• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam

BAB II LANDASAN TEORI

B. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam

Penanaman nilai merupakan dua kata yang memiliki peranan penting dalam kehidupan. Dalam konteks pendidikan penanaman merupakan sebuah upaya yang dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan dan memajukan. Tujuan dari adanya penanaman yaitu untuk mengetahui munculnya sebuah perkembangan dan mendapatkan hasilnya.

Sebelum membahas pengertian dari pendidikan agama Islam, maka terlebih dahulu dibahas apa pengertian dari nilai itu sendiri. Di dalam Dictionary of Sosciology and Related Sciences dikemukakan bahwa nilai adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang atau kelompok. Jadi nilai itu hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek itu sendiri. Sesuatu itu mengandung nilai artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada sesuatu itu.42

42Hamid Darmadi, Dasar Konsep Pendidikan Moral, (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet 2, h. 67.

Nilai adalah daya pendorong dalam hidup, yang memberi makna dan pengabsahan pada tindakan seseorang.43 Nilai merupakan bagian dari kepribadian manusia yang membantu dalam membentuk pandangan untuk mencapai impian yang didambakan.

Dalam kehidupan sehari-hari, nilai merupakan sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia.44

Ngalim Purwanto menyatakan bahwa nilai yang ada pada seseorang dipengaruhi oleh adat istiadat, etika, kepercayaan, dan agama yang dianutnya. Semua itu memengaruhi sikap, pendapat, dan pandangan individu yang selanjutnya tercermin dalam cara bertindak dan bertingkah laku dalam memberikan panilaian.45

Dari semua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai adalah segala hal yang berhubugan dengan tingkah laku manusia mengenai baik atau buruk yang diukur oleh agama, tradisi, etika, moral, dan kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat.

Setelah mengetahui pengertian dari nilai tersebut, maka sekarang akan dibahas mengenai pengertian dari pendidikan agama Islam.

Pengertian pendidikan menurut bahasa (etimology), dalam bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberikan awalan “pe” dan akhiran “an”, mengandung arti “perbuatan”

(hal, cara, dan sebagainya). Kata pendidikan berasal dari bahasa Yunani

43Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), Edisi Revisi, Cet 16, h.

319.

44Qiqi Yuliati zakiyah, dan Rusdiana, Pendidikan Nilai Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), Cet 1, h. 14.

45Ibid.,

yaitu paedagogos yang berarti pergaulan dengan anak-anak. Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin). Peadagog (pendidik atau ahli didik) ialah seseorang yang tugasnya membimbing anak. Sedangkan pekerjaan membimbing disebut paedagogis. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan.46

Sedangkan pengertian dari agama yaitu sebagian ahli agama mengatakan bahwa “agama (ad-din) adalah peraturan (undang-undang) Tuhan yang dikaruniakan kepada manusia”.47

Secara epistimologis “agama adalah suatu peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal memegang peraturan.

Tuhan itu dengan kehendak sendiri, untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat”.48

Menurut A. Hasan, agama Islam adalah kepercayaan buat keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat yang diwahyukan Allah kepada manusia dengan perantaraan Rasul. Atau agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad yang diturunkan dalam Al-Qur’an dan tertera dalam Al-Sunnah, berupa perintah, larangan, dan petunjuk untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.49

46Ramayulis, Ilmu Pendidikan., h. 30-31.

47Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2008), h. 1.

48Ibid., h. 35.

49Aminuddin, Aliaras Wahid dan Moh. Rofiq, Membangun Karakterdan Kepribadian melalui Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006)., h. 37.

Kemudian pengertian dari pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al- Qur’an dan al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.50

Menurut Zakiyah Daradjat, pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami kandungan ajaran Islam secara menyeluruh, mengahayati makna tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. 51

Jadi, pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dari kesimpulan pendapat di atas, maka nilai-nilai pendidikan agama Islam merupakan harapan tentang sesuatu yang bermanfaat bagi manusia dan dijadikan sebagai acuan untuk mencapai tujuan hidupnya yaitu mengabdi kepada Allah SWT untuk menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

50Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2012), h. 11.

51Ibid., h. 13.

2. Dasar, Fungi, dan Tujuan Pendidikan Agama Islam a. Dasar Pendidikan Agama Islam

Dasar yaitu suatu landasan tempat berpijaknya sesuatu agar dapat tegak kokoh berdiri. Adapun secara garis besar dasar pendidikan agama Islam adalah:

1) Al-Qur’an, merupakan firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW berupa wahyu melalui perantara malaikat Jibril, sebagai ajaran pokok dan pedoman hidup bagi umat manusia.

