BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN
B. Temuan Khusus
dengan mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat berupa sebidang tanah yang jaraknya dekat dari gedung yang lama, luas tanah tersebut satu hektar dua puluh meter persegi dan ini terjadi pada tahun 1391 H/1971 M, pada tahun yang sama selesai pula pembangunan sekolah baru diatas tanah hibah tersebut. Bangunan ini terdiri dari 23 kelas.
Kemudian pada tahun 1416 H/1996 M, pengurus pesantren melaksanakan pemugaran dan merenovasi gedung sekolah sehingga gedung tersebut menjadi dua tingkat dari sebelumnya hanya satu tingkat saja. Selanjutnya pada tahun 2000 M pengurus pesantren mendirikan bangunan tambahan disebelah timur yang terdiri dari dua lantai dengan delapan ruang kelas, dana pembangunan ini diperoleh dari PEMDA Lombok Barat, bangunan yang dua lantai ini diharapkan sebagai perangsang para santri baru agar betah dan mau meneruskan studinya di pesantren ini.
Peneliti : Bagaimanakah motivasi, perhatian, tanggapan dan penerapan yang ditunjukkan Nabila di kelas?
Informan : Nabila anaknya aktif di kelas, motivasinya tinggi, dia perhatiannya juga cukup bagus, kalau ada soal latihan ia suka bertanya kalau ada yang kurang ia pahami, anaknya cukup tanggap juga, kalau di kelas dia yang paling nyaring suaranya, kalau masalah latihan soal di kelas, dia anaknya biasa dapat nilai 70, 80 kadang-kadang dapat 100 juga. (Lampiran 3, h.98)
Hasil observasi selanjutnya yang dilakukan di kelas V, Azizi diketahui memiliki motivasi yang baik ketika mengikuti pelajaran Matematika dikelas, akan tetapi perhatiannya di kelas kurang, Azizi sering memukul meja jika proses belajar berlangsung, tapi dia merupakan anak yang aktif dan cepat tanggap di kelas, jika diberikan soal selalu mendapat nilai antara 80 sampai dengan 100 di kelas.70
Peneliti : Bagaimanakah motivasi, perhatian, tanggapan dan penerapan yang ditunjukkan Azizi di kelas?
Informan : Azizi memiliki motivasi tinggi ketika belajar Matematika, walaupun ia kurang dalam memperhatikan di kelas, tapi ia anaknya aktif di kelas dan cepat nangkapnya. Ia juga selalu mendapat nilai bagus setiap latihan. (Lampiran 3, h.98) Sedangkan observasi yang dilakukan kepada Ahwazi, diketahui bahwa Ahwazi memiliki motivasi yang cukup bagus, akan tetapi perhatiannya kurang dan tidak ada respon ketika kegiatan belajar berlangsung di kelas, dan ketika penerapannya ia sering mendapat nilai dibawah 50.71
Hal ini diungkapkan oleh ibu Nurlaela, berikut hasil wawancara dengan beliau:
Peneliti : Bagaimanakah motivasi, perhatian, tanggapan dan penerapan yang ditunjukkan ahwazi di kelas?
informan : Ahwazi kalau di kelas dia motivasinya bagus, walaupun dia kurang ketika memperhatikan dan tidak ada respon ketika proses
70Zain Ismail Azizi, Observasi, Kediri, 22 Mei 2017 .
71M. Ahwazi, Observasi, Kediri, 22 Mei 2017
pembelajaran berlangsung, karena dia anaknya pemalau.
Kemampuannya dalam berhitung dia kurang, harus banyak-banyak berlatih. Jika latihan ia hanya mentok di nilai 60 saja. (Lampiran 3, h.98)
1. Kontribusi Orang Tua dalam Proses Belajar Siswa di MI Al- Ishlahuddiny Kediri Lombok Barat
Orang tua bertanggung jawab memberikan perhatian,motivasi, pengawasan, pengarahan, dan bantuan kepada anak karena pengaruh kontribusi orangtualah sehingga seorang anak memiliki pribadi yang percaya diri, cerdas, terampil, mandiri dan berakhlak mulia. Sebagai orang tua sudah seyogyanya memberikan yang terbaik pada anak agar nantinya anak menjadi insan yang bermanfaat dan berkualitas dimasa depan.
