pahit tumbuhan (Harborne, 2007). Menurut aktivitasnya tirterpen dapat berfungsi sebagai sitotoksik, sitostatik, antimikroba, antiinflamasi dan spermisida serta berpengaruh pada metabolisme dan biosintesis (Das dan Mahato, 2003). Flavonoid bekerja memperbaiki kerapuhan kapiler dan dapat bersifat desinfektan (Robinson, 2001). Selain itu flavonoid berfungsi sebagai antiseptik dan antiinflamasi. Sebagai antiinflamasi flavonoid bekerja dengan cara menekan pembengkakan lokal sehingga suplai darah ke daerah luka tidak terganggu. Defisiensi suplai darah ke daerah luka meyebabkan hambatan pada penyembuhan luka (Price dan Wilson, 2008).
Vitamin C pada luka akan meningkatkan terbentuknya hydroxyproline yang merupakan salah satu penyusun kolagen. Semakin banyak hidroxyproline maka jumlah kolagen akan semakin banyak yang terbentuk. Sabut kolagen merupakan protein fibrose yang berfungsi untuk memberikan kekuatan pada luka sehingga mempercepat proses pengatupan ujung-ujung luka. Selanjutnya Parker (2001) menyatakan bahwa pemberian vitamin C mampu meningkatkan aktivitas dan jumlah fibroblast. Peningkatan jumlah sel ini akan merangsang peningkatan jumlah sabut-sabut kolagen, elastis dan glikosaminoglikan. Glikosaminoglikan merupakan substansi dasar yang berfungsi sebagai penahan terhadap penetrasi bakteri sehingga vitamin C yang dikandung buah adas (Foenicullum vulgare Mill.) dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Vitamin C mempunyai
peran fisiologis yang penting untuk pertumbuhan epitel kulit, melindung mukosa dan sel epitel dari proses keratinisasi dan meningkatkan daya tahan mukosa terhadap infeksi dengan menutup epitel (Mustschler, 2001). Aplikasi obat secara topikal dilakukan supaya penetrasi obat pada mukosa cepat dan segera mencapai target. Kegunaan dan khasiat pengobatan secara topikal didapat dari pengaruh fisik dan kimiawi obat yang diaplikasikan diatas ulkus traumatikus mukosa mulut.
Perbedaan yang signifikan terhadap neoangiogenesis pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol dibuktikan berdasarkan uji komparasi terhadap dua kelompok dimana rerata neoangiogenesis Kelompok adalah 16,50±1,63 unit dan rerata kelompok perlakuan dengan pemberian ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% adalah 39.19±2,28 unit, dengan nilai p< 0,05. Hal ini dapat terjadi akibat kemampuan ekstak etanol buah adas konsentrasi 50% meningkatkan proses angiogenesis dengan meningkatkan ekspresi mediator yang diperlukan pada proses tersebut.
Angiogenesis Kelompok Kontrol (Povidone Iodine)
Angiogenesis Kelompok Ekstak Etanol Buah Adas (Foenicullum vulgare Mill) konsentrasi 50%
Gambar 6.1 Gambaran histologi neoangiogenesis hari ke 7. Tanda panah menunjukkan pembuluh darah yang terbentuk (Pengecatan Hematoxcylin Eosin. Pengambilan gambar dilakukan dengan penggunaan mikroskop elektrik Olympus CX21 pembesaran 400x).
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa jumlah pembuluh darah baru yang terbentuk lebih banyak pada kelompok perlakuan ekstak etanol buah adas konsentrasi 50% dibandingkan kelompok kontrol. Hasil penelitian ini dapat dijelaskan oleh Sahane dkk. (2015) pada penelitiannya pemberian salep ekstrak buah adas secara topikal pada luka eksisi dapat meningkatkan ekspresi VEGF dan mempercepat angiogenesis. Pada penelitian tersebut dibuktikan bahwa pemberian ekstak etanol buah adas pada luka dapat meningkatkan pembentukan jaringan granulasi, neoangiogenesis dan reepitelisasi secara signifikan.
Peningkatan neoangiogenesis pada penelitian ini dapat terjadi akibat kemampuan ekstak etanol buah adas sebagai senyawa flavonoid dalam meningkatkan pelepasan faktor pertumbuhan yang diperlukan dalam angiogenesis. Hipoksia yang terjadi pada jaringan luka akan memicu makrofag melepaskan VEGF yang akan merangsang pembentukan pembuluh darah baru.
Neoangiogenesis terjadi akibat proses angiogenesis, dimana sel-sel angioblas akan berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel-sel endotel, perisit serta sel-sel otot
polos vaskular. Sel-sel ini berfungsi untuk membentuk pembuluh darah yang baru pada jaringan luka.
Angiogenesis diatur oleh faktor pertumbuhan yang bekerja secara sinergi di antaranya VEGF, angiopoietin dan TGF-β. Pemberian ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% secara topikal, dapat meningkatkan ekspresi VEGF dan angiopoietin-1 yang berperan dalam pembentukan pembuluh darah baru (Hajiaghaalipour dkk., 2013). Angiogenesis berlangsung secara bertahap, yaitu:
dilatasi pembuluh darah yang sudah ada oleh nitrogen oksida, VEGF menginduksi peningkatan permeabilitas, sel-sel endotel berproliferasi dan bermigrasi ke arah stimulus angiogenik, terjadi maturasi sel endotel, dan perekrutan sel-sel periendotel (sel-sel perisit dan otot polos) (Gruendemann dan Fernsebner, 2005).
Pada penelitian ini, kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% secara topikal memiliki jumlah pembuluh darah yang lebih banyak dibandingkan kelompok kontrol yang diberikan povidone iodine.
