• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep-Konsep Interaksionisme Simbolik

Dalam dokumen INTERAKSIONISME SIMBOLIK PEMAIN GAME ONLINE (Halaman 40-47)

PENDAHULUAN

I.4 MANFAAT PENELITIAN .1 MANFAAT AKADEMIS

I.4.2 MANFAAT PRAKTIS

8. Simbol-simbol Signifikan simbol

2.2 Landasan Konseptual

2.2.1 Konsep-Konsep Interaksionisme Simbolik

karna penelitian ini membahas tentang bagaimana perilaku interkasi yang terjalin anatar pemain game online dan user offline dimana permasalahan muncul karna adanya media game dalam bentuk aplikasi game online.

6. Pola tindakan dan interaksi yang saling berkaitan akan membentuk kelompok dan masyarakat ( Ritzer, 2004: 289 ).

2.2.1.1 Kapastitas Berpikir

Asumsi penting bahwa manusia memiliki kapasitas untuk berpikir membedakan interaksionisme simbolik dari akibat behaviorismenya.

Asumsi ini juga menyediakan basis semua teori yang berorientasi pada interaksionalisme simbolik. Bermard Meltzer, dan L.Reynold mengatakan bahwa asumsi tentang manusia memiliki kemampuan berpikir adalah salah satu sumbangan teoretisi interaksionisme simbolik.

Awal seperti James, Dewey, Thomas, Cooley, dan tentu saja Mead:

“individu dalam masyarakat tak dilihat sebagai unit yang dimotivasi oleh kekuatan eksternal atau internal diluar kontrol mereka atau di dalam kekurangan struktur yang kurang lebih tetap. Mereka lebih dipandang sebagai cerminan atau unit-unit yang sering berinteraksi yang terdiri dari unit-unit kemasyarakatan.” (1975:42 dalam Ritzer 2014:273)

Kemampuan untuk berpikir tersimpan dalam pikiran, tetapi teoretisi interaksionisme simbolik mempunyai konsep yang agak luar biasa mengenai pikiran yang menurut mereka berasal dari sosialisai kesadaran.

Mereka membedakan pikiran dari otak pisikologis. Manusia tentu mempunyai otak untuk mengembangkan pikiran, namun otak tidak mesti menghasilkan pikiran seperti yang jelas terlihat dalam kasus binatang (Troyer, 1946). Sebagai sebuah proses yang dirnya sendiri merupakan bagian dari proses yang lebih kuat dari stimulus dan respons. Pikiran,

menurut interksionisme simbolik, sebenarnya berhubung dengan setiap aspek lain termasuk sosialisai, arti, sombol, diri, interaksi, dan juga masyarakat. (Ritzer, 2014:273)

2.2.1.2 Berpikir dan Berinteraksi

Manusia hanya mempunyai kapasitas umum untuk berpikir, kapasitas ini harus dibentuk dan diperhalus dalam proses interaksi sosial.

pandangan ini menyebabkan teoretisi interaksionisme simbolik memutuskan perhatian pada bentuk khusus interaksi sosial-yakni sosialisasi. Kemampuan manusia untuk berpikir dikembngkan sejak dini dalam sosialisai anak-anak dan diperhalus selama sosialisasi dimasa dewasa.

Bagi teoretisi interaksionisme simbolik , sosialisasi adalah proses yang lebih dinamis yang memungkinkan manusia mengembangakan kemampuan untuk berpikir, untuk mengembangkan cara hidup manusia itu sendiri. Sosialisasi bukan semata-mata proses satu arah dimana aktor menerima informasi, tetapi merupakan proses dinamis dimana aktor menyusun dan menyesuaikan informasi dengan kebutuhan mereka sendiri (Manis dan Meltzer, 1978:6 dalam Ritzer 2014:274 ).

