• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Teori

Dalam dokumen i i - etheses UIN Mataram (Halaman 30-50)

BAB I PENDAHULUAN

A. Kerangka Teori

1. Kontribusi Orang Tua

a. Pengertian KontribusiOrang Tua

Kontribusi berasal dari bahasa inggris yaitu contribute, contribution, maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun sumbangan.12Definisi kontribusi menurut Kamus Ilmiah Populer, “kontribusi diartikan sebagai uang sumbangan atau sokongan.”

Sementara menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kontribusi diartikan: “sebagai uang iuran pada perkumpulan, sumbangan.” Bertitik tolak dari pada kedua kamus diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa; kontribusi adalah merupakan sumbangan, sokongan atau dukungan terhadap sesuatu kegiatan.13

Penggunaan kata kontribusi sudah cukup banyak dipakai di dalam kalangan masyarakat luas, di mana kata ini tidak hanya dikenal dikalangan tertentu saja. Dalam penggunaannya, kata kontribusi tidak selalu merujuk kepada sebuah benda (uang) saja, namun hal ini bisa juga digunakan untuk menggambarkan sebuah tindakan/perbuatan yang dilakukan oleh seseorang.

Secara umum pengertian kontribusi dapat diartikan sebagai segala bentuk sumbangan berupa materi, pemikiran, dan tindakan yang bertujuan untuk mewujudkan cita-cita bersama. Kata kontribusi tidak hanya berarti materi dan tindakan/perbuatan tapi kata kontribusi dapat

12Anne Ahira, Terminologi Kosa Kata, (Jakarta: Aksara, 2012), h. 77.

13Nana Sudjana, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2009), h. 7

diartikan pula sebagai peran/sumbangsih dalam hal dukungan moril berupa perhatian, bimbingan, pengawasan dan lain-lain, karena peran yaitu suatu pola tingkah laku yang dimiliki seseorang yang merupakan ciri khas dari orang tersebut. Kontribusi dalam hal materi misalnya si A memberikan pinjaman kepada si B demi kebaikan bersama. Sedangkan dalam hal tindakan berupa perbuatan yang dilakukan oleh individu yang kemudian memberikan dampak positif maupun negatif kepada orang lain.

Berbagai macam pengertian kontribusi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kontribusi adalah segala sesuatu yang dapat disumbangkan berupa materi, tindakan/perbuatan kepada individu atau kelompok dan peran berupa dukungan moril seperti memberikan perhatian, dukungan/motivasi, bimbingan dan hal lainnya.

Selanjutnya, akan dibahas tentang pengertian orang tua dimana di dalam Kamus Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa orang tua adalah

“Ayah Ibu kandung (orang-orang tua) orang yang dianggap tua (cerdik, pandai, ahli dan sebagainya) orang yang dihormati, disegani di kampung.14 Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah dan dapat membentuk sebuah keluarga.15 Menurut H. M. Arifin, “orang

14Peter Salim. A.M dan Yani Salim. B.S, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: 1991), h. 1061.

15Rika Devianti, “Kontribusi Dukungan Orang Tua, Teman Sebaya, dan Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Minat Siswa pada Jurusan yang di Tempati di SMA”, Jurnal Konseling dan Pendidikan, No. 2, Vol. 3 (Juni 2015), h. 23.

tua sebagai pendidik pertama di lingkungan keluarga”. 16 Selanjutnya dikatakan pula, “orang tua berfungsi sebagai pemelihara serta pelindung keluarga”.17

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian orang tua adalah dua insan yang terdiri dari laki-laki dan perempuan yang tinggal bersama dan terikat oleh perkawinan dan dalam ikatan perkawinan tersebut lahirlah buah cinta mereka berdua yaitu seorang anak dan disebutlah mereka dengan sebutan ayah dan ibu kandung dan mereka bertanggung jawab penuh atas anak yang telah dilahirkan.

