• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persebaran Bentuklahan Vulkanik di Indonesia

Dalam dokumen Bentanglahan Vulkanik Indonesia (Halaman 116-122)

DISTRIBUSI SPASIAL BENTUKLAHAN VULKANIK DI INDONESIA

A. Persebaran Bentuklahan Vulkanik di Indonesia

Bentuklahan vulkanik tersebar secara luas di wilayah Indonesia, namun demikian persebarannya tidak merata di seluruh wilayah.

Verstappen (2013) menjelaskan bahwa vulkan di Indonesia terbentuk pada wilayah zona subduksi lempeng tektonik. Secara umum ada tiga wilayah utama dari persebaran vulkan di Indonesia, yaitu (1) busur vulkanik Suma- tra-Jawa-Nusa Tenggara dan kelanjutannya di Maluku Selatan, (2) busur vulkanik pada perbatasan arah timur-barat pada igir Talaud-Mayu di Pu- lau Halmahera dan Minahasa/Sangihe di Sulawesi Utara, (3) bagian barat daya busur vulkanik Sulawesi. Vulkanisme di Indonesia merupakan bagian dari sistem vulkanik yang ada di lingkar/sirkum pasifik (Pacific Ring of Fire). Batuan vulkanik di Indonesia memiliki tingkat keasaman menengah yang termasuk dalam kelompok andesitik-basaltik dengan kandungan sili- ka 65-54%. Secara lokal terdapat pula batuan yang lebih asam berupa ri- olitik, dasitik, dan sebagainya. Pada dasarnya komposisi kimia magma dari berbagai vulkan di Indonesia mengalami perubahan secara dinamis sepan- jang tahun sehingga menyebabkan peningkatan aktivitas bahkan dapat memicu terjadinya erupsi cepat atau kondisi sebaliknya dimana fase menurun lebih lambat.

BENTANGLAHAN VULKANIK INDONESIA : ASPEK FISIKAL DAN KULTURAL-107 Sebagaimana telah dibahas pada bab sebelumnya, di wilayah Indo- nesia banyak sekali terdapat vulkan aktif. Tidak kurang dari 15% dari vul- kan aktif yang ada di permukaan bumi terdapat di wilayah Indonesia. Vul- kan aktif di Indonesia terdiri atas vulkan tipe -A yang mengalami erupsi magmatik sejak tahun 1600 sebanyak 70, vulkan tipe-B yang telah men- capai fase solfatar sebanyak 34, dan vulkan tipe-C yang berupa medan sol- fatar dan sisa vulkan sebanyak 24. Di wilayah Indonesia juga terdapat em- pat vulkan bawah laut (Verstappen, 2013). Sedikit berbeda dengan Verstappen (2013), data yang dikemukakan oleh Zaenuddin (2010) menun- jukkan bahwa jumlah vulkan tipe-A di Indonesia sebanyak 79, tipe-B sebanyak 29, dan tipe-C sebanyak 21. Vulkan tipe-A paling banyak dijumpai di Pulau Jawa, kemudian Flores, dan Sumatra. Vulkan Tipe B dan C paling banyak dijumpai di Sumatra, kemudian Jawa, dan Flores. Per- hatikan Tabel 4.1. dan Gambar 4.1. berikut ini.

Tabel 4.1. Persebaran vulkan aktif di Indonesia No Wilayah Vulkan

Aktif

Jumlah

Tipe A Tipe B Tipe C

1 Sumatra 12 12 6 30

2 Jawa 21 9 5 35

3 Bali 2 0 0 2

4 Lombok 1 0 0 1

5 Sumbawa 2 0 0 2

6 Flores 17 3 5 25

7 Laut Banda 8 1 0 9

8 Sulawesi 6 2 5 13

9 Kepulauan Sangihe

5 0 0 5

10 Halmahera 5 2 0 7

Jumlah 79 29 21 129

Sumber: Zaennudin (2010)

108-BAB IV: DISTRIBUSI SPASIAL BENTUKLAHAN VULKANIK DI INDONESIA

Gambar 4.1. Peta persebaran vulkan aktif di Indonesia (Zaennudin, 2010)

Busur vulkanik yang memanjang dari Sumatra hingga ke Maluku Selatan merupakan zona yang paling banyak vulkan aktif di Indonesia.