Menurut Blumer (1969:6) dalam Ritzer (2014:274) mengatakan bahwa interaksi adalah proses dimana kemampuan bepikir dikembangkana dan diperlihatkan. Semuia jenis interaksi bukan hanya interaksi selama sosialisai, memperbesar keampuan kita untuk berpikir. Lebih dari itu, pemikiran membentuk interaksi. Namun, tak semua interaksi melibatakan

pemain. Blumer (mengikuti Mead) membedakan dua bentuk interkasi yang relevan dikemukan disini, pertama, interkasi nonsimbolik-percakapan atau gerak isyarat menurut Mead- tidak melibatkan pemikir, kedua interkasi simbolik, memperluas proses mental.

2.2.1.3 Pembelajaran Makna dan Simbol

Dengan mengikuti Mead, teoretisi interaksionisme simbolik cinderung menyetujui perjanjian sebab musabab interkasi sosial. dengan demikian, makna bukan berasal dari proses mental menyendiri, tetapi berasal dari interaksi. Ia memutuskan perhatian pada tindakan dan interaksi manusia, pada proses mental yang terisolasi. Tujuan utama bukan tertuju pada bagaimana cara mental manusia mendapatkan arti dan simbol tetapi bagimana cara mereka mempelajarinya selama interaksi pada umumnya dan selama proses sosialisasi pada khususnya.

Teoritis interaksionisme simbolik memebayangkan bahasa sebagai sistem simbol yang sangat luas. Kata-kata adalah simbol karna digunakan unuk menggantikan sesuatu yang lain. Kata-kata membuat seluuh simbol yang lain menjadi tepat. Tindakan, objek, dan kata-kata lain eksis dan hanya mempunyai makna karna telah dan dapat dideskripsikan melalui penggunaan kata-kata.

Simbol adalah aspek penting yang sangat memungkinkan orang bertindak menurut cara-cara yang khas dilakukan manusia. Karena simbo, manusia “tidak memberikan respon secara pasif terhadap realitas yang memaksakan dirinya sendiri, tetapi secara aktif menciptakan dan mencipta

ulang dunia tempat mereka berperan” (Charon, 1998:69 dalam Ritzer 2014:276). Simbol pada umunya dan bahasa pada khusunya, mempunyai beberapa sejumlah fungsi khusus bagi aktor.

Pertama, simbol memungkinkan orang menghadap dunia materiel dan dunia sosial dengan memungkinkan mereka untuk mengatakan, menggolongkan dan mengingat objek yang mereka jumpai di situ. Dengan cara ini manusia mampu menata kehidupan, agar tidak membingungkan.

Bahasa menungkinkan manusia mengatakan, menggolongkan, dan terutama mengingat secara lebih efisien ketimbang yang dapat mereka lakukan dengan menggunakan jenis simbol lain seperti kesan menggambar.

Kedua, simbol mengingat kemampuan manusia untuk memahami lingkungan. Daripada dibanjiri oleh banayk stimulus yang dapat dibeda- bedakan, aktor dapat berjaga-jaga terhadap bagian lingkungan tertentu saja ketimbang terhadap bagian lingkungan yang lain.

Ketiga, simbol meningkatkan kemampuan untuk berpikir. Jika sekumpulan simbol bergambar, hanya dapat meningkatkan kemampuan berpikir secara terbatas, maka bahasa akan dapat lebih mengembangkan kemampuan ini. Dalam artian ini, berpikir dapat dibayangkan sebagi bernteraksi secara simbol dengan diri sendiri.

Keempat, simbol meningkatkan kemampuan unuk menyelesaikan berbagai masalah. Binatang harus mengunakan cara trial and eror, tetapi manusia dapat memikirkan dengan menyimbolkan berbagai alternatif

tindakan sebelum benear-benar melakukanya, kemampuan ini mengurangi peluang berbuat kesalahan yang berugikan.

Kelima, simbol memungkinkan aktor mendahului waktu, ruang, dan bahkan prinadi mereka sendiri. Mulai menggunakan simbol, aktor dapat membayangkan seperti apa kehidupan dimasa lalu atau seperti apa kemungkinan dimasa depan. Lagi pula, aktor bisa saja secara simbolik mendahului pribadi mereka sendiri dan membayangkan seprti apa kehidupan ini dilihat dari sudut pandang orang lain.