Melalui berbagai pengertian kontribusi dan orangtua di atas, maka dapat disimpulkan bahwa definisi kontribusi orangtua adalah segala bentuk materi, tindakan/perbuatan, dan peran yang diberikanorangtua kepada anak berupa fasilitas/sarana-prasarana, pengawasan, bimbingan, pengasuhan, dan lain-lain yang bertujuan untuk menghantarkan anak agar siap dalam kehidupan bermasyarakat dan berwarganegara.Orangtua merupakan komponen dari keluarga, dikatakan keluarga apabila di dalamnya terdapat orangtua dan anak, di mana orangtua dan anak merupakan syarat mutlak terbentunya sebuah keluarga.

b. Kontribusi Orang Tua dalam Keluarga

Keluarga mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam perkembangan kepribadian anak, karena keluarga merupakan sumber

16Arifin.H.M, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang,1978), h.114.

17Ibid, h. 80.

pendidikan pertama dan utama bagi anak. Dukungan moril berupa perhatian dari keluarga utamanya orangtua akan menjadikan anak bersemangat dalam melaksankan aktivitas kesehariannya.

Dalam pengertian psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal yang sama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri. Sedangkan dalam pengertian pedagogis, keluarga adalah “satu” persekutuan hidup yang dijalin oleh kasih sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan.18

Jadi, keluarga adalah tempat semua orang mendapatkan cinta, kasih sayang dan perhatian dari orang-orang terpenting dalam hidupnya yang memiliki ikatan darah dan pertautan batin antara satu dengan yang lainnya utamanya orang tua. Perhatian orangtua memberikan kontribusi terhadap perkembangan, perubahan tingkah laku, dan keberhasilan belajar anak.Perhatian orangtua didefinisikan sebagai bentuk kepedulian ayah dan ibu kandung yang secara sadar dalam upaya memperhatikan kebutuhan anaknya.

Slameto berpendapat bahwa orangtua yang tidak memperhatikan anak, tidak memperdulikan proses belajar anak, tidak memberikan bimbingan kepada anak saat mengalami kesulitan akan memberikan pengaruh terhadap aktivitas belajarnya baik di rumah

18Moh.Sochib, Pola Asuh Orangtua untuk Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 17-18.

maupun di sekolah yang kemudian akan berdampak pada hasil belajar yang diraih.19

Didalam sebuah keluarga peran orang tua sangat penting bagi anak, terlebih lagi ketika anak memasuki usia sekolah. Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangkan pribadi anak.Keluarga juga dipandang sebagai institusi (lembaga) yang dapat memenuhi kebutuhan insan (manusiawi), terutama kebutuhan bagi pengembangan kepribadiannya dan pengembangan ras manusia.20Orangtua harus menjadi orang yang terdekat dengan anak.Apabila orang tua dekat dengan anak, maka otomatis mereka dapat melihat kemungkinan kesulitan yang dialami anak.Dalam hal ini orangtua harus mampu menjadi konsultan bagi anak.

Apabila anak mendapat kesulitan orangtua dapat membantu dengan mencarikan alternatif jalan keluar, tapi jalan keluar itu tidak harus mutlak diikuti anak.Berilah kebebasan pada anak untuk memilih yang dinilai baik dan cocok bagi dirinya.21Jadi,kontribusiorangtua disini hanya memberi saran bukan yang menentukan keputusan namun tetap harus tahu batas haknya sebagai penanggung jawab.

19Dita, “Kontribusi Perhatian Orangtua dan Lingkungan Sosial terhadap Aktivitas Belajar Siswa dan Dampaknya pada Hasil Belajar Matematika”, (Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2016), h. 12.

20 Nur „Aisyatunnaba‟, “Peran Orangtua dalam Memotivasi Belajar Siswa,” (Skripsi:

UNNES, 2015), h. 15.

21 Ronald, Peran Orangtua dalam Meningkatkan Kualitas Hidup, Mendidik danMengembangkan Moral Anak, (Bandung: Yrama Widya, 2006), h. 17-18.

c. KontribusiOrang Tua terhadap Moral Anak

Pendidikan moral harus ditanamkan sejak dini kepada anak karena pendidikan moral sangat penting bagi tumbuh kembang anak.