Hal ini dapat disebabkan oleh karena ekstrak etanol buah konsentrasi 50% secara topikal mampu meningkatkan faktor pertumbuhan Vascular endothelial growth factor (VEGF) yang merupakan glikoprotein proangiogenik, berfungsi meningkatkan proliferasi, migrasi, pertahanan pada sel endotel serta meningkatkan permeabilitas kapiler. Tingkat ekspresi molekul VEGF meningkat pada masa penyembuhan luka terutama dalam fase granulasi. Meningkatnya ekspresi VEGF akan meningkatkan proliferasi sel endotel pada arteri, vena dan kapiler dan merangsang angiogenesis baik in vitro ataupun in vivo (Larjava, 2012).
VEGF merangsang migrasi monosit dan makrofag yang mempunyai reseptor VEGFR-1 di permukaannya. Kerja VEGF dimediasi melalui pengikatan dua reseptor tirosin kinase yaitu VEGFR-1 dan VEGFR-2. Reseptor-reseptor tersebut diaktivasi oleh VEGF dengan mencetuskan fosforilasi berbagai protein yang aktif dalam kaskade transduksi sinyal. Angiopoietin dibutuhkan untuk pematangan pembuluh darah, meningkatkan ekspresi dan fungsi VEGF (Larjava, 2012; Hajiaghaalipour et al., 2013). Dalam penelitian ini, ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% menunjukan efek antiinflamasi dengan meningkatkan neoangiogenesis melalui peningkatan kerja TGF-β. TGF-β merupakan salah satu mediator yang menstimulus neoangiogenesis sehingga terbentuk pembuluh darah baru (Larjava, 2012).
Penelitian yang telah dilakukan oleh penulis menunjukan adanya perbedaan reepitelialisasi yang signifikan antara Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan pemberiaan ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50%
(p<0,05). Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan uji komparasi yang dilakukan di mana rerata reepitelialisasi melalui pengukuran lebar celah epitel yang tertinggi pada Kelompok Kontrol dengan rerata 2031,06±104,70 μm dan rerata Kelompok Perlakuan dengan pemberian ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% adalah 976.88±97,82 μm. Lebar celah epitel pada Kelompok Perlakuan lebih sempit dibandingkan Kelompok Kontrol, artinya proses reepitelialisasi pada kelompok pemberian ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% meningkat secara signifikan dibandingkan Kelompok Kontrol yang diberikan Povidone Iodine. Hal ini dapat terjadi akibat kemampuan ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50%
meningkatkan proses reepitelialisasi pada ulkus traumatikus mukosa mulut dengan meningkatkan faktor-faktor yang diperlukan.
Reepitelialisasi Kelompok Kontrol (Povidone Iodine)
Reepitelialisasi Kelompok Ekstak Etanol Buah Adas (Foenicullum vulgare Mill) konsentrasi 50%
Gambar 6.2 Gambaran histologi reepitelialisasi hari ke 7, dilakukan pengukuran lebar celah epitel dengan metode morfometri (μm) (Pengecatan Hematoxcylin Eosin. Pengambilan gambar dilakukan dengan penggunaan mikroskop elektrik Olympus CX21 pembesaran 400x).
Kerusakan jaringan menyebabkan pergerakan dan migrasi sel-sel epitel ke daerah luka. Pada awalnya, sel-sel epitel tersebut kehilangan perlekatannya dengan jaringan ikat di bawahnya (Nanci, 2008). Regenerasi jaringan dimulai setelah fase inflamasi, pada awalnya terjadi regenerasi pada epitel kemudian jaringan ikat (Schultz, 2007). Pada fase proliferasi terjadi reepitelialisasi yaitu proses pembentukan kembali lapisan epitel yang rusak. ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% mampu menurunkan respon inflamasi oleh karena kandungan flavonoid yang terdapat di dalamnya selain itu ekstrak etanol buah adas (Foenicullum vulgare Mill.) konsentrasi 50% juga meningkatkan faktor pertumbuhan yang diperlukan dalam reepitelialisasi.
Lebih lanjut, hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sahane dkk. (2015) di mana ekstrak etanol buah adas (Foenicullum vulgare Mill.) yang mengandung minyak atsiri, flavonoid, tannin, alkanoid, saponin, vitamin C, kalsium, menunjukkan efek antiinflamasi, antioksidan, serta memiliki potensi untuk meningkatkan penyembuhan luka melalui peningkatan kerja Transforming Growth Factor-beta 1 (TGF- β1). TGF-β 1 menstimulasi migrasi dan meningkatkan kekuatan adhesi sel-sel epitel (Larjava, 2012).
Pada penelitian ini, kelompok perlakuan ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% memiliki lebar celah epitel yang lebih kecil dibandingkan kelompok kontrol. Hal ini menunjukan bahwa reepitelialisasi kelompok perlakuan lebih baik dibandingkan kelompok kontrol. Meningkatnya reepitelisasi ini dapat disebabkan oleh karena ekstrak etanol buah adas konsentrasi 50% mampu meningkatkan penyembuhan luka dengan meningkatkan Transforming Growth Factor-beta 1 (TGF- β1) yang menyebabkan peningkatan migrasi sel-sel epitel.
Migrasi dan proliferasi sel-sel epitel ini akan berhenti ketika luka sudah tertutup sempurna.
Pada reepitelialisasi, pembelahan sel dimulai di lapisan basal, kemudian sel-sel epitel dengan cepat saling berdekatan sehingga jarak antar tepi luka membentuk celah epitel yang lebih pendek (Nanci, 2008). Sel-sel epitel di daerah tepi luka melepaskan perlekatannya dengan hemidesmosom dan memulai migrasi 24 jam pertama setelah luka. Proliferasi dimulai pada leading edge kemudian sel- sel epitel mulai menyebar ke daerah luka (Larjava, 2012). Sel-sel epitel pada