Tidak kurang dari 80% vulkan aktif Indonesia terdapat di zona ini. Namun demikian persebaran vulkan aktif di busur vulkanik ini ternyata tidak merata. Sebagaimana data yang disajikan pada Tabel 4.1., jumlah vulkan aktif paling banyak terdapat di Pulau Jawa, diikuti oleh Pulau Sumatra dan Pulau Flores. Mengacu kepada Tabel 4.1., jumlah vulkan tipe A di Pulau Jawa mencapai 33% dari jumlah total vulkan tipe A di area busur, dan tidak kurang dari seperempat dari vulkan tipe A yang ada di seluruh Indonesia.

Verstappen (2013) memiliki catatan yang sedikit berbeda dimana jumlah vulkan tipe A di Pulau Jawa sebanyak 23. Pulau Jawa telah mengalami 470 kali erupsi sepanjang sejarah atau setara dengan 47% dari erupsi total yang terjadi di Indonesia. Kondisi ini menunjukkan tingginya tingkat vul- kanisme Pulau Jawa dibandingkan seluruh wilayah vulkanik Indonesia, khususnya area busur vulkanik.

Dibandingkan dengan Pulau Jawa, Pulau Sumatra yang lebih luas ternyata memiliki vulkan tipe A yang lebih sedikit. Verstappen (2013) mencatat 9 vulkan tipe A terdapat di Pulau Sumatra, sedangkan Zaennudin

BENTANGLAHAN VULKANIK INDONESIA : ASPEK FISIKAL DAN KULTURAL-109 (2010) mencatat jumlah yang sedikit lebih banyak yaitu 12 vulkan. Jumlah ini jauh lebih kecil daripada Pulau Jawa, bahkan Pulau Flores yang uku- rannya lebih kecil lagi. Mengapa tingkat vulkanisme antar pulau tidak merata? Verstappen (2013) berdasarkan analisis komparasinya terhadap vulkan di Jawa dan Sumatra menunjukkan bahwa kecepatan subduksi san- gat berpengaruh terhadap tingkat vulkanisme. Kecepatan subduksi yang rendah akibat dari sesar geser yang mengurangi tekanan kerak bumi secara lateral, menyebabkan hanya ada satu vektor yang digeser ke dalam subduksi. Kondisi Sumatra yang lebih terpengaruh oleh sesar geser da- ripada Jawa menyebabkan aktivitas vulkanisme lebih lemah di Sumatra.

Kondisi yang relatif sama dijumpai di pantai utara Papua. Pada ar- ea ini tubrukan lempeng tektonik disertai dengan pergeseran dan gerakan ke arah barat dari sebagian besar pulau ini. Akibatnya, vulkanisme di Pa- pua hanya dijumpai di area yang agak jauh ke barat maupun ke timur di- mana subduksi Lempeng Australia di bawah Lempeng Pasifik masih ber- langsung.

Verstappen (2013) berpendapat bahwa vulkan aktif dan medan sol- fatar secara pasti belum diketahui jumlahnya. Beberapa daerah seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur sebenarnya menunjukkan jarak antar stra- tovolkano yang agak beraturan sehingga mudah diidentifikasi. Namun demikian wilayah Indonesia secara umum memiliki kompleksitas ben- tuklahan vulkanik. Disamping itu beberapa pusat erupsi seringkali berpin- dah-pindah. Pada kompleksitas bentuklahan vulkanik dan perpindahan pusat erupsi ini perlu dicermati dan diidentifikasi apakah dua pusat erupsi terbentuk oleh satu vulkan yang sama atau keduanya harus dipisahkan.

Banyak wilayah vulkanik di Indonesia yang belum dieksplorasi secara de- tail sehigga katalog vulkan di Indonesia harus diperbarui dari waktu ke waktu. Aktivitas solfatar merupakan subjek yang memerlukan pembaruan (update) dari waktu ke waktu mengingat bahwa medan solfatar yang ada dapat mati dan medan solfatar yang baru dapat terbentuk.