Kontribusi orangtua sangat membantu perkembangan belajar anak. Sebagaimana dijelaskan oleh Oemar Hamalik bahwa orangtua turut bertanggung jawab atas kemajuan belajar anak-anaknya. Pemenuhan kebutuhan anak tidak cukup dari segi materi. Orang tua diharapkan memenuhi kebutuhan belajar anak secara psikis, seperti memuji, menegur, memberi hadiah, mengawasi, turut serta pada program kegiatan sekolah.72
Oleh sebab itu, orang tua memiliki peran yang sangat besar dalam hal pendidikan anak-anaknya agar menjadi pribadi yang terampil, cerdas dan berakhlak mulia dimasa depan. Berikut akan dipaparkan hasil observasi dan wawancara yang ditemukan dalam kegiatan penelitian untuk mengetahui kontribusi orang tua dalam proses belajar siswa pada kelas V MI Al-Ishlahuddiny Kediri sebagai berikut :
72 Oemar Hamalik, Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, (Bandung: Tarsito, 1990), h. 15.
1. Perhatian orang tua
Perhatian orangtua sangat diperlukan dalam membimbing anak terutama ketika ia sedang belajar. Oleh karena itu, meskipun anak telah bersekolah bukan berarti tugas orangtua sebagai pendidik yang bertanggungjawab dalam keluarga terpenuhi. Karena guru disekolah hanya membantu orangtua dalam memberikan pendidikan pada anak- anaknya. Dengan begitu, orang tua hendaknya tetap memberikan perhatian kepada anak ketika belajar dirumah. Perhatian Orang tua yang besar akan menimbulkan semangat anak dalam belajar.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di MI Al-Ishlahuddiny Kediri terkait dengan perhatian, akan dipaparkan pertanyaan dan jawaban dari ketiga objek dan subjek, diantaranya:
Peneliti : Apakah anda memperhatikan kedisiplinan belajar anak di rumah?
Informan : Saya jarang memperhatikan disiplin belajarnya. Saya biarkan dia belajar seperti biasanya yang penting dia belajar. terserah dia aja, kapan-kapan maunya. (Lampiran 4, h. 99)
Menurut ibu Fahdiati selaku orang tua dari Asmahan Nabila, ia jarang memperhatikan disiplin belajar Nabila di rumah, ia membiarkan anaknya belajar sendiri, kapanpun dia mau.
Peneliti : Mengapa anda jarang memperhatikan kedisiplinan belajar anak di rumah? Apakah ada kendala tertentu?
Informan : Menurut saya ga ada kendala. Saya memang jarang memperhatikan disiplin belajarnya di rumah, saya biarkan dia belajar sendiri. (Lampiran, 4, h.99)
Alasan mengapa ibu Fahdiati jarang memperhatikan belajar anaknya di rumah karena beliau memang jarang memperhatikan disiplin belajar anaknya, beliau biarkan anaknya belajar sendiri.
Peneliti : Dek, pernah ga orang tuanya perhatiin disiplin belajarnya di rumah?
Informan : Saya belajar sendiri di rumah kak, mamak jarang perhatiin.
(lampiran 5, h.109)
Hal senada diungkapkan pula melalui wawancara oleh Nabila, ananda dari ibu Fahdiati, bahwa ibunya jarang memperhatikan disiplin belajarnya, ia kadang dibiarkan belajar sendiri.
Peneliti : Apakah anda memperhatikan kedisiplinan belajar anak di rumah?
Informan : Saya jarang perhatiin belajarnya. (Lampiran 4, h.102) Peneliti : Mengapa anda jarang memperhatikan disiplin belajarnya
di rumah?