2) Al-Sunnah, adalah segala sesuatu yang diidentikkan kepada Nabi Muhammad SAW, berupa perkataan, perbuatan, taqrir- nya, ataupun selain dari itu termasuk sifat-sifat, keadaan, dan cita-cita (himmah) Nabi SAW, yang belum keasmpaian.52

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi dasar atau sumber pertama pendidikan agama Islam adalah Al- Qur’an, yang menjadi sumber hukum yang utama dan berlaku untuk sepanjang masa dalam lingkungan umat Islam. Dan dasar kedua pendidikan agama Islam adalah Al-Sunnah.

b. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam di sekolah memiliki beberapa fungsi diantaranya:

52Ramayulis, Ilmu Pendidikan., h. 188

1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketaqwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

2) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat khusus di bidang agama agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan dapat pula bermanfaat bagi orang lain.

3) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

4) Pencegahan, yaitu menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan mengahmbat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

5) Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.

6) Sumber lain, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.53

Berdasarkan fungsi di atas, maka fungsi pendidikan agama bagi anak adalah membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, mempunyai akhlak luhur, berilmu pengetahuan, dan sebagai pengendalian kepribadian dalam hidupnya dikemudian hari. Pendidikan agama harus diberikan sejak dini agar terbiasa melakukan ibadah dan menjalankan ajaran-ajaran Islam dengan kesadaran sendiri.

c. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.54

Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepadaa Allah SWT serta

53Ramayulis, Metodologi Pendidikan., h. 21-22.

54Ramayulis, Metodologi Pendidikan., h. 22.

berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk malanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.55

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan anatara:

a. Hubungan manusia dengan Allah SWT.

b. Hubungan manusia dengan sesama manusia.

c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri.

d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.56

Dari penjelasan di atas, pada ruang lingkup pendidikan agama Islam harus ada keserasian atau keselarasan dalam kehidupan manusia agar hidupnya seimbang antara urusan dunia dan akhirat.

Adapun ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan agama Islam meliputi lima unsur pokok, yaitu: Al-Qur’an, Aqidah, Syari’ah, Akhlak, dan Tarikh.57

Ruang lingkup ajaran agama mengandung unsur-unsur: keyakinan adanya kekuatan yang mengatur alam dan semua isinya. Peribadatan, atau tingkah laku yang berhubungan dengan supra natural atau Tuhan.

Sistem nilai, yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia dan alam semesta.58

55Ibid.

56Ibid., h. 23.

57Ramayulis, Metodologi Penelitian., h. 23.

58Aminuddin, Aliaras Wahid dan Moh. Rofiq, Membangun Karakter., h. 36.

4. Pentingnya Pendidikan Agama Islam

Seorang bayi yang baru lahir adalah makhluk Allah SWT yang tidak berdaya dan senantiasa memerlukan pertolongan untuk dapat melangsungkan hidupnya di dunia ini. Sungguh Maha Bijaksana Allah SWT yang telah menganugerahkan rasa kasih sayang kepada semua ibu dan bapak untuk memelihara anaknya dengan baik tanpa mengharapkan imbalan.59

Manusia lahir tidak mengetahui apapun, tetapi ia dianugerahi oleh Allah SWT pancaindra, pikiran, dan rasa sebagai modal untuk menerima ilmu pengetahuan, memiliki keterampilan dan mendapatkan sikap tertentu melalui proses kematangan dan belajar terlebih dahulu.

Pendidikan Islam sangat penting sebab dengan pendidikan Islam, orang tua atau guru berusaha secara sadar memimpin dan mendidik anak diarahkan pada perkembangan jasmani dan rohani sehingga membantu membentuk kepribadian yang utama sesuai dengan ajaran agama Islam.

Pendidikan agama Islam hendaknya ditanamkan sejak kecil sebab pendidikan pada masa kanak-kanak merupakan dasar yang menentukan untuk pendidikan selanjutnya.60

Jadi, perkembangan agama pada seseorang sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman hidup sejak kecil; baik dalam keluarga, sekolah, maupun dalam lingkungan masyarakat terutama pada masa pertumbuhan. Perkembangan agama pada anak terjadi melalui

59Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran., h. 20.

60Ibid., h. 22.

pengalaman hidupnya sejak kecil dalam keluarga, di sekolah, dan lingkungan masyarakat.

