• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kompleksitas bentuklahan vulkanik

Dalam dokumen Bentanglahan Vulkanik Indonesia (Halaman 81-87)

TIPOLOGI BENTUKLAHAN VULKANIK INDONESIA

C. Klasifikasi Morfologi Vulkan Indonesia menurut Verstappen

4. Kompleksitas bentuklahan vulkanik

BENTANGLAHAN VULKANIK INDONESIA : ASPEK FISIKAL DAN KULTURAL-71 lumnya. Selanjutnya, kerucut vulkanik yang lebih muda kemudian berkembang (Verstappen, 2013).

72- BAB III: TIPOLOGI BENTUKLAHAN VULKANIK INDONESIA

aktif pada saat ini terletak ke arah selatan dari gawirnya. Ketika pemben- tukan kaldera, sayap selatan dari Gunung Prahu lenyap akibat pengaruh pensesaran. Hasil aktivitas vulkanik muda Dieng menghasilkan bentukla- han vulkanik yang bervariasi antara lain kawah letusan, kawah cincin-tuff, kerucut skoria, serta stratovolkano kecil dan aliran lava. Erupsi freatik juga banyak terjadi selain aktivitas vulkanik efusif dan eksplosif. Secara umum, erupsi efusif sebagai tipe yang mendominasi Dieng dijumpai di ba- gian timur, erupsi eksplosif terdapat di bagian tengah, sedangkan erupsi freatik dan gas dijumpai di bagian barat. Berbagai aktivitas vulkanik ini menyebabkan Dieng menjadi sangat kompleks secara geomorfologis. Di sebelah tenggara terdapat kawah cincin tuff Danau Menjer dan stra- tovolkano Bisma yang berbentuk tapal kuda. Ke arah utara dari Danau Menjer terdapat danau kawah Merdada dan Warna/Pengilon. Selain itu terdapat pula banyak kerucut kecil dan aliran lava yang telah terpetakan.

Harijoko dkk. (2016) dalam studinya mengidentifikasi ada 12 vul- kan yang ada di Kompleks Vulkan Dieng. Aktivitas vulkanik yang terjadi di Dieng secara umum dikelompokkan menjadi tiga generasi yaitu pra- collapse episode, second episode, dan youngest episode. Empat vulkan termasuk dalam pre-collapse episode yaitu Prahu, Nagasari, Sidede, dan Bisma. Second episode meliputi tiga vulkan yaitu Pagerkandang, Bucu, dan Pangonan-Merdada.

Kelompok terakhir yaitu youngest episode meliputi lima vulkan yaitu Kendil, Pakuwaja, Sikunir, Prambanan, dan Seroja. Pra-collapse epi- sode dicirikan oleh beberapa stratovolkano yang menghasilkan endapan piroklastik dan aliran lava. Stratovolkano Prahu sebagai unit yang paling tua mengalami subsidence di lereng sisi baratdaya menghasilkan struktur arcuate (busur). Second episode dicirikan oleh stratocone yang tertutupi endapan pirokastik jatuhan dan lava. Sementara itu youngest episode banyak menghasilkan lava dan endapan pirokastik jatuhan. Perhatikan Gambar 3.5 dan 3.6 berikut ini.

BENTANGLAHAN VULKANIK INDONESIA : ASPEK FISIKAL DAN KULTURAL-73 Gambar 3.5. Persebaran berbagai unit vulkan di Komples Vulkan Dieng

mengacu kepada Harijoko dkk (2016)

A B

Gambar 3.6. Kondisi geomorfologis beberapa unit vulkan di Kompleks Vul- kan Dieng (A) Bisma, (B) Merdada

74- BAB III: TIPOLOGI BENTUKLAHAN VULKANIK INDONESIA

Contoh wilayah lain yang menunjukkan kompleksitas bentuklahan vulkanik adalah di Minahasa, terutama di daerah pegunungan Lembean, sebelah barat danau volcano-tektonik Tondano yang telah dibahas sebe- lumnya. Di wilayah ini terdapat bentuklahan vulkanik Pleistosen terkikis dan Holosen yang terletak di dekat Desa Bitung, bagian timur laut Minahasa. Vulkan tersebut terpisah dari Vulkan Tersier yang ada di Pulau Lembeh oleh Selat Lembeh. Formasi vulkanik yang sama degan yang tersingkap di Lembeh muncul kembali di Minahasa Tengah membentuk gawir sesar menghadap ke barat. Gawir sesar ini membatasi dengan Danau Tondano yang terletak di sebelah timurnya. Hasil erupsi vulkano-tektonik Tondano di sebelah barat danau menutup formasi vulkanik ini. Selain itu formasi vulkanik ini juga menjadi dasar kepundan dari kompleks vulkan yang lebih muda dan sebagian masih aktif. Tipe medan vulkanik yang sa- ma juga dijumpai di wilayah antara gawir sesar yang berkembang arah U-S dan pantai. Medan vulkanik ini merupakan bagian dari lereng bawah Vul- kan Dua Saudara yang terangkat serta kemungkinan titik erupsi lain yang lebih tua. Vulkan Batu Angus/Tonkoko lerengnya relatif kurang terkikkis.