Informan : Soalnya saya kerja, jualan bakso sama ada usaha buat kerajinan tangan, itu yang buat saya jarang perhatiin disiplin belajarnya. (Lampiran 4, h.102)
Selain Asmahan Nabila, objek berikutnya adalah M. Ahwazi Zikri. Melalui hasil wawancara dengan ibu Herianti orang tua dari Ahmad Ahwazi, ketika Ahwazi belajar di rumah beliau jarang memperhatikan disiplin belajar Ahwazi. Hal ini dikarenakan ibunda dari Ahwazi bekerja di luar rumah, yaitu berjualan bakso dan memiliki usaha membuat kerajinan tangan, hal itulah yang membuatnya jarang memperhatikan disiplin belajar Ahwazi.
Peneliti : Dek, pernah ga orang tuanya perhatiin disiplin belajarnya di rumah?
Informan : Jarang diperhatikan, soalnya inak saya kerja kak.
(Lampiran 5, h.109)
Hasil wawancara dengan Ahwazi juga mengatakan bahwa ibu Herianti jarang memperhatikan disiplin belajarnya, karena ibu Herianti sibuk bekerja.
Peneliti : Apakah anda memperhatikan kedisiplinan belajar anak di rumah?
Informan : Saya tidak mengkhususkan dia harus belajar kapan. Saya bebasin, dia mau belajar iya, ga juga iya. Ga pernah saya tekan anaknya, terserah dia aja. (Lampiran 4, h.104) Objek terakhir dalam penelitian ini adalah Zain Ismail Azizi, atau akrab dengan sapaan Azizi. Ananda dari ibu Hj. Erly Supiati ini merupakan jawara di kelas V, Azizi selalu menyabet juara satu walaupun terkadang ia harus mendapat juara dua. Ibu Hj. Erly Supiati orang tua dari Zain Ismail Azizi, beliau mengungkapkan bahwa beliau tidak mengkhususkan Azizi harus disiplin dalam belajar, beliau memberikan kebebasan kepada Azizi, dan beliau tidak menekan Azizi dalam belajar.
Peneliti : Pernahkah orang tuamu memperhatikan disiplin belajarmu di rumah?
Informan : Mamak kalau suruh belajar ga pernah dipaksa harus belajar, dia biarin aja saya mau belajar atau ga.
(Lampiran 5, h.110)
Ungkapan ibu Hj. Erly dibenarkan oleh Azizi, dari hasil wawancara, Azizi mengatakan bahwa ibu Hj. Erly tidak memaksanya untuk belajar, bahkan beliau juga tidak menekannya untuk terus belajar.
Peneliti : Apa alasan anda sehingga membebaskan anak anda dalam belajar?
Informan : Begini, anak kan punya dunianya sendiri, diumur sekarang ini dia lagi asyik dengan dunia bermain, jadi saya biarin aja. (Lampiran 4, h.104)
Menurut ibu Hj. Erly, alasan beliau memberikan kebebasan kepada Azizi dalam hal belajar karena anak seumuran Azizi
mempunyai dunia sendiri, yaitu dunia bermain, diumur yang baru menginjak sebelas tahun sedang asyik-asyiknya bermain, sehingga beliau membebaskan anaknya untuk belajar.
Peneliti : Apakah anda menanyakan PR anak di rumah?
Informan : Kalau PR juga jarang saya tanya, dia biasa kerjakan PR- nya sendiri, kalau ada PR yang sulit baru dia yang nanya, kalau saya ga bisa, saya suruh tanya ke kakaknya.
(Lampiran 4, h.99)
Juga dalam hal PR, ibu Fahdiati jarang bertanya, hal ini dikarenakan Nabila biasa mengerjakan PR-nya sendiri, sehingga ia jarang bertanya tentang PR anaknya. Jika ada kesulitan yang ditemui Nabila, baru Nabila sendiri yang bertanya, jika ibu Fahdiati sulit untuk membantu, beliau menyuruh Nabila bertanya kepada kakaknya.
Peneliti : Apakah orang tuamu menanyakan PR mu di rumah?
Informan : Mamak jarang nanya PR, saya yang bertanya, tapi disuruh lanjut belajar. (Lampiran 5, h.107)
Ungkapan yang sama pun dilontarkan oleh Nabila melalui hasil wawancara, Nabila mengatakan bahwa ibu fahdiati jarang bertanya mengenai PR-nya, bahkan jika bertanya pun hanya sekedar bertanya kemudian Nabila disuruh untuk segera mengerjakan PR-nya.