5. Nilai-nilai yang Terkandung dalam Pendidikan Islam

Penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam yang sesuai dengan tuntunan syariat Islam, sangat dibutuhkan untuk meningkatkan perkembangan keagamaan anak didik sehingga benteng keimanan anak semakin kokoh dan kuat. Adanya penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam pada anak dapat digunakan untuk memperbaiki moral bangsa, yang telah mengalami kemerosotan akibat kurang tertanamnya jiwa keagamaan pada anak didik. Penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam pada anak-anak dapat membiasakan anak memiliki sikap akhlakul karimah.

Menurut Ramayulis, terdapat nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, yaitu:

a. Nilai aqidah (keyakinan) berhubungan secara vertikal dengan Allah SWT.

b. Nilai syari’ah (pengalaman) implementasi dari aqidah, hubungan horizontal dengan manusia.

c. Nilai akhlak yang merupakan aplikasi dari aqidah dan muamalah.61 Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai aqidah memiliki peranan penting dalam ajaran Islam, aqidah merupakan keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai Tuhan yang wajib disembah,

61Qiqi Yuliati zakiyah, dan Rusdiana, Pendidikan Nilai., h. 144.

ucapan dalam lisan dan kalimat syahadat, serta perbuatan dengan amal sholeh. Nilai syari’ah merupakan hukum-hukum atau aturan yang ditentukan Allah sebagai panduan dalam menjalankan kehidupan dunia dan akhirat, yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia, alam, dan hubungan manusia dengan kehidupan. Dan akhlak adalah keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu atau tanpa paksaan dari luar.

Sedangkan fokus penelitian ini lebih pada nilai akhlak. Nilai akhlak tersebut bisa ditanamkan pada diri siswa dan ditransformasikan melalui metode bercerita untuk mewujudkan dan membentuk peserta didik yang teladan, dan berakhlakul karimah.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kualitatif lapangan (field research) yaitu “penelitian yang mengharuskan peneliti berangkat ke lapangan untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatu fenomena dalam suatu keadaan alamiah”.62

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain- lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.63

Penelitian ini dilakukan disalah satu lembaga pendidikan formal yaitu SDN 01 Tunas Jaya Tulang Bawang Barat. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan mengetahui Implementasi Metode Bercerita dalam Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam.

2. Sifat Penelitian

Penelitian yang akan digunakan adalah penelitian yang bersifat penelitian deskriptif. “Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang

62Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2013), Edisi Revisi, Cet 31, h. 26.

63Ibid., h. 6.

berhubungan dengan upaya menjawab masalah-masalah yang ada sekarang dan memaparkannya berdasarkan data yang ditemukan”.64

Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata, secara harfiah penelitian deskriptif adalah “penelitian yang bermaksud untuk membuat gambaran mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian”.65 Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pencandraan (deskripsi) secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.66

Dalam hal ini penulis hanya ingin mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan keadaan sesuatu yang diteliti. Maka dalam penelitian ini lebih menekankan pada pandangan mengenai gambaran peristiwa yang dibentuk oleh kata-kata secara ilmiah. Jadi penelitian deskriptif adalah penelitian yang menerangkan tentang kejadian keadaan dan kenyataan perilaku manusia, dan memberikan gambaran bagi semua pihak yang membutuhkan serta penelitian yang berusaha melihat makna yang terkandung dibalik objek penelitian.

64Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur, (Jakarta: Kencana, 2013), Cet 1, h. 66.

65Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), h.76.

66Ibid., h. 75.

B. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah “subyek dari mana data dapat diperoleh”.67 Sumber data dalam penelitian ini terbagi dalam dua sumber data yaitu:

1. Sumber Data Primer (Pokok)

“Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data”.68

Sedangkan data primer adalah “data dalam bentuk verbal atau kata- kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya, dalam hal ini subjek penelitian (informan) yang berkenaan dengan variabel yang diteliti”.69

Data Primer umumnya berupa: karakteristik demografi atau sosioekonomi, sikap atau pendapat, kesadaran atau pengetahuan, minat, motivasi, perilaku (tindakan dan penggunaan).70 Dalam penelitian ini data primer berupa kata-kata, ucapan dan perilaku subjek/ informan penelitian yang berkaitan dengan implementasi metode cerita dalam penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam. Sumber primer dalam penelitian ini adalah guru pendidikan agama Islam.

67Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Edisi Revisi, Cet 1, h. 172.

68Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &

D), (Bandung: Alfabeta, 2014), Cet 20, h. 308.

69Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian., h. 22.

70Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah, (Jakarta: Kencana, 2012), Cet 2, h. 137.