Kawah utamanya dari vulkan ini memiliki oritentasi T-B. Selain itu ter- dapat pula beberapa lubang kawah baru yang juga terbentuk pada arah T- B sehingga mengindikasikan adanya pengaruh sesar. Vulkan Batu Angus selama waktu sejarah juga mengalami erupsi yang membentuk kubah lava ke arah UB dan menyebabkan beberapa aliran lava di area lereng barat laut dan utara (Verstappen, 2013). Perhatikan Gambar 3.7.berikut ini.

BENTANGLAHAN VULKANIK INDONESIA : ASPEK FISIKAL DAN KULTURAL-75

Gambar 3.7. Kondisi geomorfologis kompleksitas vulkan di Minahasa. Diadaptasi dari Verstappen (2013)

Tipe terakhir dari kompleksitas vulkanik dijumpai di Halmahera.

Di area ini, Vulkanisme Kuarter terbatas di semenanjung utara dan beberapa pulau di pantai barat seperti Ternate dan Tidore. Kondisi tektoniknya Halmahera mirip dengan kondisi di Minahasa yang letaknya berdekatan. Namun demikian kedudukan dan sebaran unit vulkannya berkebalikan dengan zona Minahasa. Selain itu pensesaran kompartemensasi di Halmagera kurang jelas jika dibandingkan dengan Minahasa. Di Halmahera juga terdapat zona pegunungan blok terungkit kearah laut, sama seperti kondisi di Jawa bagian selatan, serta Tondano

76- BAB III: TIPOLOGI BENTUKLAHAN VULKANIK INDONESIA

dan daerah Lembeh di Minahasa. Namun demikian dibandingkan dengan wilayah-wilayah tersebut, Halmahera mempunyai bagian runtuh yang lebih besar. Runtuhan tersebut dapat dilacak di semenanjung utara paling ujung dimana inti dari zona tersebut adalah vulkan pleistosen yang tidak aktif yang berada pada zona UUT-SSB (Verstappen. 2013).

Di Halmahera terdapat medan vulkanik terrosi kuat diikuti oleh zona vulkan Holosen dan vulkan aktif yang tersebar ke arah timur dan barat. Aktivitas vulkanisme di zona timur Halmahera dibatasi hingga Vul- kan Dukono di utara dimana pada area ini juga terdapat beberapa vulkan Holosen yang mati serta sesar dengan arah UUB-SST. Vulkan di zona timur ini muncul pada gawir sesar menghadap ke arah barat. Keberadaan vulkan berpengaruh terhadap pola aliran di bagian utara semenanjung timur laut dan dapat diikuto polanya hingga jauh ke arah selatan, termasuk pada relief dasar laut Teluk Kau. Berbeda dengan zona timur, vulkanisme aktif di zona barat berpusat pada beberapa lokasi dan cenderung agak ke arah selatan. Vulkan pada zona ini membentuk busur lengkung dan berjarak dengan jalur vulkanik Pleistosen dan medan vulkanik Holosen yang lerengnya miring ke arah timur, yaitu ke gawir yang membentuk igir barat dari jalur Pleistosen. Gawir berbentuk melengkung ke arah barat karena terdapat satu gawir sesar yang mengelilingi Vulkan Ibu yang masih aktif. Disamping itu jalur vulkanik Pleistosen berkembang ke arah pantai barat dari semenanjung utara Gunung Ibu hingga ke hinterland vulkanik Holosen dari Galela (Verstappen, 2013). Perhatikan Gambar 3.8 berikut ini.

BENTANGLAHAN VULKANIK INDONESIA : ASPEK FISIKAL DAN KULTURAL-77

Gambar 3.8. Kondisi geomorfologis kompleksitas vulkan di Halmahera (Diadaptasi dari Verstappen, 2013)

D. Klasifikasi Vulkan di Indonesia Berdasarkan Karakteristik Erupsi

Dalam dokumen Bentanglahan Vulkanik Indonesia (Halaman 81-87)