Peneliti : Pernah bertanya tentang PR anak di rumah?
Informan : Ahwazi kalau ada PR dia kerjakan sendiri, soalnya saya juga kerja. (Lampiran 4, h.102)
Melalui hasil wawancara mengenai PR, ibu Herianti juga jarang bertanya perihal PR Ahwazi, karena kesibukan yang ibu Herianti
lakoni hingga saat ini. Jika ada PR, Ahwazi tidak pernah bertanya, Ahwazi selalu mengerjakan PR-nya sendiri, tanpa ada bantuan dari siapapun.
Peneliti : Pernah ga ditanya sama orang tua kalau ada PR?
Informan : Jarang ditanya, saya kerjain sendiri aja di rumah.
(Lampiran 5, h.109)
Dari hasil wawancara Ahwazi juga mengatakan bahwa, ibu Herianti jarang bertanya perihal PR begitupun dengan bapaknya, Ahwazi selalu mengerjakan PR-nya sendiri.
Peneliti : Apakah anda menanyakan PR anak di rumah?
Informan : Sering saya tanya, dia ada PR atau gak, kalau ada PR yang sulit dia selalubertanya, tapi kalau PR yang bener-bener gak bisa dia selesaikan saya bantu, terutama pelajaran matematika saya suruh dia ke rumah gurunya belajar disana tanya-tanya atau kerumah bibinya yang kebetulan juga guru matematika. (Lampiran 4, h.104)
Perihal PR, dari hasil wawancara ibu Hj. Erly mengatakan bahwa beliau selalu menanyakan PR dari Azizi, jika ada hal sulit beliau berusaha membantu, akan tetapi jika beliau tidak bisa memecahkan PR tersebut, beliau menyuruh Azizi untuk bertanya pada bibinya atau bertanya langsung kerumah gurunya.
Peneliti : Sering ditanya ada PR kalau di rumah?
Informan : Mamak saya sering tanya PR, kalau ada yang saya tanya ke mamak, diba ntu ngerjain, kadang kalau mamak ga bisa saya disuruh bertanya kerumah bibi atau kerumah ibu guru. (Lampiran 5, h.110)
Azizi membenarkan hal tersebut, bahwa dia sering ditanya perihal PR oleh orang tuanyadi rumah dan dibantu menyelesaikannya.
Peneliti : Apakah anda memeriksa hasil ulangan dan hasil raport anak di rumah?
Informan : Kalau hasil ulangan jarang saya periksa, soalnya Nabila jarang kasih tau kalau ulangan, kecuali kalau raport tetap saya periksa, ngecek nilainya. (Lampiran 4, h.99)
Selanjutnya, melalui hasil wawancara dengan ibu Fahdiati mengenai hasil ulangan dan hasil raport Nabila, ibu Fahdiati mengatakan bahwa beliau jarang memeriksa hasil ulangan dikarenakan Nabila jarang memberitahu hasil ulangannya sedangkan hasil raport selalu ia periksa untuk mengecek nilai yang diperoleh Nabila.
Peneliti : Orang tua di rumah sering periksa nilai ulangan sama nilai raport di rumah?
Informan : Ulangan ga pernah diperiksa soalnya saya jarang kasih tau kalau saya ulangan, kalau hasil raport diperiksa sama mamak bapak. (Lampiran 5, h.107)
Begitupun dengan Nabila, berdasarkan hasil wawancara, Nabila mengatakan bahwa ibu Fahdiati jarang memeriksa hasil ulangan, Nabila hanya memberitahu hasil ulangannya jika nilai yang Nabila peroleh tinggi. Sedangkan hasil raport selalu diperiksa oleh orang tuanya.
Peneliti : Apakah anda memeriksa hasil ulangan dan hasil raport anak di rumah?
