BAB I PENDAHULUAN
F. Kerangka Teori
1. Pengertian Romantika
Romantika adalah lika-liku atau seluk beluk yang mengandung sedih dan gembira, dengan kata lain romantika yaitu berbicara tentang lika-liku perjalanan hidup seseorang. Seluk beluk kehidupan suka dan duka, susah senang yang dialami seseorang dalam menjalani kehidupan untuk mencapai keinginan masa depan seseorang. Seperti dalam halnya romantika pernikahan pasangan menghadapi berbagai tantangan dalam hidup berumah tangga di sekitar mereka yang menguras emosi, menghadapi masalah sosial, ekonomi serta psikologi antara pasangan yang sdah menikah hal ini hanya semata-mata untuk mencapai kehidpan keluarga yang harmonis.
2. Pengertian Pernikahan
Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua makhluk-Nya, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh- tumbuhan. Pernikahan adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah Swt, Sebagai jalan bagi makhluk-Nya untuk berkembang biak dan melestarikan hidupnya.22
Secara etimologi, kata nikah berasal dari kata حاكنلا yang artinya adalah perjanjian atau pernikahan. Pada sumber lain, makna nikah (zawaj)
22Tihami dan Sohari Sahrani, Fiqh Munakahat: kajian fiqh nikah lengkap, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2014), hlm. 6.
bisa diartikan sebagai akad nikah. Juga bisa diartikan menyetubuhi istri.
Definisi yang hampir sama juga dikemukakan oleh Rahmat Hakim, bahwa kata nikah berasal dari baha arab yang merupakan masdar atau asal kata dari kata kerja (fi’il madi) “nakaha”, sinonimnya tazawwaja kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai pernikahan.23
Kata na-ka-ha banyak terdapat dalam al-Qur’an dengan arti kawin, seperti dalam surat an-Nisa’ ayat 3: 24
Artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Jemudian jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.25
3. Dasar hukum pernikahan
Hukum pernikahan (perkawinan), hukum yang mengatur hubungan antara manusia dengan sesamanya yang menyangkut penyaluran kebutuhan biologis antarjenis, dan hak serta kewajiban yang berhubungan dengan akibat perkawinan tersebut.26
23Ibid.,hlm. 7.
24Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan Undang Undang Perkawinan,(Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 36
25QS. An-Nisa’ [4]: 3
26Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2014), hlm. 9
Diantara dasar hukum dianjurkannya pernikahan adalah sebagai berikut:
a. Q.S. Adz-Dzariyat ayat 49
Artinya: “Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah” 27
b. Q.S. Yasin ayat 36
Artinya: “Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”.28 Perkawina, yang merupakan sunnatullah pada dasarnya adalah mubah tergantung kepada tingkat maslahatnya. Oleh karena itu, Imam Izzudin Abdussalam, membagi maslahat menjadi tiga bagian, yaitu:29 1. Maslahat yang diwajibkan oleh Allah Swt. bagi hamba-Nya. maslahat
yang paling utama adalah maslahat yang pada dirinya terkandung kemuliaan, dan dapat mendatangkan kemaslahatan yang paling buruk, dan dapat mendatangkat kemaslahatan yang paling besar, kemaslahatan jenis ini wajib dikerjakan.
27QS. Az-Zariyat [51]: 49
28QS. Yasin [36]: 36
29Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2014), hlm. 9
2. Maslahat yang disunnahkan oleh syari’ kepada hamba-Nya demi untuk kebaikannya, tingkat maslahat paling tinggi berada sedikit di bawah tingkat maslahat wajib paling rendah. Dalam tingkat kebawah, maslahatsunnahakan sampai pada tingkat maslahat yang ringan yang mendekati maslahat mubah.
3. Maslahat mubah bahwa dalam perkara mubah tidak terlepas dari kandungan nilai maslahat atau penolakan terhadap mafsadah. Imam Izzudin berkata “maslahat mubah dapat dirasakan secara langsung.