Keenam, simbol memungkinkan kita membayangkan realitas metafisik, seperti surga dan neraka.

Ketujuh, dan paling umum, simbol memungkinkan orang mengindari dari diperudak oleh lingkungan mereka. Dapat lebih aktif ketimbang pasif-artinya mengatur sendiri mengenai aoa yang akan mereka kerjakan. (Ritzer, 2014:277)

2.2.1.4 Aksi dan Interkasi

Teoretisi interaksionisme simbolik memutuskan perhatian terutama pada dampak dari makna dan simbol terhadap tindakan dan interaksi manusia. Disini akan bermanfaat menggunaan pikiran Mead yang membedakan antara perilaku lahirh dan prilaku tersembunyi. Perilaku tersembunyi adalah proses berpikir yang melibatkan simbol dan arti.

Perilaku lahriah adalah perilaku sebenarnya yang dilakukan oleh seorang aktor.

Simbol dan arti memeberikan ciri-ciri khusus pada tindakan sosial manusia (yang melibatkan aktor tunggal) dan pada interaksi sosial pada manusia (yang melibtakan dua orang aktor atau lebih yang terlibat dalam tindakan sosial timbal balik). Tindakan sosial adalah tindakan di mana inividu bertindak dengan orang lain dalam pikiran. Dengan kata lian, dalam melakukan tindakan, seorang aktor mencoba menaksir perilaku terhadap aktor lain yang terlibat.

Dalam proses interaksi sosial, manusia secara simbolik mengomunikasikan arti terhadap orang lain yang terlibat. Orang lain menafsirkan simbol komunikasi itu dan mengorentasi tindakan balasan mereka berdasarkan penafsiran mereka. Denga kata lain, dalam interkasi sosial, para aktor terkibat dalam proses saling mengetahui aktor satu dengan kator lain. . (Ritzer, 2014:277)

2.2.1.5 Membuat pilihan

Sebagian karna kemampuan menggunakan arti dan simbol itulah, maka manusia akan membuat pilihan tindakan dimana mereka terlibat.

Orang tidak harus menyetujui arti dan simbol yang dipaksakan terhadap mereka. Berdaarkan penafsiran mereka sendiri,” manusia dapat

membentu arti baru dan deretan arti baru” menurut (Manis dan Meltzer, 1978:7 dalam Ritzer, 2014: 278)

Menurut Thomas dan Thomas (1928:572) dalam Ritzer (2014:278) bila mausia telah mendefinisikan situasi sebagai suatu yang nyata, maka akibatnya pun adalah nyata”. Thomas mengetahui bahwa sebagaian besar

definsi kita tentang situasi telah disediakan oleh masyarakat untuk kita.

Sebenarnta Thomas menekankan sebenarnya yang menjadi sumber definisi sosial kita terutama adalah keluaraga dan komunitas.

2.2.1.6 Kelompok dan Masyarakat

Pakar interaksionisme simbolik pada umumnya mengeritik kecanderungan sosiologi lain yang memusatkan perhatian pada struktur makro. Seperti dikatakanaya Rock : “Interkasionisme membuang sebagai besar pemikiran Makrososiologi karena mereka pandang sebagai metafisika yang tidak dapat dipercaya dan terlalu ambisius, tak dapat di uji keseluruhanya.” (1979:238 dalam Ritzer, 2014:290)

Menurut Blumer, masyarakat tidak tersusun dari struktur marko.

Esensi masyarakat terdapat pada aktor tindakan: “masyarakat terdiri dari manusia yang bertindak, dan kehidupan masyarakat dapat dilihat sebagai terdiri dari tindakan mereka”. (1962:85 Ritzer 2014:278)

Dalam dokumen INTERAKSIONISME SIMBOLIK PEMAIN GAME ONLINE (Halaman 40-47)

Dokumen terkait