110-BAB IV: DISTRIBUSI SPASIAL BENTUKLAHAN VULKANIK DI INDONESIA

Verstappen (2013) lebih lanjut menjelaskan bahwa di wilayah In- donesia terdapat 14 stratovolkano dengan ketinggian lebih dari 3000 me- ter, 10 diantaranya terletak di Pulau Jawa dan empat lainnya tersebar di berbagai pulau yaitu Vulkan Kerinci dan Dempo di Sumatra, Vulkan Agung di Bali, dan Vulkan Rinjani di Lombok. Ketinggian puncak diatas per- mukaan laut tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya ukuran dari besarnya vulkan. Banyak vulkan lain yang lebih rendah tetapi ukurannya besar, sebagai contoh vulkan yang membentuk Pulau Damar memiliki ketinggian hanya 868 meter tetapi kakinya terletak 4500 meter di bawah laut. Vulkan tertinggi di Indonesia adalah Kerinci di Sumatra dengan ketinggian 3800 mdpal, diikuti oleh Rinjani di Pulau Lombok (3726 mdpal) dan Semeru di Jawa Timur (3676 mdpal). Sebelumnya, vulkan tertinggi di Indonesia adalah Tambora yang elevasi puncaknya mencapai 4000 meter.

Namun demikian erupsi besar yang terjadi pada tahun 1815 menyebabkan vulkan ini kehilangan sebagian struktur kerucutnya dan berubah menjadi kaldera dengan ketinggian maksimal 2850 mdpal. Erupsi Tambora 1815 menurut catatan adalah yang terbesar di dunia dan mendapatkan per- hatian dunia karena dampaknya yang sangat besar. Letusan serupa yang lebih kecil di Vulkan Karakatau pada tahun 1883 juga banyak mendapat- kan perhatian dari para ahli vulkanologi. Situasi di puncak beberapa vul- kan ditunjukkan oleh Gambar 4.2.

BENTANGLAHAN VULKANIK INDONESIA : ASPEK FISIKAL DAN KULTURAL-111

A B

C D

Gambar 4.2. Beberapa puncak vulkan di Pulau Jawa dengan ketinggian diatas 3000 meter (A) Pangrango, Jawa Barat, (B) Slamet, Jawa Tengah, (C) Welirang, Jawa Ti- mur (D) Semeru, Jawa Timur. Foto diambil pada tahun 2008 (Semeru), 2012 (Pan- grango dan Slamet), 2013 (Welirang).

Berbagai aktivitas vulkanik yang terjadi di Indonesia menimbulkan potensi bencana alam. Bahaya vulkanik tidak hanya terbatas pada vulkan yang besar saja namun juga pada kawah kecil bahkan medan solfatara sekalipun. Kondisi ini tergantung dari tipe aktivitas dan erupsi, karakter- istik geomorfologis, dan kepadatan penduduk di daerah rawan bencana

112-BAB IV: DISTRIBUSI SPASIAL BENTUKLAHAN VULKANIK DI INDONESIA

(Verstappen, 2013). Pada saat ini kawasan rawan bencana banyak ditem- pati oleh penduduk. Keberadaan sumber daya alam yang berupa sumber daya lahan, sumber daya air, sumber daya hayati, dan sumber daya miner- al merupakan faktor penarik penduduk untuk tinggal di daerah rawan bencana (Sutikno dkk, 2007). Beberapa vulkan yang aktif dalam lima tahun terakhir seperti Vulkan Agung di Bali, Vulkan Dempo dan Kerinci di Suma- tra, serta Vulkan Merapi, Semeru, Papandayan, dan Raung di Jawa ditem- pati oleh banyak penduduk di wilayah sekitarnya. Data dari Global Volcan- ism Program (2022) menunjukkan bahwa jumlah penduduk pada radius 10 km dari pusat erupsi di Vulkan Agung sebanyak 76.781 jiwa, Vulkan Dempo 9.613 jiwa, Vulkan Kerinci 33.878 jiwa, Vulkan Merapi 185.849 jiwa, Vulkan Semeru 8.375 jiwa, Vulkan Papandayan 163.468 jiwa, dan Vulkan Raung 572 jiwa.

B. Hubungan Lempeng Tektonik dengan Sebaran Vulkan di Indonesia

Dalam dokumen Bentanglahan Vulkanik Indonesia (Halaman 116-122)