Moral yang dibentuk sedari kecil akan menumbuhkan seorang anak yang sopan dalam bersikap dan santun dalam berucap. Moral merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa anak-anak, karena moral dapat mengendalikan tingkah laku anak-anak yang beranjak dewasa, sehingga mereka tidak melakukan hal-hal yang merugikan atau bertentangan dengan kehendak atau norma-norma masyarakat.22 Karena begitu pentingnya moral, maka anak-anak perlu dibimbing untuk menumbuhkan kesadaran moralnya, yaitu suatu kesadaran bahwa mereka memiliki kewajiban untuk melakukan sesuatu yang menyangkut hak dan kepentingan orang lain.

d. Orang Tua dan Anak dalam Keluarga

Orangtua dan anak dalam suatu keluarga memiliki kedudukan yang berbeda. Dalam pandangan orang tua, anak adalah buah hati dan tumpuan dimasa depan yang harus dipelihara dan dididik.

Memeliharanya dari segala bahaya dan mendidiknya agar menjadi anak yang cerdas.Itulah sifat fitrah orangtua.Hubungan orangtua dan anak sudah seharusnya dibangun dengan sikap adil, artinya orangtua harus memperlakukan setiap anak sesuai dengan perkembangan dan

22Ibid., h. 171.

kebutuhannya.23 Jadi, orang tua tidak boleh membeda-bedakan anak, orang tua harus dapat bersikap bijak dalam memperlakukan anak- anaknya dengan baik, memberikannya kasih sayang, perhatian dan motivasi agar anak merasa bahwa ia di perdulikan oleh orang tuanya.

e. Tanggung Jawab Orang Tua dalam Mendidik Anak

Anak adalah anugrah yang Allah SWT berikan kepada setiap orangtua dan orangtua memiliki tanggung jawab penuh untuk mendidik anak menjadi insan yang lebih baik. Orangtua adalah pendidik pertama dan utama dalam keluarga.24 Bagi anak, orangtua adalah model yang harus ditiru dan diteladani.Sebagai model, orangtua seharusnya memberikan contoh yang terbaik bagi anak dalam keluarga.Sikap dan prilaku orangtua harus mencerminkan akhlak yang mulia. Oleh karena itu, Islam mengajarkan kepada orangtua agar selalu mengajarkan sesuatu yang baik-baik saja kepada anak mereka.Bukankah orangtua yang bijaksana adalah orangtua yang lebih mendahulukan pendidikan anak daripada mengurusi pekerjaan siang dan malam.

2. Proses Belajar

a. Pengertian Proses Belajar

Proses belajar terdiri dari dua suku kata yaitu kata proses dan belajar. Kata proses dan belajar memiliki arti yang berbeda. Dua suku kata tersebut jika di gabungkan akan memiliki pengertian yang lain lagi.

23 Dasrun Hidayat, Komunikasi Antarpribadi dan Medianya Fakta Penelitian Fenomenologi Orang Tua Karir dan Anak Remaja, (Yogyakarta: Graham Ilmu, 2012), h. 123.

24 Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 24-31.

Sebelum membahas tentang pengertian proses belajar terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai arti kata proses. Proses adalah kata yang berasal dari kata latin “processus” yang berarti “berjalan ke depan”.

Menurut Chaplin , proses adalah suatu perubahan khususnya yang menyangkut perubahan tingkah laku atau perubahan kejiwaan. Dalam psikologi belajar, berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil- hasil tertentu.25 Jadi, proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan prilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju.

Istilah “proses belajar” dapat diartikan juga secara luas dan secara sempit. Dalam arti luas, proses belajar adalah: “suatu aktivitas psikis/mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan setumpuk perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap.

Perubahan itu relatif konstan dan berbekas. Sedangkan dalam arti sempit, “proses belajar” menunjuk pada bentuk atau jenis belajar tertentu.26 Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya

“psikologi belajar dan mengajar”, proses belajar dalam diri siswa berlangsung apabila jasmaniah atau kondisi fisik anak dalam keadaan baik, siswa memberikan respons terhadap suatu perangsang dengan berbagai tingkat kekuatan dan tujuan, serta lingkungan belajar yang kondusif dan nyaman sehingga menyenangkan siswa ketika kegiatan belajar berlangsung.27 Berdasarkan teori-teori mengenai proses belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa proses belajar adalah terjadinya kegiatan belajar dalam diri siswa yang dipengaruhi oleh faktor intern dan

25Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Bandung: rajawali Pers, 2002), h. 109.

26W.S. Winkel S.J, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), h. 337-338.

27Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2002), h. 45-47.

ekstern, di mana kegiatan belajar tersebut berlangsung secara efektif dan efisien, yang menghasilkan perubahan-perubahan tertentu dalam diri siswa berupa tingkah laku, kecakapan, keterampilan dan lain-lain yang mengandung unsur positif. Melalui proses belajar, seorang siswa yang tadinya tidak tahu suatu hal menjadi tahu. Proses belajar terjadi dalam diri siswa tanpa dapat terlihat secara lahiriah (terjadi dalam pikiran orang). Oleh karena itu, proses belajar disebut sebagai proses intern. Sedangkan yang tampak dari luar disebut dengan proses ekstern yang merupakan pencerminan terjadinya proses intern dalam diri siswa.

b. Tahap Proses Belajar

Ketika siswa sedang melakukan kegiatan belajar, secara tidak langsung siswa tersebut mengalami proses belajar. Proses belajar terjadi dalam diri siswa tanpa dapat terlihat secara lahiriah (terjadi dalam pikiran). Proses belajar tidak terjadi begitu saja, tetapi ada tahap/fase tertentu yang harus di lalui oleh siswa. Ketika proses belajar berlangsung terdapat beberapa tahap/fase. Berikut tahap-tahap proses belajar menurut para ahli:

Menurut J.S. Brunner. Tahap informasi, siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari, tahap transformasi, materi yang telah diterima dianalisis, diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual dan dapat dimanfaatkan bagi ahl-hal yang lebih luas. Tahap evaluasi, siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah ditransformasikan dapat bermanfaat untuk memahami gejala atau nmemecahkan masalah yang dihadapi.Menurut A.F.

Wittig. Tahap acquisition, siswa mulai menerima informasi atau materi pelajaran. Tahap storage, siswa secara otomatis akan mengalami penyimpanan pemahaman dan prilaku baru

yang ia peroleh ketika menjalani proses acquisition. Tahap retrieval,siswa mengaktifkan kembali fungsi-fungsi sistem memorinya, mengungkap kembali apa yang tersimpan dalam memori berupa informasi, simbol, pemahaman dan prilaku tertentu sebagai respons atau stimulus yang sedang dihadapi.28 Jadi, dapat disimpulkan bahwa proses belajar terjadi melalui tahap-tahap berikut: (1) Motivasi. Arti kata motivasi adalah keinginan untuk mencapai suatu hal. Sebelum kegiatan belajar dimulai siswa harus berkeinginan langsung untuk belajar tanpa paksaan, murni karena keinginan dalam dirinya. (2) Perhatian. Siswa harus memusatkan perhatiannya pada pelajaran. Apabila hal itu tidak terjadi maka proses belajar akan mengalami hambatan. (3) Menerima dan mengingat. Tahap menerima dan mengingat terjadi apabila siswa memperhatikan pelajaran yang telah dibelajarkan dan menyimpanya dalam memori/pikiran. Tahap menerima dan mengingat harus terjadi dalam diri siswa yang melakukan belajar. (4) Penerapan dan umpan balik.

Dalam tahap ini, siswa sudah dapat memahami apa yang dibelajarkan dan dapat menerapkannya. Melalui ini seorang pendidik dapat melakukan umpan balik atau feed back dengan cara memberikan latihan dan tugas kepada siswa.

c. Teori Proses Belajar Masa Lalu

Proses belajar memiliki arti yang berbeda-beda bagi para ilmuan dunia, terutama jika dilihat dari semakin maju dan modernnya kehidupan era saat ini. banyak persepsi atau pandangan dari berbagai

28Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Bandung: Rajawali Pers, 2002), h. 109-113.

ahli mengenai proses belajar, seperti yang akan dibahas berikut ini.Teori proses belajar masa lalu terdiri dari: (1) teori tabularasa, (2) teori bakat, (3) teori kompromi, (4) pengaruh perkembangan ilmu.29 1) Teori Tabularasa. Teori ini menganggap manusia sebagai “kertas

putih” dimana para guru dapat menuliskan apa yang dikehendaki masyarakat bagi masa depan anak didik tersebut. Kegiatannya adalah guru memberi dan murid menerima.

