• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kriteria Pemilihan Cerita yang Baik dalam Penerapan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

B. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Kriteria Pemilihan Cerita yang Baik dalam Penerapan

Akan tetapi, mengasah kemampuan bercerita dilakukan dengan asumsi bahwa semakin guru berhasil bercerita maka diharapkan peserta didik akan mendapatkan manfaat yang lebih banyak dari cerita yang didengarkan.

Dalam menggunakan metode bercerita agar mendapat respon positif pada peserta didik dan tercapai tujuan dari pembelajaran yaitu peserta didik yang berakhlakul karimah, maka dalam menerapkan metode bercerita perlu adanya kriteria pemilihan cerita yang baik untuk peserta didik. Berdasarkan pendapat dari guru PAI yaitu Ibu Rohni, S.Ag, yang menyatakan bahwa dalam menggunakan metode bercerita ini perlu ada kriteria pemilihan cerita yang baik dan cocok untuk peserta didik yaitu dalam memilih cerita itu harus menarik, disesuaikan dengan usia anak, dan memilih temanya harus disesuaikan dengan materi yang disampaikan.87

Berdasarkan penjelasan dari guru PAI tersebut, dalam bercerita guru telah menggunakan kriteria pemilihan cerita yang baik untuk peserta didik, sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kemampuan guru bercerita dengan baik harus didukung dengan cerita yang baik pula.

Kriteria pemilihan cerita yang baik adalah:

4) Cerita itu harus menarik dan memikat perhatian guru iru sendiri. Kalau cerita itu menarik dan memikat perhatian, maka guru akan bersungguh-sungguh dalam menceritakan kepada anak secara mengasyikkan.

87Hasil Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam, Ibu Rohni, pada Tanggal 27 September 2017.

5) Cerita itu harus sesuai dengan kepribadian anak, gaya dan bakat anak, supaya memiliki daya tarik terhadap perhatian anak dan terlibat aktif dalam kegiatan bercerita.

6) Cerita itu harus sesuai dengan tingkat usia dan kemampuan mencerna isi cerita anak sekolah.88

Kriteria pemilihan cerita yang baik ini dijadikan acuan guru PAI untuk menerapkan metode bercerita dalam penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam yaitu nilai akhlak. Dengan adanya kriteria- kriteria ini, maka cerita yang disampaikan akan menggugah peserta didik untuk tertarik sehingga dapat mengundang perhatian anak untuk mendengarkan. Agar cerita yang didengar dapat dihayati dengan baik dan bisa masuk pesan-pesan atau nilai-nilai akhlaknya, maka perlu dibantu dengan pemilihan jenis cerita yang baik pula.

Selain memilih kriteria cerita yang baik, maka diperlukan juga pemilihan jenis cerita yang sesuai dengan materi pelajaran. Disini guru PAI menggunakan jenis cerita keagamaan, seperti pernyataan guru PAI bahwa dalam menerapkan metode bercerita sebagai penanaman nilai- nilai pendidikan agama Islam guru menggunakan jenis cerita yang berbau agama Islam, banyak jenis cerita tentang keagamaan, misal: cerita para Nabi dan Rasul, cerita sahabat Nabi, dan lain sebagainya. Guru dalam menggunakan metode bercerita ini memilih jenis cerita keagamaan.

Dengan jenis cerita keagamaan guru menyelipkan pesan-pesan atau nilai- nilai akhlak, sosial, dan moral agar tertanam dalam diri peserta didik.89

88Moeslichatoen R., Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), Cet 2, h. 166-167.

89Hasil Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam, Ibu Rohni, pada Tanggal 27 September 2017.

Berdasarkan penjelasan dari guru PAI yang menggunakan jenis cerita keagamaan, maka ini sesuai dengan teori yang dimana cerita keagamaan ini menjadi salah satu dari beberapa jenis cerita yang banyak disukai anak. Adapun jenis-jenis cerita yaitu diantaranya:

7) Cerita rakyat, meliputi dongeng, legenda, mite (dongeng tentang dewi-dewi atau bersifat kedewaan), dan sage (dongeng tentang unsur sejarah).