Sebagian diantaranya lebih bermanfaat dan lebih besar kemaslahatannya dari sebagaian yang lainmaslahat mubah ini tidah berpahal.”30
Dengan idemikian, idapat idiketahui isecara ijelas itingkatan imaslahat
idi iatas.iDapat idiketahui ibahwa ikemaslahatan iyang idiambil iadalah iuntuk
imenolak ikemafsadatan idan imencegah ikemudaratan.Di isini iada isuatu
ilarangan isesuai idengan ikadar ikamampuan imerusak idandampak inegatif
iyang iditimbulkannya.Kerusakan iyang iditimbulkan iperkara iharam itent
ilebih ibesar idisbanding ikerusakan ipada iperkara imakruh.iMeski ipada
imasing-masing iperkara iharam idan imakruh iterdapat iperbedaan itingkatan
isesuai idengan ikadar ikemafsadatannya.iKeharaman idalam iperbuatan izina,
imisalnya itentu ilebih iberat idibandingkan ikeharaman imerangkul iatau
imencium iwanita ibukan imuhrim, imeskipun ikeduanya isama-sama
iperbuatan iharam.iOleh ikarena iitu, imeskipun iperkawinan iitu iasalnya
30Ibid.,hlm. 10
imubah, inamun idapat iberubah imenurut iahkamal ikhamsah i(hukum iyang
ilima) imenurut iperubahan ikeadaan:31
a. Nikah iwajib, inikah idiwajibkan ibagi iorang iyang itelah imampu
imenambah itaqwa.iNikah ijuga iwajib ibagi iorang iyang itelah imampu
imenjaga ijiwa idan imenyelamatkannya idari iperbuatan
iharam.iKewajiban iini itidak iakaniterlaksanakan ikecuali idengan inikah. i i b. Nikah iharam, diperuntukkan bagi orang yang tridak mempunyai
keinginan dan tidak mempunyai kemampuan serta tanggung jawab untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban dalam rumah tangga sehingga apabila melangsungkan pernikahan akan terlantarlah dirinya dan istrinya.
c. Nikah isunah, inikah idisunnahkan ibagi iorang-orang iyang isudah imampu
itetapi iia imasih isanggup imengendalikan idirinya idari iperbatan iharam,
idalam ihal iseperti iini imaka inikah ilebih ibaik idari ipada imembujang
ikarena imambujang itidak idiajarkan idalam iIslam.
d. Nikah imubah, iyaitu ibagi iorang iyang itidak iberhalangan iuntuk imenikah
idan itidak iada idorongan iuntuk imenikah, ibelum imembahayakan idirinya,
iia ibelum iwajib imenikah idan itidak iharam ibila iuntuk itidak imenikah
idulu.32
4. Rukun dan Syarat Sah Pernikahan
31Ibid.,hlm. 11
32Ibid.,hlm. 11
Pernikahan yang didalamnya terdapat akad, akad-akad lain yang memerlukan adanya persetujuan kedua belah pihak yang mengadakan akad.
Adapun rukun nikah adalah:
a. Mempelai laki-laki b. Mempelai perempuan c. Wali
d. Dua orang saksi e. Shigat ijab Kabul.
Dari lima rukun nikah tersebut yang paling ialah Ijab Kabul antara yang mengadakan dengan yang menerima akad, sedangkan yang dimaksud dengan syarat pernikahan ialah syarat yang bertalian dengan rukun-rukun pernikahan, yaitu syarat-syarat bagi calon mempelai, wali, saksi dan ijab Kabul.33
1. Syarat-syarat suami
a. Bukan mahram dari calon istri
b. Tidak terpaksa atau kemauan diri sendiri c. Orangnya tertentu, jelas orangnya d. Tidak sedang ihram
2. Syarat-syarat istri
a. Tidak ada halangan syarak, yaitu tidak bersuami, bukan mahram, tidak sedang dalam iddah
33Ibid.,hlm. 13
b. Atas kemauan sendiri c. Jelas orangnya
d. Tidak sedang berihram
3. Syarat-syarat wali a. Laki-laki
b. Baligh
c. Waras akalnya d. Adil
e. Tidak sedang ihram 4. Syarat-syarat saksi
a. Laki-laki b. Baligh
c. Waras akalnya d. Adil
e. Dapat mendengar dan melihat f. Bebas, tidak dipaksa
g. Tidak sedang ihram
h. Memahami bahasa yang dipergunakan untuk ijab Kabul.34 5. Tujuan dan hikmah pernikahan
a. Tujuan Pernikahan
34Ibid.,hlm. 14
Tujuan pernikahan dalam Islam tidak hanya sekedar pada batas pemenuhan nafsu biologis atau pelampiasan nafsu seksual, tetapi memiliki tujuan-tujuan penting yang berkaitang dengan sosial, psikologi, dan agama. Di antara yang terpenting adalah sebagai berikut:
1)Pernikahan bertujuan untuk menyalurkan seksualitas manusia dengan jalan yang dibenarkan oleh Allah dan mengendalikan hawa nafsu dengan cara yang terbaik yang berkaitan dengan peningkatan moralitas manusia sebagai hamba Allah.