2) Teori Bakat. Menurut teori ini, pendidikan sebenarnya adalah usaha menghela keluar potensi yang ada didalam anak didik itu sendiri.

3) Teori Kompromi. Untuk waktu lama, sejarah „pembaharuan‟

pendidikan merupakan „persaingan‟ kompromi antara pendidikan umum denan pendidikan kejuruan, antara perimbangan teori dengan praktik, dan sebagainya, sehingga „perubahan‟ kurikulum yang terus menerus menjadi mentradisi. Sementara itu ilmu dan teknologi terus berkembang makin luas dan dalam, yang disertai dengan bertambahnya spesialisasi-spesialisasi yang makin lama makin menjurus. Ledakan penduduk pun menjadikan pendidikan semakin missal. Namun demikian, kegiatannya pada dasarnya masih sama:

guru memberi dan murid menerima.

4) Pengaruh pekembangan ilmu. Sebagian mencoba menyusun citra manusia dan teori proses belajarnya dengan memanfaatkan hasil penelitian atas binatang tingkat tinggi, manusia yang lemah ingatan,

29Primadi Tabrani, Proses Kreasi-Gambar Anak-Proses Belajar, (Jakarta: Erlangga, 2014), h. 118-119.

dan manusia yang mendapat cedera otak/operasi otak. Sebagian lagi mencoba memanfaatkan studi atas computer dan sibernetika. Teori yang dihasilkan antara lain adalah teori biologisma, conditioning learning, behaviorisma, dan informatika.

Berbagai teori proses belajar masa lalu di atas maka dapat disimpulkan bahwa, inti dari teori di atas menekankan pada output (hasil), bukan proses dari kegiatan belajar tersebut, proses belajar masa lalu masih berpusat pada guru (teacher centre), guru memberi dan siswa menerima. Siswa disini bersifat monoton, seperti yang diakatakan pada salah satu teori di atas bahwa manusia itu adalah kertas putih, dan gurulah yang akan memberi warna dan tulisan pada kertas putih tersebut sesuai dengan apa yang dikehendaki masyarakat bagi masa depan siswa tersebut.

3. Bentuk-Bentuk Kontribusi Orang Tua dalam Proses Belajar Anak Anak adalah sebuah titipan yang Allah SWT berikan kepada setiap orang tua di muka bumi ini, dan amanah yang harus dijaga dan dididik sebaik mungkin. Orang tua memiliki tanggung jawab besar dalam membimbing anak-anaknya menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa sehingga santun dalam berucap dan sopan dalam bersikap. Kontribusi memiliki arti yaitu keterlibatan. Menurut Jeynes yang mendefinisikan keterlibatan orang tua sebagai “partisipasi orang tua dalam proses dan

pengalaman pendidikan anak-anak mereka”.30 Definisi ini menunjukan bahwa keterlibatan orang tua yang dimaksud oleh Jeynes merupakan kehadiran orang tua di sekolah termasuk dalam proses belajar yang diikuti anak, sehingga orang tua juga turut mengalami apa yang dialami oleh anak mereka dalam proses pendidikan yang diikutinya.

Kontribusi orangtua sangat membantu perkembangan belajar anak. Sebagaimana dijelaskan oleh Oemar Hamalik bahwa orangtua turut bertanggungjawab atas kemajuan belajar anak- anaknya. Pemenuhan kebutuhan anak tidak cukup dari segi materi. Orangtua diharapkan memenuhi kebutuhan belajar anak secara psikis, seperti memuji, menegur, memberi hadiah, mengawasi, turut serta pada program kegiatan sekolah.31 Rasulullah saw bersabda yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah yang artinya: “Sebagian kewajiban bapak atas anak-anaknya ialah memberikan nama yang baik, mengajarkan menulis, dan mencarikan jodohnya apabila telah dewasa.” Maksud hadis tersebut adalah meski anak itu telah kita masukkan ke sekolah, mereka harus dibimbing dan dikontrol serta diawasi, termasuk pengawasan terhadap cara mereka belajar di sekolah dan pergaulannya, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Ayah dan ibu yang merasa cukup menyerahkan pendidikan anaknya kepada guru di sekolah sangat keliru. Orang tua bertanggung jawab tentang pendidikan seorang anak sejak dalam kandungan sampai mereka dewasa.32

Orang tua merupakan contoh terdekat bagi anak-anaknya, segala yang diperbuat orang tua, disadari atau tidak akan ditiru oleh anak- anaknya. Demikian juga dalam hal belajar memerlukan bimbingan dan dorongan agar sikap yang baik dan tanggung jawab belajar akan tumbuh pada diri anak. Hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga

30Rahminur Diadha, “Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini di Taman Kanak-Kanak”, Edusentris Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, No. 1, Vol. 2, (Maret 2015), h. 63.