Informan : Kalau nilai ulangan jarang saya periksa. Kalau hasil raport selalu saya periksa, liat-liat nilainya. (Lampiran 4, h.102) Hasil wawancara selanjutnya perihal hasil ulangan dan raport, ibu Herianti mengatakan bahwa beliau jarang memeriksa hasil ulangan, sedangkan hasil raport selalu beliau periksa.
Peneliti : Apakah orang tuamu selalu memeriksa hasil ulangan dan raport?
Informan : Kalau hasil ulangan jarang diperika kak, kalau ulangannya dapat nilai bagus saya yang kasih tau.
Kalau raport tetap diperiksa. (Lampiran 5, h.109)
Ungkapan yang samapun dilontarkan oleh Ahwazi melalui hasil wawancara, bahwa ibu Herianti jarang memeriksa hasil ulangan Ahwazi, akan tetapi, jika Ahwazi mendapat nilai bagus, maka ia sendiri yang memberitahu ibu Herianti perihal hasil ulangan yang ia peroleh.
Sedangkan hasil raport selalu ibu Herianti periksa.
Peneliti : Apakah anda memeriksa hasil ulangan dan hasil raport anak di rumah?
Informan : Hasil ulangan sama raport tetap saya periksa, biar tau dia lemahnya di mata pelajaran apa, biar diarahkan.
(Lampiran 4, h.104)
Hasil wawancara berikutnya mengenai hasil ulangan dan raport ialah ibu Hj. Erly, beliau mengatakan bahwa beliau selalu memeriksa hasil ulangan dan hasil raport Azizi di rumah.
Peneliti : Apakah orang tuamu memeriksa hasil ulangan dan raportmu?
Informan : Mamak kalau ulangan tetap diperiksa dapat berapa, raport juga diperiksa. (Lampiran 5, h.110)
Ananda dari ibu Hj. Erly mengiyakan hal tesebut, melalui hasil wawancara Azizi mengatakan bahwa ibundanya selalu memeriksa hasil ulangan dan raportnya di rumah.
Peneliti : Bagaimana tanggapan anda jika anak anda mendapat nilai baik dan rendah?
Informan : Pasti bangga, saya bilang ke Nabila untuk rajin belajar biar tetap dapat nilai bagus, kalau bisa dipertahankan.
Kalau nilainya buruk saya bilang, jangan banyak main, rajin-rajin belajar biar dapat nilai bagus. (Lampiran 4, h.99)
Menurut ibu Fahdiati, ketika Nabila memperoleh nilai yang baik, ibu Fahdiati merasa bangga pada Nabila, dan menasehatinya
untuk rajin belajar dan mempertahankan nilai yang Nabila peroleh, sedangkan jika Nabila memperoleh nilai rendah beliau menyarankan Nabila untuk mengurangi bermain dan belajar dengan rajin agar memperoleh nilai yang bagus.
Peneliti : Apa kata orang tuamu jika kamu mendapat nilai yang baik? Bagaimana jika mendapat nilai buruk?
Informan : Kalau dapat nilai bagus disuruh tambah rajin belajarnya dan dipertahankan nilainya, kalau dapat nilai rendah disuruh rajin belajar sama kurangi main. (Lampiran 5, h.107)
Sama halnya yang diungkapkan oleh Nabila jika ia mendapat nilai bagus, berdasarkan hasil wawancara bahwa ibu Fahdiati selalu menyarankan agar Nabila selalu rajin belajar dan mempertahankan nilai baik yang diperoleh, dan rajin-rajin belajar serta kurangi bermain jika memperoleh nilai rendah.
Peneliti : Bagaimana tanggapan anda jika anak anda mendapat nilai baik dan rendah?
Informan : Seneng ya dia dapat nilai bagus, saya suruh dia tambah
rajin belajarnya, biar tetap dapat nilai bagus. kalau dia
dapat nilai jelek saya suruh rajin-rajin belajar biar ga dapat
nilai jelek lagi. (Lampiran 4, h.102)
Menurut ibu Herianti, melalui hasil wawancara, ia senang jika Ahwazi mendapat nilai bagus, beliau memberikan nasehat kepada Ahwazi agar tambah rajin lagi dalam belajar agar selalu mendapat nilai bagus, sedangkan jika Ahwazi mendapat nilai rendah, beliau menyuruhnya untuk rajin belajar, agar tidak mendapat nilai rendah.