2) Mengangkat harkat dan martabat perempuan, kerena dalam sejarah kemanusiaan terutama pada zaman jahiliyah ketika kedudukan perempuan tidak lebih dari barang dagangan yang setiap saat dapat diperjual belikan, bahkan anak perempuan dibunuh hidup-hidup karena dipandang tidak berguna secara ekonomi.
3) Mereproduksi keturunan agar manusia tidak punah dan hilang di telan oleh sejarah. Agar pembicaraan manusia bukan sekedar nostalgia atau kajian antropologis sebagaimana membicarakan binatang purba dan manusia primitive yang seolah-olah tidak lebih dari dongeng masa lalu.
b. Hikmah Pernikahan
Islam mengajarkan dan menganjurkan nikah karena akan berpengaruh baik bagi pelakunya sendiri, masyarakat dan seluruh umat manusia. Adapun hikmah pernikahan adalah:
1) Nikah adalah jalan alami yang paling baik dan sesuai untuk
menyalurkan dan memuaskan naluri seks dengan kawin badan jadi segar, jiwa jadi tenang, mata terpelihara dari yang melihat yang haram dan perasaan tenang menikmati barang yang berharga.
2) Nikah, jalan terbaik untuk membuat anak-anak menjadi mulia, memperbanyak keturunan, melestarikah hidup manusia, serta memelihara nasib yang oleh Islam sangat diperhatikan sekali.
3) Naluri kebapakan dan keibuan akan tumbuh saling melengkapi dalam suasana hidup dengan anak-anak dan akan tumbuh pula perasaan- perasaan ramah, cinta, dan sayang yang merupakan sifat-sifat baik yang menyempurnakan kemanusiaan seseorang.
4) Menyajadari tanggung jawab beristri dan menanggung anak-anak menimbulkan sikap rajin dan sungguh-sungguh dalam memperkuat bakat dan pembawaan seseorang. Ia akan cekatan bekerja, karena dorongan tanggung jawab dan memikul kewajibannya sehingga ia akan banyak bekerja dan pencari penghasilan yang dapat memperbesar jumlah kekayaan dan memperbanyak produksi. Juga dapat mendorong usaha mengeksploitasi kekayaan alam yang dikaruniakan Allah bagi kepentingan hidup manusia.
5) Pembagian tugas, di mana yang satu mengurusi rumah tangga, sedangkan yang lain bekerja di luar, sesuai dengan batas-batas tanggung jawab antara suami-istri dalam menangani tugas-tugasnya.
6) Perkawinan, dapat membuahkan, diantaranya: tali kekeluargaan, mempertaguh kelanggengan rasa cinta antara keluarga, dan
memperkuat hubungan masyarakat, yang memang oleh Islamdirestui, ditopang dan ditunjang. Karena masyarakat yang saling menunjang lagi saling menyayangi merupakan masyarakat yang kuat lagi bahagia.35
6. Keharmonisan Rumah Tangga
Keluarga yang harmonis dan berkualitas yaitu keluarga yang rukun berbahagia, tertib, disiplin, saling menghargai, penuh pemaaf, tolong menolong dalam kebajikan, memiliki etos kerja yang baik, bertetangga dengan saling menghormati, taat mengerjakan ibadah, berbakti kepada yang lebih tua, mencintai ilmu pengetahuan dan memanfaatkan waktu luang dengan hal yang posotif dan mampu memenuhi dasar keluarga. Keluarga harmonis hanya akan tercipta kalau kebahagiaan salah satu anggota berkaitan dengan kebahagiaan anggota-anggota keluarga lainnya. Secara psikologi dapat dua hal:
a. Tercapainya keinginan-keinginan, cita-cita dan harapan-harapan dari semua anggota keluarga.
b. Sesedikit mungkin terjadi konflik dalam pribadi masing-masing maupun antar pribadi.
Keluarga harmonis merupakan keluarga penuh dengan ketenangan, ketentraman, kasih sayang, keturunan, dan kelangsungan generasi masyarakat, belas kasih, dan pengorbanan, saling melengkapi dan menyumpurnakan, serta saling membantu dan bekerja sama. Keluarga yang
35Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2014), hlm. 19-20.
harmonis atas keluarga bahagia adalah apabila kedua pasangan tersebut saling menghormati, saling menerima, saling menghargai, saling mempercayai, dan saling mencintai.Sehingga dalam menjalani kehidupan rumah tangga penuh dengan kenyamanan dan ketenangan.36