8) Cerita realistis, yaitu cerita yang terjadi dalam dunia atau kehidupan nyata.

9) Cerita sains (Ilmiah), seperti cerita di ruang angkasa, dan cerita robot.

10) Cerita khayal atau fantasi, seperti cerita peri penyelamat, binatang yang dapat berbicara, dll.

11) Biografi, merupakan cerita yang berisi tentang riwayat hidup seorang tokoh, misalnya riwayat pangeran diponegoro, dll.

12) Cerita keagamaan, seperti cerita para Nabi, sahabat Nabi, dan sebagainya.90

Jenis cerita yang dipilih oleh guru PAI yaitu cerita keagamaan, dimana di dalam cerita keagamaan ini terdapat banyak cerita tentang nilai-nilai akhlak yang bisa diambil dari contoh cerita para Nabi dan Rasul, seperti keteladanan dan kejujurannya.

Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa guru PAI telah menggunakan kriteria pemilihan cerita yang baik dan memilih jenis cerita keagamaan. Yang dimana guru tidak kesulitan dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan agama Islam terutama nilai akhlak kepada peserta didik. Dengan adanya kriteria-kriteria pemilihan cerita yang baik dan cocok untuk peserta didik maka guru akan lebih mudah saat bercerita dan peserta didik akan tertarik dan terlibat aktif dalam kegiatan bercerita.

90Tadkiroatun Musfiroh, Cerita Untuk Perkembangan Anak, (Yogyakarta: Navila, 2010), Cet 1, h. 63-66.

Serta dengan pemilihan jenis cerita keagamaan ini akan mudah menarik hati para peserta didik, karena dengan menceritakan kisah Rasulullah SAW dari sikap, ucapan maupun tingkah laku yang dapat dijadikan panutan atau tuntunan. Sehingga dengan adanya teladan yang baik diharapkan peserta didik dapat menerapkannya di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat.

Berikut contoh cerita tentang akhlak mulia Rasulullah yang menyentuh hati:

Suatu hari datang seseorang yang miskin kepada Rasulullah SAW dengan membawa hadiah semangkuk anggur. Rasul pun menerima hadiah itu dan mulai memakannya. Biasanya, Rasulullah selalu memberi makanan kepada para sahabat jika ada yang memberi sedekah dan beliau sendiri tidak ikut makan. Sementara jika ada yang memberi hadiah, Rasul juga memberi kepada para sahabat dan beliau pun ikut makan. Namun kali ini berbeda, beliau memakan buah pertama lalu tersenyum kepada orang tersebut. Beliau mengambil buah kedua lalu tersenyum kembali.

Orang yang memberi anggur itu serasa terbang bahagia karna melihat Rasulullah menyukai hadiahnya. Sementara para sahabat melihat beliau dengan penuh rasa heran. Tak biasanya Rasulullah makan sendirian. Satu per satu anggur itu diambil oleh Rasulullah dengan selalu tersenyum, hingga semangkuk anggur itu habis tak tersisa. Para sahabat semakin heran dan orang miskin itu pulang dengan hati penuh bahagia. Lalu seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah, mengapa engkau tidak

mengajak kami ikut makan bersamamu?”. Rasul pun tersenyum dan menjawab, “Kalian telah melihat bagaimana wajah bahagia orang itu dengan memberiku semangkuk anggur. Dan ketika aku memakan anggur itu, kutemukan rasanya masam. Dan aku takut jika mengajak kalian ikut makan denganku, akan menunjukkan sesuatu yang tidak enak hingga merusak kebahagiaan orang itu”.

Sungguh besar kepedulian Rasulullah SAW dalam menjaga perasaan orang lain. Akhlak mulia Rasulullah SAW yang membuat hati tersentuh. Di dalam cerita tersebut dapat diambil pelajaran mengenai sikap saling menghormati dan menghargai orang lain.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Metode Bercerita dalam

Dokumen terkait