2. Sumber Data Sekunder (Pelengkap)

“Sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen”.71

Sedangkan data sekunder adalah “data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data ini bisa diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan peneliti terdahulu”.72 Data sekunder dapat diperoleh dari dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS, dan lain- lain), foto-foto, film, rekaman video, benda-benda, dan lain-lain yang dapat memperkaya data primer.73

Sumber sekunder dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah, dan siswa. Dari sumber sekunder ini diharapkan penulis memperoleh data- data tertulis atau dokumentasi sekolah, misalnya visi, misi, denah sekolah, sejarah sekolah, keadaan pendidik, keadaan siswa, kondisi sarana dan prasarana di SDN 01 Tunas Jaya Tulang Bawang Barat.

C. Teknik Pengumpulan Data

“Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data”.74 Adapun teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah:

71Sugiyono, Metode Penelitian., h. 309.

72Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 146-147.

73Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian., h. 22.

74Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2013), Cet 8, h. 62.

1. Teknik Wawancara (Interview)

”Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan yang diwawancarai tetapi dapat juga diberikan daftar pertanyaan dahulu untuk dijawab pada kesempatan lain”.75

Jenis wawancara dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Wawancara Terstruktur b. Wawancara Semi Terstruktur c. Wawancara Tidak Terstruktur76

Jenis wawancara yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur yaitu wawancara yang digunakan sebagai teknik pengumpul data dimana peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.

Teknik wawancara disini penulis gunakan untuk mencari keterangan dari Kepala Sekolah tentang gambaran umum sekolah, keadaan pendidik, keadaan siswa, kondisi sarana dan prasarana, dan mencari keterangan guru pendidikan agama Islam tentang penerapan metode bercerita dalam penanaman nilai-nilai pendidikan agama Islam.

2. Teknik Observasi (Pengamatan)

Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis.77

75Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian., h. 138.

76Sugiyono, Metode Penelitian., h. 319-320.

Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Observasi Partisipan b. Observasi Non Partisipan78

Berdasarkan penjelasan di atas, metode observasi yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah observasi non partisipan, yaitu metode observasi yang di dalam penelitiannya peneliti hanya sebagai pengamat independen dan tidak berpartisipasi. Hal-hal yang akan penulis amati dan catat dengan menggunakan metode tersebut adalah tentang proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran yaitu Implementasi Metode Bercerita dalam Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam di SDN 01 Tunas Jaya Tulang Bawang Barat.

3. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian, tetapi melalui dokumen.79 Suharsimi Arikunto mengatakan: “Teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda dan sebagainya”.80

77Ibid., h. 203.

78Ibid., h. 204.

79Mahmud, Metode Penelitian., h. 183.

80Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian., h. 274.

“Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang”.81

Teknik dokumentasi dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang diperlukan melalui catatan tertulis yang terdapat di lapangan.

Dokumentasi ini akan penulis gunakan untuk memperoleh data tentang visi, misi, denah sekolah, sejarah sekolah, keadaan pendidik, keadaan siswa, kondisi sarana dan prasarana di SDN 01 Tunas Jaya Tulang Bawang Barat.

D. Teknik Penjamin Keabsahan Data

Uji keabsahan data sangat perlu dilakukan agar data yang dihasilkan dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Uji keabsahan data merupakan suatu langkah untuk mengurangi kesalahan dalam proses perolehan data penelitian yang tentunya akan berimbas terhadap hasil akhir dari suatu penelitian. Penulis akan menguji kredibilitas data pada penelitian kualitatif dengan menggunakan uji kredibilitas triangulasi. “Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu”.82

1. Triangulasi teknik untuk menguji kreadibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan

81Sugiyono, Metode Penelitian., h. 329.

82Ibid., h. 372.

observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian kreadibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda- beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.

2. Triangulasi waktu dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan cara wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.

3. Triangulasi sumber adalah menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber.83

Dalam penelitian ini penulis menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik ini untuk dilakukan membandingkan dan mengecek apakah hasil data tersebut sudah kredibel, jika berbeda-beda maka penulis melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data. Seperti halnya hasil wawancara dibandingkan atau dicek dengan hasil observasi dan dokumentasi. Sedangkan triangulasi sumber dilakukan dengan membandingkan apa yang dikatakan oleh guru pendidikan agama Islam dengan kepala sekolah dan siswa. Penulis menggunakan beberapa informan tambahan selain informan utama untuk mengecek kebenaran data dari informan utama.

83Ibid., h. 372-374.

Dokumen terkait