Peneliti : Apa yang dikatakan orang tuamu jika kamu mendapat nilai bagus dan rendah di sekolah?
Informan : Disuruh rajin belajar, biar dapat nilai bagus terus, kalau nilainya jelek disuruh rajin-rajin belajar juga. (Lampiran 5, h.109)
Hal senada pun diungkapkan oleh Ahwazi jika ibu Herianti menyuruhnya untuk tambah rajin dalam belajar jika mendapat nilai bagus begitupun jika ia mendapat nilai rendah.
Peneliti : Bagaimana tanggapan anda jika anak anda mendapat nilai bagus dan rendah?
Informan : Saya senang liat dia dapat nilai bagus, saya suruh pertahankan. Kalau dia dapat nilai rendah misalnya 6, saya bilang kalau kamu belajar, terus ga bisa, tanya caranya. Rajin-rajin juga belajar, jangan main-main aja. (Lampiran 4, h.104)
Berdasarkan hasil wawancara, respon yang diberikan ketika Azizi mendapat nilai bagus ialah ibu Hj. Erly merasa senang, dan menyuruh Azizi untuk mempertahankan nilainya. Akan tetapi, jika Azizi mendapat nilai rendah, beliau menyuruh Azizi kalau belajar dan ada yang tidak dipahami caranya adalah bertanya, rajin belajar dan kurangi bermain.
Peneliti : Apa yang dikatakan orang tuamu jika kamu mendapat nilai bagus dan rendah di sekolah?
Informan : Kalau dapat nilai bagus disuruh pertahanin, disuruh rajin- rajin belajar sama kurangi main kalau dapat nilai jelek.
(Lampiran 5, h.110)
Ungkapan yang sama pun dilontarkan oleh Azizi, melalui hasil wawancara, Azizi mengatakan bahwa ibu Hj. Erly selalu menyuruhnya untuk mempertahankan nilai bagus yang diperolehnya, dan banyak bertanya, rajin belajar, dan kurangi bermain jika mendapat nilai rendah.
2. Pengawasan orang tua
Pada umumnya letak kesuksesan anak dalam belajar tergantung kepada orangtuanya, apabila orangtua bersikap acuh terhadap anak, kemungkinan besar anak mengalami kesulitan dalam belajar. Oleh sebab itu, orang tua diharapkan untuk dapat memberikan pengawasan kepada anak ketika belajar, agar anak bersungguh-sungguh dalam belajar.
Peneliti : Apakah anda mengawasi kegiatan belajar anak di rumah?
Informan : Ga pernah diawasi, dibiarkan belajar sendiri. (Lampiran 4, h.100)
Informan : Ga pernah diawasi. (Lampiran 4, h.102)
Ibu Fahdiati dan ibu Herianti membiarkan anaknya belajar begitu saja tanpa ada pengawasan langsung. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara oleh ibu Fahdiati bahwa beliau tidak pernah mengawasi kegiatan belajar Nabila begitupun dengan ibu Herianti bahwa beliu juga tidak pernah mengawasi kegiatan belajar Ahwazi.
Peneliti : Mengapa anda tidak mengawasi kegiatan belajar anak di rumah?
Informan : Ga tau yaa, emang ga pernah saya awasi, saya biarin belajar sendiri aja dari dulu. (Lampiran 4, h.100)
Peneliti : Apakah ada kesibukan yang lain sehingga anda tidak mengawasi kegiatan belajarnya di rumah?
Informan : Kesibukannya biasa aja, saya kan ibu rumah tangga, paling urus rumah, masak, nyuci, ya gitu-gitu aja.
(Lampiran 4, h.100)
Akan tetapi alasan yang diberikan oleh keduanya berbeda, ibunda Nabila mengatakan bahwa beliau tidak mengawasi kegiatan belajar Nabila karena beliau memang tidak pernah mengawasinya dari
dulu, beliau membiarkan Nabila belajar tanpa ada pengawasan langsung dari beliau.