31 Oemar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, (Bandung: Tarsito, 1990), h. 15.

32Abdul Qadir Djaelani, Keluarga Sakinah, (Surabaya: Bina Ilmu, 1995), h. 233.

menentukan pula terhadap langkah anak selanjutnya, baik di sekolah maupun di masyarakat. Dengan demikian, pendidikan orangtua sangat membekas pada diri anak.

Menurut Rasulullah saw, fungsi dan peran orang tua bahkan mampu untuk membentuk arah keyakinan anak-anak mereka.

Menurut beliau, setiap bayi yang dilahirkan sudah memiliki potensi untuk beragama, namun bnetuk keyakinan agama yang akan dianut anak sepenuhnya tergantung dari bimbingan, pemeliharaan, dan pengaruh kedua orang tua mereka.33

Dengan demikian, orang tua sangat berperan dalam membimbing anak yang sedang berkembang kearah yang dicita-citakan. Bimbingan orangtua tidak hanya dalam bentuk mengajari anak tentang mata pelajaran tertentu, sebagaimana yang dilakukan oleh guru di sekolah.

Tetapi dukungan dalam bentuk lain yang sifatnya dapat menunjang kegiatan belajar anak, baik di rumah maupun di sekolah juga termasuk dalam bimbingan.Ada beberapa bentuk-bentuk kontribusi orangtua yang dapat diberikan pada anak berkaitan dengan kegiatan belajarnya di rumah, yaitu:

a. Perhatian Orang Tua

Semua orang tua berkeinginan anaknya semangat dalam belajar di sekolah maupun di rumah. Maka orang tua harus bersedia memberikan perhatian kepada anak dalam belajar. Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi. Jiwa itu pun semata mata tertuju kepada suatu obyek (benda atau hal) atau sekumpulan obyek-obyek.34

33Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), 268.

34A.Ghozali, Ilmu Jiwa, (Bandung: Conako, 1981), h. 177.

Dengan adanya perhatian dari orangtua, dengan sendirinya si anak akan merasa diperhatikan dan merasa adanya kasih sayang dari orang tuanya, sehingga si anak rajin dalam belajar. Oleh karena itu, benar kalau perhatian orangtua punya arti dan nilai tersendiri bagi anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya Tarbiyatul Aulad Fil Islam yang diterjemahkan oleh Syaifullah dan Hery Noer Ali: Di antara perasaan-perasaan mulia yang dititipkan Allah di dalam hati kedua orangtua adalah perasaan kasih sayang terhadap anak-anak. Perasaan ini merupakan kemuliaan baginya dalam mendidik, mempersiapkan dan membina anak-anak dengan hasil dan bekas yang paling besar.35

Dari pendapat di atas, perhatian orangtua sangat diperlukan dalam membimbing anak-anaknya terutama ketika ia sedang belajar.

Oleh karena itu, meskipun anak telah bersekolah bukan berarti tugas orangtua sebagai pendidik yang bertanggung jawab dalam keluarga terpenuhi. Karena guru di sekolah hanya membantu orangtua dalam memberikan pendidikan pada anak-anaknya. Dengan begitu, orang tua hendaknya tetap memberikan perhatian kepada anak dalam belajar di rumah. Perhatian Orang tua yang besar akan menimbulkan semangat anak dalam belajar.

Adapun perhatian orang tua dalam hal ini dapat direalisasikan diantaranya dalam bentuk memperhatikan disiplin

35Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul Aulad Fil Islam, Terjemah. Syaifullah Kamalie dan Hery Noer Ali, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam I, (Semarang : Asy-Syifa, 2008), h. 30.

Dalam dokumen i i - etheses UIN Mataram (Halaman 30-50)

Dokumen terkait