Peneliti : Mengapa anda tidak mengawasi kegiatan belajar anak di rumah?
Informan : Saya ga pernah awasi karena kalau saya sudah suruh dia belajar ya dia belajar sendiri kadang-kadang belajar bareng adeknya. (lampiran 4, h.100)
Sedangkan ibunda dari Ahwazi mengatakan bahwa beliau tidak mengawasi kegiatan belajar Ahwazi di rumah akan tetapi beliau hanya menyuruh Ahwazi untuk belajar tanpa ada pengawasan sama sekali.
Peneliti : Apakah orang tuamu mengawasi kegiatan belajarmu di rumah?
Informan : Mamak ga pernah awasi kalau belajar. (Lampiran 5, h.107)
Informan : Disuruh belajar aja, ga pernah diawasi. (Lampiran 5, h.109)
Ahwazi dan Nabila membenarkan pernyataan dari orang tua mereka. Ucapan yang sama pun terlontar dari mulut Ahwazi bahwa ia juga tak pernah diawasi oleh orang tuanya ketika belajar di rumah.
Peneliti : Apakah anda mengawasi kegiatan belajar anak di rumah?
Informan : Diawasi waktu belajar gak terlalu sih. (Lampiran 4, h.104) Peneliti : Mengapa anda mengatakan bahwa anda tidak terlalu
mengawasi kegiatan belajar anak di rumah?
Informan : Soalnya dia jarang belajar kalau di rumah, dia belajar kalau ada PR aja, itupun dia kerjainnya lebih sering di sekolah, jadi mau ngawasi kayak gimana. Kalau di rumah dia kerjain PR-nya, dia kerjainnya waktu mau berangkat ke sekolah. Kadang kalau ada PR yang sulit dia pecahkan dia bertanya, kadang kalau saya ga bisa, dia saya suruh ke rumah gurunya untuk bertanya, kadang ke rumah bibinya yang kebetulan seorang guru kalau dia kerjainnya waktu pulang sekolah. (Lampiran 4, h.104)
Peneliti : Mengapa anak anda lebih sering kerjakan PR di sekolah dari pada di rumah? Bukankah PR itu tugas yang harus di kerjakan di rumah?
Informan : Saya juga ga tau, dia kalau pulang sekolah kebanyakan main, pulang waktu mau dekat maghrib. (Lampiran 4, h.104)
Lain halnya dengan ibu Hj. Erly Supiati, ibunda dari Azizi ini mengatakan bahwa beliau tidak terlalu mengawasi kegiatan belajar Azizi di rumah, dikarenakan Azizi jarang belajar di rumah, belajar jika ada PR saja, itupun jika ia lupa mengerjakannya di sekolah.
Peneliti : Apakah orang tuamu mengaawasimu jikabelajar di rumah?
Informan : Mamak jarang awasi, soalnya saya jarang belajar di rumah, lebih suka main-main. (Lampiran 5, h.110)
Pernyataan ini dibenarkan oleh Azizi, berdasarkan hasil wawancara ia mengatakan bahwa ibu Hj. Erly jarang mengawasi kegiatan belajarnya di rumah, karena ia jarang belajar, dan lebih banyak bermain.
Peneliti : Apakah anda mengawasi anak anda belajar di rumah ketika akan menghadapi semester/ujian?
Informan : Kalau diawasi sih ga, cuma suruh belajar aja. Saya bilang ke Nabila belajar baik-baik, belajar yang rajin biar dapat nilai bagus sama dapat rangking di kelas. (Lampiran 4, h.100)
Informan : Disuruh belajar aja, kalau diawasi ga pernah. (Lampiran 4, h.102)
Informan : Kalau semester/ujian saya berusaha menyempatkan waktu untuk mengawasi belajarnya. (Lampiran 4, h.105)
Berdasarkan hasil wawancara dua dari tiga orang tua siswa/i yaitu diantaranya ibu Fahdiati dan ibu Herianti mengatakan bahwa mereka tidak mengawasi belajar anak ketika akan menghadapi semester/ujian, akan tetapi cukup dengan menyuruhnya untuk belajar